Transcript for:
Menjaga Kelas Menengah di Indonesia

Selamat pagi, Pemirsa. Kelas menengah di Indonesia terus mengalami penurunan drastis. Dari 57,33 juta di tahun 2019 menjadi 47,85 juta orang di tahun 2024. Hal ini menunjukkan adanya masalah serius dalam...

semakin tertekan karena pendapatan yang melambat dan biaya hidup yang semakin meningkat. Pemerintah harus segera mencari solusi untuk menjaga kelas menengah tetap jadi bantalan perekonomian nasional. Pemirsa inilah editorial media Indonesia di seri ini Senin 2 September 2024 dengan tema kelas menengah kian terengah-engah.

Bersama saya Leonhut Samosir dan Anda semua para pemirsa juga bisa ikut menyatakan pendapat Anda nanti dengan menelpon nomor telepon 021-583-99100. Dan pemirsa pagi ini telah hadir bersama saya. bersama saya, anggota Dewan Redalsi Media Group, Abdul Kohar. Mas Kohar, selamat pagi.

Selamat pagi. Sehat-sehat, Mas? Sehat, Alhamdulillah. Tidak terengah-engah, saya lihat.

Berarti mungkin bukan kelas menengah ya, atau memang jangan-jangan sinyalemen kelas menengah ini kian terengah-engah hanya dirasakan sebagian orang. Tapi sebelum kita bahas itu, Mas Kohar dan Mbak Misa, kita lihat dulu beberapa berita yang diperhatikan media Indonesia untuk hari ini. Yang pertama, ini adalah headline media Indonesia untuk hari ini yang Anda bisa lihat di harian Anda. Indonesia Indonesia bersiap perlihatkan toleransi. Ini terkait dengan kedatangan Paus Franciscus ya Mas Khor ya?

Bagaimana Mas? Ya ini adalah salah satu bentuk penghormatan kita. Karena Paus Franciscus melakukan perjalanan kerasulan begitu ya. Selain kunjungan ke negaraan, tetapi juga perjalanan ke agamaan.

Sebagai pemimpin tahta suci. Dan Indonesia bersiap memperlihatkan toleransi. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar. 80. 67% penduduk Indonesia adalah orang Islam maka artikel lancaran kesuksesan dan bentuk dari keramahan ya dalam menyambut pemimpin suci agama Katolik ini adalah salah satu tanda bahwa toleransi memang betul-betul hidup di Indonesia toleransi nyata dikembangkan dan Indonesia aman dan Indonesia tidak mendasarkan sentimen-sentimen sentimen keagamaan sebagai pilihan berbeda dengan tren-tren di tempat lain. Di London misalnya kita saksikan beberapa saat kemarin sentimen keagamaan dimainkan.

Makin menguat anti-Muslim dan seterusnya. Padahal mereka terpantik hanya oleh persoalan-persoalan yang hoax, persoalan-persoalan yang belum tentu kebenarannya, belum terverifikasi kebenarannya. Nah Indonesia sebagai negara dengan populasi Islam terbesar.

dengan Pancasila yang menjadi dasar, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, inilah yang akan ditunjukkan sebagai bagian dari rahmat untuk semua alam, bagian rahmat untuk siapapun, bukan hanya yang sesama muslim atau sesama orang beragama, tapi juga pemimpin-pemimpin dari agama yang lain. Oke, jadi Paus akan datang ke Indonesia 3 September sampai 6 September ya? Iya, betul.

Rencananya 5 September? September akan ada Misa Akbar di Gelora Bung Karno. Penjabat Gubernur Jakarta sudah menyarankan kepada warga Jakarta untuk kalau bisa work from home katanya begitu Mas Kod. Untuk menghindari berbagai macam keributan, keramaian, keruetan.

Kita harap kedatangan Paus Franciscus ke Indonesia bisa berjalan dengan baik, bisa berjalan dengan lancar. Dan kita sama-sama menyambutnya. Kita beralih ke berita selanjutnya, Pak Misa dan Mas Kod. Mas Kohar, di halaman 2, di halaman dalam di harian Anda, Pemirsa, ini masalah yang terkait dengan ekonomi lagi. Mas Kohar, ada penghutan ke peserta PPDS hingga 40 juta rupiah.

Bagi Anda, Pemirsa, PPDS adalah program pendidikan dokter spesialis. Ini maksudnya sudah terbukti atau dugaan atau bagaimana, Mas Kohar? Ini hasil investigasi dari Kementerian Kesehatan terkait dengan kasus bunuh diri dari dokter Auliaris. peserta program pendidikan dokter spesialis di Universitas Diponegoro, Semarang.

Nah, diduga, masih dugaan ya, meskipun mengarahnya ke sana sangat kuat, bahwa ada permintaan-permintaan uang, pungutan-pungutan uang yang jumlahnya bisa sampai 40 juta. per bulan dan itu yang membuat salah satu alasan kenapa diduga dokter Aulia ini kemudian tertekan dia kan diangkat sebagai pendahara angkatan oh Uang ini untuk apa? Untuk kegiatan para senior, untuk membayar office boy, untuk kebersihan, dan seterusnya.

Hal-hal yang diluar kepentingan praktek-praktek, kepentingan-kepentingan dari pendidikan dokter spesialis. Inilah yang diduga membuat pihak dokter Aulia kemudian tertekan, dia merasa dia dirundung, dibuli, lalu akhirnya mengakhiri hidup dengan... cara bunuh diri. Tapi kalau dalam berita ini dikatakan Mas Khoar undip merasa dihakimi katanya.

