Transcript for:
201 Pemahaman Domir Fasli dalam Bahasa Arab

InsyaAllah kita keteruskan, dan kita lemasat bayangnya, atau lemasat balagia daripada surah Al-Ikhlas. Minggu lepas terakhir kita pelajari, yaitu perbezaan antara domber fasli dan domber syani. Pemberizaannya adalah Hamad Katara, dan Pesli digunakan sama ada untuk Taukit, ataupun untuk Al-Hasru, ataupun untuk Iqtisos.

Saya akan menambahkan fasilis Terima kasih. Fasli, yaitu domberi yang didatangkan ataupun digunakan untuk memisahkan antara muktadak dan khobar apabila kedua-dua muktadak dan khobar terdiri dari isim yang ma'rifat. Sehingga jika sekiranya tidak ada nomil yang memisahkan antara mutadad dan khobar, maka khobar tidak menjadi khobar, tapi menjadi menahan atau sifat.

Sebagai contoh, beliau Muhammadun huwa al-aminum. Katalah tidak ada huwa. Muhammadun Al-Aminu itu dia adalah Muhammad Yang Muhammad seorang Yang dapat dipercaya bukan khobar lagi Muhammad seorang Yang atau dapat dipercaya Tapi karena kita mau Al-Amin menjadi Khobar, maka mesti dipisahkan.

Dan huwa itulah namanya al-faslu, pemisah Muhammad huwa al-amin, maka al-amin tidak lagi menjadi sifat kepada Muhammad Tapi sudah menjadi obat Itu satu diantara cara mengenalnya Yang dikatakan untuk memisahkan antara muktadat dan khobar jika kedua-duanya muktadat dan khobar diberi isim yang ma'rifat adapun jika khobar itu tidak sesuai untuk jadi na'at jika khobar tidak sesuai untuk jadi na'at Walaupun ia terdiri pada isim yang makrifat, maka disitu tidak diperlukan lagi domir fasri. Ida kanal khobar la yasluhu ayuqanatan falahajatan lidomir fasri. Itu maksudnya.

Ida kanal khobar abilah khobar. La yasluhu ayyakuna na'atan Tidak sesuai menjadi na'at Walaupun ia isim ma'rifat La hajata Tidak perlu lagi Lidomiril fasri Contohnya, panggannya Jika kau tidak tahu, tidak akan terluka. Jika kau tidak tahu, tidak akan terluka. Contohnya, di ma'ifat, al-mu'amala ma'ifat. Sama lagi, apabila khobar, tidakkan al-khobar.

Tadi kalau tidaknya, saya ulangi, domir fasli, domir yang didatangkan, diperlukan, untuk memisahkan antara muqtadak dan khobar, jika kedua-duanya isim mahrifat. Sebab, bila tidak ada domir fasli, yang kita akan jadikan kalimat yang kita akan khobar itu menjadi sifat sedangkan kita tak mau ia jadi sifat kita mau ia jadikan khobar Muhammadun al-amin Itu kok tidak asal Sekarang Iza kanal khobar Apabila khobar Yang tadi berisi ma'rifah tersebut Mutadak ma'rifah Khobar pun ma'rifah Tapi khobarnya Yang ma'rifah itu tidak sesuai La yasluh Tak sesuai Menjadi Sifat Jika khobarnya yang ma'rifat itu tidak sesuai menjadi sifat, saat itu tidak diperlukan lagi domen fasli. Seperti tadi, di awal, Zomir Fasli diperlukan untuk mengelakkan khobar menjadi sifat.

Sekarang khobar sudah tak layak jadi sifat. Jadi tidak perlu. Contohnya, ad-din itu muktadak, ma'rifat. Al-mu'amalatu itu khobar dan juga ma'rifat.

Sedangkan al-mu'amalah tidak sesuai menjadi sifat bagi ad-din, takkan? Ad-din agama al-mu'amalah itu yang... Bagaimana?

Al-mu'amalah tidak sesuai menjadi sifat... Dan, perjemahan ayat ini, kalimat ini, ad-din al-mu'amalah Agama itu adalah Agama menjadi Agama itu, ini subjek Al-mu'amalah itu berdikil Adalah, bukan yang Takkan mu'amalah menjadi sifat, yang mu'amalah, gimana? Yang menjadi sifat itu mestilah kalimat sifat, yang besar, yang kecil, yang jauh, yang dermawan Al-mu'amalah, jadi itu sebenarnya agama itu adalah mu'amalah Perjemahan kami dahulu, yaitu ad-din, hakikat agama itu adalah keharmonian berinteraksi.

Itu bahasa saya lah, ikut boleh tak, ikut pun tak boleh, cari bahasa sendiri. Salah satu dari inti ajaran agama adalah keharmonian berinteraksi. Mu'ammalah itu kan interaksi So, dalam jual-beli Ya, mesti ada selling itu Dalam sewa-menyewa Dalam berkawan Dalam persatuan Agama itu Inti ajaran agama Islam Adalah keharmonian berinteraksi Karena manusia ini tidak lepas daripada saling memelukan antara satu dengan yang lain setiap harinya Maka Keharmonian berinteraksi, keikhlasan berinteraksi sangat-sangat diperlukan So disini walaupun kedua-duanya, muftadak dan khobar sama-sama isim ma'rifat Tapi tidak diperlukan lagi domir fasli, tak perlu adilu huwa, tak payah Berbeza dengan Muhammadun Al-Amin Ada yang berasa, tahu ya perbezaannya Boleh, boleh rasa perbezaannya Boleh nampak perbezaannya Sebab Al-Amin, kata Muhammadun Al-Amin, kalau tak ada huwa, Amin itu tak jadi muftadak, tak jadi khobar, jadi sifat.

