Kalau kita nggak ikut lifestyle teman-teman kita, kita dianggap aneh. Hidup ini untuk mencari validasi orang. If you are a friend to everybody, you are the enemy to yourself.
Wow. Halo semuanya, selamat datang di podcast berkelas. Aku Bila Farhanov sebagai host dan my brother Agus Leo sebagai co-host.
Dan aku mau ngucapin thank you banget untuk teman-teman sekelas yang udah follow sekelas. hari ini dalam waktu sebulan kita udah dapetin 31 ribu followers wow appreciate teman-teman dan oleh karena itu karena 31 ribu followers tadi udah rame banget ternyata rame juga tuh yang request ayo dong buat podcast berkelas, oleh karena itu hari ini adalah episode pertama podcast berkelas yang kita syutingnya di Hey Studio. So Hey Studio ini berlokasi di Jakarta Utara, di Kelapa Kading bagi teman-teman yang mungkin mau bikin high quality podcast seperti kita, kalian mau high quality juga untuk brand atau company kalian, aku rekomendasi banget untuk bisa cek Instagramnya Hey Studio.
Oke, aku tertarik banget untuk mulai podcast pertama hari ini. Dan aku juga mau appreciate juga untuk kak Agus yang ada waktu untuk bisa join di podcast berkelas. Dan kita bakal ada dua format ya.
Di format yang pertama kita bakal bahas topik besar dulu. Di format yang kedua kita bakal Q&A session. Yang dimana pertanyaan dari teman-teman itu bakal kita bacain. Kita diskusikan. So bagi teman-teman yang mau juga namanya kita sebutin dan kita bacain pertanyaannya.
Kalian bisa follow sekelas dan kalian bisa DM langsung untuk menanyakan. akan ke kita. Alright, kita bakal masuk ke topik besar dulu.
Topik yang pertama, yaitu permasalahan anak 20-an nih, Ko Agus. Oke. Rata-rata yang follow sekelas itu gen Z, dan mereka insecure, dan punya anxiety sendiri, normal. Dan menurut Ko Agus nih, apa aja sih yang bikin anak 20-an ini terhambat untuk mereka maju, untuk mereka bisa berkembang? Yang paling mudah ya, kalau aku lihat aku pas...
Umur 20an juga adalah Mempunyai kecenderungan untuk membanding-bandingkan Membandingkan oke Mungkin untuk beberapa Dosis mungkin itu bisa Sesuatu yang bisa dibilang sehat Karena bikin kita mempunyai ambisi kan Terkesan gak mau kalah kompetitif Tapi saat dosisnya Udah kagak tepat udah melebihi yang Sangat ekstrim itu yang bikin kita tuh Jadi ke disorsi nih kita sebenarnya Itu ngelakuin hal yang kita pengen lakuin Ini fungsinya apa sih Apakah untuk kepentingan kita Untuk diri kita, untuk kita bisa berkembang Atau sebenarnya untuk menyenangkan orang lain Membuat orang cemburu Dimana itu yang menurut aku Adalah suatu jebakan Di 20an dimana caranya kalian itu Bisa Mengakusisi suatu Kecemburuan Itu tuh sebenarnya sehat Tapi gimana caranya kalian bisa mengakusisi kecemburuan ini Tapi dosisnya itu kalian udah harus Stuck disana gitu Karena kalau melebihi menurut aku kalian itu akhirnya Hidup ini untuk Untuk mencari validasi orang. Dimana itu menurut aku kebiasaan yang sangat jelek sih. Kalau kalian terus membandingkan diri kalian ke diri kalian sendiri. Jelasnya kalau misalnya kita ngomongin sedikit boleh aja itu.
Tapi kalau misalnya kita ngomongin yang bener-bener setiap hari kalian bandingin. Menurut aku sih kagak sehat sih. Kalau kamu pribadi sendiri sebagai orang yang masih 20an komentar kamu apa?