Penghentian program anestesi undip di RSUD Karyadi tidak hanya merugikan 80an mahasiswa BPDES tapi juga masyarakat katanya begitu. Ya ini kan merasa dihakimi karena belum ada keputusan yang betul-betul inkrah, terang-benderang tetapi sudah dihentikan programnya per 14 Agustus. Ini dihentikan sementara kan?

Ya dihentikan sementara untuk kepentingan-kepentingan Dan untuk menghindari tafsir-tafsir tertentu. Untuk kebutuhan penyelidikan tentu saja. Nah inilah yang membuat pihak undip merasa mereka di-judge, mereka dihakimi.

Padahal belum ada keputusan yang jelas terkait dengan mengapa, apa sebab dari kematian dokter Aulia. Kita tunggu sama-sama hasilnya seperti apa. Dan kalau saya sih berharap ya Mas Kulare, bahwa ini benar-benar di...

diusut dan mungkin bukan hanya diundip di sekian fakultas kedokteran yang lain jangan-jangan jangan-jangan ya juga terjadi hal yang sama dan kalau saya boleh berpesan kepada dokter-dokter terutama yang senior ya kalau anda bertugas menyelamatkan nyawa masa Anda tidak mau menyelamatkan nyawa Junior Anda sih begitu saja ya baik kita tinggalkan berita itu masuk kita ke berita selanjutnya pemirsa di halaman 3 di kolom pilkada 2024 putusan MK tekan suburnya calon tunggal hai hai Tapi kan di beberapa daerah masih ada calon tunggal. Ini maksudnya bagaimana Mas Wadid? Nah kan kalau kita lihat dari angka ya, statistik.

Di tahun 2017, 2018, dan 2020, pilkada di tiga momen itu, itu jumlah calon tunggal ada 50. Sementara di tahun ini, dari 545 daerah, itu yang menyelenggarakan pilkada serentak itu 43. 7,89% Turun sedikit lah Artinya turun sedikit Nah ini juga turun banyak Bila dibandingkan dengan gejala kemungkinan Kalau tidak ada putusan MK Kalau tidak ada putusan MK Itu diperkirakan hampir 160 Ada calon tunggal di 160 Tadinya ya Tadinya Maka setelah putusan MK Maka beberapa partai yang tidak bisa mencalonkan Kemudian menjadi bisa mencalonkan Atau gabungan partai politik yang tadinya tidak bisa mencalonkan dengan turunnya syarat itu bisa mencalonkan meskipun kemudian kita dengar berita terakhir kan mas Guar DPR katanya sedang mau mengevaluasi kewenangan MK karena katanya dianggap melampaui kewenangannya kata DPR begitu tuh? iya komisi 2 Ahmad Duli Kurnia dirilisnya mengatakan begitu tapi 2 hari kemudian dibantah kan oh diralat lagi? diralat lagi oleh dia bahwa dia tidak pernah mengatakan seperti itu tetapi ralatnya juga tidak terlalu panjang jadi rilisnya listnya panjang lah, ralatnya tidak terlalu panjang.

Ini mungkin, mungkin sudah ada pemberitahuan supaya untuk tidak meneruskan lagi lah. Hal-hal semacam ini yang bisa memicu terjadinya sentimen dari publik untuk menggelar demonstrasi lagi. Betul, dengan langkah MK ini harapan kita sih, rakyat juga merespons ya, dengan menurunnya calon tunggal.

Supaya kemudian menggunakan hak suaranya, kalau memang Tapi saya baca katanya kalau yang menang kotak kosong, maka akan dijabat oleh PLT selama 5 tahun. Iya bisa 5 tahun, bisa 1 tahun. Jadi artinya gini, kalau sampai kemudian calon tunggal itu yang menang adalah kotak kosong, maka dia akan melakukan pilkada ulang 1 tahun lagi.

Boleh 1 tahun lagi atau pilkada serentak berikutnya mengikuti. Artinya mengikuti berarti akan diisi oleh penjabat, bukan PLT, penjabat. penjabat wali kota penjabat bupati penjabat definitif ya penjabat seperti kita menyaksikan Jakarta sampai pada dilaksanakannya pemilihan bilkada berikutnya maka ya selama itu di jabat oleh seorang penjabat apapun itu kalau saya melihat mas Gohar harusnya ada perubahan perbaikan sistem yang lebih baik ya supaya kemudian suara rakyat tidak terkebiri oleh beberapa partai politik kita tinggalkan berita itu pemirsa kita ke editorial pada pagi ini diberi judul kelas menengah kian terengah-engah dari tiga berita tadi yang kita sempat ulas mas kohar sebelum editorial saya melihat ada faktor ekonomi disitu ya kalau kemudian kita bicara kelas menengah kian terengah-engah apakah ini artinya sesuatu yang memang sudah dirancang maksud saya ya sudah kita fokus kepada kelompok yang termiskin dulu saja supaya mereka tetap hidup, kelas menengah yang nanti-nanti saja disentuhnya, atau seperti apa? Apa pesan editorial? Ya, ini adalah situasi yang sangat problematik apabila pemerintah tidak serius menangani gejala turunnya kelas menengah ini.

Sejak COVID, setelah COVID, kita menyaksikan pemulihan ekonomi belum sepenuhnya terjadi. Nah, pada titik itu, pemerintah mencoba untuk mengamankan... masyarakat bawah dengan cara memberikan bansos.

