Transcript for:
Transformasi Sampah Menjadi Produk Bernilai

Dari 7 karung sampah plastik atau sekitar 20 kg, kira-kira bisa jadi apa ya? Bangku? Atau ada yang lain? Papan plastik ini? Dan ini sudah diekspor sampai ke Spanyol dari Singaraja Bali. Bagaimana cara membuatnya? Kita lihat berikut ini. Terima kasih Waktu itu saya masih bingung usahanya apa, sampai saya melihat sebuah usaha yang menurut saya menjadi balance antara sosial dan bisnis. Bisnis saya dapat, karma saya di sosial juga dapat, idealisme saya kesana awalnya. Itu baru bisa saya temukan di sampah plastik. Tapi sayangnya memang dalam hal ini ya baru masyarakat secara individual itulah yang menjadi ujung tombak untuk pengelolaan sampah. Padahal seharusnya pemerintah bisa memimpin lebih dulu. Sebuah usaha yang bergerak di bidang edukasi, pengumpulan, dan pendaur ulang sampah plastik. Plastik sudah masuk ke semua jenis, ke mobil, ke elektronik, ke fashion masuk, hampir banyak sekali. Jadi kemungkinan besar malah penggunaan sampah plastik akan semakin bertambah. Yang mungkin dilakukan itu bukan mengurangi penggunaan sampah plastik, tapi mengambil bahannya dari landfill saja, jangan menggunakan dari plastik virgin. Jadi waktu itu saya mengambil keputusan karena saya tidak bisa beli, saya pelajari konsepnya, saya bikin sendiri. Habis itu dari sana saya lihat-lihat banyak video, saya download banyak video di Youtube, di mana-mana saya google. Papan plastik itu sasaran kita memang digunakan sebagai pengganti kayu sebenarnya. Jadi saat ini sedang booming, ataupun permintaan banyak digunakan sebagai furniture. Papan plastik itulah yang kita kirim sampai keluar. Ada beberapa negara yang sudah kita masuki, itu mungkin dimulai dari Spanyol, Malaysia, Taiwan dapat, dan sekarang sedang penjajakan masuk ke Jepang sih. Dan yang paling keren dari hal itu adalah, itu dimulai dari anak-anaknya. Impact di desa ini dimulai dari anak-anak yang penasaran apa yang saya lakukan, habis itu mulai mereka mengumpulkan sampah, mereka punya tabungan, habis itu tabungannya itu sudah cukup, mereka beli tas. Tas, tas sekolah ataupun ada kemarin yang sampai beli sepeda yang itu jadi titik, titik apa namanya, approvement, jadi bukti ke orang tua mereka kalau ini ada, bisa. Dari anak-anak itulah sekarang itu orang tuanya bisa percaya dan mau ikut. Biasanya untuk nambah bekal anak-anak lah. Kadang anak minta bekal tuh kalau sekolah minta bekal sama saya. Kalau menurut saya sih sayang kalau dibuang. Kalau misalnya sampah itu bisa dijual kan, lebih baik dijual. Sering berjalannya waktu, saya ketemu satu orang, ternyata orang asli Singaraja, diam di Singaraja, produksi di Singaraja, barangnya sama. Jadi, orang Singaraja itu punya harapan gitu loh mas, kayak ternyata barang keren yang kita lihat itu sumbernya dari rumah kita sendiri. Kelemahan kami banyak, terutama di kapital. Kami tidak dibiaya oleh siapapun, kami tidak dianggarkan oleh siapapun, bahkan kami masih bertarung dengan apa yang kami punya saat ini. Karena itu progres kami lambat. Tapi dengan semua kelemahan yang kami punya, kami bertahan sampai 8 tahun. Bukannya itu sebuah progres yang sangat bagus? Saya lihat jamnya dari plastik udah ulang juga. Oh, ya. Produk pertama kita sih untuk sedang mencoba masuk ke ranah ini.