[Musik] Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahi walhamdulillah wala haula wala quwwata illa billah. Wasalatu wassalamu ala rasulillah sayyidina wa habibina Muhammad ibni Abdillah wa ala alihi wa ashabihi waman tabiahu wa mawalah. Amma ba'du. Saya fadilata mudiri Maahadi Tarbiyatil Muallimin al Islamiyah lil banin al ustaz Alhaj Abdul Qadir Jailani fadilata mudiril marhalanawiyah Al Haj Abdullah Muhammadi Fadilata Mudiril Marhal Aaliah Al Ustaz Alhj Lmanul Hakim Fadilata alasatizah w abiaabah badi Islamiahil amin al islami berinduan rahimakumullah wa asadakumullahuihatakum fi hadil munasabah syarifah ana adukum liawali maratin ila syukrillahi azza waalla ala ma aana waahana minanmal katsirah alwafirah alamij almahadiaharbawiah taklimiah fi hadal am adirasi faskurullaha ala hadin niam allati tuhs wadukum ila asyukril khis bimnahul hakiki Pagi ini para santri sekalian, hal pertama yang ingin saya sampaikan berkali-kali itu juga disampaikan mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa taala. Kalian tahu enggak kenapa setiap kali kita mengadakan pertemuan, hal pertama yang disampaikan selalu tentang syukur? itu karena syukur itu adalah salah satu cara terbaik bagi kita untuk mengingat Allah subhanahu wa taala. Dan Rasulullah bersabda, "Kullu amrin dzi balin la yubdau bibismillahi fahua aq." Semua perkara yang penting tidak dimulai dengan basmalah maka perkara yang penting itu akan terputus dari rahmat Allah Subhanahu wa taala. Dalam redaksi yang lain hadis itu berbunyi, "Kullu amrin laubda bilhamdillah dengan hamdalah." Tetapi dalam redaksi yang lain juga disebutkan kullu amrin balin laubda bidikrillahi fahua aq. Jadi yang penting saat kita memulai sesuatu itu adalah mengingat Allah Subhanahu wa taala dan bersyukur itu adalah salah satu cara terbaik kita untuk mengingat Allah. Dan karena itulah kita memulai semua acara kita, semua kegiatan kita dengan pertama-tama bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala. Maka para santri sekalian, para ustaz, para mudir, saya sekali lagi mengajak ayo kita semua bersyukur pagi hari ini dengan makna syukur yang sesungguh-sungguhnya. Apa makna syukur yang sesungguhnya itu? Kita mulai syukur itu dengan pengakuan di dalam hati bahwa semua nikmat, semua anugerah, semua karunia, semua kebaikan, semua keutamaan yang kita punya hari ini itu dari Allah semua asalnya. W bikum min nikmatin faminallah. Semua yang kamu terima dari nikmat itu Allah juga yang menjadi sumbernya. Nah, dimulai dari hati. Maka pagi ini ayo kita hilangkan kesombongan. Kita buang jauh-jauh rasa angkuh itu. Kita sadari bahwa kita semua bisa berkumpul hari ini. TMI kita bisa terus konsisten dengan program-programnya. Kalian bisa naik ke kelas yang baru. Yang tidak naik kelas bisa memutuskan untuk bertahan di pondok kita ini. Memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Ustaz-ustaz kita yang baru kemarin baru saja dilantik semua itu nikmat itu berasal dari Allah Subhanahu wa taala. Kita hilangkan kesombongan, kita hilangkan keangkuhan, kita tundukkan hati, kita hadapkan wajah kita kepada Allah Subhanahu wa taala. Kita bersyukur dengan syukur yang sesungguh-sungguhnya. Jadi itu dimulainya dimulai dari hati lalu baru kita ungkapkan dengan lisan. Alhamdu alhamdulillahiabbil alamin. Yang dari lisan ini para santri sekalian kalau tidak berangkat dari hati itu mudah. Apa susahnya bagi kita untuk bilang alhamdulillah 100 kali, 200 kali, 1000 kali. Enggak ada susahnya kalau tidak berangkat dari hati. Semua ibadah quiah itu atau semua zikir yang kita ucapkan dengan lisan itu kalau tidak berpangkal dari hati itu pekerjaan yang relatif mudah. Padahal kalau kita mulainya dari hati itu luar biasa. Ungkapan yang kita ucapkan dengan lisan itu luar biasa karena berpangkal dari kesadaran dan pengakuan di dalam hati. Saya ingin berikan contohnya. Kamu tiap-tiap salat itu selalu baca suratul fatihah. Di dalam surah al-Fatihah itu ada satu pengakuan yang seringki kita ucapkan tanpa beban. Kita bilang apa? Iyaka na'budu wa iyaka nasta'in. Apa artinya itu? Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah. Hanya kepada-Mu ya Allah kami memohon pertolongan. kita ucapkan itu dengan cara yang biasa-biasa saja. Tapi banyak ulama, banyak masyaikh kita, banyak guru-guru kita yang mengucapkan kalimat itu dengan beban yang luar biasa. Karena mereka sadar apa? Karena mereka sadar belum sepenuhnya bisa beribadah kepada Allah. Belum sepenuhnya bisa menggantungkan harapan mereka kepada Allah subhanahu wa taala. Jadi ucapkan alhamdulillah itu dengan sungguh-sungguh dengan pengakuan di dalam hati dengan kesadaran yang sempurna bahwa kita ini sekali lagi tidak ada apa-apanya tanpa karunia dan nikmat dari Allah Subhanahu wa taala. Jadi sudah dua levelnya. Kita mulai dari hati, kita ungkapkan dengan lisan. Lalu yang ketiga kita wujudkan, kita implementasikan dalam bentuk perbuatan. Syukur itu harus mewujud dalam bentuk perbuatan. Apa yang kita lakukan? Ada tiga setidaknya, para santri sekalian. Jadi, kalau antum ditanya bagaimana cara kita bersyukur dengan perbuatan? Ada tiga. Paling tidak ada tiga. Pertama apa? Kalian harus menjaga nikmat itu. Kalian dianugerahi badan yang sehat, kalian jaga. Menjaga badan yang sehat itu bagian dari syukur. Kalian berolahraga, kalian memakan makanan yang sehat, itu bagian dari syukur kita. Karena kita dianugerahi badan yang sehat. Pondok kita juga demikian. Kemarin ini saat-saat kalian liburan, kita memperbaiki banyak hal. mengecet tembok-tembok yang kotor. Kita bisa mengecet itu. Itu semua karena nikmat Allah Subhanahu wa taala. Salah satu cara bersyukurnya adalah tidak mengotori tembok-tembok yang sudah kita bersihkan, tempat-tempat yang sudah kita rapikan dengan tangan-tangan kalian. Kalau ada santri yang mencoret-coret tembok misalnya atau mencoret-coret bangku atau misalnya memindahkan bangku dengan menyeretnya bukan dengan mengangkatnya sehingga bangku itu kemudian tidak terjaga dan tidak terawat maka itu adalah perilaku yang bertentangan dengan syukur. Karena apa? Karena dia tidak menjaga nikmat yang Allah berikan kepada kita. Antum terjemahkan prinsip itu dalam tingkah laku dan kehidupan antum sehari-hari. Kalau antum di kamar, jaga nikmat kamar itu. Kalau antum di kelas, jaga nikmat kelas itu. Kalau antum di masjid, jaga nikmat masjid itu. Jadi, langkah pertama untuk bersyukur itu adalah menjaga menjaga nikmat yang Allah berikan kepada kita. Yang kedua, yang kedua adalah dengan menggunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak yang memberikan nikmat. Siapa yang memberikan nikmat? Allah Subhanahu wa taala. Maka cara bersyukur dengan perbuatan yang kedua itu adalah menggunakan nikmat yang Allah berikan itu sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wa taala. Kita dianugerahi mata, maka mata yang kita miliki ini digunakan hanya untuk sesuatu yang Allah izinkan, yang Allah ridai. itu [Musik] bersyukur. Kalian di pondok ini misalnya dianugerahi banyak hal. Kalian yang tergabung dalam kelompok-kelompok tertentu. Misalnya di kelompok-kelompok itu ada alat-alat. Alat-alat itu harus digunakan sesuai dengan kehendak yang memberikan nikmat tersebut. Jadi demikian. Nah, salah satu poin yang penting para santri sekalian, kalau kita melakukan maksiat atau dosa atau pelanggaran di pondok itu tidak ada pelanggaran atau dosa atau maksiat yang tidak menggunakan nikmat Allah Subhanahu wa taala. Enggak ada. Berikan saya