Lalu masyarakat atas dipancing untuk memberikan sejumlah insentif. Tetapi yang di tengah ini nyaris tidak ada program apapun untuk menyelamatkan mereka. Padahal situasinya sudah semakin mendesak.

Ketika masyarakat bawah mendapatkan bansos, masyarakat atas mendapatkan insentif, pajak dan seterusnya, keringanan dan seterusnya. Yang di tengah ini akhirnya terjepit. Yang kita saksikan adalah data BPS terbaru. Ketika 9 juta lebih orang kelas menengah yang kemarin tergolong kelas menengah, terlempar dari definisi kelas menengah dan masuk ke dalam kelompok menuju kelas menengah lagi.

Artinya turun kelas. Nah, ketika kondisi masyarakat menengah turun kelas, maka dampaknya terhadap apa? Pajak. Karena mereka ini adalah orang-orang yang taat membayar pajak, yang sangat patuh membayar pajak, dan jumlah persentase pengeluaran pajak.

Kelas menengah untuk membayar pajak itu sama Dengan kalangan atas 4% lebih Penghasilan mereka adalah untuk pajak Padahal pendapatannya jauh berbeda Pendapatannya jauh berbeda, tetapi akumulasi dari kelompok Kelas menengah itu ternyata Membayar pajak, selanjutnya apa? Ya mengurangi konsumsi, kalau mengurangi Konsumsi, apa imbasnya? Pada pertumbuhan Ekonomi, pertumbuhan ekonomi Kita hanya akan segini-segini Bisa 5% Padahal untuk menjadi negara maju Kita butuh pertumbuhan 7% sampai 8%.

Sebuah angka yang sangat mustahil apabila kita hanya berada di level 5% seperti sekarang. Masalahnya Mas Kor ada yang mengatakan begini, kalau terengah-engah itu kan walaupun pengap tapi masih bernafas ya? Iya, faktanya ada.

Belum berhenti nafas kan? Betul. Ya sudah biarkan saja, yang penting toh masih bernafas.

Apakah itu akan masih bisa kita biarkan? Kita akan bahas itu dan memisahkan inilah editorial Median Indonesia untuk hari ini, Senin 2 September 2024. Kelas Menengah, Kian Terengah Nga Kelas Menengah, Kian Terengah Nga Setiap tahun, jutaan masyarakat kelas menengah di Indonesia mengalami turun kelas. Sebagian turun ke level calon kelas menengah atau aspiring middle class. Sebagian lagi anjlok menuju masyarakat rentan miskin.

Menurut data Badan Pusat Statistik, Jumlah penduduk kelas menengah turun tajam dalam 5 tahun terakhir dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Apakah ini bisa dianggap sebagai kelas menengah? dianggap persoalan remeh dan layak dispelekan pemerintah? Jelas tidak. Bagaimana mau dipandang sebele kalau masyarakat kelas menengah yang sesungguhnya punya kontribusi besar terhadap pergerakan ekonomi itu kian hari justru kian terhimpit dan terjepit. Bagaimana bisa dianggap enteng bila kelas menengah terus-terusan mendapat tekanan dari dua sisi, pendapatan yang melambat dan biaya hidup yang makin tinggi.

Saat ini jika digabung masyarakat kelas menengah dan calon kelas menengah, juga jumlannya mencapai 66,35 persen dari total penduduk Indonesia. Dari mereka, nilai konsumsi pengeluarannya mencakup 81,49 persen dari total konsumsi nasional. Kelas menengah juga merupakan penyokong penerimaan pajak yang besar.

Maka ketika proporsi kelas menengah terus menipis, perekonomian menjadi kurang resilient terhadap guncangan. Menurunnya jumlah kelas menengah sejatinya menjadi indikasi kuat bahwa ada problem serius dalam hal fundamental ekonomi nasional, sekaligus menunjukkan betapa kedodorannya kebijakan ekonomi. ...ekonomi pemerintah.

Kelas menengah selalu disebut-sebut sebagai bantalan dari perekonomian nasional, tetapi strategi untuk mengungkit kapasitas mereka tak pernah terlembagakan dengan baik. Alih-alih menaikan kelas, untuk sekadar menjaga mereka tetap berada di gerbang. bong kelas menengah saja pemerintah kepayahan.

Terbukti dari data BPS selama 5 tahun terakhir tadi, berjuta-juta masyarakat kelas menengah justru terpaksa turun kasta. Masyarakat kelas menengah dan aspiring middle class kini malah lebih dekat kepada garis kemiskinan ketimbang kelas di atasnya. Pemerintah semestinya tidak boleh mengamuflase persoalan sekrusial ini dengan sekadar menganggap itu sebagai tren fenomena global. Itu problem yang terjadi hampir di semua negara, kata Presiden Jokowi Dodo saat ditanya wartawan terkait dengan terus menyusutnya jumlah kelas menengah Jumat 30 Agustus lalu. Dari jawaban bernada ngeles itu, kiranya publik boleh menduga bahwa pemerintah memang tak memiliki strategi jitu untuk lepas dari jerat masalah tersebut.

Jawaban seperti itu hampir tidak terjadi. Hampir sama nuansanya seperti ketika pemerintah terus saja menyalahkan pandemi COVID-19 sebagai biang kerok luruhnya pertahanan kaum kelas menengah. Betul, tidak ada yang membanta bahwa pandemi COVID-19 menimbulkan dampak jangka panjang atau scaring effect terhadap perekonomian nasional. Namun jangan lupa, ada data lain yang disampaikan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat atau LPEMUI bahwa penurunan jumlah kelas menengah itu sudah terjadi sejak 2018 atau 2 tahun sebelum wabah COVID-19 melanda dunia. Artinya, sebelum penurunan kelas menengah itu menjadi fenomena di hampir semua negara alias menjadi tren global pasca pandemi, Indonesia sudah memulai tren itu sebelumnya.