Aku juga pernah di tahap membandingkan diri dengan orang lain. Karena aku melihat teman-teman sepantaran aku. Itu tuh mereka kenapa makin maju ya. Makin suara. sukses ya, terus aku mikir bahwa kalau teman-teman juga maju, mereka makin sukses, kenapa aku justru harus membenci diriku sendiri apa yang salah dengan aku dan disana aku ketemu sama konsep yang namanya Oibaitori, dari Jepang di Oibaitori bilang bahwa kalau kita itu melihat Ini orang kenapa makin maju, makin sukses, itu sebenarnya titik untuk kita bisa mengambil inspirasi dari sana.
Yang dimana konsepnya yaitu di Jepang kan banyak pohon tuh, ada banyak pohon-pohon dan di setiap... Pohon-pohon itu mereka itu gugur di musim gugur kan. Nah ternyata mereka itu berkembang dengan cara yang berbeda ketika musim semi. Nah di titik itu sebenarnya setiap dari kita itu gak ada yang tertinggal. Tapi kita berkembang dengan cara yang berbeda dengan timing.
yang berbeda, jadi dari konsep obatory itu benar-benar punya inspirasi yang menarik lah untuk teman-teman yang suka membandingkan diri dengan orang lain dan menurut aku abis membandingkan diri tuh kebanyakan orang tuh akhirnya komplain gitu karena mereka tuh berasa kagak sabar mereka udah membandingkan diri kayak mereka bingung kok si A udah tanda kutip sukses ya kenapa gue belum bisa sukses juga nih dan akhirnya bikin mereka itu gak sabar, akhirnya malah komplain dan menurut aku itu juga salah satu kebiasaan yang bisa tanda kutip kagak sehat juga gitu loh, karena kalau misalkan kita ngomongin Usaha dan hasil menurut aku itu bisa dibilang kagak linear. Karena bisa aja kalian usahanya ekstrim hasilnya masih juga segitu-segitu aja. Tapi gimana caranya kalian itu bisa mencapai suatu titik yang akhirnya semuanya itu compounding. Semuanya itu eksponensial di satu titik tersebut.
Dan aku klaim untuk 20-an pada umumnya itu susah untuk mencari satu titik tersebut. Apalagi dengan media sosial sekarang makin berkembang. Orang-orang bisa lihat pencapaian orang, prestasi orang kayak ekstrim banget gitu.
Mereka pengen juga ada sesuatu. suatu yang ditampilkan di media sosial mereka. Karena itu kan bisa dibilangkan adalah suatu platform untuk kita pamer. Nah menurut aku sih yang serem berikutnya adalah, kebiasaan buruk berikutnya adalah, gak sabar yang berujung komplain. Kok gue gak beres-beres ya gitu loh.
Kamu bisa relate gak? Atau kamu berasa itu adalah suatu aku punya observasi yang salah? Menurut aku itu relatable karena, aku juga pernah ada di lingkungan yang, orang itu pada komplain terus gitu.
Mereka itu komplain. Tapi mereka tuh gak mau untuk improve diri mereka sendiri. Ada orang yang komplain berat badan aku naik nih.
Ada orang komplain bahwa aku lemes banget nih. Padahal mereka komplain di titik mereka gak mau olahraga. Mereka juga gak jaga makan.
Disinilah aku mikir bahwa kalau kalian terus komplain. Ya dulu kalian udah ngelakuin aksi apa nih. Untuk kalian bisa keluar dari solusi yang bikin kalian komplain gitu. So inilah titik dimana complaining itu sebenarnya.
