Transcript for:
Keahlian dan Latihan Purposeful dalam Buku

Latihan 10.000 jam nggak akan ada gunanya kalau kita nggak latihan dengan purposeful. Ini adalah premis dari buku Peak, karya Anders Ericsson dan... Robert Poole.

Selamat datang di episode baru dibacain tempat gue ngulik buku-buku yang berdampak dan udah mengubah hidup gue. Semoga bisa mengubah hidup lo juga. Buat yang belum tau, kalau nggak ada profesor yang nulis buku Pick ini, nggak ada itu bukunya Malcolm Gladwell yang terjual jutaan kopi. Bahkan, kalau lo baca reviewnya di Goodreads, ratingnya lebih tinggi daripada bukunya Malcolm Gladwell. Very interesting, right?

Let's dive into it. Banyak banget buku soal gimana caranya belajar skill baru, tapi buku ini nggak bisa lo skip karena ini berdasarkan riset 30 tahun soal keahlian manusia yang belajar dari ekspertnya para ekspert. Buku ini gak percaya kalau kita itu lahir dengan bakat bawaan.

Bakat atau potensi itu bisa dikembangkan lewat kerja keras dan latihan. Yang terfokus. Ingat kata kunci ya. Terfokus. Dimana?

Di luar dari comfort zone kita. Bahasa kerennya. Deliberate practice.

Ah tapi gue gak punya bakat musik mas Rup. Gue tondes. Dari kecil gue gak suka matematika. Kayaknya gak bakat gue hitung-hitungan.

Olahraga apapun yang gue coba semuanya gagal. Gak atletis nih gue. Ya kalau kata Erickson & Poole. Alasan-alasan macam ini tuh gak valid. Karena risetnya udah nunjukin.

Kalau otak kita sangat bisa beradaptasi ke dunia luar. Dengan cara gimana? mana?

Latihan dan punya mindset yang benar. Apalagi kalau kita punya motivasi yang terus-menerus datang dari dalam, kita bisa menguasai apapun. Catat, teman-teman ya. Keahlian bukan soal besaran potensi yang kita dapat waktu kita lahir, tapi dari apa yang kita lakukan dengan potensi yang kita punya itu. Saya ulang.

Keahlian bukan soal besarnya potensi yang kita dapat waktu kita lahir, tapi apa yang kita lakukan dengan potensi itu. Anggap? Cepat. Catat screenshot. Akhirnya ada 3 bahasan utama yang super practical dan applicable dari buku ini.

Langsung aja gue bahas dari yang pertama. Bukan 10.000 jam of practice atau latihan. Tapi 10.000 jam purposeful practice. Ada 2 jenis latihan menurut buku ini.

Naif practice and purposeful practice. Naif practice ini berarti kita melatih hal yang sama selama 10.000 jam diulang-ulang terus. Ibaratnya kayak lu punya CV di linkin tulisannya.

Pengalaman saya 5 tahun mengerjakan sosmed. Talib. 5 tahun itu mengerjakan hal yang itu-itu saja. Tidak ada hal baru yang lo kerjakan setiap harinya.

Nggak ada improvement juga selama 5 tahun tersebut. Yang kita capai jadinya cuma level acceptable. Level rata-rata. Level basic. Nggak di atas rata-rata.

Di sini skill kita stagnant. Dan mau nambah latihan berapapun, nggak akan meningkat. Makanya ada yang namanya purposeful practice.

Fokusnya adalah kita pengen mencapai sebuah buah yang spesifik dan nggak abigu. Kalau kata Erickson and Poole, the key is to take that general goal, getting better, and turn it into something specific that you can work with with a realistic expectation of improvement. Intinya adalah kita pecah gol-gol besar kita menjadi gol-gol kecil yang lebih mudah tercapai, dan setiap sesi latihan langsung kita dapatkan feedback supaya bisa diukur. Jadi kita tahu kita udah sampai mana, apakah kita membaik apa enggak. Di purposeful practice, kualitas latihan kita itu lebih diutamakan daripada durasi atau lamanya waktu yang digunakan untuk latihan.

