Terima kasih telah menonton Dokter terima kasih karena dokter sudah memberi warna pada hidup saya. Jadi kan dia 20 tahun loh di rumah. Ya nggak beraktifitas, nggak punya temen. Temennya cuma bapaknya penggali kubur tadi.
Dengan dioperasi itu akhirnya bisa berkarya ya mas ya. Menggapai cita-citanya. Dia menikah, punya anak. Nah itu sudah kebahagiaan yang kasih uang 1M aja nggak ngalahin itu. Saya yakin bahwa yang dinilai Allah SWT itu adalah bukan hasilnya, tapi prosesnya.
Makanya dalam bisnis itu saya sering, pokoknya yang penting itu kita usahalah. Jadi mengenai hasilnya itu kita tawakal pada Allah. Karena kalau kita mencampuri hasil itu berarti mencampuri Allah untuk menentukan hasilnya. Padahal hasil itu adalah berregatif Allah SWT.
Tapi tetap ada target. Oh iya, tetap ada target. Kita maksimalkan potensi yang Allah berikan kepada kita.
Intro Assalamualaikum Wr Wb Nama saya Muhammad Rusli Saya silikersik Ini istri saya, dokter Wiyunari, spesialis mata konsultan. Kita menikah tahun 1993, jadi sudah 31 tahun. Boleh diceritakan tidak, ketemu ibu di mana waktu itu Pak?
Kami ceritanya itu dikenali. paling ya kami enggak sama-sama kenal jadi ada data dari taruh-taruh ya dari harus li terus saya keserahkan ke orangtua kalau bapak dan ibu setuju saya setuju tapi kalau bapak dan ibu saya juga setuju terus bapak yang pelajari terus bilang ya kalau Uyik senang setuju Bapak sujudu tapi setelah setelah menikahkan saya kepo ya saya tanya bapak saya kenapa kok Mas Ruzi diterima gitu ya sederhana Bapak saya bilang begini Rusi ini yatim sejak umur 8 tahun kalau dan dia bisa kuliah di ITS dan hampir lulus. Itu sebuah poin bahwa harus ini seorang yang bertanggung jawab. Begitu saja. Jadi penyelidikan bapak saya sederhana.
Bukan ditanya, oh kamu udah kerja apa? Gajinya berapa? Enggak. Dulu tuh setelah dokter umum lulus, nggak bisa langsung bekerja ya. Jadi ada ikatan kerja namanya PTT.
Dokter PTT itu dokter pegawai tidak tetap. Kalau nggak ditempuh, kita nggak keluar SIP-nya. Surat izin paketnya nggak keluar. Jadi mau nggak mau harus menjalani PTT.
Nah saya itu... Alhamdulillahnya PTT-nya itu ditempatkan di Gresik. Nah setelah 3 tahun menjalani PTT itu, Mas Ruslini nggak mengizinkan saya untuk bekerja di rumah sakit atau di tempat lain.
Jadi saya praktek di rumah. Garasi itu saya bikin praktek pribadi. Jadi bukanya pagi sama sore aja. Setelah berlangsung setahun, lama-lama bosan juga di rumah. Ternyata karena anak-anak sudah mulai sekolah.
Jadi kalau anak-anak sekolah kan sudah sepi di rumah. mau ngapain gitu ya. Terus Mas Lusli itu saran kenapa kamu nggak ngambil spesialis gitu kan. Sebenarnya sih dalam hati saya tuh berat ya karena spesialis itu nggak gampang kan. Kuliah spesialis itu sama dengan ya S1 dokter umum juga artinya masuk tiap hari bahkan sampai sore bahkan sampai malam bahkan nginep kalau waktu jaga kan.
Sementara saya sudah punya tiga anak waktu itu yang masih kecil-kecil jaraknya cukup deket-deket gitu ya. Semula ragu gitu ya. Minat sih sebenarnya di rumah aja sering jadi ibu rumah tangga nggak kemana-mana.
terus men-support, sekolah aja, nanti kamu nyesel, gitu ya. Karena tidak semua orang itu punya kesempatan untuk sekolah, baik waktu, kemauan maupun kemampuan. Karena saya bimbang, terus saya diskusi sama ibu, kata ibu, saya bilang gini, ya udah, kalau jadi istri, ya menurutnya itu sama suami, gitu.
Saya bilang, kan abad, Bu, saya bilang gitu. Ya supaya enggak berat ya diniatin ibadah, kata ibu, gitu. Itu saya pegang betul, gitu ya.
Terus, kudratullah, keterima, gitu ya. Nah, waktu nunggu keterima spesialis mata itu juga cukup lama. Menurut saya lebih dari 6 bulan. Kata suami, kok nggak ada pengumuman?
Kamu tuh keterima apa nggak? Ya nggak tahu. Yaudah kalau gitu, nambah anak lagi aja. Akhirnya lahirlah anak saya yang keempat.
Belum sampai lahir, hamil. Ternyata ada pengumuman keterima. Terus saya itu trauma sebenarnya.
Sekolah dalam kondisi hamil. Karena waktu dulu itu koas, DM1 saya hamil anak pertama. DM kedua, tahun kedua hamil anak yang kedua. Sewaktu PTT hamil yang ketiga.
Saya bilang kalau sekolah saya nggak mau deh hamil lagi. Karena cukup berat ya. Waktu hamil itu keterima, saya minta undur-undur aja.
Karena saya lagi hamil, diperbolehkan. Jadi nunggu lahir dulu. Terus akhirnya 2003 saya masuk.
Nah itu ternyata dikasih rezeki lagi, jadi saya baru kuliah 6 bulan saya hamil anak kelima gitu loh. Jadi sama Allah itu kayaknya kalau sekolah harus hamil gitu. Nah waktu hamil itu sebenarnya saya mau mundur gitu loh. Kan berat ya.