sebenarnya adalah bukan salah dunia nih bukan salah sesuatu di luar rata-rata komplain itu sesuatu yang bisa kita kontrol ya yang gak bisa kita kontrol apa misalnya kesehatan, kematian segala macam tapi yang bisa kita kontrol itu kan aksi kita, habit kita bisa kita kontrol tepat waktu tepat waktu bener juga nah orang-orang itu komplain justru ke diri mereka sendiri biasanya bentuk komplain itu adalah bentuk marah terhadap mereka sendiri gitu aku mungkin bisa kasih empati kali ya atau mungkin lebih tepatnya simpati gitu ke orang-orang yang mungkin bisa mempunyai kecenderungan untuk komplain. Karena mungkin bukan salah mereka juga, tapi ekosistemnya itu dari kecil memperbolehkan mereka untuk komplain. Jadi mereka merasa, oh ini sesuatu yang normal, gue mau komplain, gue komplain gitu kan ya.
So, menurut aku salah satu kebiasaan yang lainnya mungkin ya menormalisasi bahwa sekeliling kalian itu ya orang-orang yang tanda kutip mempunyai kebiasaan buruk. Jelasnya buruk dan baik adalah sesuatu yang subjektif, subjektif, kadang-kadang orang ngomong, mungkin menurut kamu buruk mungkin buat aku baik tapi Kalau misalnya kita sudah tahu bahwa kita tak tidak mendapatkan hasil yang kita inginkan, Menurut aku kalian bisa cek kalian punya sekeliling gitu. Dimana kan ada quote ya. Dimana kalau misalnya kalian itu tau.
Kalian itu adalah rata-rata dari 5 orang terdekatnya kalian. So kalau misalnya 5 orang terdekatnya kalian itu tanda kutip orang-orang yang suka komplain. Orang-orang yang toxic. Ya pasti kalian juga jadi toxic gitu. So itu menurut aku butuh kalian mitigasi juga di umur 20an.
Kalian itu pengen terasosiasikan dengan orang seperti apa. Kalian pengen kalian punya personal brand. Atau yang lebih ngomong pada umumnya reputasi. Reputasi kalian itu sama kayak orang lain.
orang-orang seperti apa gitu, so aku punya rekomendasi berikutnya sih, kalau bisa coba audit kalian punya ekosistem dan kalau misalkan emang ada orang-orang yang tidak membawa kalian untuk naik kelas, ya gak usah terasosiasikan dengan orang-orang tersebut setuju gak kamu sebagai anak 20an? setuju, karena kalau memang kita terus jaga ekosistem dengan orang-orang yang bikin kita down, bikin kita gak berkembang itu juga bikin diri kita itu terus komplain dan dan bikin diri kita itu ya kalau teman-teman aku gini ya aku gini-gini juga gitu makanya aku pernah dengar quotes yang bilang distance yourself from the people you don't want to become kalau kamu gak mau jadi orang tersebut ya kayak jangan terus berteman atau jangan terus keliling dirimu dengan dia bisa jadi kamu kalau sama dia sebenarnya kamu juga gak mencintai dirimu sendiri gitu atau ada juga aku pernah dengar kata-kata yang bilang if you are a friend To everybody You are the enemy to yourself Jadi kalau kita itu Teman ke semua orang nih Kita jadi musuh ke diri kita sendiri Kita yes man Diajak ke A oke, diajak ke B oke Keluarin banyak duit, tiba-tiba nyesel Kemudian Ini sih yang aku pikir Tapi to be fair itu juga ada tekanan sosialnya Maksudnya mungkin ada beberapa orang berasa Gue juga gak mau tapi ada tekanan sosial tersebut Kamu sendiri sebagai orang yang masih di Usia 20an kamu berasa tekanan sosial itu Rebut atau itu sebenarnya sesuatu yang abstrak yang dibuat-buat doang gitu? Itu tekanan sosial itu lebih ke kitanya yang overthinking gitu. Kalau kita gak ikut lifestyle teman-teman kita, kita dianggap aneh, kita dianggap dikucilkan.
Kalau kita dikucilkan, kita dianggap aneh, itu kita bisa gimana ya, ada perasaan, wah aku tuh orangnya tertinggal gitu. Seperti yang konteks pertama tadi, kalau kita merasa tertinggal, otomatis kita semakin anxiety, kita semakin stress. Dan ini nih yang menjadi permasalahan bagi anak Gen Z nih.