Sementara Al-Mu'amalah, walaupun tak ada huwa, boleh jadi khobar, karena Mu'amalah tak layak jadi sifat. Bingung lagi. Ini penting sekali untuk Muhammadun. Sebab nanti katanya, bila ada mutawakobar dan ma'rifat kedua-duanya, mesti ada dumir fasli katanya. Kan itu kualitas asal tadi Domir Fasli itu diperlukan Yaitu untuk memisahkan Muqtadak dan Khobar yang kedua-duanya Ma'rifat Ad-din al-Mu'amalah pun Kan Muqtadak Khobar Yang kedua-duanya juga Ma'rifat, kenapa tidak perlu?

Rupanya Diperlukan Domir Fasli Antara Muqtadak dan Khobar yang kedua-duanya Ma'rifat itu Jika Kan Khobarnya Khobarnya bukan atau jika tidak digubuhkan domir fasli, khobar akan menjadi sifat. Sekarang jika khobar tak layak dan tak boleh jadi sifat, walaupun isim ma'rifat, tak perlu lagi domir fasli. Tahu?

Faham itu? Boleh nampak? Nah sekarang, sekarang nih Jika sekiranya Jika sekiranya yang di atas itu Ad-Din Al-Mu'amalah Kan tidak perlu, nampak dia ya?

Dhamir Fasli kan? Tidak perlu huwa Bermakna jika kita letak huwa Kita letak huwa Menjadi ad-dinu huwa al-mu'amalatuh Hua ini sudah bukan lagi apa namanya Fungsinya bukan untuk memisahkan Fungsinya bukan untuk memisahkan Mudah khabar karena memang sudah boleh dikenal tapi itu fungsinya sudah menjadi al-hasru atau mungkin al-hasru atau mungkin al-ikhtisas gitu ya Jadi maksudnya sudah Al-hasru Al-hasru itu pembatasan Al-ihtiswa itu membawa makna khusus Khas Jadi seolah-olah Ad-din al-mu'amalah Katalah Inti ajaran agama Agama kita itu adalah Kehormonan berinteraksi Kalau saya bubuh huwa Menjadi ad-din Hua Al-mu'amalah itu tadi dia semuanya sudah menjadi inti aja agama adalah hanya senyapkan ictisos keharmonian bergantian jadi makna ad-din wa'almu'amalah makna halimat ini karena gua ini faydahnya untuk nih Al-Hasru atau Al-Iftisos, jadi makna ini sama dengan Innamah Ad-Din Al-Mu'amalah Apa maksudnya? Hanya saja agama itu adalah Mu'amalah, sama maknanya Itu berbeza dengan Muhammadun Wa'al-Amin Muhammadun huwa al-amin itu terjemahannya tak sama dengan innama muhammadun al-amin tak suatu huwa dalam ayat muhammadun huwa al-amin betul-betul semata-mata fungsinya jadi untuk memisahkan al-faslu Sebagai pemisah antara Muqtadaq dan Khawbah Jadi sama tuh maknanya Ad-Din Huwa Al-Mu'amalah dengan Innam Ad-Din Al-Mu'amalah Boleh pahami gitu? Boleh?

Tak boleh? Bingung lagi? Bingung lagi Perlu bingung nanti sambungannya susah lagi Baik, yang pertama Tak sabung lagi sekali Ayo mula Domir fasli, kan pengetahuan domir fasli Jadi domir yang digunakan, didatangkan, diperlukan Untuk memisahkan antara muktadak dan khobar Jika kedua-dua muktadak khobar itu isim Sampai situ paham? Maknanya kalau ada muktadak khobar jumlah ismiah Yang kedua-duanya, yang terakhirnya daripada isim yang makrifat, bubuhlah doh-me-pasri.

Kisahkan antara itu. Setakat itu paham? Paham. Tapi, ada pengecualiannya.

Jika... Muftadak khobar Yang kedua-duanya tadi Isi ma'rifat Dan khobarnya yang ma'rifat itu Tak layak menjadi sifat Tak boleh jadi sifat Maka tidak lagi diperlukan Ya Mursyadni Ya Wilfas Pasti tak diperlukan lagi Setakat itu faham? Paham? Ini karena diperlukan domir fasli antara dua muftada dan khobar yang berumur marifah itu tujuannya untuk? Yalah, untuk ikan khobar dukhad tujuannya untuk?

Bahkan tujuannya hanya supaya pisah Ya, untuk menjadikan khobarnya tetap jadi khobar Sebab kalau tidak, domir fasli akan jadi sifat Dari pada statement yang pertama, dengan kedua itu kesimpulannya begitu Statement yang pertama tadi, domir fasli diperlukan Apabila kedua-dua mutara khobar ini dimalifat Itu satu Kemudian yang kedua pula Jika khobarnya tak layak menjadi sifat Walaupun kedua Maka tidak diperlukan Domir Sekarang Dari dua pengertian itu timbul pengertian ketiga. Ini bermakna fungsi domir fasli. Itu apa kan yang itu? Domir fasli yang diperlukan antara mutal khobar tadi.

Untuk? Ya lah, domir misalkan mutal khobar tadilah. Fungsi karib itu, profilnya untuk apa?

Jadi dua pengertian tadi. untuk menjadikan khobarnya menjadi khobar tidak menjadi sifat oh belum-belum lagi soalnya ini penting nih, kalau tidak nanti bingung selepas-lepas Terima kasih. Yang pertama Coba Tengok saya contoh ini Contoh begini Ya Muhammadun Al-Aminu Ini asalnya Apa terjemahan Muhammadun Al-Amin?

Muhammad Al-Amin Terjemahannya Muhammad Seorang yang dapat Saya Itu susunan itu subjek predikat Atau apa itu? Motodak kopar atau apa itu? Itu baru Mausof dan sifat Jadi dia ayat atau Belum Belum Itu belum jadi ayat, itu belum jadi jumlah Itu ibaratnya kita baru cakap Masjid yang besar Masjid yang besar itu Buah mangga yang manis ini Kan belum Terima kasih. Kan tak sempurna kan? Tak sempurna Jadi, kalau kita mau Jadikan jumlah Ismiah Yang pertama jadi Muftadak, yang kedua Jadi Khobar Yang satu jadi subjek Itu predikat, mesti dipisahkan Sebab kalau tidak ada pemisah Saya tadi Al-Amin menjadi Sifat Sekarang kita tak nak ia jadi sifat Kita nak jadikan ia predikat Jadi khobar Maka kita tambah dengan Muhammadun huwa al-amin Nah sekarang al-amin tak lagi jadi sifat Sudah jadi khobar Maka disitulah perlunya Dhamil Fasli itu Untuk memisahkan Murtadak dan Khobar Jika kedua-duanya Terdiri pada Ma'ifah Baik setakat itu Tapi itu bukan Mesti ada sambungannya nanti Masa poin itu kena di Kemudian yang kedua Jika kedua-dua Muftadak dan khobar Yang kedua-duanya mak?

Rifat tadi Khobarnya tak layak menjadi sifat dan khobarnya tak layak jadi sifat maknanya khobar mesti jadi khobar walaupun ia terdiri pada isim yang mak maka tidak diperlukan nomer khosli contohnya ad-din al-mu'amala Jadi kalau pertanyaan kenapa yang atas perlu huwa, Muhammadun huwa alamin, yang bawah tidak? Alasannya, karena yang bawah itu muamalah, tak layak jadi. jadi sifat, jadi tak payah lah ini bermakna diperlukannya huwa sebelum alamin tujuannya untuk mengelak alamin jadi sifat bener kan fungsinya huwa yang atas itu untuk mengelakkan supaya alamin tak jadi sifat supaya jadi khobar dibawah almu amalah jadi khobar buat apa gak bupuh huwa gitu ya lah Itu jika kedua-duanya yang apa, khobarnya tak layak jadi sihat, maka tidak diperlukan.

Nomit, setakat itu sudah paham? Sekarang poin ketiga, betul. Melangkahnya satu-satu, itu kena ikut betul. Kalau sambil mengelamun memang tak boleh. Yang ketiga, sekarang yang bawah ini perlu tak dibubuh lagi domir?

Dari segi ayat, ad-din al-mumalaf, perlu tak? Perlu ad-din al-mumalaf. Tak perlu kan? Sekarang bila kita bubuh juga, bukan salah.

Kita bubuh juga, uang katalah. Ad-din al-mumalaf, tidak salah. Tetapi fungsinya sudah berubah Fungsinya bukan untuk mengelak al-mu'amalah Jadi sifat Supaya jadi khobar Tapi fungsinya sudah menjadi Al-hasru wal-ikhtisos Faidah huwa itu sudah membawa makna Innamah, sama dengan innama Hanya sanya Jadi Ad-din huwa al-mu'amalah Itu maksudnya Sama dengan Innamad-dinu Al-mu'amalah Lari loh agama itu, agama ada iftisas itu kan khusus ya hasrun itu pembatasan dan huruf hasrun jadi dari segi makna yang terkandung dalam ayat innama din al-mu'amalah sama dengan ad-din huwa al-mu'amalah, sama Jadi walaupun dari segi kalimat nampaknya sama Muhammadun huwa al-amin, ad-din huwa al-mu'amalah Tapi tak sama tuh maknanya Maknanya tidak sama Nah disitulah lamassad balagiyahnya Kalau tengok, Muhammad, Muhtadak, Amin, Khobar, Din, Muhtadak, Mu'amalah, Khobar Ada dua, gimana maknanya boleh berbeda? Ya begitu lah Coba, macam ini gimana nak menerjemahkan dalam bahasa Melayu Kan jadi susah Jadi Agak-agak beza atau serupa fungsi huwa dalam Muhammadun huwa alamin dengan fungsi huwa dalam ad-din huwa al-mu'amala. Sekarang kalau saya buang huwa dalam muhammadun huwa alamin, amin jadi apa?

Sifat. Saya buang huwa dalam kalimat dini muhammalah, di muhammalah jadi apa? Tetap jadi khobar. Macam mana tetapi khobar sedangkan alamin apa namanya ma'rifat, muhammalah pun ma'rifat.

Yang satu sifat, yang satu... Sebenarnya muhammalah memang tak mungkin tidak layak jadi sifat. Kalimat mu'amalah mana boleh jadi sifat?

Sifat mesti kalimat sifat Besar, kecil, manis, tinggi, rendah, jauh, dekat Ini mu'amalah, takkan? Meja, mana meja boleh jadi sifat? Yang boleh jadi sifat itu katalah meja yang besar Meja yang tinggi Meja mana boleh jadi sifat?

Itulah maksudnya Jadi ad-din al-mu'ammalah, agama itu adalah keharmonian berinteraksi. Saya gunakan nama kalim ayat itu karena itu yang kami pelajari dahulu. Soalnya kalau ad-din al-mu'ammalah, agama itu adalah mu'ammalah. Lalu tersebut mu'ammalah ialah jual beli. Nah, sebab bila belajar mu'ammalah, maka mesti jual beli, siapa beli, tak.

Keharmonian berinteraksi. dalam pergaulan oh ya, setakat itu jadi, sekarang bila tidak lupakan domir fasli, tapi dibubuh juga paham tujuannya bukan untuk memisahkan antara mutadana khobar supaya khobar tidak berubah menjadi sifat Hubuh juga, maknanya sudah itu Al-Hasru wal-Ikhtisas Memberi makna pembatasan Atau pengkhususan Sehingga maknanya Sama dengan jumlah Mahsuroh In-Nama Sama dengan In-Nama-Dinama Al-Hasru itu yakni Pembatasan Atau juga untuk makna taukit Sudah menjadi makna taukit Artinya jika tidak ada pun boleh Jika tidak ada pun Karena kan huwa tidak lagi Apa? Domir fasli tidak diperlukan Diperlukan tadi kan supaya Apa tadi?

Yang pertama tadi kan, khobarnya tidak menjadi sifat karena bila sidah tidak diperlukan tapi dibubuh juga damir maka fungsinya lain damir fasli itu fungsinya lain sebagai tau, taukit lihat firman Allah SWT contohnya yang ditaukit di dalam surah Al-Baqarah contohnya mudah saja surah Al-Baqarah Ayat yang ke-12 Nama domber itu memang fasli, tapi fungsinya sudah jadi taukit Surah Al-Baqarah Ayat yang ke-12 Alainna hum, hum, almufsilun, walakillah yashkurun. Agak-agaklah jumlah asal apa ini? Yang asal sebelum ada tokoh tambah Sebelum ada tokoh tambah Hum Al-Mufsidun Ini yang asal Hum Al-Mufsidun Al-Mufsidun Ma'rifat ke Nakiroh?

Hum Al-Mufsidun Makrifat Makrifat Kedua-duanya Boleh atau tidak Al-Mufsidun jadi sifat? Al-Mufsidun Boleh tak jadi sifat? Boleh Boleh Memang ini sifat kan Yang kan Mereka Orang-orang yang Membuat rusak Boleh jadi sifat?

Boleh Boleh jadi khobar? Boleh Al-Mufsidun Bum Kalau Bum, Muqtadak Ini boleh jadi khobar? Ya Atau begini aja lah katalah Sempurna betul belum? Ayah ini? Sempurna atau belum?

Yang atas sekali Sempurna atau belum? belum? kalau belum, kalau gitu musidun jadi apa?

jadi sifat boleh al-musidun jadi khobar? enggak, itu tak payah tambah-tambah buat apa tambah-tambah saya hanya tanya ibarat makanan, sedap atau tak sedap? kalau tambah garam, sedap lah ah, bukan itu yang tanyakan apa yang ada?

ada itu, sedap atau tak sedap sedap atau tidak bukan, kalau tambah garam, sedap aja bukan macam itu home al-musidun, sempurna atau belum? Sudah, akhirnya itu from dalam bahasa Melayu Dah, dah, dah, dah, maksudnya dah jadi complete sentence Jomlah, jomlah Sudah Al-Mubsidun itu jadi sifat pun boleh, jadi khobar pun boleh Jadi adalah pun boleh, mereka adalah Orang-orang yang Buat rusak Boleh Dia sempurna dah Sekarang Saya tambah Innahum al-mufsidun Sesungguhnya mereka Sempurna atau belum? Innahum al-mufsidun Jumlah itu sempurna atau belum?

Atau masih hanging sentence? Atau ini, yang ini senten? Ayat itu sempurna atau belum?

Atau masih tergantung? Nomor dua itulah Bukan tengok muka saya itu nomor dua Indahum al-jiwantuh Nomor dua tuh Nomor satu sudah dijawab Satu, humus hidun Tak sempurna Karena humus hidun boleh jadi Sekarang yang kedua Indah humus hidun, sempurna atau belum? Sempurna Lagi sempurna Hanya malah menjadi kuat Kalau pertama sempurna Takkan kedua jadi tak sempurna Hanya karena tambah inah Kan Jadi hum menjadi isimnya Al-Mufsidun Jadi Sekarang Dah sempurna Pertama sempurna, kedua sempurna Kemudian yang ketiga ketiga Yang ketiga ini Innahum hum Lalu untuk apa Dibubuh disini Itu kan fasol namanya Itu kan domir fasol Pemisah kan Nah bila sudah pemisah Sedangkan kan air suruhnya tidak Sudah sempurna semuanya Maka fungsi peranan Hum dalam Ayat ketiga, hum yang kedua itu Terima kasih. Taukit Itu yang tadi dinyatakan di atas tadi Digunakannya Dhaumir fasal itu Untuk taukit Untuk atau Hasar atau Ihtisas Jadi disini Agaknya untuk hasar atau untuk taukit Taukit Dan itu Sudah dipelajari Hum hum Contoh lah Jadi Hum dalam inna hum Hum dalam inna humus itu Sama atau tidak dengan Hua dalam adin hua al muhammallah Fungsinya sama atau tidak Fungsinya sama atau tidak Fungsi Fungsinya sama atau tidak Hum dalam inna hum hum mulmufsidun dengan huwa dalam ad-din huwa al-mu'amalah Sama-sama gambar tidak?

Fungsinya sama atau serupa? Tak sama, besarnya? Yang ad-din huwa al-mu'amalah, huwa jadi al-hasru tadi Pada ini untuk Al-Hasru atau Al-Iktisos Sementara Hum dalam Inna Humisudun menjadi Taukit Sama tak dengan Muhammadun Huwa Al-Amin Huwa dalam Huk Muhammad Sama, yang Huwa Al-Amin jadi apa tuh? Tadi semua domen fasal, yang ini jadi apa? Ya, untuk mengelak khobarnya jadi sifat.

Sebab kalau tidak ada huwa, al-amin jadi sifat. Supaya tidak jadi sifat, tak jadi khobar, bubu? Khobar.

Jadi serupakan sama ketiga-tiga tombol ini? Lain. Lain. Itu yang maksud saya balagohnya. Ya, tulis apa yang dipahami.

Oke, ada yang masih bingung yang mana? Tiga poin ini Ada yang masih bingung Insya Allah tidak ada, senyum itu mana tak bingung lah Kalau bingung biasanya tak senyum Orang bingung biasanya tak senyum Kalau senyum-senyum itu mana tak bingung Saya mudah aja Kalau bingung mesti tak senyum Mana orang bingung senyum-senyum Tiga poin aja sebenarnya Sebenarnya hanya tiga benda aja Bahagian ini yang saya sampaikan Hanya tiga benda itu Berkaitan antara satu, dua, tiga Ketiga-tiga statement tadi berkaitan dengan satu yang yang Oh kalau begini fungsinya ini, karena bila tidak ini akan jadi ini Yang ini, yang ada yang mu'amalah tadi, tak ada hua pun tak apa Karena mu'amalah memang tidak boleh jadi sifat, dah menjadi khobar Nak bubuk pun tak apa, tapi fungsinya bukan lagi, tak sama dengan yang ini Sebagai al-hasru kan begitu tuh maksudnya sudah? baik kalau sudah itu sekarang bersyakninya Ini domir faslunya kan Sebab domir syadi, domir faslunya ini dalam ayat sama Rupa sama Rupanya sama Bukan berbeza Maksud saya, kalau kita tengok daripada tempatnya Dalam satu-satu jumlah, satu-satu ayat, sama Sejibik Tapi sebetulnya berbeza peranannya, berbeza fungsinya Dan itu sangat mustahak sekali dalam memahami Al-Quran Sangat-sangat mustahak sekali Karena dari situ kita tahu nanti misi yang Allah sampaikan yang disampaikan dalam ayat itu dengan yang sebenar-benarnya tanpa mengetahui lamassad balagiyah ini susah maknanya misi yang ada dalam ayat ini menjadi sangat apa ya ya macam terjemahan macam terjemahan sedangkan selalu saya katakan terjemahan Al-Quran hanyalah sebagian sekecil saja dari maksud sebenar Al-Quran Alih bahasa Al-Quran itu hanya sebagian kecil saja daripada maksud sebenar Al-Quran Jadi katalah kalau maksud yang tergandung dalam Al-Quran itu katalah ada 10 Mungkin terjemahan itu hanya mewakili 1 atau 2 gitu aja lah Lebih-lebih lagi ayat yang penuh dengan dalam masyarakat balagia Sebenarnya, kalau kita berpegang pada terjemahannya sahaja tanpa melihat susunan asror atau sirul bayannya, ya, apa yang selalu saya sebutkan, ayat itu nanti akan mengalami distorsi makna.

Distorsi makna, dan itu yang sering kurang kita sedari Sering kali-kali distorsi makna Dan itu bahaya Kecuali kita sedar bahwa maksud yang sebenarnya sebenarnya tidak seperti itu Hanya mungkin kita belum mengetahui, itu tidak mengapa Bila dia menggunakan wadah Pak Idul, menggunakan wadah Ijil Pak El, Sifat itu apa agaknya ya? Sifat agetik Besar Sifat itu bukan Besar Dinding Makan Sedap Nah itulah Nak tahu sifat itu bukan itu Ya Isim fa'ir boleh jadi? Sifat Isim maf'u boleh jadi?

Sifat Masdar boleh? Tak boleh Isim tafdir boleh? Tafdir Isim tafdir boleh Kan Akbar, yang besar Senang Isim fa'il, isim ma'ul, isim sifat musabihat Bagaimana namanya isim sifat?

Isim tafdil, isim sifat mu'annasah Masdar boleh? Tidak boleh, namanya isim masdar Masdar itu kata terbitan Contohnya, makanan Permainan, tulisan Dan juga benda-benda jamid Atau isim jamid isim jamin contohnya siang matahari bulan mata boleh mata jadi sifat ainun cemana mata jadi sifat isim mustafqa khasnya yang berkaitan isim fa'il, isim maf'ul, isim syaf musabiat isim tafdil itu semuanya boleh menjadi sifat alim, itu isim apa tuh? isim apa tuh? alim? fa'il, boleh jadi sifat?

boleh yang alim, kan boleh? alim jadi, yang alim Yang mazlum, boleh? Jadi sifat mazlum.

Mazlum, itu isim makul, boleh? Boleh, yang di? Aniaya. Ar-rajul mazlum, paham ya? Al-mar'ul mazlum.

Seseorang yang di aniaya itu. Jadi jika kita buat ayat, Ar-rajulul madlumu, sempurna atau belum? Ar-rajulul madlumu, sempurna atau belum? Belum. Kan terjemahannya, Seorang lelaki yang teraniaya itu, Kan tak habis.

Sebab al-mazlum menjadi apa sih itu? Sifat Sekarang kita tak nak al-mazlum ini jadi sifat Kita nak jadikan ia khobar Tanpa mengubah bentuknya Bagaimana? Haram rojulu huwa al-mazlum so huwa jadi apa tuh? nomir fasli fungsinya untuk?

memisah ya lah fasli itu memisah lah fasli itu maknanya memisahkan fungsinya untuk? tidak menjadi mengelakkan menjadi sempat khobarnya menjadi sempat Betul? Nampak?

Nampak apa? Nampak? Saya tahu, faham.

Takkan bingungnya. Sifat yang boleh dikabar Jadi bagaimana kita menggunakan sifat yang boleh dikabar Maha malam dia memang bukan sepat Ya, muha malam masdat Isim fa'il boleh menjadi sifat, boleh menjadi peredikan Boleh Tidak menjadi masalah Serba boleh Hanya bila kita bubuh Kan sudah jadi khobar Jadi sekarang khobar tak perlulah pemisah Kan dia menjadi khobar Jadi kalau kita bubuh lagi Dabil fasli Inna hum Maka hum sudah jadi Aukid Sekarang Sekarang nih Lama sabayaniya Ayah ini kuat ataupun tidak? Tak Nihong sidul Tak Biasa Biasa Ini jumlah apa nih ya?

Ismia Jumlah ismiah dengan jumlah fi'liyah mana kuat? Jumlah ismiah dengan jumlah fi'liyah yang mana kuat? Kalau begitu jumlah ini kuat atau tidak?

Kuat. Sekejap, tambah satu alat pasti betul. Jumlah ismiah ini jumlah yang kuat. sebab apa dia sahabat dia tetap penulis kan katalah dia Muhammadun Katibun penulis berbeza dengan Yaktubu Muhammad Jumlah-jumlah ismiah ini zaman sudah sabat, mulai tetap, jadi kuat.

Kemudian, Innahum humul mufsirun. Kuat atau tidak? Pertama, yang pertama tadi.

Kuatnya jumlah yang pertama, sebab apa? Misalnya, bagi tahu bayak, sirul bayannya. Ini bukan cerita Nahu, bukan cerita Sorok. Sirrul Bayan, kuatnya jumlah Bumrun Mufsidun sebab apa?

Satu, sebab dia jumlah? Ismiah, dua. Dua.

Khobarnya ada alif lam, ada alif mim, ada alif lam, al, al, al, al, tiga, tiga Yang pertama jumlah humul mufsidun itu jumlah yang dah kuat dah Berbeza dengan katalah Apa namanya Yasudun Yufsidun Yusidun kan jumlah? Biliah mereka Sedang buat rusak Itu tak kuat Hum al-Mufsidun lebih kuat Kuatnya pertama Karena dia jumlah Ya sudah Yang kedua karena khobarnya Ada alihlam Itu kuat dong sebab itu semua nama Allah pasti ada alif lam ada tak nama Allah 90% yang tidak ada alif lam ya sebab itu menunjukkan ini tiap hari saya nyatakan katalah Muhammadun dulu saya sampai contohnya mudah Ahmad Ahmad Tobibun ayah ini sempurna atau belum? Ahmad Tobibun Ahmad seorang sudah sempurna? sekarang amat Kenapa tak perlu domen fasli?

Sebab taubin tidak boleh jadi Bukan dokter jadi isipan Muhammad yang dokter Dokter belum jadi isipan Mana yang lebih kuat? Kenapa ada yang lebih kuat? Ini, ini, ini Inilah Ini jadi lebih kuat dari atas Sekarang sabuk Ahmad Huwa At-Tabib Ahmad Huwa At-Tabib Huwa itu jadi apa? Domel Fasli itu jadi apa?

Tau kan apa? Kebendel Taukil ini hanya ada dua Taukil Labdi Taukil Sokil Maknawi Sudah jadi Ikhtisos Atau Al-Hasr Yang maknanya sama sama dengan hanya senyum Ahmad itu seorang dokter bukan perniaga bukan cikgu taukit nih kan diulangi hum hum anak kan Nah, nah, no Sekarang, yang pertama itu Jadi kuat pertama, kerana Dome, apa tadi jumlah? Bismillah Yang kedua, kuat karena khobarnya ada Aliflam, yang ketiga Ada yang tau? Nah, ini jumlah yang pertama Jumlah yang pertama Humul Mufsidun Oh, masih bingung lagi Pertanyaannya jumlah yang pertama Um Al-Muqsidun Jumlah itu jumlah yang kuat Kuat karena pertama Ia jumlah Ismiah Kedua Karena dohobarnya Ada Alif Lamdo Macam tadi ya Muhammadun Tobibun dengan Muhammad Ahmad At-Tobib Yang ketiga Kuat yang ketiga karena Ya Tiga saja Bapaknya Isim Fahil Isim Fahil itu bermakna Subut Saya bagi contoh Dia menyanyi Dia penyanyi Mana kuat?

Penyanyi lah Dia sedang menulis Dia seorang penulis Menulis lah Oleh itu dalam Al-Quran Al-Ladina Amanu Dengan Al-Mu'minun mana lebih kuat? Al-Ladina Amanu Mana? Orang-orang yang mereka beriman Al-Mu'minun Orang-orang yang lebih kuat Al-Mu'minun Sebab isim itu Sahabat sudah mantap Al-Mu'minun Orang yang beriman imannya dakwat al-adzina amanu joran beriman yang imannya belum mantap bezanya menulis dengan penulis menyanyi dengan penyanyi menunggang kuda dengan penunggang kuda kita boleh kata Muhammad itu seorang penunggang kuda walaupun dia sedang tidur kan walaupun sedang tidur kita boleh kata Oh dia itu seorang penunggang kuda dia itu seorang penyanyi Tapi kalau kita kata dia itu menyanyi, dia menunggang kuda Ya mana belum Kita boleh kata dia menyanyi Kalau dia sedang menyanyi, kalau dia sedang makan kita boleh kata dia menyanyi, tak boleh So tiga itu udah kuat tuh Dari atas tuh tiga Yang mereka menjadi kuat Jumlah nomor dua ditambah lagi penguatnya Dengan in Innah Bayangkan Sudah menjadi berapa itu penguatnya?

Sudah empat Tak puas hati Jumlah nomor tiga Ditambah lagi dengan hum Soalnya berapa penguatnya? Lima Lima kan? Saya akan coba terjemahkan dalam bahasa ini yang tepat Dengan lima penguat Pening Itulah, jadi untuk memahaminya jangan terjemahnya Oh, jumlah ini sangat kuat, sebab sudah ada inna Nggak, pertama ada inna Eh, pertama jumlah Ismiyah Kemudian ada inna, kemudian ada uhum, kemudian ada ada alif-lam, punah isim, fine coba, 5 penguat itu tidak mungkin diterjemahkan dalam bahasa apa pun yakinlah ya, paling-paling terjemahannya sesungguhnya mereka itu mereka orang yang buat-buat, orang yang buat ya, paling-paling itu aja tapi coba, yang 5 benda, 5 penguat tadi bagaimana kita menyelidikan dalam terjemahan susah Itu yang disebut sirul bayan Itu memanglah masah balagriahnya Nampak ya Jadi jumlahnya itu makin kuat Akhirnya bukan suka-suka Ditambah pun Apa ditambah pun Tak payah Itu keistimewaan bahasa Al-Quran Setiap penambahan Setiap penambahan kalimat Atau bahkan setiap ada tambahan huruf Akan mengubah makna Tambahan kalimat dalam satu ayat Atau tambahan huruf dalam satu kalimat Itu akan menambahkan makna Itu qa'idah-idah Setiap ada penambahan dalam pasal Quran ini, sama ada penambahan kalimat dalam satu-satu ayat atau penambahan huruf dalam satu-satu kalimat maknanya akan bertambah jadi kita tidak boleh pahami sama Walaupun mungkin dalam terjemahan Melayu Dahulu pernah kita pelajari itu berkaitan Lihat, rujuk semula Itu pelajaran bagian Al-Hadfu wa-Dhikru Ada di sana Sebab ini kan kesimpulan sebenarnya Yang kita pelajari lama sampai ini kesimpulan pada apa yang kita telah pelajari itulah sebenarnya Cuma kita praktikan dalam hal-hal Itu kaitannya al-hadfu wa dhikru dahulu Yang saya pernah nyatakan Setiap ada penambahan kalimat dalam satu-satu ayat Atau bahkan penambahan huruf pada satu-satu kalimat Satu buah Itu pasti mengubah makna Ada penambahan makna Penambahan maksud Ya contoh yang kecil Sampai ulang saya tunjukkan Supaya hanya untuk mengingat semudalah Walaupun sudah, tak perlu ditulis Nanti banyak sangat catetannya Saya tunjuk juga Lihat firman Allah SWT Di dalam surah Al-Qur'an Al-Kahfi Ayat yang ke-97 Tadi saya katakan dalam bahasa Al-Qur'an Ini sedulubayan Setiap ada penambahan kalimat Oke lah kalimat mungkin terlalu panjang Sebab kalimat satu perkataan Setiap penambahan huruf sekalipun Dalam satu-satu kalimat Itu akan mengubah makna Akan memberikan tambahan makna Bagi kalimat tersebut Contohnya dalam Al-Kafi'i 97 Saya yakin, tengok terjemahannya InsyaAllah sama Setelah Zulkarnain berjaya membinakan dinding timbuk besi yang tinggi, tebal, keras, licin Zulkarnain memberitahu kepada kaum yang ditolongnya itu bahwasannya, famastong mereka, biar just majust Karena apa ya, kaum itu minta bantuan Zulkarnain untuk buatkan dinding supaya Ya, maju tak?

Boleh Boleh lagi menindah lah Sekarang dah terbina Dah jadi-jadi dah Zulkarnain saya bagitahu famas to'u dan mereka mereka yai wajuh tak kebetulan istom tak tak mampu kan tak mampu ayat haruhu mereka melepasinya Jadi menzahirkannya, menjadikan, kemudian melepasi. Tak boleh. Karena terlalu tinggi. Dan licin.

Gitu lah. Dan mereka pun juga tak mampu lalu baginya nyadinin itu nakbah melubang. Mereka tak mampu nak memanjat untuk melepasinya. Mungkin karena tingginya dan licinnya. Dan mereka yang jauh-jauh juga tak mampu nak melubang, nak mendebuhnya.

Karena kerasnya. Di situ ada kalimat yang diterjemahkan dalam bahasa apapun sama Istou dan istatou Sama atau serupa? Lain kan? Famastou dengan famastatou Istou dan istatou Terjemahnya tadi apa? Yang satu?

Mereka dapat Tak mampu, yang satu? Mereka tak boleh Yang satu mereka tak mampu, yang satu kata pasis tak bisa Ya itu sangat sederhana sekali Tapi kalimatnya berbeza kan? Istau dengan istatau Bezanya dari segi jumlah huruf Betul? Yang istatau ada tambahan Tak Atau tak dikekalkan lebih kurang gitu lah Sebab asalnya memang istatau Wajahnya istafala Istafala Istatau Itu yang asal Kemudian dalam istau taknya dibuang Dikurangi Jadi bukan asalnya istatua ditambah tak menjadi istatua Asalnya istatua, istatualat 6 huruf Kemudian dibuang huruf taknya Tinggal 5 kan Dari 6 tinggal 5 So jumlah hurufnya tak sama Bila jumlah huruf tak sama, yang istau kurang Berbeda dengan? Ini maknanya istitoah Apa orang istitoah ya?

Kemampuan Kemampuan Yang diperlukan Oleh Yajuj Makjuj Untuk menebuk Bila dia ingin melepasi dinding lah Kemampuan yang diberikan oleh Ya'ju Maju Untuk mendebu dinding Untuk membolehkan dia menyeberangi Lebih Daripada kemampuan yang diberikan Sekarang untuk Makananya Nak melepasi dinding Memanjat Lebih mudah Berbanding dengan Sebab apakahnya? Yalah mungkin tinggi Oke lah tinggi, licin oke Tapi menebuk Keras, tebal Dan mesti kena cari alat penebuk yang lebih keras Daripada dinding Jadi dari sini Allah dah beritahu kita Kalaulah seolah-olah Kalaulah mereka nanti ingin melepasinya Hanya Ada dengan dua cara Sama ada memanjatnya Atau menebuknya Tapi yang lebih mudah Yang ini memanjatnya Walaupun taklah semudah mana Waktu itu tidak mudah Tapi relatif lebih mudah Karena mereka tidak perlu, tidak memerlukan Banyak Kemampuan Sebaliknya kalau nak menebuk Mereka perlu memerlukan Kemahiran yang lebih Karena perlu kemahilan yang lebih, maka hurufnya pun ditambah dengan atau dikekalkan 6. Itu yang saya katakan tadi. Jadi dalam bahasa Al-Quran ini, apa ya?

Maklumat yang nak disampaikan bukan hanya pada maknanya. Tapi juga kena diperhatikan bentuk kalimatnya, susunannya, dan itulah ciri khas Al-Quran. Dan itu hanya boleh diketahui dengan Lamasat Balagiyah, dengan berbagai perangkatnya.

Sebab kalau tengok terjemahan, kita tak nampak itu. Akhirnya cerita tentang kemampuan dan keupayaan untuk melakukan sesuatu, perbuatan. Ya ibaratnya lah, buat kandang ayam lebih mudah daripada buat banglo.

Tetapi buat kandang ayam pun perlu kemampuan, kemahiran. Tapi taklah perlu kemahiran yang... Ya, buat proton Saga Ya, perlu kemahiran Tapi, tak lah Sebanyak mana kemahiran yang diperlukan Berbanding dengan jika orang nak buat Kapal terbang Yang melakukan keperluan Yang kemauannya lebih itu kena ditambah hurufnya Mana benda itu boleh diterjemahkan dalam bahasa mungkin tidak mungkin sebetulnya apa saya tadi perlu tadi ya balagoh perlu ada sirul bayan disini dan sirul bayannya namanya jadi setiap ada penamanya contohnya tadilah umuf siduna padahal tak ada alif lam maknanya tak sama dengan hum al-mufsidun tak sama Ada lam dengan... Muhammad Ahmad Tobibun dan Ahmad Tobib Tak sama Sebab ada penambahan Setiap ada penambahan kalimat dalam satu jumlah Atau penambahan huruf dalam satu kalimat Pasti maknanya bertambah Nah sekarang kalau dalam tambah lam pun sudah Alif lam sudah bertambah Tambah ina lagi Ya bertambah Tambah hum lagi Biasanya macam mana nak Jadi kalau diterjemahkan dengan tepat Ui panjang Sangat panjang Faham ya?

Itu Maksudnya, jadi Kalau nak pelajari betul, itu fahami betul-betul Dimana hum al-musidun sudah kuat itu Ada tiga yang menyebabkan dia jadi kuat Indahum al-musidun ada empat Yang menyebabkan air itu jadi kuat Indahum hum al-musidun Ada lima penguatnya Dan lima itu ada setiap Dalam inna, dalam muhum, dalam us Mengkaplah Sudah nampak ya Sudah nampak Ya, jangan nampak aja, sebab kalau tak nampak, bahaya. Nampak tau, tak nampak, hmm, nampak. Hai baik kalau begitu setakat itu ialah mungkin ditanyakan sepanas sambung nanti tanggung misalnya nanti baru sebut domir saat ini sudah sudah kalau lagi sebaiknya lagi yang kita Jadi sebenarnya kan Huwa Bukan nak belajar Al-Quran banyak-banyak, nak belajar mubu'ah Tahapir-tahapir, kan mubu'ah itu saya dah hatam, mubu'ah itu yang ini domen mufasil Lirukyi Jadi untuk gaib mufrat Ya iyalah Memanglah mubu'ah itu domen mufasil, mudhakar, gaib mufrat Untuk roh faq, tapi bukan itu yang dipelajarinya, itu serahkan sajalah kepada nabuh, serahkan sajalah kepada sorok.

Kalau seorang ngapakan huwa, kalau dua huma leh, kalau mereka hum leh, huma huwa, ah itu udah lepah lah, itu tak payah dipincang. Anggap saja itu udah khatam. Udah ya, jadi untuk sebetulnya itu aja lah kalau begitu Kita tambahkan masa hadapan Sikit-sikit asal paham Asal paham Sebab memang mustahak untuk memahami setakatnya yang mampu, bukanlah dalam sangat ada pembiar lebih dalam tapi saya dikatakan hari, dalam sangat takut saya tak timbul kalau dalam sangat takut nanti timbul tergelam kan susah, jadi hati-hati Wallahu'alam salakallahu lalihi wa sallam.