Saya nangis waktu itu. Saya tanya ke ibu, gimana? Ini saya sekolah, tapi kok saya ambillah? Saya bilang gini, kan punya suami.
Kalau punya suami kan ya, kenisayaan bisa ambil. Terus gimana? Ya udah.
Ibu itu nginyatkan lagi. Kan nginyat di awal sekolah itu untuk apa? Untuk ibadah.
Jadi yaudah ingetin itu aja, memang berat. Berat menurut saya mas, karena yang nomor 4 belum 2 tahun kan waktu saya hamil. Begitu lahir kan umurnya 2 tahun.
Ya butuh perhatian, sementara saya kalau hamil itu agak rewel. Jadi sampai umur 5 bulan biasanya mau muntah terus setiap hari. Tapi ya bismillah ya, diniatkan ibadah gitu ya, jadi akhirnya jadi ringan.
Kalau dalam Islam itu kan memang ketaatan seorang anak ya kepada orang tuanya gitu ya dan seorang istri adalah kepada suaminya kan gitu. Itu yang saya pegang gitu. Jadi saya sejak kecil itu memang paling takut untuk membantah perintah orang tua saya termasuk keputusan untuk menikah.
Saya sebenarnya terserang, saya maunya menikah itu ya setelah lulus gitu tau. Tapi bapak saya itu pokoknya minta, pokoknya kamu harus nikah sebelum kamu lulus. Saya nggak ngerti, alasannya apa? Saya nggak tahu gitu. Dan saya takut untuk membantai itu.
Saya bilang, nanti aja. Saya bilang, nggak, pokoknya kamu sebelum lulus. lulus kamu harus menikah itu ya Terus saya juga tanya kan kok saya belum selesai kuliah nanti gimana tentang SPP dan sebagainya tapi Bapak Ibu saya komitmennya selama kamu kuliah ya nanti saya yang biayain saya tanya lagi le sekolah setelah malu enam tahun gitu kan kalau tahun keempat disuruh nikah kan saya ada dua tahun lagi gimana nanti kalau saya punya anak sebelah gitu dan itu saya bilang ya nanti saya yang masuk gitu loh jadi ya udah kan udah selesai masalahnya kan jadi ya udah saya akhirnya ya saya mandut sama ayah sama ibu harus ikan waktu itu masih ngeresek Saya kan skripsinya juga.
Nah nanti beliau ini yang mengasuh anak saya yang keempat. Ketika saya spesialis. Dan saya waktu itu saya mau sekolah.
Tapi gimana anak saya ini kan. Saya tinggal umurnya satu tahun. Mas Susi bilang nanti aku.
Yang ngajarin semua yang hedel. Ngantarkan sekolah aku. Yaudah saya berangkat.
Dan ketika lulus itu. Saya bilang sama suami. Aku is now gitu ya.
Sesuai yang mas inginkan. Saya tak di rumah saja gitu kan. Suami saya bilang.
Oh yaudah gak apa-apa. Cuman setelah enam bulan dia bilang. Emang gak sayang punya ilmu gak.
tidak dimanfaatkan, tidak diaplikasikan. Terus saya bilang, kan yang cari nafkah laki-laki ya, suami ya, bukan perempuan. Saya bilang, enggak, saya tidak menyuruh kamu cari nafkah. Cari nafkah tetap saya.
Kamu itu hanya mengaplikasikan ilmu yang kamu punya. Kan saya yang punya ilmu segitu, banyaknya tidak dimanfaatkan, tidak diaplikasikan. Akhirnya Yudha dibuatkan klinik dekat rumah waktu itu.
Klinik yang pertama itu, rumah saya dulu dekat sana. Jadi saya itu punya karakter begini ya, kalau ada peluang itu harus cepat kita eksekusi. Jadi klinik itu tidak ada pikir macam-macam, ya mengoptimalkan potensi yang kita punya. Supaya nanti tidak ditanya sama Allah SWT, kamu sudah dokter spesialis, kamu tidak ngapa-ngapain. Kan kasihan, sudah diberikan kemampuan tapi kita tidak mengoptimalkan.
Jadi kalau ada peluang ya segera kita ambil. Klinik pertama itu kita bangun, selesai kita resmikan pas ulang tahun pernikahan yang ke-17. Kan 2010 ya, 14 tahun yang lalu kita bikin klinik itu.
Memang istri saya memang dari nol ya Nggak pernah bekerja di rumah sakit Kemudian juga belum pengalaman kita untuk bisnis klinik ya Kalau orang Jawa itu ya bilangnya Kerekelanek watu dipikir sambil melakukan Awalnya itu aja tidak ada pikiran macam-macam Dan juga istri kebetulan dokter mata ya Saya bertanggung jawab untuk mendirikan klinik mata gitu Klinik mata utama namanya pada saat itu 2010 Alhamdulillah sampai sekarang masih pro-parasional Ternyata benar ya, kalau ilmu itu tidak diaplikasikan, tidak dimanfaatkan nanti jadi hilang ya Ketika kita bikin klinik, kita sepakat ya, klinik ini mau dibawa kemana Walaupun kecil ya, saya tidak menyangka juga akhirnya punya rumah sakit dan beberapa capang Kita sudah komitmen ya, oke bikin klinik Tapi bukan semata-mata profit saja, tapi bagaimana klinik ini akan bermanfaat untuk semuanya, nggak hanya pasarakat ya, mungkin tapi juga tenaga kesehatan, misalnya perawat, dokter spesialis mata, ya mungkin teman-teman yang ingin bikin klinik supaya bisa belajar di tempat kamu. Kemudian bagaimana klinik ini ketika saya meninggal sama Mas Fusi tetap memberi manfaat. Jadi akhirnya kita punya misi ya Mas ya, profesional, edukasional, dan sosial itu.