Purposeful practice ini punya 4 komponen utama, gue akan go through satu persatu. Yang pertama, goal yang spesifik dan jelas. Yang kedua, waktu latihan yang fokus, intens dan tanpa adanya gangguan atau distraksi. Yang ketiga, feedback setelah selesai sesi latihan.

Yang keempat, lo wajib mendorong diri lo keluar dari zona nyaman. Gue kasih contoh ya, misalkan skill penguasaan bahasa asing. Penguasaan bahasa itu kan luas banget ya. Di ais saja ada 4 komponen. Reading, listening, writing, speaking.

Lo harus menurut sukan goal ini lo lagi pengen belajar yang mana. Oke, gue ambil misalnya speaking-nya dulu. Misal kita udah 6 bulan belajar bahasa Inggris, tapi kursus bareng sama temen, nyoba belajar ngomong bahasa Inggris sama diri sendiri, sambil nonton, tapi perkembangan lo stuck. Pronunciation, atau cara lo mengeja, dan kelancaran lo ngobrol, itu kayaknya stuck di situ-situ aja.

Evaluasi, berarti kemungkinan besar cara belajarnya harus diganti. Mungkin lo perlu coachnya yang one on one. Banyak jalan menuju Roma, kalau lo punya budget buat hire private tutor, silahkan.

Kalau lo mau cari app buat ketemu temen-temen yang native speaker supaya bisa ngajak lo latihan, silahkan. Kalau lo malu, lo gak tau budget lo terbatas, lo mau latihan sendiri, pake AI bisa banget. Misal, yang udah gue coba sendiri dan udah sering gue gaungan karena emang bagus, lo bisa pake namanya... Elsa Speaks.

Mereka baru aja launching versi terbaru yang jauh lebih canggih dan jauh lebih powerful daripada versi sebelumnya. Gue praktekin ya. Langkah pertama kita breakdown dulu ke goal-goal yang lebih granular.

Mau perbaiki pronunciation atau pengejaan, kosa kata yang kita miliki atau vocabulary, lancarin conversation-nya atau ngobrolnya buat IELTS. Nah, versi baru Elsa Premium ini bisa ngebantu latihan skill yang spesifik. Karena bentuk Elsa adalah AI Coach 24x7 yang bisa nyesuai dengan bentuk latihan yang lo pilih.

Hai, saya baik-baik saja. Terima kasih telah menanyakan. Bagus mendengarnya.

Apakah Anda memiliki kesempatan untuk berlatih bahasa Inggris minggu ini? Banyak kesempatan, hari-hari dan hari-hari. Itu sangat bagus. Sekarang, apakah Anda ingin meneruskan pelajaran di jalan pelajaran atau mencoba aktivitas roleplay? Selanjutnya di jalan pelajaran.

Nah, bagaimana cara menentukan level latin sesuai dengan skill saya, Mas Rup? Tenang saja, makanya ada onboardingnya. Tidak cuma pas masuk perusahaan baru ya, belajar bahasa Inggris pun dituntun pelan-pelan biar Anda punya learning curve. yang customized sesuai dengan profil kebutuhan, bahkan pekerjaan dan minatnya lo. Kalau lo mau akses kursus lengkap mulai dari IELTS sampai USCIS, materi tingkat pemula sampai tingkat profesional juga ada.

Langkah kedua, fokus intens belajar tanpa distraksi. Seperti waktu khusus, misalnya 20 menit, 30 menit sehari, pasang HP lo di mode do not disturb atau silent supaya nggak terganggu ke notifikasi lain. Langkah ketiga, dengerin feedback yang diterima.

AI Coach-nya Elsa ini canggih banget, bisa kasih lo feedback yang sesuai, pronunciation lo dimana yang kurang, apakah lo kebanyakan. S di belakang, apakah lo nyebut huruf tertentu Atau kosa kata tertentu kurang pas Cakep banget Keempat, push yourself outside your comfort zone Kembali ke goal speaking Lo bisa role play dengan skenario yang santai Misalnya lo lagi kecap sama temen Oke gimana cara ngobrolnya Ngobrol tuh sama AI coachnya Elsa Atau mungkin lo mau nantang diri lo dengan skenario Lagi interview kerja pake bahasa Inggris Bisa banget dibikin kayak gitu Langsung gue kasih liat prakteknya Great choice What kind of job interview would you like to simulate? For example, would you like to be the interviewer?