Mereka terus menyamaratakan kemajuan orang nih. Orang itu maju udah bisa beli mobil di usia 20-an. Aku juga harus beli bagaimanapun caranya. Mobil letter atau apapun itu.
So itu yang aku bikin tekanan sosial tapi dari saya sendiri. I see. Kalau ngomongin Gen Z secara spesifik ya aku berasa Gen Z itu bisa dibilangin mungkin salah satu generasi yang informasi paling banyak. Karena kan mereka lahir dengan internet, dengan gadget segala macem. Jadi secara informasi mereka tuh sebenernya banyak banget.
banget gitu loh, tapi pertanyaan berikutnya adalah kalau misalnya kalian udah dapet informasi apakah kalian cuma menerima informasi tersebut, kalian tidak mengimplementasikan kalian kagak melakukan aksi gitu salah satu kebiasaan yang menurut aku yang tanda kutip buruk juga adalah kalian cuma mengakusi pengetahuan, kalian berasa kalian paling pintar tapi begitu disuruh eksekusi kalian bingung apa nih harus gue lakuin nih, gue kagak tau nih step ABCDFG yang gue tau adalah ABCDFG harusnya seperti apa, tapi kalau misalkan untuk merealisasikan ABCDFG itu beneran di dunia terjadi, itu kan... dua hal yang berbeda gitu, so salah satu kebiasaan buruknya sih berpikir bahwa menerima informasi, menerima pengetahuan itu udah selesai kerjaannya, padahal masih banyak banget yang harus dikerjain so to be fair menurut aku gen Z itu adalah satu-satu generasi yang banyak banget informasinya tapi mungkin kalau per hari ini kurangnya dimana ada kurang untuk mencoba beraksinya gitu, karena pikir gue ngomong aja, gue tau aja udah cukup gitu ini yang kurasa permasalahan gen Z terbesar yaitu mereka ya secara... konteksnya yes man tadi itu mereka terus menjalani hidup dimana arahnya tuh orang gitu contohnya arahnya tuh orang itu mereka merasa kalau aku nih mau liburan misalnya ke Bali secara gak sadar aku sebenarnya terikat sama pekerjaan gitu tapi bisa nyalahin pekerjaan misalnya pekerjaan ini adalah beban aku nih selama ini jadi mereka mending liburan yang dimana di PHK daripada kayak kerja tapi tapi di bawah tekanan dan ini tuh sebenarnya adalah opini publik yang digiring mereka menyalahkan Gen Z gak semua Gen Z juga, gak semua Gen Z yang seperti itu gitu tapi ini mungkin juga salah gimana ya background didikan yang berbeda gitu ada orang yang didikannya itu kayak simple, kayak manja gitu, ada orang yang keras nih orang yang keras ini itu ibaratnya kayak ada anak kecil dia udah menemukan titik hidupnya tuh di usia 17 tahun tapi dia udah dewasa Di situ tuh, ada juga orang yang udah 30 atau 40 tahun itu gak nemu titik hidup itu Secara perawakan mereka udah dewasa tapi dalamnya tuh masih anak kecil gitu Jadi kagak bisa di generalisir terhadap Gen Z lah Klaim ya semua orang pasti yang mempunyai titik tersebut kan. Ya.
Khususnya aku setuju sih. Dimana tadi aku ngomongin terhadap aksi segala macem, aku rasa sih aku bisa lihat ada beberapa yang tanda kutip berumur, bahkan lebih berumur dibandingkan aku, orang-orang yang tersebut masih melakukan yang namanya prokrastinasi. Mereka berasa udah informasinya cukup, tapi udah... Tapi udah that's it gitu loh.