Jadi profesional tentu saja, kami ini selalu mengupdate. Kemudian alat-alatnya juga diupdate supaya canggih, kemudian edukasional, kami aktif memberikan edukasi, tidak hanya intern ya, staff kami tapi juga ke masyarakat, ke dokter spesialis, kemudian ke para tenaga kesehatan yang lain, jadi tempat training juga. Jadi spesialis mata yang ingin mengupdate ilmunya, teknik operasi tertentu, kami bisa mengajarinya.
Kemudian terakhir sosial, karena hobi kami itu memang saya sejak lulus dokter umum itu hobi baksos sih. Jadi sepakat teknik itu seperti itu akhirnya kita bikin. Tapi karena saya nggak biasa berwirausaha ya mas ya Jadi awalnya bikin klinik itu tentu saja banyak nomboi ya Nah saya sempat galau ya waktu 2 tahun awal itu Jangan kan untung gitu ya, pak po aja enggak gitu ya Jadi bener-bener dia operasional itu dibanyak daripada pemasukan pendapatan Lalu bilang saya masuk gimana ini mau dilanjutin enggak gitu kan ya Kata mas Susi, ya lanjut aja kenapa enggak gitu Karena klinik itu bukan kayak jualan kue yang kita misalnya bikin Terus hari itu laku, kalau nggak laku ya diobrol mungkin ya Tapi kalau jasa itu butuh waktu, kata Mas Susi.
Oh, ya sudah, karena kan saya enggak pengalaman berwirausaha, saya manut aja. Tahun 2013 ya, waktu itu kan belum ada CKN ya, BPJS ya. Jadi klinik kami itu, 5 tahun awal itu memang menerima pasien umum saja, sama Baksos. Awal-awal bikin klinik itu, supaya kliniknya kelihatan rame, kita bagi voucher untuk pemeriksaan gratis.
Jadi sejak awal klinik kami enggak pernah sepi, karena banyak orang pereksa, tapi enggak ngerti kan mereka gratis. Terus dokternya juga enggak bengong gitu loh, kan kita ada dokter juga selain Selain saya, ada yang lain kan. Jadi mereka kita periksa gratis, minimal kata Mas Susri, minimal mereka merasakan pelayanan kita.
Nanti perkara dia beli obat di tempat kita, atau nggak dibeli obatnya, nggak apa-apa, perkara lain. Jadi kerjaannya perawat saya waktu itu, yang nyetempelin tanggal berlakus voucher itu, dan membagi ke RT, ke RW, kemudian ke masyarakat, ke komunitas, ke gereja, ke masjid, ke mana-mana, supaya dikenal. Saya sendiri turun langsung ke setiap fasilitas kesehatan primer, misalnya klinik atau puskesuas, mengenalkan bahwa saya punya klinik. Saya terjun sendiri. Terus pada tahun 2013 itu.
Tahunya kan setelah kita bikin rekapan. Ternyata 2013 itu operasi yang gratis itu. Jumlahnya sekitar 1.300an ya mas ya.
Setahun. Sementara yang bayar itu cuma 300. Terus kok dipikir dari mana duitnya. Ya gak tau gitu ya. Kalau ada teman yang tanya.
Gimana mbak? Makanya gak usah dihitung. Kalau baksus gak usah dihitung duitnya.
Dilakukan aja. Dijalanin aja. Tapi sebenarnya dengan kita banyak mengerjakan operasi. Apapun ya. Memoper payah.
Bayar maupun gratis. Skill kita jadi terlatih. Jadi sebenarnya modal awal untuk kami semua menjadi tambah pinter ya.
Saya yang justru berterima kasih kepada pasien-pasien. Karena dengan mereka percaya untuk kami operasi, skill kami juga meningkat. Dulu ngerjain satu mata bisa 4-5 menit ya.
Sekarang satu jam bisa 6 mata. Jadi 10 menit. Operasinya cuma 5 menit?
Iya, operasinya 5 menit. Sementara kalau mereka yang baru lulus, belum bisa kan, pamat. Mungkin dari doa-doa yang kita operasi gratis dan sebagainya, itu yang mungkin tidak dikabulkan. dipercayakan oleh Allah SWT sehingga klinik kami tambah banyak dan karyawan juga tambah banyak.
Kita sama-sama founder ya, memang ada juga kita kerjasama-sama, masih ada mitra saya dulu dan juga masih ada hubungan keluarga ya, karena iparan itu yang kita ajak untuk bergabung juga. Jadi pembagiannya adalah saya di director utamanya, lalu istri saya di urusan medisnya. Kita dengan value tadi mas ya, dengan proyek di sosio. Makanya kalau misalnya dia tidak punya WBJS, kemudian minas dan sebagainya, artinya tidak mampu gitu.
Ya kita gratisin. Artinya kita tuh baksosnya gak nunggu event apa gitu, enggak. Jadi kalau hari itu dia datang, kemudian kita tanya, oh memang kita diagnosa ya, ada kataraknya, contohnya.
Terus saya lihat kan kelihatan tuh pasien gak mampu. Terus saya tanya, apakah bapak punya asuransi, misalnya BPJS? Enggak punya, dok. Terus saya tanya ibunya kerjaannya apa? Kita anggap dia keluarga prasajatera.