Maka bila berpatokan dari itu, boleh jadi bukan pandemi yang jadi biang keroknya, melainkan pemerintah yang tidak sigap mengantisipasi gejalannya sejak awal. Pilar dari kelas menengah ialah sektor formal dan manufaktur, terutama yang memiliki produktivitas tinggi. Tanpa memfokuskan kebijakan pada dua hal tersebut, upaya mengerek kelas menengah hanya akan menjadi angan-angan. Celakanya, di saat yang sama, kinerja manufaktur domestik juga terus melemah dan tertekan. Karena itu, tidak ada cerita lain, pemerintah harus melakukan reformasi iklim usaha secara struktural dan mempercepat reformasi kualitas SDM.

Itu tidak hanya akan menguatkan lagi sektor manufaktur, tapi juga sekaligus menjadi langkah awal untuk meningkatkan jumlah masyarakat kelas menengah. Intro Di bagian berikut anda bisa ikut menyatakan pendapat anda terkait editorial pagi ini Pemirsa tetaplah bersama kami Intro Terima kasih bisa bersama kami di editorial media Indonesia Mas Khoar karena Kelas menengah itu kan walaupun terengah-engah Ya Asumsinya masih punya uang mas Ya betul Masih punya uang untuk makan Tidak ada yang kelaparan sampai makan mati begitu dan itu yang menurut sebagian orang masih aman. Nah bagaimana kemudian terengah-engahnya ini dijaga untuk jangan sampai ya benar-benar habis nafas.

Nah persoalannya kan ketika sudah terengah-engah, Sampai detik ini belum ada formula atau solusi yang pas untuk menjaga mereka. Buktinya ketika mereka dihantam oleh pandemi, faktanya sekarang kita menyaksikan jumlah mereka turun. Itu artinya kan berarti belum ada solusi yang jitu, yang bisa menangani supaya kelas menengah itu terjaga dengan populasi atau jumlah yang tetap.

Dari 57,3 juta menjadi 47,8 juta, itu kan berarti hampir 10 juta hilang. Mereka dari kelas menengah geser ke MKM misalnya, menuju kelas menengah. Belum kelas menengah.

Nah ini implikasinya apa? Kita lihat betul bahwa mereka masih bisa bernapas. Tapi lihatlah komposisinya.

Semakin banyak sekarang kelas menengah itu yang menggunakan uangnya, menggunakan pendapatan penghasilannya, itu untuk belanja makanan dan minuman. Kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar. Bertahan hidup ya.

Bertahan hidup. Itu jumlahnya hampir sepuluh. Lalu kemudian 28% itu untuk bayar apa?

Untuk bayar cicilan. Artinya lebih dari atau hampir 80% penghasilan itu sudah habis. Ada yang menghitung, statistik menunjukkan bahwa rata-rata sekarang ini di kantong kelompok kelas menengah, itu setiap bulan per orang, per bulan, itu hanya sanggup menabung sekitar 420 ribu, 480 ribuan. Rupiah ya?

Per bulan? Per bulan. Bandingkan dengan kelas di atasnya yang masih bisa menabung rata-rata 2,9 juta per bulan.

Komposisi-komposisi statistik semacam ini mestinya tidak hanya dibaca sebagai sebuah angka. Baik, kita sebelum melanjutkan diskusi ini, Mas Kor dan kita akan, Pemirsa, mencoba juga bertanya. Saat ini kita sudah tersambung lewat seluruh telepon dengan Rektor Universitas Paramadina yang juga ekonomus senior indef, Prof. Didi Rabini. Mas Didi, selamat pagi.

Pagi mas, sehat ya? Ya sehat-sehat mas Didi Kelas menengah semakin berkurang dan semakin terengah-engah Ada yang mengatakan kelas menengah sekarang makan tabungan, mantap katanya begitu Mas Didi, solusi yang efektif jangka pendek dan jangka menengah Untuk kemudian mengangkat lagi kelas menengah ini seperti apa mas? Mas sebenarnya ekonomi itu begitu tumbuh dia otomatis akan meningkatkan pendapatan terutama kelas menengah yang dia itu masuk ke cek terproduktif dan lain-lain.

Nah sekarang menurut saya... Ini ada paradoks ya, pertumbuhan ekonomi 5% itu kan tinggi sekali, tapi kelas menengahnya merosot. Ini tidak masuk akal menurut saya. Jadi kemungkinan pertumbuhan 5% itu bodong juga.