I would like to be the interviewee. Sure thing. What kind of job would you like to interview for? Chief Executive Officer.

The scene takes place in a conference room. You will be the interviewee for the position of Chief Executive Officer. I will play the role of the interviewer.

Hello and welcome to the interview for the CEO position. Can you tell me a bit about yourself and your background? Definitely, I have more than 15 years experience in building businesses across the globe. I have been in three different countries and mostly I'm fluent with marketing, branding, sales, and finance. That's impressive.

Kebayang teman-teman, poin pertama ini, empat komponen utama, 10.000 jam purposeful practice. Kebetulan, contohnya tadi bahasa Inggris. Dan kita pakai LSAT Tapi lo bisa pakai buat apapun Belajar alat musik Belajar masak Belajar dagang bisnis Buat side hustle lo Belajar strength training Atau calisthenic gitu ya Lo bisa pakai 4 komponen utama yang sama Sekarang kita masuk ke poin berikutnya Yang kedua Deliberate practice Konsepnya mirip purposeful practice Tapi kita langsung lompat Belajar sama expert-expert Di bidangnya langsung Jadi 4 komponen tetap ada bedanya kita belajar dari pengalaman para ahli-ahli ini misalnya atlet, musisi, koder kelas dunia pelatih mereka paham banget gimana caranya untuk ngebedah jenis latihannya supaya mereka bisa jadi top nah kita bisa belajar dari pengalaman mereka sedikit disclaimer ya nggak semua bidang bisa langsung pakai deliberate practice ini biasanya ini cocok buat hal-hal yang memang udah punya standar yang jelas udah ada strukturnya kayak misalnya catur, musik, atau olahraga tapi bisa kita coba aplikasikan ke Bidang lainnya. Contoh.

Pertama, identifikasi dulu siapa yang jago banget di bidang itu. Gue ngambil contoh basket. Kobe Bryant itu kayak satu generasi lah sesudah Michael Jordan.

But you know what? Dia secara sadar memilih coach atau trainer yang sama dengan Michael Jordan. Karena dia tahu. Ih, si Tim Grover ini bisa bikin Michael Jordan jadi juara. Gue juga mau dong sama dia dong.

Kalau misalkan contoh tadi, bahasa Inggris. Lo pengen bisa presentasi sejago bos-bos lo di kantor. Ya lo cari tahu.

Lo ngobrol sama mereka, minta akses, minta waktunya mereka, cari tau. Yang kedua, pelajarin apa yang bikin mereka hebat. Apalagi kalau orangnya lo kenal deket, lo tanya aja, rutinitas lo belajar bahasa gimana?

Rutinitas lo belajar basket gimana? Bisa aja kalau Casey bahasa Inggris, dia banyak pecah buku bahasa Inggris, dia banyak tontonan bahasa Inggris, dia latihan dari English subtitlenya, bisa aja dia memang punya circle teman-teman yang berbahasa Inggris, atau bahkan dia latihan untuk... presentasi sendiri di rumah di depan kaca.

Ini beneran dilakukan. Gue dulu sebelum buka toks gue yang ramai ini, latihan gue. Sekarang udah jutaan views. Nah, kembali ke case-nya Kobe sama Jordan. Kalau menurut pelatihnya, ini yang bikin mereka sama-sama bisa naik.

Kobe itu tipenya yang kalau latihan nggak bisa berhenti. Like. Latihan terus, sehari bisa 5-6 kali.

Jordan latihan secukupnya, dia work smart. Tapi yang menyatukan mereka adalah mereka dua-duanya suka banget ngulik pertandingan. Nonton rekaman, lihat gimana caranya lawan bergerak.

Gimana caranya gue mengalahkan gerakan itu. Gue di game mana, gue mainnya kurang bagus. Oh gue kurang bagus di rebound.