Yaudah hari itu juga kita gratisin. Jadi menjembatannya itu, dengan misi itu, dan kita ada visi itu adalah meaningful life. Jadi menjadikan kita, tim I-Link Group itu, menjadi orang-orang yang bermakna dalam kehidupannya. Jadi bukan hanya bermakna bagi dirinya, keluarganya, ailing grup, bangsa, dan agama itu dalam tujuan yang sama.
Nah itu yang harus kita pegang. Kalau menurut saya membangun sebuah usaha memang harus tumbuh terus-menerus. Kemudian harus lebih bermanfaat dan juga harus meningkat skill kita. Makanya kita ada edukasional ya.
Jadi kepermanfaatan, kemudian kita profesional, kemudian SDM. kita tumbuh dan jangan lupa kita juga harus mengembalikan sebagian keuntungan kita untuk sosial. Jadi kita bentengi dengan pro edu sosio gitu.
Pro edu sosio itu nggak langsung dari awal kita ada misi. di produsio, cuman dalam perjalanan waktu itu di tahun 2014 itu saya pernah ngisi ada sosio-preneur gitu loh, oh iya bagus juga ya sosio-preneur gitu kan, karena kita di bidang kesehatan dan memang kita harus menuntut profesional ya Karena bidang kesehatan itu kan tidak bisa sena sendiri ya, sena sendiri dalam artian standarisasi kita harus perhatikan, kemudian prosedural, ada aturan-aturan tentang medis dan sebagainya itu memang harus kita kuatkan, kita harus profesional gitu munculnya. Nah kemudian dalam perjalanan waktu itu ternyata istrinya mungkin cerita bisa bagaimana perjalanannya akhirnya bisa operasi, istilahnya dalam operasi Katara itu ada operasi Veko emulsifikasi gitu ya. Nah dia mencari guru itu repot banget gitu.
Jadi selalu lulus itu kami gak, saya waktu itu yang belum dikasih skill tentang teknik tertentu namanya Veko gitu ya. Nah sementara saya sudah trauma sekolah lama ya mas. Jadi ini ada sih kalau mau sekolah di luar negeri.
Misalnya ngambil fellowship atau ngambil kursus singkat dua minggu. dua bulan gitu bisa di Singapura atau di India atau dimana saya nggak mau saya bilang ah cukup saya sekolahnya sudah saya jangan dirayu lagi untuk sekolah lagi kalau gitu ya udah cari guru aja mesin sudah diberikan oleh Mas Susri mesinnya cukup mahal ya ratusan juta saya bilang aku lho guru iso operasi kok mau tukok kayak mesin kuih ya bendang iso akhirnya saya nyari-nyari guru ternyata nggak mudah loh mungkin ada orang yang operasinya bagus ternyata dia bukan seorang guru artinya kalau dioperasi untuk dunia sendiri bisa tapi untuk ngajarin ternyata sulit juga ya, sejak saat itu saya berniat pokoknya jangan ada lagi orang yang seperti saya, setelah lulus spesialis mata untuk cari belajar teknik VEKO itu kesulitan, akhirnya yaudah, gimana caranya tempat kita itu jadi tempat belajar bagi teman-teman sejawat yang belum bisa teknik tersebut makanya muncullah edukasional Berkesan selama menjadi dokter spesialis patah apa? Kalau operasi pernah awal-awal itu kalau ada sepatu penyulit dan sebagainya, dia nggak bisa tidur sampai 3 hari.
Saya merasa bersalah gitu. Kalau dalam medis itu ada penyulit ya, karena setiap mata itu kan ada tingkat kesulitannya macam. Sebenarnya kalau ada penyulit ya tidak apa-apa, kalau kita belum punya alatnya tinggal dirucuk saja. Tapi saya sebagai seorang dokter merasa bertanggung jawab. Kok sampai terjadi penyulit saya tidak bisa mengatasinya.
Tapi Mas Susri bilang, kamu memang ada penyulit. Ada gak sih niatan untuk bikin kasus itu terjadi komplikasi misalnya? Ya gak ada niatan. Ya sudah kamu udah belajar dengan baik, berusaha dengan baik.
Toh akhirnya terjadi komplikasi itu kan diluar kendali gitu. Jadi ya dia melikmahnya saja. Tapi tetap aja saya semalam bisa nangis saya.
Jadi yang sisi lain yang gak dilihat oleh orang lain gitu ya. Sebagai seorang dokter itu dokter itu kadang doa-doanya bukan untuk keluarganya anaknya loh. Tapi untuk pasien loh.
Karena rasa tanggung jawab gitu ya. Semoga pasiennya baik-baik saja. Semoga cepat sembuh, semoga tidak terjadi penyulit. Karena tiap pasien, walaupun saya sudah ngerjain belasan ribu mata, tapi tetap aja tiap mata itu punya ilmunya masing-masing. Dan konon katanya di barat sana, dokter spesialis yang tingkat depresinya paling tinggi itu dokter mata.
Karena pasiennya nggak meninggal, mas datang terus, kontrol lagi, ketemu lagi. Pasien kan komplain terus, pasien jantung, pasien stroke kan udah meninggal, nggak ketemu lagi. Tapi di satu sisi, kebahagiaannya juga banyak. orang buta kemudian bisa melihat, itu kan luar biasa ada komplikasi kan semua profesi atau bahkan kalau kita naik motor kan juga ada risikonya kan tidak ada yang menjamin orang naik motor atau naik pesawat tanda tangan saya mesti selamat sampai tujuan kan tidak ada yang berani dokter pun juga begitu kan, Pak, Pak, Pak saya berhasil 100% ya tidak berani jadi saya itu tidak pernah menjanjikan misalnya kalau habis operasi pasti bisa melihat, tidak mas diusahakan, diupayakan untuk ke sana caranya alatnya canggih, dokternya begini-begini tapi nanti hasilnya kita gak ngerti.