Ada keperindikasi, karena regimen kan regimen bohong. Oke, katakanlah kalau benar Mas Didi, bahwa memang ada pertumbuhan dan juga memang jumlahnya berkurang. untuk kelas menengah itu berkurang karena apa ya kira-kira ya Mas Didi begini solusinya ya jadi Indonesia dikenal itu cepet itu nggak bisa masuk ke jasa langsung sebenarnya yang baik itu industri itu harus dibangun matang-matangnya kenapa karena satu itu bisa menyiap 10.000 pekerja menerap peratusan manajer dan lain-lain nah sekarang yang diperoleh itu adalah sektor industri nah sektor industri yang mengap-mengap 3% 4% Ini sudah gagal, jadi misalnya diantara berbagai strategi pembangunan daerah pembangunan kecemasan, fokus satu-satu deh sektor industri itu lah yang pada waktu perdebaru kelas menengahnya kurang bertumbuh menjadi seperti sekarang. Nah karena kemudian industri nya merosot, dia masuk ke jasa Masuk ke jasanya itu sektor jasa informal Tidak produktif, jasa-jasa yang dibawah tanah dan itu saja Strateginya itu saja deh Nah sekarang ini kegagalan Jokowi ini Ada kegagalan Menteri Perusahaan ini Ya industri ini Zaman suara itu 12% Industrinya sekarang 3% Gak mungkin Bisa membuat ekonomi itu sejahtera Kecuali Singapura ya Gak ada industri jasa Tapi itu jasa profesional yang keuangan dan pemainan dan lain-lain.

Jadi industri ini harus dibangun di daerah-daerah. Jepang begitu, Korea begitu, Taiwan begitu. Mas Didi, kalau bicara... Simpelnya, ya.

Simpelnya. Iya. Silahkan, Mas.

Simpelnya begitu. Ya, simpelnya begitu. Kalau bicara industri atau industri manufaktur kan, yang pertama butuh waktu untuk membangun dan menyerap... Lalu yang kedua juga butuh kepastian ya.

Banyak investor katanya nggak terlalu yakin karena kadang-kadang di Republik Indonesia ini peraturan bisa berubah dengan drastis. Itu bagaimana Mas Didi? Jokowi sudah dikasih 10 tahun Resource Big Industry Perikanannya Itu dibikin pabrik perikanan Itu setahun dua tahun sudah jadi Yang penting ada ekspornya Jadi strateginya kayak apa kan Strateginya industri Industri itu harus 40% Tidak 35% Tidak seperti sekarang di bawah 20% Bagaimana industri itu digerakkan Ada kebijakan satu Kedua ada investasi Itu saja gak bisa Harus double garden. Double gardannya itu dalam negeri, investasi luar negeri.

Nah, luar negeri itulah yang menjadi motor. Sehingga kita harus membangun iklim yang kondusif. Nah, bagaimana setelah itu kebijakan ekspor? Nggak bisa pasar dalam negeri saja, tetapi ke luar negeri walaupun pasarnya besar.

Kina pun ke luar negeri walaupun pasarnya sangat besar. Jadi tiga itu industri, investasi, ekspor. Tapi ujungnya industri. Itu saja deh, itu pengalaman 50 tahun Jepang begitu. Taiwan 50 tahun begitu, gak ada lagi, itu aja.

Oke, baik. Ini sangat mencerahkan dan semoga kemudian apa yang disampaikan Prof. Didi Rabini juga yang kita bicarakan ini, Mas Didi, didengar ya oleh pemerintah, khususnya mungkin pemerintahan Prabowo-Gibran berikutnya. Terima kasih Rektor Universitas Paramadina yang juga ekonom senior indef, Prof. Didi Rabini sudah mencerahkan kami.

Selamat pagi. pagi Mas Didi. Terima kasih.

Sampai jumpa. Sampai jumpa. Basri, Menteri Keuangan kita yang mengutip data dari BPS Bahwa di tahun 2019 sampai 2024 jauh lebih banyak jumlah tenaga kerja yang terserap sektor informal ketimbang sektor formal.

Sementara dikutip di tahun 2009 sampai 2014 itu malah formalnya tinggi sekali dan informal itu minus. Artinya banyak yang terserap ke formal. Artinya apakah memang benar tadi yang disampaikan Mas Didi, fokus aja mengembangkan industri atau seperti apa?

Iya kan kita lihat data-data menunjukkan bahwa bahwa industri manufaktur kita, kontribusinya terhadap PDB itu turun drastis. Ketika order baru itu masih 31 persen loh, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB. Pabrik-pabrik itu ya? Betul, pabrik-pabrik itu berdiri dan kontribusinya itu 31 persen terhadap PDB. Nah sekarang itu 18-19 persen cuma, kontribusinya kan turun drastis itu.

Nah, sementara kedua, industri manufaktur atau pabrik-pabrik inilah yang menyarap tenaga kerja. Yang mereka ini masuk. ke dalam sektor-sektor formal. Nah, bayangkan dalam kurun waktu 15 tahun, kita kedodoran akhirnya. Sekarang ini, pekerja di sektor informal, itu sudah mencapai 60 persen.

Komposisinya, bila dibandingkan dengan mereka yang bekerja di sektor formal. Artinya, lebih banyak orang bekerja di sektor informal. Usaha sendiri, jadi ojek online, jadi driver taksi online.

lalu pengantar logistik dan seterusnya yang pasti karena namanya juga pekerja informal tidak ada pelindungan kesehatan tidak ada pelindungan ketenaga kerjaan sehingga kesejahteraannya betul-betul tidak pasti rentan lah ya rentan yang kemudian terlempar ke kelompok miskin tadi itu nah itulah potret kita hari ini potret kelas menengah kita hari ini yang mestinya pelan atau pasti harus segera diatasi hmm Jadi deindustrialisasi harus segera dihentikan. Lakukan dengan industrialisasi, perbaiki syarat-syarat dalam membuka industri, dan permudah mereka. Jangan sedikit-sedikit penghutan, sedikit-sedikit penghutan. Ormas. Ya, yang mereka kemudian akhirnya, ya daripada rugi untuk penghutan, ya mending sudahlah pergi saja dari Indonesia.