contoh, satu dosa atau satu maksiat di mana kalian bisa lakukan itu tanpa menggunakan nikmat dari Allah. Kalian misalnya katakanlah ada seseorang yang mencuri, dia mencuri pakai apa? Pakai tangan. Tangan itu nikmat dari Allah Subhanahu wa taala. Maka ketika dia melakukan pelanggaran, dia melakukan maksiat, dia sebetulnya menyalahgunakan nikmat yang Allah berikan. Dan karena itu dia tidak bersyukur. Karena dia tidak bersyukur, maka ancaman Allah apa? Wala kafartum inna adzabi lasyadid. Kalau kalian kufur, kalian tidak bersyukur, maka azabku sangat pedih. Kalau kalian tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan itu sesuai dengan kehendak yang memberikan nikmat, maka Allah ancam kalian dengan azab, dengan siksa yang sangat pedih. Maka mari para santri sekalian, salah satu cara kita bersyukur adalah menggunakan nikmat yang Allah berikan kepada kita, kepada pondok kita dengan baik. Banyak sekali nikmat itu. Gunakan itu dengan baik. Kalian dianugerahi waktu, kalian diberi kesempatan untuk belajar kepada guru-guru yang hebat dan baik. Manfaatkan itu. Jangan sampai itu disia-siakan. Karena kalau kalian sia-siakan itu, kalian akan menjadi kelompok orang-orang yang tidak bersyukur. Dan yang terakhir, bagian yang terakhir dari syukur kita dalam bentuk perbuatan itu adalah mengembangkan. Kalian dianugerahi bakat, keterampilan. Ada misalnya yang suaranya bagus, maka salah satu cara bersyukur terhadap suara yang bagus itu dia kembangkan apa yang Allah berikan itu sehingga dia bisa mencapai tingkat yang paling optimal. Nah, di pondok kita ini kita selenggarakan kelompok-kelompok di mana kalian bisa bergabung di dalamnya dan mengembangkan bakat dan minat masing-masing. Ini alhamdulillah gedung yang kita rencanakan untuk menjadi kantor kelompok-kelompok minat itu sudah insyaallah bisa kita gunakan tahun ini dan itu akan menjadi ee menjadi pusat kegiatan santri di sana. Mereka akan mengembangkan bakat dan minat mereka masing-masing dengan fasilitas yang kita berikan. Manfaatkan itu, kembangkan bakat kalian dan niatkan itu sebagai bagian dari rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa taala. Nah, para santri sekalian itu tentang syukur. Tetapi agama kita itu terdiri dari dua komponen. Ada syukur, ada sabar. Saya ingin tadi sudah saya jelaskan tentang syukur. Poin yang kedua adalah tentang sabar. Kalian terutama di pondok kita ini memang dituntut untuk bersabar. Santri-santri kelas ini kelas du kelas 2 butuh kesabaran yang luar biasa untuk sampai ke kelas 6. Santri-santri yang kelas 6 juga butuh kesabaran yang luar biasa untuk menuntaskan program-program NHI ini dan sampai nanti dia menjadi alumni. Butuh kesabaran. Terutama karena apa? Karena kalian ini periodenya adalah periode ditanam. Jadi sekarang itu kalian sedang ditanam agar apa? Agar kelak kalian menjadi pohon yang tumbuh dengan baik. Menjadi syjarah thayyibah. Dalam bahasa Al-Qur'an apa ciri-cirinya syajarah thayyibah itu? Ada tiga dalam Al-Qur'an. Asluha tsabitun. Akarnya kokoh. Far'uha fisama. Cabangnya menjulang tinggi ke langit. Dia memberikan manfaat yang banyak dan konsisten. Kalau kalian ingin menjadi pohon yang menjulang tinggi dan kuat seperti itu, kalian sekarang sedang ditanam. Ditanam agar kelak kalian bisa menjadi syarah thayyibah. Itu namanya ditanam itu ya perlu kesabaran. Kalian dipendam, kalian seperti bibit dipendam di dalam tanah harus berjuang, harus mengatasi semua kesulitan. tumbuh sedikit demi sedikit sampai nanti akhirnya menjadi pohon yang kuat dan kokoh. Itu kata Imam Ibnu Athaillah Asakandari, beliau mengatakan bahwa kita harus mengubur diri kita dalam tanah kerendah hatian. Karena apa? Karena maam yudfanaju. Kata beliau, segala sesuatu yang tumbuh tetapi