Bisa jadi penglihatannya lebih buruk, bisa lebih baik. Selalu saya tekankan seperti itu karena gak ada yang serba pasti ya. Ya kadang-kadang kita nggak menyangka bahwa, kan saya dulu sering keliling ya untuk mengedukasi pasien, kemudian saya pereksani ada kataraknya apa enggak.
Kalau ada kataraknya, dua mata kan kadang-kadang kita memang menggratiskan, karena memang nggak mampu. Dulu zaman belum ada CKN. Nah ternyata untuk datang ke klinik kami pun mereka itu gak ada akses ya, artinya gak ada biaya.
Jadi kebahagiaan tersendiri ketika pasien yang sudah saya screening, kemudian dia orang gak mampu, tidak punya akses atau tidak punya asuransi BPJS. Kemudian dia mau datang ke klinik kami dan kami operasi dan berhasil itu kebahagiaan yang gak bisa dihitung. Bahkan dengan uang sekalipun. Apalagi dia usianya masih usia produktif.
Katarak itu nggak hanya diderita mereka yang usia tua. Kadang-kadang mereka usia produktif, mas. Usia 40 tahun ada juga yang katarak.
Padahal dia tulang punggung keluarga misalnya. Saya pernah operasi pasien bau. Raki-laki tulang punggung ya.
Datang ke kini kami, saya lupa ini. Ini juga gratis karena dia nggak mampu. Kalau orang itu kan bisa melihat walaupun dengan satu mata ya.
Ini dia dua mata nih, nggak kelihatannya. Saya bisa melihat apalagi itu rasanya itu seperti... seperti surga, karena saya sudah lebih dari 5 tahun tidak bisa bekerja.
Itu senangnya luar biasa, saya tidak bisa dinilai dengan uang, dengan apapun. Dan pasien seperti itu banyak, karena saya sudah 14 tahun menangani mereka. Jadi, ya mungkin benar jauh dari nyawa, tapi dengan kita tidak bisa melihat itu menjadi beban. Tidak hanya harus ada satu orang yang menjaga, tapi beban karena dia usia produktif kan, jadi tidak bisa menafkai keluarganya. Ini yang paling berkesan.
Ada anak muda mas umurnya 20an Dia hantar bapaknya Sudah operasi sebenarnya sejak kecil Dia katarak bayi Dan dia datang ke tempat kami Kondisinya buta Dua-duanya Terus saya pereksa Cukup sulit juga Dan saya biasanya kalau sama pasien itu Saya jangan ngobrol Jadi penyakitnya aja kan Sekolahnya sampai apa Karena kondisinya buta Saya tanya udah berapa lama Sudah lama dok Sudah sejak saya SD Saya kayak gini Nah kamu berarti sekolahnya sampai usia berapa Saya gak sekolah SD pun gak lulus Karena tidak kelihatan. Oh, terus kamu ngapain sehari-hari? Di rumah, di kamar. Tidak keluar ya? Karena tidak kelihatan dan dibully juga.
Lihat terus, kok baru ke sini? Saya bilang begitu. Ya, saya mungkin bisa dioperasi di sini.
Karena tetangga saya banyak dioperasi. Kadang-kadang pasien tidak mengerti ya penyakitnya sama atau tidak. Dibikinnya semua bisa dikerjakan.
Lihat terus saya diskusi dengan tim, diapain ya pasien ini ya? Lensainya sudah terpasang, mas. Cuma karena kena radang akhirnya tertutup lagi.
Jadi penglihatannya tidak kelihatan. Akhirnya saya bongkar. Jadi lensainya yang lama itu saya ambil. Lihat terus saya tanam. tanam lensa yang baru.
Alhamdulillah akhirnya berhasil. Jadi jarak mungkin setengah meter akhirnya sudah jauh, sampai mungkin 20 meter dia kelihatan. Senang kan?
Tapi saya selalu kasih nomor WA saya ke semua pasien. Ini nomor WA saya, Anda boleh konsultasi kapanpun berkaitan dengan mata. Terus dia WA saya, Dokter, dokter masih ingat saya, masih lah Rizky, gimana kabarmu?
Dok, Alhamdulillah. Gimana kamu? Saya sekarang sudah kerja. Saya nggak percaya dong.
Kok bisa? Kamu nggak punya ijazah SD, kok bisa kerja? Bisa dok, kan di kerja ini banyak pabrik ya. Rupa-rupanya kalau rang satu itu apapun lulusannya bisa diterima. Kerja harian, oh syukurlah saya bilang itu.
Dia selalu kasih gambar saya, kapan dok operasi mata satunya? Satunya kan belum saya operasi. Padahal dengan satu mata dia sudah bisa melihat ya mas. Ya udah kapan kamu siap? Akhirnya kita operasi lagi.
Terus sekian tahun dia ngabarin lagi, dok saya udah nikah. Oh ya selamat ya Rizky, blablabla saya punya anak nih. Ternyata anaknya kataraks juga mas.
Jadi ada yang genetik memang kan ya. Terus yaudah dia karena sudah tahu betapa bahayanya terus dia operasi juga. Terus terakhir ketemu itu.
Saya lupa ya, saya kasih rujukan anaknya kali ke rumah saya, tetap selama, tapi dia kasih WA saya. Dokter terima kasih karena dokter sudah memberi warna pada hidup saya. Jadi kan dia 20 tahun loh di rumah, ya nggak beraktifitas, nggak punya teman gitu ya, temannya cuma bapaknya yang penggali kubur tadi.