Lari ke Vietnam. Atau jadi broker. Atau jadi broker, betul.

Masukkan barang saja, barang yang dibuat di luar. Betul, karena memproduksi di Indonesia. Indonesia juga tidak ada hasilnya.

Jadi broker dia dapat fee yang jelas. Kecil-kecil tapi kemudian sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit juga. Kita saksikan sektor tekstil kan begitu. Masalahnya kembali lagi, industri ini kan butuh waktu Mas Kohar.

Dan kemudian butuh usaha besar. Investor juga butuh kepastian. Investor juga bukan hanya yang baru, yang sudah existing juga pengen dilindungi. Dan itu kan secara politis tidak seksi. Bagaimana ini bisa dipadukan?

Kita bahas di bagian berikut. Pemirsa tetap bersama kami, Editorial Media Indonesia. Media Indonesia mengajak Anda untuk mengakses fitur premium e-paper.

Dengan sajian konten berbasis intelektual dan meneguhkan kebangsaan, Media Indonesia tampil dengan lebih dinamis melalui e-paper Media Indonesia yang dapat Anda akses kapan saja, dimana saja. Caranya mudah, download aplikasi Media Indonesia di Android atau ketik link e-paper.mediaindonesia.com atau bisa scan QR Code pada layar kaca Anda. Klik tab e-paper di bagian samping layar tablet Anda, daftarkan data diri, serta pilih paket perlangganan e-paper Media Indonesia sesuai dengan kebutuhan Anda. Nikmati juga bonus spesial tambahan 4 halaman rubrik fokus setiap hari. Semua bisa Anda dapatkan hanya di e-paper Media Indonesia.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Customer Service di nomor 0811 1201 2018 atau kunjungi media sosial at Media Indonesia. Media Indonesia, referensi bangsa. Terima kasih Anda masih bersama kami di Editorial Mediunisya dan sekarang waktunya kita mas Kor untuk mendengarkan juga pendapat dari pemirsa Metro TV.

Kita sudah terhubung dengan pemirsa Metro TV di Jakarta Timur, ada Ibu Upik. Ibu Upik selamat pagi. Selamat pagi Bang Riona dan Mat Kohar.

Selamat pagi Bu Upik. Bagaimana Bu, kelas menengah kian terengah-engah? Saya mau tahu kalau boleh Bu Upik masuk kelas menengah atau kelas mana nih Bu? yang saya repot jawabnya kemarin hampir menengah ya karena kan saya di sektor jasa ya kan saya jualan makanan di order di kantor-kantor tapi kantor-kantor itu sebenarnya kan usia produktif ya dan mereka saya bilang menengah karena dia bisa menyanyikan hobi lifestyle gitu ya sekarang konsumen saya bilangnya aduh bu agak mirip sekarang ya Karena harga saya saya naikin, karena harga bahan pokok naik.

Jadi menurut saya ini menteri perdagangan kemana ya? Ada nggak di Indonesia? Ada loh Bu, masih ada loh. Tapi budur mungkin ya, dia nggak mikir banget untuk budur ini, karena apa? Harga yang kebun ini itu nyaris tidak akan mau turun gitu.

Kalau kita bilang istilahnya Pak Presiden kita, bukan ekonomi meroket, tapi kemiskinan meroket. Bu Upik, kalau Ibu bilang Ibu menjual makanan dan dijual ke kantor-kantor, belakangan ini apakah juga pembelian itu berhasil? itu berkurang atau masih tetap aman Bu kalau Ibu lihat? Saya kan bilang dari awal, sekarang mereka katanya ngirit-ngirit, mau gak mau. Yang biasanya hari Senin sampai Sabtu itu kita umumnya akhirnya ya berkurang hampir 50% mereka bahkan nyaris membawa makan untuk sendiri.

Itu menengah ke atas ya, menengah ya karena mereka usia produktif dan dia bisa lifestyle, bisa menyalurkan hobi, bahkan banyak yang curhat. Sekarang hobi dikurangin bu. Apalagi ekonomi bawah yang harga meroket.

Bukan ekonomi meroket ya. Itu ya menangis termehe-mehe sejadi-jadinya. Jadi kalau menengah itu, serengah-tengah. Jadi di kelas bawah termehe-mehe. Saya bilang gitu aja.

Sudah gak bisa nafas begitu kali ya. Harapan bu pik apa bu? Konkretnya bu. Harapan saya negara ini punya acuan.

Ekonomi atau Harga-harganya Jadi saya lihat pemerintah sekarang itu Tidak pernah mikirin rakyatnya Jadi mereka mulai dari Maaf ya bukan mengkritik Menyataan kita nanti berdagangan Bantu jaga harga ya Mereka kayaknya Bercuma Tapi mereka tidak melihat kita Kita ini hidup sendirilah Tanpa ada negara Itu kita harapkan ya Terima kasih Sudah berpendapat dari Jakarta Timur. Selamat pagi. Di belakang bupik ada Pak Max di Manokwari Papua Barat. Pak Max, selamat pagi. Selamat pagi.

Iya, Bung Kwar selamat pagi. Selamat pagi. Selamat pagi. Baik, terima kasih. Ini kalau topik ini masyarakat kelas benengah terengah-engah bagaimana kelas bawah.

Iya. Sementara kalau saya lihat kata terengah-engah ini sebuah hal yang kontradiksi. Karena Pemerintah terus menggalakkan apa yang disukut dengan UMKM.