Oh gue kurang bagus di nge-block. Oh gue di fence-nya, gerakannya kurang bagus ngebaca permainan lawan. Mereka setelah nonton itu, dapet feedback. Fokus ngebenerin itu.

Yang ketiga, bikin rencana latihan yang bisa pelan-pelan ngikutin jejaknya mereka. Ingat, pelan latihan ini harus spesifik dan punya tujuan akhir yang jelas. Buat kasih contoh lagi nih dunia basket. Ini kata Kobe Bryant sendiri.

Kebayang ya, kalau gue petain, dia sehari latihan segini banyak teman-teman. Dan sudah punya plan yang jelas. Nah sekarang dari contoh basket tadi, kita tarik lagi ke bahasa Inggris. Case-nya lo.

lo pengen presentasi, lo bedah sama bos lo atau tim lead-nya lo, apa yang dia lakukan? Yang pertama, mungkin dia baca artikel dari Harvard atau dari Jakarta Post, 2-3 artikel setiap harinya, sehingga dia terpapar dengan itu. Yang kedua, mungkin dia ngambil kurs gratis yang udah disediain sama kantor, satu modul setiap hari.

Yang ketiga, dia latihan presentasi pake Elsa AI Roleplay, dimana dia bisa bikin skenario dia sendiri, dia lagi presentasiin ide ke klien. Tinggal ngomong ke AI Coach, I want to... Practice presenting my campaign to a client, I will be representing my marketing agency.

Boom, langsung dia ngobrol seolah-olah calon kliennya lo. Ini yang bikin makin seru, ada tujuh aksen bahasa Inggris yang lo bisa pilih dengan gender yang lo suka. Ya, lo pengen serasa di coaching sama Chris Hemsworth, bisa pake aksen bahasa Inggris. Hey there mate, ready to learn some English? We'll take it nice and easy.

Pengen serasa ngobrol sama Jarvisnya Iron Man, tinggal pilih British. Good day. Mari kita meneliti bahasa Inggris bersama. Saya pikir Anda akan menikmatinya. Jangan lupa perhatiin feedback-nya.

Ingat tadi, Jordan dan Kobe bisa bertumbuh karena dia melihat bagian mana yang bisa dia improve. Terakhir, pastikan lo kuasai satu skill dulu sebelum lo pindah ke yang lain. Supaya lo bisa fokus.

Yang kelima, idealnya kalau lo belum punya coach, lo bisa minta waktu sama tim Lidl tadi atau bos lo tadi untuk nge-coach atau mentoring lo. Minta feedback langsung dari latihan-latin melakukan sama dia. Ini ideal. Tapi sementara kalau kita nggak punya, again, minta bantuan sama teknologi. Kalau pakai al-sasbik, teknologinya bisa identifikasi kata-kata mana yang...

Lo pelafalannya kurang bagus, penekannya kurang bagus, supaya lo makin terdengar kayak native speaker. Good news juga, kalau lo pengen improve bahasa Inggris lo, gue ngobrol sama timnya Elsa, mereka ngasih special promotion. Lo bisa upgrade ke Elsa Premium dari harga biasanya juta, jadi cuma Rp799.000 untuk 1 tahun. Tinggal pakai kode ELSAXRUBY. Linknya akan gue taruh di deskripsi.

Lo akan bisa akses ke semua fitur, nggak dikurangin termasuk... kursus lengkap. Lo bisa track progress lo dan juga banyak tools-tools yang eksklusif. Nah, silakan cari coach ini dalam konteks apapun yang sedang lo pelajari. Misalkan lo mau coach sama gue, tulis di bawah.

Nanti gue coba cari ya orang-orang yang emang niat banget, pengen improve. Gue akan bantu satu orang nge-coach. Alright, terakhir tapi nggak kalah powerfulnya.

Mental Representation. Ini kalau bahasa keren dari buku. A mental representation is a mental structure that corresponds to an object and an idea or collection of information that the brain is thinking about. Simpelnya, kalau versi gue, ini kayak gue bikin dibacain ini dan gue punya mind map-nya. Gue punya ilustrasinya yang membantu gue untuk menjelaskan, oh konsep yang gue pengen sampein tuh ini, poin-poin utamanya tuh ini.

Visualnya gue kira-kira pakai analogi ini. Bayang sekarang kalau contohnya. Ngeliat gak mental representation-nya Kobe? Waktu dia lagi ngajarin cara bertahan seperti ini, itu dia gak lagi di tengah-tengah beneran main. Tapi ketika dia di game, bisa langsung dia praktek.

Jadi, gue akan ambil konsepnya Bloom's Taxonomy. Dalam Bloom's Taxonomy, itu ada enam layer pemahaman. Enam layer thinking. Kebanyakan dari kita, itu belajar di sekolah cuma layer paling bawah.

Sekedar tahu, tapi tidak paham. Paham adalah naik satu. Mau naik sampai level yang keempat, menurut gue itu baseline-nya kita untuk bisa jago, itu kita bisa menganalisa. Itu yang dilakukan sama Kobe waktu dia tadi ngajarin.

Musuh kalau gerak begini, kita cara geraknya begini. Musuh kalau gerak begini, cara geraknya begini. Mental representation bagus banget dilatih dengan mencabar diri lo sendiri. Lo udah bisa ngajarin orang belum?

Lo udah bisa menganalisa belum? Ketika lo bisa ceritain itu ke orang lain dan ajarin ke orang lain. dengan sebuah mental mind map yang baru dengan bahasa lo sendiri boom berarti udah bener-bener paham boom berarti lo bisa praktekin itu ke case-case atau aplikasi yang berbeda-beda nanti gue kasih satu lagi deh Master Chef lihat bagaimana Chef Renata mental representation nya udah nge-guide dia oh abis ini mesti motong ini bumbunya mesti begini proporsi bumbunya dengan ini dibandingnya segini gimana cara ngolah bahan ini dia udah punya mental representation itu terus inget kerjanya udah kayak otomatis.

Paham? Kalau gue summarize, teman-teman, ini bedanya antara kita education and entertainment. Entertainment, lo baca tentang marketing, lo nonton YouTube tentang marketing, lo dengerin podcast tentang marketing.

marketing, kelihatannya kayak lagi belajar. Kelihatannya kayak education. Tapi ada satu missing link. Apa itu? Praktek.

Belajar yang benar ya adalah kayak gini. Baca tentang marketing? Stop. Praktekin dulu. Brainstorm gimana caranya bikin brand.

Nonton itu tentang marketing? Stop. Praktekin dulu.

Nyatet poin-poin utamanya. Coba bikin 5 Instagram ads. Tes performance-nya.

Lanjut. Dengerin podcast tentang marketing? Stop. Catet dulu poin-poinnya.

Praktekin. Gagal. Ulang lagi. Itu namanya ...

education. Kalau lu cuman sibuk mengkonsumsi, itu namanya entertainment. Ya. Kalau bahasa sehari-hari, ini sih cuci mata doang ya.

Lagi shopping. Tapi nggak bener-bener ngelakuin gitu. Jadi beda banget ketika lu praktekin. Daripada lu lama-lama ngabisin waktu nonton video kayak gini. Mendingan waktu lu nonton lu pause, catet, terus lu langsung pikirin kira-kira lu mau praktekinnya kayak gimana.

Ngerti teman-teman? Ngerti? Got it?

Gue harap videonya bisa menjadi bekal lu buat mengawali 2025 wajib masukin ke dalam resolusi lo belajar satu hal baru. Gue sempat bikin list free courses yang ditawarkan dari banyak kampus-kampus keren di dunia. Jadi lo bisa lihat di deskripsi di bawah. Bisa belajar dari macem-macem sumber.

Buat yang penasaran gimana caranya ngulik potensi lo supaya bisa lebih lagi gue juga menyarankan lengkapi diri lo dengan episode Hidden Potential. Kita ngulik buku dari Profesor Adam Grant. Atau again.

Jangan lupa cek free course yang lain. Salam belajar berkarya berbagi.