Dengan dioperasi itu akhirnya bisa berkarya ya mas ya, menggapai cita-citanya, dia menikah, punya anak. Nah itu sudah kebahagiaan yang kasih uang 1M aja nggak ngalahin itu. Bapak R.I.H. Bapak R.I.H. Kalau di Indonesia ini penyebab kebutaan terbanyak itu katarak. Katarak itu karena degeneratif satu. Degeneratif itu karena usia.
Rambut ada ubannya. Mata itu semula bening jadi kerak. Ruh namanya Katara.
Kemudian penyebab gangguan penglihatan yang berikutnya, yang lainnya itu adalah kelainan refraksi atau kacamata. Jadi minus plus itu loh mas. Itu penyebabnya ya kalau sekarang anak-anak pegang gadget itu salah satu penyebabnya. penyebabnya itu.
Jadi sekarang dokter mata itu kalau ada anak-anak usia tumbuh kembang, umur di bawah 18 kalau pakai kacamata, itu salah satu nasihatnya adalah main di luar rumah supaya nggak pegang kacet. Kalau yang lain yang cukup banyak adalah karena kencing manisnya, Mas. Jadi penyakit kencing manis yang komplikasinya ke dalam bola mata.
Iya itu juga sih. Lokasi kliniknya di mana aja? Di Gresik, Lamongan, Bangkalan, Sidoarjo, Trenggale.
Surabaya. Rumah sakitnya di Serang sama Lamongan. Yang Lamongan itu yang baru beroperasi sejak Januari ya.
Dalam mengelola usaha, teman-teman. minimal ada 3 komponen yang harus kita kuatkan salah satunya yang pertama itu visi misi itu penting banget ya makanya sampai kita harus sering menggaungkan visi misi yaitu meaningful life sama perhidupan sosial kemudian kita ada juga ke small level tim kita juga kemudian ada budaya aksi kita namanya jadi aktif berkarya kemudian kolaboratif kemudian sepenuh hati melayani dan inovatif gitu ya di samping itu juga ada leader gitu ya jadi ada leader Mulai dari saya, kemudian tim kepala devisi, manajer, leader itu harus kuat. Makanya untuk pelatihan kayak kemarin ada acara ELDP ya, Highly Leader Development Program gitu ya.
Kemudian manajer skill dan sebagainya. Ini harus kita kuatkan. Jadi pertama adalah visi misi, kemudian yang kedua adalah para leader termasuk kita.
Kemudian yang ketiga adalah tim. Jadi antara visi misi, leader, dan tim ini harus kuat menjadi satu kesatuan. Kita sebelum ngomong keuntungan, manajer.
real, produk, nah ini harus kita kuatkan juga dan juga bagaimana saya usaha sama istri saya itu memang harus disupport, pertama support itu keluarga ya, keluarga ini sangat penting anak-anak, kalau kita suami harus support istri, kalau istri harus disupport suami gitu ya, kemudian juga interaksi kita dengan mentor ataupun konsultan ataupun guru ya, secara intense dan juga secara skill tentang manajemen rumah sakit, sehingga kita banyak banyak yang men-support kita dari pelatihan leadership, kemudian pelatihan tim yang lainnya, di keuangan, di perbajakan, di SDM, kemudian di bisnis rumah sakitan dan sebagainya. Kita banyak tentang digital marketing juga, kita ada beberapa konjuriternya yang harus kita men-support tim kita. Sehingga tim kita kapasitasnya harus semakin besar.
Kemudian juga harus ada tim yang membantu spiritual kita. Jadi di dalam tim ini harus digerakkan secara spiritual. Bagaimana? mereka berkarya di I-Link itu bukan hanya skillnya di asal, tapi juga keimanan ketakwaan, ibadah, dan sebagainya harus kita tingkatkan, harus semakin baik jadi bagaimana tim itu masuk di dalam I-Link Group itu harus nambah, jadi makanya kita membangun diri, keluarga I-Link, bangsa, dan agama itu dalam satu tarikan nafas dalam tujuan yang sama jadi keluarga kan kita punya program PBS ya program bimbingan spiritual untuk semua karyawan, jadi tiap pekan mereka ada dibagi kelompok-kelompok gitu kita datangkan guru spiritual untuk memotivasi, untuk menambah keikhlasan, untuk menambah spirit bekerja, gitu dan sebagainya disamping itu juga ada rutin di kita itu, di kantor pusat itu kalau setelah sholat duhur sama sholat asar, kita ngaji gitu disamping itu juga ada pemimbing juga untuk yang ngajari, baik yang putri maupun yang putra, untuk memastikan bahwa bacaan Qurannya itu bisa lancar ngaji Qur'an juga PPS tadi di luar itu akhlaknya, akidahnya Saya meyakini bahwa yang dinilai Allah SWT itu adalah bukan hasilnya, tapi prosesnya. Makanya dalam bisnis itu saya sering, pokoknya yang penting itu kita usahalah.
Jadi mengenai hasilnya itu kita tawakal pada Allah. Karena kalau kita mencampuri hasil itu berarti mencampuri... Allah untuk menentukan hasilnya padahal hasil itu adalah prerogatif Allah tetap ada target kita maksimalkan potensi yang Allah berikan kepada kita target itu memang Sebuah panduan ya, tapi bukan tujuan.
Kalau saya memandang tujuannya, prosesnya harus mengarah ke sana. Dan yang penting kita meningkatkan kapasitas. Jadi kalau target nggak terpenuhi, tapi teman-teman tambah pintar, nggak apa-apa.
Tambah tangguh, tambah harmonis dengan keluarganya. Tambah soleh, soleh, ya nggak apa-apa. Kapasitas, kita mengatakan kapasitas. Kapasitas mereka bertambah, walaupun targetnya belum tercapai.
