Transcript for:
Puisi dan Sejarah Kehidupan Petani

Saya akan membacakan puisi yang saya dedikasikan untuk para petani. Mata luka sengkon karta, serupa maskumambang, pupuh mengantarkan ujangan hidup kecapi. Dalam suara sunyi menyendiri, pupuh dan kecapi membalut nyeri, menyatu dalam suara genting. Terluka, melukai, luka-luka, menganga akibat ulah manusia.

Terengah-engah dalam tabung dan selang Aku seorang petani Bojong Sari Menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri Kesederhanaan padutan hidup Dapat untung dilipat dan ditabung 1975 Tanah air yang pecinta Berumur 29 tahun Waktu yang muda Bagi berdirinya sebuah negara Lambang Garuda Dasarnya Pancasila Undang-Undang 45 Merajut banyak peristiwa Peralihan kepemimpinan yang mendesak, Bung Karta diganti Pak Karta dengan dali keamanan negara. Pembantaian enam jeneral, satu perwira, enam jam dalam satu malam, mati di lubang tak berguna, tak ada dalam perang Mahabharata, bahkan di sejarah dunia, hanya di sejarah Indonesia. Pemusnahan golongan kiri, PKI, wajib mati, pemimpin otoriter, repelita, rencana pembangunan 5 tahun bisa jadi rencana pembantaian 5 tahun di tahun-tahun berikutnya.

Kudapati penembak misterius, tak ada salah apalagi benar, tak ada hukum negara, pembantaian dimana-mana diburu sampai gotor di mulut, dor di kepala, diikat tali, dikepanik karung. Penguasa punya tahta yang tidak ada, bisa diada-ada. Akulah sengkuan yang sakit, berusaha mengenang setiap luka, di dada, di punggung, di batuk yang berlapis tuberkulosis. Malam Jumat 21 November 1974 Setiap malam Jumat, Yasin dilantungkan dengan hibat.

Bintang-bintang berzikir di kedipannya, suara-suara binatang melengkingkan. Tujuan untuk Tuhan, istriku masih mengenakan mukena mengambilkan minum dari dapur. Di kejauhan terdengar warga desa gaduh, ya adilis saja si keluarga rampok.

itu usir saja dari kampung sini bakar saja rumahnya betul di lubang bilik ada banyak obor dan petromak menyala teriakan tegas saudara, syengkon saudara sudah di kampung abri kamu selamat menyerahlah saudara tidak bisa kabur istriku kaget kok kamu kaget Kebingungan. Demi Allah, saya tidak berbuat jahat. Masih dalam suara yang sama. Kalau saudara tidak mau keluar dalam hitungan tiga, kami akan mengeluarkan tembakan peringatan.

Satu, dua, tiga. Secepatnya aku bisa. Di pintu, ratusan warga mulai melontarkan sumpah serapa. Anjing, panggung. Disampak segalanya ada di mulut warga kata kata tak mewakili prik kemanusiaan warga desa bengis seperti serigala tak ada rasa kasihan dari batu sampai bambu dari golok sampai balok diacung acungkan karaku serentak berkata Allah wabarakatuh batu Bambu dan balok peterbangan ke arahku.

Saudara-saudara sekalian, tolong hentikan. Biarkan pengajilan yang memutuskan hukuman. Aku masih diselimuti kebingungan, disambut raja seluruh badan kepalaku, ditolong senjata rars panjang, mendekati puluhan abdinan pohon.

polisi ya Tantung saja orang yang tahu diri masyarakat anjing goblok dulu naik penggere-gere siap anjing Tuh! Aku dikerumuni pukulan warga Afri dan polisi, ikut-ikutan menentang! Suara tembakan di langit terdengar sayup, aku terkapar di tanah.

Seorang abri menggusurku, darah dan besik tanah bercampur di rubuh. Aku dilemparkan ke atas bak mobil, kondisi antar sadar dan tidak. Selang kejadian, sesosok tubuh dilemparkan lagi ke atas bak mobil.

Ku perhatikan. Wajah yang penuh luka itu Karta Kami ditangkap Atas tuduhan perampokan Juga pembunuhan Sengkon dan karta Terima kasih