tidak melalui proses penanaman yang baik, dia akan tumbuh tetapi tidak sempurna tumbuhnya. Kalian sekarang bisa lihat masyaikh kita, guru-guru kita, lihat Ustaz Abdul Qadir, lihat Kiai Abdullah, lihat Ustaz Luqman, lihat guru-guru kita semua. Mereka sudah melewati proses ditanam dengan baik dahulu. Mereka kemudian menjadi pohon yang kuat, kokoh, dan menghasilkan manfaat yang banyak. Kalian akan berproses seperti itu. Tetapi saya minta di proses-proses awal ini kalian hadapi itu dengan sabar. Jalani setiap langkahnya, ikuti kegiatan-kegiatan dan disiplin pondok. Insyaallah kalian akan berproses menjadi pohon yang kuat, pohon yang bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat. Nah, para santri sekalian ee saya kira dua hal itu yang ingin saya sampaikan di awal ini. Ee kita tentu di awal tahun ajaran baru ini yang kita inginkan adalah perbaikan. Perbaikan. Tahun kemarin kita sudah capai begini. tahun ini kita harus meningkatkan pencapaian itu. Karena seperti yang disampaikan dan didawuhkan oleh banyak sekali masyaikh kita dahulu, orang yang manana [Musik] yaumuhu mla amsihi, manana yaumuhu khairon min amsihi. Kalau hari ini dia lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk orang yang robih, yang beruntung. beruntung dia karena tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun kemarin. Manana yaumuhu mlahi. Kalau hari ini dia sama saja seperti kemarin, tidak berubah, tidak mengalami perbaikan, maka kata para ulama, fahua khasir. Dia orang yang merugi. Umurnya bertambah, usianya bertambah, tetapi kebaikan-kebaikan di dalam dirinya tidak berkembang. dia rugi. Tetapi yang paling parah itu dan kita berharap nauzubillah mudah-mudahan kita tidak termasuk ke dalam kelompok yang ketiga ini. Man kana yaumuhu syarron min amsihi. Hari ini, tahun ini dia lebih buruk dibandingkan dengan hari kemarin dengan tahun kemarin. Apa kata para ulama? Orang seperti ini magbun. Dia adalah orang yang tertipu. Dia terus bertambah usianya. Dia mengira terus menjadi tua akan menjadi lebih baik, tetapi dia tertipu karena dia semakin tua justru semakin buruk. Nah, para santri sekalian, kalian harus menjadi kelompok yang pertama yang yaumuhu khairon min yaumuhu khairon min amsihi. Pondok kita juga harus menjadi pondok dalam kategori yang pertama tadi. Yaumuhu khairon min amsihi. tahun ini menjadi lebih baik dari tahun-tahun yang kemarin. Karena itu saya minta kepada para mudir, kepada para asatiz untuk mulai menetapkan standar-standar itu dengan teliti dan detail. Nanti kita minta mereka bikin standar untuk kamar yang bagus itu seperti apa. Kamar itu seharusnya di dalamnya ada apa, suasana kehidupannya seperti apa? Lalu kita minta para musah untuk mengawasi agar standar-standar itu bisa kita capai. Kelas itu harusnya seperti apa dia? Kalau pagi bersihnya jam berapa? Kita ingin agar standar-standar itu ditetapkan. Kalian terlibat di dalam upaya untuk menjaga standar-standar tersebut. Kita perbaiki kesalahan-kesalahan yang lama. Dan kita berharap dengan itu semua kita bisa menjadi kelompok yang pertama tadi yang semakin baik, semakin dekat dengan kesempurnaan dan tentu saja dengan itu semakin dekat kepada rida Allah subhanahu wa taala. Para ustaz, para mudir, para santri sekalian, itu harapan-harapan kita. Mari dengan niat-niat baik itu, dengan harapan-harapan itu, dengan doa-doa tadi itu, mari kita mulai. tahun ajaran baru ini dengan bersama-sama membaca ummal furqan alfatihah. Auzubillahiminasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahiabbilamin. Iyaka na'budu wa iyaka nastainatal mustaqimina anamaiqahuum. tawaiqana yuhibbuhu amin allahum aminallahuakum ajakwanahamdulillahbilamin wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh tuh