Tinggal kita cari penyebabnya, kenapa nggak tercapai. Iya, tapi... KPN dan sebagainya tetap ada tetap, tapi bukan berarti nanti utarsinya tidak tercapai, tidak apa-apa ya tetap harus kita upayakan, tapi kalau sudah maksimal, kemudian ada kejadian ternyata, itu harus kita kita terima sepenuhnya, jangan sampai kita menyalahkan masa lalu gitu ya ataupun menyalahkan yang sudah terjadi atau kita menyesal dari apa yang sudah kita lakukan, misalnya kita menentukan sebuah strategi ya, dan ternyata strategi itu gagal menurut kita jangan sampai kita membuat kita kecewa ya yang berlarut, sehingga kita menyalahkan Allah.
Kenapa kok saya tidak tercapai itu? Karena saya tidak memilih B. Padahal sebenarnya kita lakukan A, kenapa tidak memilih B?
Padahal yang B itu kemungkinan. Kemudian berhasil, kemudian kita mengandai-ngandai gitu ya. Seolah-olah kan menyesali apa yang sudah terjadi karena kesalahan-kesalahan kita. Padahal kita merasa bahwa sesuatu yang sudah terjadi itu kan sudah tercatat dalam kotoran-kotoran Allah SWT. yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita bisa mengambil ibrohnya.
Dan semua kejadian yang sudah kita lalui itu adalah untuk melewasakan kita. Jadi saya ingatkan kepada tim itu bahwa kita harus mengikhtiarkan secara... secara maksimal apapun hasilnya ya kita terima kita pastikan harus kita terima kesempatan tim jenengan untuk bertumbuh dan berkembang takut di tikung awal-awal begitu ya misalnya ada karyawan terus sudah pinter terus tiba-tiba dia pindah rumah sakit awal-awal tuh kayak manggel ya maksudnya dokter juga kadang-kadang kita pinterin tiba-tiba dia risen lama-lama enggak tuh mas kan mau nggak mau tetap bermanfaat karena dia punya ilmu yang sudah kita berikan dan dia bermanfaat di tempatlah Jadi kalau sekarang ada yang masuk kemudian keluar, saya berdoanya begini, mudah-mudahan di tempat yang baru kamu lebih baik, artinya lebih bisa berkarya. Kami pun juga akan lebih baik ke depannya.
Jadi ya santai aja. Kayak tadi kan saya bikin training sesuatu, terus dia pengen bikin klinik di Kota, di Jawa Timur juga. Ya gak apa-apa dikopas kok mas.
Malah karyawannya magang satu bulan, free. Ya bener-bener dikopas, sak. Mejanya, mereknya apa, ini merek apa, dikopas sama dia.
Ya gak apa-apa gitu loh. Ya makanya meaningful life itu memang sesuatu. Hidup lebih bermakna gitu loh. Hidup itu bermakna. Anfa umlinas gitu loh.
Bermanfaat bagi yang lain. Soalnya saya memandang bahwa pesaing, dalam kata-kata saya pesaing itu enggak ada ya. Jadi yang lain itu menjadi inspirasi aja bagi saya untuk saya bisa melakukan, oh saya enggak melakukan ini ya, di sana sudah. Oh saya bagaimana bisa mencontoh suatu hal yang lebih baik lagi gitu ya.
Bukan berarti saya menjelekkan atau apa ya. Enggak, enggak. Mudah-mudahan enggak lah. Menginspirasi ya mas ya. Jadi saling fasta people hoyo ya.
berlomba-lomba dalam kebaikan. Ya enggak apa-apa, jadi kalau ada spesialis mata mbak, saya mau bikin ini. Enggak apa-apa, datang aja. Mau tanya apa? Nanti timnya saya siapin.
Mau tanya keuangan, marketing, mau tanya apa, mau beli alat ini di mana, diskonnya berapa, kasih semua mas. Kan ada yang katakan juga kalau usaha bisa dikopi, rezeki kan enggak bisa dikopi. Di I-Link ini bukan hanya untuk bekerja, tapi untuk tumbuh bersama.
Dan bagaimana kita bisa membuat masalah, itu bisa menjadi sebuah kesempatan. hasilkan sebuah solusi dengan karya nyata. Dan bagaimana kita selalu bermanfaat melalui visi-visi tadi, mulai meaningful life dan produce socio, bermanfaat.
Kemudian yang pasti bahwa kita harus tumbuh bersama. Bukan hanya ailingnya yang tumbuh, tapi pribadinya keluarganya tumbuh lebih baik. Dan juga ailing, dan bangsa, dan agama itu harus tumbuh.
Kemudian setelah tumbuh, ya otomatis mudah-mudahan kita berkelanjutan gitu ya. Di dunia maupun di akhirat. Dan di klinik ini adalah tempat ibadah. Dan yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa membersamai pasien dengan sepenuh hati.
Ibarat pasienmu adalah bapak ibumu keluarga. Dan ini adalah peluang yang gampang sebenarnya untuk mencari pahala dalam tanah betik ya, mencari ibadah karena kita menyembuhkan seorang. Dan ingat bahwa amal jariah pada saat kita bisa membantu orang, bisa sembuh, bisa melihat kembali, kemudian dia bisa beribadah, bisa membaca Quran, bisa mencari nafkah.
Itu juga adalah kontribusi dari aktivitas kamu yang ada di Ailing Group. Karena mereka usianya kan rata-rata di bawah saya, bahkan seperti anak saya. Jadi rata-rata staff kami itu saya anggap jadi anak sendiri.