UMKM itu kan melangkah. Pemerintah menggalakkan melangkah memberikan peran serta masyarakat untuk bergerak dalam usaha kecil menengah dari sisi ekonomi. Iya kan? Nah, di sisi lain ada ketiga kebijakan pemerintah yang terakhirnya membuat masyarakat dingin-dingin. Contoh, tadi pagi saya baru nonton.

Menteri SDM Pak Hidra Dahlia, ini saudara saya dari Papua Barat ini, Pak Pak bikin kebijakan penbatasan minyak bersubsidi, BBM bersubsidi. Itu bagus juga, supaya bagaimana masyarakat menengah kelas bawah ini, untuk menikmati bahan bakar minyak itu dengan sebaik-baiknya, kemudian, dengan hitung masyarakat bisa meningkatkan ekonomi. ekonomi, sehingga tidak terengah-engah. Tapi kondisi sekarang, kita harus sering melihat.

Contoh sekarang aja di Manokwari, di Papua Barat ini, masyarakat terengah-engah. Masyarakat makin sulit. Masyarakat makin sulit.

Jadi bagaimana kita terus menggalakan UMKM itu supaya kesan ini tidak nampak. Begitu. Terima kasih.

Terima kasih Pak Max di Manokwari, Papua Barat. Selamat pagi. Di belakang Pak Max ada Pak Sukiwi di Medan, Sumatera Utara. Pak Sukiwi selamat pagi.

Ya, selamat pagi Bung Leo, selamat pagi Bung Kohar. Selamat pagi, silakan Pak Sukiwi. Sekarang memang yang menengah ini memang sangat terengah-engah berhubung karena apa? Kita tahu sekarang yang masalah paling besar di Indonesia ini karena korupsi. menimbulkan yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.

Sehingga semua uang-uang ini tergerus ke puncak. Jadi pertumbuhan yang kita lihat orang yang kaya ini kerucut. Yang kaya itu di atas itu sampai kaya sekali, sampai triliunan, triliunan, triliunan harta mereka. Apalagi yang miris kita selalu dengar ini, lihat korupsi kita itu begitu tertangkap, pasti sampai yang triliunan. Inilah yang tergerus uang-uang ini semua sudah keputusan.

Ya belum lagi yang kita selalu dengar itu judi online. Belum lagi pinjol. Inilah yang mengakibatkan semua ini kerucut ke atas uangnya. Jadi Indonesia ini...

Dia tidak merata Akibatnya ini yang menengah ini ya terengah-engah Karena uangnya semua sudah kerucut ke atas Maka dalam hal ini pemerintah tolong pikirkan Kita harapkan, kami masyarakat kecil sangat mengharapkan kepada Pak Prabowo Kalau harapan Pak Jokowi ini kan sudah selesai Sudah tinggal hitung Harapan kepada Pak Prabowo, begitu naik, hajar dulu korupsi ini. Sisa, kalau bisa, panggil semua pejabat-pejabat yang korupsi ini, bantulah uang ke negara. Mana-mana uang-uang yang sudah mereka kumpulkan. Korupsi sumber kebocoran, bagaimana mas Gord?

Ya, dari banyak elemen yang bisa dilakukan, banyak faktor yang bisa dilakukan untuk bagaimana mempertahankan kelas menengah ini. Kenapa kelas menengah ini harus dipertahankan? Karena apabila mereka itu sampai jatuh ke kelas bawah, maka impactnya terhadap ekonomi itu luar biasa.

Bayangkan kelas menengah ditambah dengan mereka yang menuju kelas menengah. plus kelas bawah, itu 81% konsumsi di Indonesia. Sementara lebih dari 60% pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh konsumsi.

Konsumsi rumah tangga. Itu artinya kalau semakin turun daya beli masyarakat kelas menengah dan kelas bawah terutama, maka yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi akan menjadi semakin sulit. Ikut terkerek turun ya? Iya, ikut terkerek turun.

Ini yang... dikhawatirkan oleh berbagai kalangan. Maka, kurangilah tekanan-tekanan terhadap kelompok kelas menengah ini.

Jangan sampai kemudian mereka justru ketika sedang kesulitan, ketika harga-harga mulai naik, harga pangan mulai naik, mereka akan makin kesulitan. Tadi Bu Pik tanya itu, ada tidak sih yang menjaga harga? Katanya begitu.

Menteri Perdagangan kemana? Itu adalah faktor. Faktor yang membuat mengapa kelas menengah ini semakin mantap. Makan tabungan.

Karena mereka terdorong oleh harga. harga-harga yang semakin naik, harga pangan, harga energi, dan seterusnya yang naik, belum lagi penghutang-penghutang baru yang harus mereka terima. Masalah ini, apakah baru akan bisa tertangani oleh pemerintahan Prabowo-Gibran yang baru nanti...

20 Oktober atau sebenarnya harus ditangani pemerintah sekarang kita harus sudah dahulu masker bisa tetap bersama kami editorial media Indonesia segera kembali hai hai Terima kasih Anda masih bersama kami, kita di bagian akhir dari diskusi kita pagi ini. Mas Kuar, tadi Pak Max di Manukuari menitipkan harapan ya untuk menyangkat kelas menengah ini kepada pemerintahan yang berikut, Prabowo Gibran. Pertanyaannya adalah...

apa kita punya kemewahan untuk menunggu sekitar kurang lebih 2 bulan sampai ke situ atau sebenarnya pemerintahan Jokowi sekarang ini ya juga harus menyelesaikan atau mengangkat kelas menengah ini ya setidak-tidaknya di ujung pemerintahannya Presiden Jokowi beserta para pembantunya, dalam hal ini adalah Menteri, itu menekan harga-harga yang masih tinggi. Harga pangan, dikendalikan harga pangan. Tekanlah pasokan-pasokan yang membuat sehingga kelompok menengah ini kemudian semakin tertekan.

Kurangi hal-hal yang membuat kelompok menengah ini semakin tertekan. Bisa dilakukan misalnya tunda berbagai kebijakan. Jangan malah dilakukan kajian-kajian yang mengarah...

untuk kembali menekan kelas menengah. Contoh, mau rencana katakanlah di Jabodetabek mau ada rencana pengurangan subsidi untuk KRL. Commuter Line. Nah, siapa penumpang Commuter Line itu?

Mereka-mereka yang kelas menengah. Mereka-mereka yang bekerja di pemerintahan-pemerintahan, di kantor-kantor, di pekerjaan swasta, yang pengeluaran mereka ya direntang kelas menengah. Kan kelas menengah itu kan kalau menurut rumah, Rumus statistik itu kan mereka yang pengeluarannya antara 2 juta hingga sampai 9,9 juta. Nah berarti di rentang itulah mereka masuk dalam kategori kelas menengah.

Dan di Indonesia itu banyak sekali kelompok kelas menengah yang mereka menggunakan transportasi umum. Misalnya komuter lain. Ya komuter lain itu kan konon katanya hanya untuk kelas bawah. Jadi kalau kelas menengah pakai mereka tidak boleh pakai subsidi itu katanya begitu Mas Kolar. Sekarang begini.

Kalau... Mereka yang bekerja di kantor-kantor dengan gaji katakanlah misalnya di atas sedikit di atas UMN, apakah ini masih masuk di anggap sebagai kelas bawah? Enggak juga dong. Berapa persentase mereka? Persentase mereka pasti lebih banyak kalangan kelas menengah.

Mungkin karena selama ini... Nah titik sasarnya berbeda. Mungkin karena selama ini kelas menengah diam-diam saja.

Kalau bahasa Jawa apa... Kalau tidak salah, meneng-meneng waya begitu kan. Jadi akhirnya, ya sudah. Yang penting kan masih bisa napas terengah-engah.

Sudahlah nggak usah ribut. Kalau kita ingin melihat bagaimana kegelisahan kelompok kelas menengah, maka lihatlah Twitter, lihatlah Instagram, lihatlah Facebook. Asli ya? Bukan buzzer-buzzer gitu ya?

Ketika kegelisahan, mereka dengan cara menyindir, dengan cara misalnya mengkritisi cara hidup hedon, bermewah-mewah. yang pernah disampaikan oleh pidato presiden ya, pidato presiden jangan bermewahan, jangan hedon, lalu dinaikkan, di upload di media sosial. Nah sekarang kemudian ucapan presiden itu mengenai menantunya sendiri misalnya.

Hal-hal seperti ini, itu kan berarti bentuk dari kegelisahan kelas menengah. Dan mereka lihat itu ya? Betul ketika kritisisme.

Mereka membandingkan di tengah kehidupan masyarakat yang susah dalam membeli, katakanlah misalnya membeli beras yang naik, lalu membeli banyak sektor-sektor lain yang naik, cicilan menumpuk. Nah fenomena. kemudian pinjol, maraknya pinjol.

Pinjol ilegal. Kemudian bahkan maraknya judol. Judi online.

Itu relate, itu berhubungan dengan kondisi kelas menengah yang semakin terjepit. Jangan dipersalahkan kelas menengahnya saja itu ya. Betul.

Betul, kenapa? Karena mereka ini dalam posisi yang tidak ada yang memberikan solusi. Kalau kelas bawah kan seperti kita tahu, ada sekian bulan mereka mendapatkan bantuan sosial.

Betul, kelas atas mereka mendapatkan insentif, pengurangan pajak asal. Misalnya industri mereka menyerap tenaga kerja. Nah di kelas menengah ini apa?

Yang terjadi mereka bahkan ditumpuk misalnya pajak ditambah, PPN nanti Januari itu naik. Baik dari 11% ke 12%. Nah hal-hal semacam ini apabila bisa dikurangi mulai sekarang, itu bisa menjadi kontribusi lah.

Setidak-tidaknya jangan sampai menambah beban kelas menengah. Itu dulu. Baik, kita harap apa yang kita bicarakan di sini juga Mas Kohar diperhatikan dan bukan hanya diperhatikan, tapi juga dikerjakan oleh pemerintahan supaya kemudian pemerintahan itu juga untuk kelas menengah, bukan hanya untuk kelas yang lain. Mas Abdul Qohar, terima kasih sudah hadir di tempat ini.

Selamat pagi. Bisa pemerintah tidak boleh menyerahanakan penurunan kelas menengah ini. Jawaban pemerintah yang cenderung menyalahkan faktor eksternal mengisyaratkan belum ada strategi JITU mengatasi masalah ini.

Pemerintah harus segera melakukan reformasi struktural terhadap iklim usaha dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Fokus pada sektor formal dan manufaktur yang produktif adalah kunci agar kelas menengah tidak semakin terdesak dan bisa kembali menguatkan perekonomian nasional. Saya Leonor. Saya Donat Samusya, berterima kasih Anda sudah menyimak editorial Mediunis 1 pagi ini. Terus jaga kesehatan Anda, terus jaga nurani Anda.

Selamat pagi, sampai jumpa.