Bahwa oh yaudah gue kan udah dapet informasinya. Ya aksinya nanti ntaran aja gitu kan. So hal-hal seperti ini sih suatu kebiasaan-kebiasaan yang menurut aku harusnya bisa dibantu untuk dikikis ya.
Kebiasaan-kebiasaan jelek tersebut. Caranya gimana sih? Ya dengan pertama kalian nih orang-orang yang nonton atau bahkan dengerin kita punya podcast berkelas.
Mungkin berasa wah ini suatu yang daging banget nih gitu. Tapi jangan stop disana kan. Kalian harus melakukan aksi kan. Berikutnya apa sih yang mudah menurut aku ya tuh dulu saya gitu.
Kebiasaan menulis. Mungkin. Mungkin gak usah bener-bener literally menulis kayak dinosaurus kayak aku ya, dimana aku per hari ini masih melakukan to do list, bener-bener literally ditulis gitu loh.
Tapi kalau misalkan pada umumnya ya kalian Gnz, menurut aku pakai komputernya kalian, pakai kalian punya handphone tulis aja itu tulisnya dulu. Menurut aku itu udah apapun yang di otaknya kalian menjadi to do list, itu menurut aku ada step satunya sih. Dan begitu kalian dari to do list tersebut terrealisasi, menurut aku itu baru kalian itu tanda kutip kerja. Hmm, oke.
Karena ada juga tuh yang di postingan sekelas, waktu itu aku bikin, bikin jangan kerja 12 jam kerja 6 jam itu banyak banget yang protes itu oke maksud disitu yaitu deep worknya gitu jadi kalau kita bener-bener fokus kerja 6 jam kita fokus di depan laptop atau komputer mungkin ada waktu istirahat kayak 15 menit 10 menit itu bener-bener kerja selesai tapi beda cerita yang 12 jam tadi bisa jadi kerjaan yang kalau dia lakuin 6 jam itu bisa tapi kelamaan di prokrastinasi sama distraksi tadi Ini nih yang orang masih salah paham gitu. Beda cerita sama orang-orang yang memang kerjanya memang harus 12 jam gitu. Memang ketetapan 12 jam.
Tapi kalau mungkin freelancer, content creator, atau apapun yang mereka bisa maksimize waktunya, menurut aku fair-fair aja kalau kita bekerja tanpa distraksi gitu. Ya itu mungkin bisa lebih spesifik lagi kalau misalnya kita bedain adalah white collar job sama blue collar job kali ya. Blue collar job kan layaknya kamu bilang contoh tanda kutip buruh gitu kan ya. Mereka misalkan buruh kan mau kagak mau nih.
yang mengubah jam kerja, mereka mungkin agak bingung 6 jam kerja apa gitu loh, tapi poin yang kita coba sampaikan dari post tersebut adalah semua orang itu mempunyai suatu maksimum jam kerja yang kita benar-benar produktif banget dan setelah itu kita bisa dibilangin itu bakal menurun gitu loh, dan itu bisa dibilangin bukan cuma dalam konteks kita yang white collar yang tanda kutip yang lebih kreatif dibandingkan yang blue collar yang tanda kutip lebih hands on, boots on the ground yang lebih kotor dimana udah ada teorinya gitu bahkan yang tanda kutip yang kotor ini pun ada satu titik mereka itu itu udah terlalu kecapean bakal plateau, bakal turun. Yang nama kerennya itu the law of diminishing return. Kalian pikir kalian bakal optimum terus dengan working hours makin tinggi, tapi ternyata kagak gitu.
Kenapa? Karena kan udah kecapean kan. So point besar dari kamu punya pos, menurut aku yang orang-orang mungkin salah tangkep adalah bukan masalah jam kerjanya gitu, tapi setiap orang harus mempunyai rumus produktif terhadap jam kerjanya kalian masing-masing gitu.
Dan pastiin itu sesuai dengan kontaksi kalian masing-masing. Iya benar-benar. Mungkin tadi yang komen juga. juga mereka gak, oh gak real ini 6 jam nih aku aja kerja 12 jam gitu, orang-orang aku kenal juga 12 jam, kerja apa 6 jam iya benar, karena kan itu bedanya white collar job sama blue collar job mungkin orang itu berasa gue di tanda kutip gue punya lingkungan keluarga ya kerjaannya pabrik, kerjaan gue ya bisa sampai 14 jam, 16 jam gitu ya itu tanda kutip adalah kalian punya ekosistem sekarang itu juga pilihan hidup yang kalian mencoba tempuh, apakah kita punya quotes itu masih relevan sama kalian hmm Menurut aku sih masih relevan.
Di dalam kontes kalian tahu bahwa kalian itu udah paling optimum sekian gitu loh. Nah disana kalian harus fokus itu gak boleh bener-bener gak boleh salah gitu loh. Contoh kalau misalnya kalian bener-bener kerja 12 jam gitu kan ya.
Kalian tahu kalian bener-bener kena target 8 jam. Kalian harus produksi sekian banyak gitu kan ya. Dan 8 jam itu harus kena gitu kan.
Tapi abis itu ada sisa 4 jam lagi kalian harus bagaimana? Ya kalian harus tahu bagaimana mitigasi kalian punya energi untuk memastikan at least output. putnya mirip gitu loh, tapi kalian tau begitu itu kalian tuh energi bakal rendah nah gimana caranya nih kalian bikin energi kalian bisa naik lagi, nah menurut aku itu semua subjektif, kagak ada rumus yang bisa jadi universal productivity advice oke oke oke, tapi dari sisi prokasinasi, kagus itu ngeliat gak misalnya ada orang yang mereka merasa bahwa, wah aku mau mulai, tapi besok aja deh besok lagi, besok lagi, besok lagi Itu kira-kira advice paling sederhana. ...untuk prokrastinasi apa? Fakta kalian harus mempunyai ambisi dulu, apa yang kalian mau lakukan, itu menurut aku nomor satu dimana kalian itu harus tahu goalnya kalian dalam waktu, gak usah ngomongin 5 tahun ke depan lah, menurut aku terlalu panjang lah, goal kalian dalam tahun ini aja lah, apa sih yang kalian mau lakuin itu, dan apakah kalian berhasil dengan aksi kalian lakukan sekarang bisa mendapatkan goal tersebut gitu loh.
Nah itu menurut aku nomor satu. Nomor dua adalah yang aku tadi bilang to do list. Kalau misalkan kalian tidak punya to do list menurut aku kalian itu bakal scattered. Bahasa Indonesia ya berantakan.
Kalian bingung nih Gue mau kerjain apa banyak Banget nih yang gue mau kerjain Gue mau kan banyak juga kan nih Gue mau kerjain apa dulu gitu Dengan ada kalian tulis itu tersebut Menurut aku kalian langsung bisa pilih Oh kira-kira Mana yang paling mudah untuk gue lakuin Kenapa kalau misalnya aku rekomendasiin Buat orang mulai to do listnya Dengan yang paling mudah adalah Itu bikin kalian ada yang namanya momentum Kalau misalnya dari to do list tersebut Kalian itu mulai dengan yang Susah dulu Aku claim Itu bikin kalian berasa Aduh anjir PR banget ya Hari ya gue awal-awal udah PR banget itu Tapi kalau misalkan produktivitas yang aku dapatkan yang aku selalu coba terapkan di hidup aku adalah kalau bisa mulai dengan sesuatu yang gampang dulu contoh di konteksnya aku mungkin olahraga gitu kan itu to do list yang menurut aku bisa dibilang gampang dimana yaudah olahraga aja gitu kan tapi itu kan buat momentum gitu mungkin yang lebih spesifik lagi atau lebih mikro lagi adalah beresin tempat tidur terkesan bego banget ya tapi itu kan suatu momentum kan bahwa kita dapat bahwa kita bangun pagi aja tanda kutip kita nge-hack otak kita eh lu udah ngelakuin sesuatu yang produktif so itu sih kalau buat aku sih untuk kita bisa mengeliminasi mengeliminasi kayak susah lah ya atau lebih-lebih yang meminimalisir waktu yang kita progresinasi menurut aku kalian harus bisa untuk melakukan to do list dan abis itu beraksi dari hal-hal yang paling kecil dulu itu komentar aku, kalau kamu? Aku pernah dengar kata-kata juga dia bilang bahwa kalau kita hidup seolah-olah 76 tahun itu kita hidupnya hanya 3600 minggu sekian gitu dan kalau Kalau kita dengar kata 3600 seminggu kan kayak singkat banget hidup ternyata gitu. Makanya advice-nya paling sederhana yaitu do what you love, love what you do, dan hidup seolah-olah ini adalah hari terakhir kita di dunia gitu. Dan di course itu aku berasa bahwa kalau kita benar-benar tahu nih kita mau ngelakuin apa, lima tahun ke depan itu konteksnya agak luas, tapi aku yakin apa yang kita makan hari ini, konversasi apa yang kita punya dengan teman kita, apa yang… Habit kita hari ini, apa yang kita baca hari ini Itu impactnya gede banget Dalam konteks 5 tahun yang akan datang Oleh karena itu Aku rasa kalau kita terus menunda-nunda Paling kecil menunda-nunda Untuk hal-hal kecil kayak tadi olahraga Menunda-nunda untuk beresin tempat tidur Itu dampaknya juga ke hal lain nih Kita orangnya suka menunda-nunda nih Makanya mulai aja dulu dari yang kecil Kalau olahraga mungkin beresin tempat tidur Atau yang paling sederhana Itu bersihin ruangan Ini yang bikin kita juga Hal-hal kecil hal konteks lain itu kita juga gak undang-undang gitu, kita eksekusi. Iya, menurut aku emang menunda-unda ini karena kita sebagai manusia pengen cepat gitu nyampe masa depan gitu, karena kita pengen kayak udah langsung masa depan aja gitu kan, dan tapi kan abis itu di masa depan kita pengennya jadi seperti apa sih gitu kan, dan menurut aku banyak orang, orang-orang 20-an itu berasa bahwa wah gue di masa depan harus jadi X gitu kan ya which is gak ada yang salah menurut aku ambisi kayak gitu bagus gitu tapi kalau misalnya kalian udah sampai over worried udah sampai kayak seakan-akan kayak gue khawatir banget nih gue harus ngelakuin jadi Jadi X menurut aku itu bisa jadi toxic juga sih.
Kenapa? Contoh, kalian berasa kalian itu ambisi finansial deh paling gampang gitu. Kalian harus mendapatkan uang X di umur sekian gitu kan ya.
Nah buat orang-orang yang bener-bener terlalu over worried, menurut aku malah akhirnya membuat mereka jadi seakan-akan, bukan jadi seakan-akan, bahkan membuat mereka menjadi orang yang tidak beretika. Definisi tidak beretika apa? Contoh, dia mungkin melakukan sesuatu yang bahkan tidak like. dan itu menurut aku bahaya banget sih jadi kebiasaan-kebiasaan 20an yang menurut aku butuh kalian perhatikan banget adalah jangan sampai over worried terhadap kalian punya future semua orang itu punya yang kamu bilang adalah punya masanya kan, gimana caranya kita menuju kesana, menurut aku kalian harus pikir etika moral jangan pikir kayak seakan-akan 20an itu adalah masa-masa yang kaya aku selalu ngomong ke orang-orang pada umumnya gak ada fungsinya kalian sukses di umur 20an tapi di umur 30an kalian gagal kalian pengen adalah 20 20-an adalah kalian punya masa belajar, kalian punya ambisi itu benar, kalian punya goal itu benar.
Kalau tidak tercapai, kalian harus pikir gimana caranya bisa tercapai di 30-an, di 40-an, 50-an. Bukan kalian paksain yang akhirnya bikin kalian punya kebiasaan-kebiasaan buruk. Contohnya apa? Melakukan sesuatu yang tidak bermoral, mungkin definisi tidak bermoralnya...
Moral seperti apa mungkin buat lebih konkret contoh kalau misalkan disini berbisnis mungkin bikin sesuatu yang etika bisnisnya kurang baik gitu loh. Contoh nikung orang, itu kan orang yang membawa kalian gitu kan. Pas orang yang membawa kalian harus berasa, loh lu kacang kok lupa kulit ya, kok nikung gue gitu kan ya.
Kok lu gak bareng-bareng kena hal seperti itu. Dan abis itu kalau ngomongin hal yang ilegal, nyuri segala macam jelasnya jangan sampai kalian punya kebiasaan seperti itu sih. Oke, dalam konteks buru-buru tadi aku masih ngerasain sesuatu yang buru-buru. anak 20-an ini memang maunya cepet banget gitu. Kayak 21 tahun dia mulai bisnis, kalau bisa 22 itu udah miliarder.
Gak mungkin juga gitu kan. So aku rasa ini juga dalam konteks besar, dalam konteks luas, itu aku pikir waktu kecil, waktu masih masa kecil, kita buru-buru pengen jadi orang dewasa nih. Tapi waktu udah dewasa, kita udah menghadapi wah ini hidup, terus kita rindu masa kecil gitu.
Ironis sih. Ironis. Terus waktu... udah dewasa, kita ngabisin banyak uang nih untuk kesehatan gitu, padahal kita cari uang untuk kita bahagia, tapi malah cari uang, kita tuh bayar rumah sakit tadi gitu, nah oleh karena itu aku rasa banyak anak-anak muda yang mereka mencemaskan masa depan sampai mereka gak enjoy momen saat ini gitu, oleh karena itu ada juga orang yang pada akhirnya dia meninggal tanpa menikmati hidupnya gitu, so kalau kita terus buru-buru nih ingin mencapai titik tadi tanpa enjoy pun proses ini ya itu bukan hidup sih jadi itu adalah podcast berkelas kalau kalian mau tau kelanjutannya full episode nya kalian bisa cek link di deskripsi buat kalian yang agak bingung kenapa menedak kita ngomongin podcast karena kalau kalian Gue gak tau, gue tuh punya kreator masterclass Gimana gue kasih tau kalian gimana caranya menjadikan Konten kreator itu profesinya kalian Dan abis itu gue ketemu satu peserta gue Yang namanya Bilal Farhanov Akhirnya dia berhasil menjadikan konten kreator itu Profesinya dia Lalu abis itu kita melakukan sesuatu inisiatif dimana dimana kita menjadikan suatu studi kasus lagi, dimana kita pengen kasih tau, bahwa ini semua bukan keberuntungan, kita bikin satu akun, namanya sekelas sekolah kelompok malas. Dan alhasil meledak banget, seperti yang kalian bisa lihat insidenya, banyak banget komentar-komentar, terhadap minta kita bikin podcast.
Dan akhirnya Bilal merealisasikan wacana tersebut. So, buat kalian yang pengen komentar, terhadap podcast episode pertama, tinggal komen aja di bawah. Buat kalian yang pengen dengerin full podcast, bisa cek juga ke link di deskripsi. And apa tuh komentarnya kalian?
Coba share aja kalian berasa lebih bagus kayak gimana. Topik apa yang menurut kalian cocok untuk kita bahas. Kita mempunyai harapan sangat besar untuk bisa memberikan sesuatu yang beda di dunia podcast Indonesia.
So itu aja video hari ini. Jangan lupa like, comment, subscribe. Nyalain notifnya. Share ke teman kalian.
I'll see you in next video. Salam kreatif. Stay classy.