Kalau anak sendiri ya enggak kemana-mana kan. Saya hafal kalau teman kamar operasi khususnya ini anaknya umur berapa, kelas berapa, suaminya kerja di mana, dia ada masalah apa beberapa tahun saya di keluarganya. Itu sih jadi mudah-mudahan saya bukan menjadi seorang peminat saja, tapi menjadi teman curhat, teman menyelesaikan masalah dan ya seperti ibu lah dianggap ibu.
Jadi mereka enggak takut kalau ada masalah apapun mudah-mudahan mereka terbuka untuk hal yang pribadi. Jadi saya terbuka apalagi untuk yang urusan pekerjaan. Saya berusaha membangun itu. Jadi jangan sampai menganggap saya ini seorang pimpinan yang ditakutin dan diapain.
Tapi anggap saja saya ini ibu kalian yang siap menerima semua keluhan dan mudah-mudahan bisa menyelesaikan. Saya sama istri saya sebenarnya karakternya sangat beda. Kalau istri saya itu lebih terstruktur.
Saya tidak terstruktur. Sering melengkapi. Saya suka berserak.
Istri saya itu suka bersih, kalau istri saya itu lebih berhati-hati pada orang, kadang-kadang itu saya kurang berhati-hati, biasanya gitu sih sama tim itu, sering diingatkan sama istri saya. Ojo sakar pdw kadang-kadang. Tapi mas katanya itu kalau jadi suami istri itu gak ada yang cocok. Yang ada itu dicocok-cocokkan.
Itu kuncinya. Dia papa kan pasti gak cocok. Jadi gimana kami saling mencocokkan gitu ya. Jadi akhirnya saya menyadari ada pasti ada kelebihannya. Mas Susi ada kelemahannya juga, saya pun juga begitu.
Jadi yang digedein yang kebaikannya aja, yang kurang baik ya nggak dilihat gitu loh mas. Karena kalau dipaksa mau diperbaikin kalau sudah karakter kan sulit gitu ya. Kayak tadi saya suka yang bersih-bersih, Mas Susi agak nggak bersih gitu kan sulit ya.
Ya saya menyadari gitu. Tapi Mas Susi ini bedanya sama saya, Mas Susi ini visioner dan dia ini berani bernimpi. Kalau saya takut, jadi saya nggak mikir ke sana, dia sudah mikirin ke sana.
Baru punya satu klinik, kalau ditanya orang cita-citanya Pak Ruski gimana? Saya punya 100 klinik, saya masih nyenggel. Ngapur Rai, saya bilang gitu. Tapi dia sudah punya mimpi ke sana.
Saya nggak tipe orang yang visioner ya. Apa yang ke depan mau di... Mau ke depan? Ya nanti saya ingin punya 100 klinik Karena kebutuhannya memang di Indonesia ini sangat besar banget Karena dari itungannya gitu ya Istilahnya itu ada Katarak Surgeon Jadi operasi Katarak per 1 juta penduduk dalam waktu 1 tahun di Indonesia itu masih 2.800 ya. Sementara kebutuhan di Indonesia atau standar internasional itu sampai 9.000.
Jadi masih ada di Katarak. Dekatkan lipat gap kebutuhan yang memang tidak mematikan orang buta itu, tapi produknya seturun, kualitas hidupnya rendah, kemudian tidak optimal untuk ibadah, kemudian dia akhirnya harus dibantu sama orang lain. Dan saya yakin bahwa pada saat kita memelihara ataupun kita bisa menyembuhkan satu orang, tapi sebenarnya bukan satu orang itu, tapi sebenarnya adalah satu generasi. Dia nanti beranak, kemudian bercucu, bercicit.
Terima kasih. satu generasi itu adalah salah satu yang bisa kita upayakan yaitu membuat mereka bisa melihat kembali. Saya ingin rumah sakit itu lengkap mas, lengkap itu semua subspesialis ada, sekarang masih belum semua ada ya, tapi saya ingin lengkap, artinya ketika kita membantu pasien itu totalitas, jadi tidak perlu merujuk-merujuk lagi ke Surabaya atau ke kota lain yang lebih lengkap. Jadi di rumah sakit yang kami miliki itu memiliki subspesialis yang lengkap.
Oh iya kalau saya sih kepingin. tim saya tumbuh, jadi tak menggantungkan ke saya sama istri gitu dan juga kepada anak-anak gitu jadi bukan family business, tapi family in business jadi family dalam bisnis bukan bisnis ini adalah bisnis keluarga bukan, tapi keluarga yang ada di dalam bisnis jadi aturan-aturan profesionalitas kemampuan, kapasitas itu harus dilihat sehingga anak-anak saya yang masuk dalam bisnis itu memang benar-benar sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya jadi kapasitas secara pribadi harus tumbuh, kapasitas spiritualnya harus harus tumbuh kapasitas manajemennya harus tumbuh juga ya harapan saya sih kapasitas perusahaannya harus semakin besar juga juga kapasitas sinergi kepada masyarakat itu juga harus tumbuh gitu ya jadi aspek pergaulan itu juga tumbuh dan aspek investasi itu juga tumbuh mudah-mudahan di Eiling Group itu saya ingin bisa selalu Eiling tumbuh itu bisa bermanfaat kemudian bisa tumbuh di Eilingnya keluarganya pribadi badinya, spiritualnya selalu tumbuh, dan keberjayaan masyarakat juga bisa tumbuh, dan bisa berkelanjutan terus-menerus, dan bisa diwariskan kepada anak cucu, dan kepada masyarakat, dan kepada siapa yang bergabung, itu juga bisa bermanfaat juga, bisa tumbuh, dan bisa berkelanjutan. Itu adalah penasaran.
Terima kasih. Saya Muhammad Rusli dari I-Link Group dan ini istri saya Uyunari Dwi Kaptuti Mengucapkan terima kasih Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh