Kita kemarin sekian siri kajian Balawatul Quran kita Kita masih bicara tentang Al-Kalimat, Al-Mutaradifah, Al-Mutashabihah Minggu lepas kita telah pelajari perbisaan penggunaan kalimat Al-Ajru, Al-Jazak, Al-Tawab, dan Al-Mathubah Dimana kalimat Al-Ajru dikundal pakai sebagai balasan bagi adanya satu perbuatan Satu amalan, satu pekerjaan So ada pekerjaan, ada upah Kalau tidak ada pekerjaan, tak ada upah Itu namanya Ajrun So itu Ia boleh digunakan dalam konteks agama, contohnya balasan di akhirat atau balasan Allah di dunia dan juga boleh digunakan dalam konteks dunia semata-mata, seperti mana ada seorang bekerja habis bekerja dia dapat upah upah itu nama ajurun Kita naik kendaraan, naik teksi, sampai destinasi kita wajib bayar. Bayar itu namanya ajrun bagi si pemilik teksi. Itu nama ajrun.
So, ajrun yakni upah, ataupun bayaran, ataupun gaji, atau apa yang semakna dengannya. Sementara Al-Jazak yakni penggunanya lebih kepada jenis perbuatan tersebut yakni balasan bagi perbuatan sama ada baik maupun buruk Khairun atau Syarun Salihat atau Sayyiat Situ neraka pun jazak, surga pun jazak, jadi lebih kepada jenis perbuatannya. Sedangkan ajarun tidak ada kena-mena dengan jenis perbuatannya baik atau buruk, tak diambil kira.
Jadi kalau umpanya orang disuruh. Orang lain, A katanya suruh B untuk pukul C dan selepas pukul B dapat bayaran daripada A bayaran atas kerjanya pukul C itu namanya hajrun Dan kalau kita lihat dari aspek bahwa perbuatan pukul orang itu peperta yang salah, itu namanya jazak. Atau sebaliknya, kalau A suruh B, untuk tolong si bamanya, untuk bantu si bamanya.
Sementara at-tawab digunakan hanya untuk balasan yang baik sahaja. Jazakumullahu ala al-khairi faqad. Sama ada amalan zuhir atau amalan batin, amalan jawarih atau amalan qulub.
Seperti mana? Karena Allah akan memberi balasan pada orang yang sabar Balasan bagi kesabaran, sawab Seitulah amalan-amalan orang kafir sebaik manapun tidak ada tawab Karena amalan orang kafir sebaik manapun tidak ada nilainya oleh sebab kekufurannya Bukan karena amalnya, tetapi karena apa yang menjadi alasan, apa yang menjadi niat, apa yang menjadi dasar amalan tersebut. Sebab dalam agama kita, ada atau tidak nilai, ada atau tidak adanya nilai suatu amalan, bukan semata-mata pada amalannya.
Tapi ianya ditukar oleh apa yang menjadi niat, apa yang jadi tujuan, apa yang jadi dasar. Jika dasarnya, yakni kerana Allah, ikhlas kerana Allah, ada nilai. Amalan tersebut Tapi jika tidak Maka perbuatan itu kosong Soalnya itu amalan kafir Karena niatnya bukan karena Allah Walaupun dari segi zahir Amalannya itu nampak baik Tapi tidak berhak mendapat tawab Sebab tawab hanya bagi Balasan bagi amal kebaikan semata Sementara bila tawab atau ganjaran balasan bagi perbuatan baik itu bersifat kekal, berterusan dan tetap disebut matubah.
Matubah. Jadi katalah Allah menyatakan bahwa balasan orang kafir ini jazakuhum jahannam, Bapak-Ibu. Dalam ayat itu disebutkan bahwa mereka jahannam itu sebagai matubah bagi mereka Maksudnya mereka akan kekal Azab itu bersifat tetap dan kekal Jadi matubah yakni balasan yang sifatnya da'wam Kekal, sabit Tetap Sabitah dan daimah tawab masubah menurutkan adanya subut dan dawam dan dawam itu Empat perkataan yang dari segi terjemahan ada persamaan Saya tidak kata sama yang hanya muradif Saya yang bahasa Arab lebih tepat Sebenarnya bahasa Arab dipanggil muradif Muradif itu berdekatan makna dia Tidak sama Hanya dekat-dekat daripada rodafa Rodafa itu maknanya dekat lah So muradif maknanya dekat-dekat Bukan sama Sebab tidak ada kalimat Arab yang sama betul maknanya Tidak ada Itu sudah disepakati dan diketahui, tidak ada kalimat dalam bahasa Arab yang berbeza yang maknanya sama.
Dua kalimat maknanya sama betul tidak ada. Pasti berbeza. Pasti berbeza.
Kadang-kadang kalimat itu, hurufnya sama, bunyi sama itu pun maknanya berbeza. Ya contoh, umpamanya Ma, umpamanya kan Kan macam-macam makna Ma Mim, Alif, dari atas Ma Tengoklah Hayatnya Tengoklah disitu contohnya Dan itu Namanya Bayan Jadi tanpa mengetahui itu, jadi susah nanti. Ya susahnya pasti, kenapa ini diterjakan, kenapa ini tidak, kenapa ini, makanya hanya tambahan saja, kenapa ini apakah, macam mana nak kenal dia apakah. Ya janganlah terus macam mana, nak kenal belajur dulu lah.
Pertama kali jumpa orang, kemudian depannya ada lima orang Ini India, ini Cina, ini Melayu, ini Saker, ini Asli, ini Negro Begitu-begitu tau, oh ingat bener, macam mana kenal ini Negro? Jangan terus begitulah, bergaul dululah satu tahun kenal lah nanti Sebab kalau tak kenal sangat nanti... Oh yang ini negro, yang ini arab Tengok pakaiannya Ditukar pakaian dah silap Yang negro dipakaikan jubah dikata arab Yang arab dipakai paju melayu dikata melayu Tengok pakaiannya pun dah tak kenal Itu maknanya belum kenal Itu namanya belum kenal Dan itu yang sering berlaku Melihat sesuatu hakikat hanya melalui makeup dia Itu terpedaya Di makeup hantu, ini hantu Di makeup permaisuri, ini permaisuri Namanya makeup Makeup kan hanya untuk menampilkan kehakiran diri yang bersifat sementara Make up itu kan pasu Jadi kalau kita ingin tidak tampil diri dalam keadaan kepasuan, ya tak payah make up Ya begitu kan Ya Jika anda ingin menampilkan diri siapa di anda yang Sebenarnya jangan make up Itulah di kita yang paling asli Artinya kita tidak sedang berlakon Tapi kalau kita make up sehingga orang tak kenal lagi Lah tak perasan rupanya awak maknanya awak sebenarnya sedang ya mungkin sedang berpenampilan bukan dirinya mungkin makhluk lain sehingga orang tak kenal sebetulnya dalam agama kan tidak boleh tampil diri dengan makeup sehingga orang tak kenal kan tidak boleh kan diharamkan nah tak perasan saya ingat permaisuri mana Loh Sebelumnya iya-iya Supan Santun cakap Saya sudah kenal sama dia Barulah rupanya kau Aku tak perasan Rupanya kau Jadi kau dan aku lagi dia cakap Nah yang berikut ini mungkin ada perlu berpikir sedikit nanti yakni perbezaan antara kalimat Ba'lun yang jamanya Bu'ulah jamanya Bu'ulah dan Zawjun yang jamanya Azwaj yang biasanya dalam terjemahan diartikan sama sahaja suami baklun suami, zawujun suami sehingga katalah bu'u latuhunna artinya suami-suami mereka azwajuhunna suami-suami mereka kan bingung nanti kalau semua diartikan suami-suami mereka dan walhal ianya amat-amat berbeza Ba'lun diartikan sebagai Al-dhakkaru minazawjain Ba'lun itu yakni lelaki Bagi pasangan Kan pasangan ada perempuan, ada lakinya Ada perempuan, ada laki, dan lebih lain orang berpasangan suami istri Nah yang lelakinya itulah namanya Ba'lun Sehingga Ba'lun tidak boleh merujuk pada yang perempuannya Bila sebut Ba'lun mesti kepada si lelakinya Suami Tetapi, itu makna pertama, itu yang pertama. Bukan hanya merujuk kepada yang lelakinya daripada pasangan, tapi kalimat batlon juga biar menang.
Al-isti'ala. Al-isti'ala. Ia memberi makna penguasaan. Yakni dia yang memegang kekuasaan. Yang menguasai, bukan yang dikuasai.
Dalam kalimah Batlun juga ada makna As-Sayyid Saya itu adalah Tuhannya Tuhan Dia juga mengandungi kalimat Al-Qa'im Mana Al-Qa'im? Qa'im maknanya Yang mengurus segara urusan Qa'im, seperti mana Allah berpihaman, ar-rijal qawwamun al-nisa' yang memegang segala urusan, yang mengatur segala urusan kemudian juga bermakna al-malik, si penguasa yang punya kuasa dalam rumah tangga tersebut Dia juga Ar-Ra'is sebagai ketua Jadi makna-makna ini yakni penguasaan Said yang mengurus segala urusan penguasa dan pemimpin ketua, imam itu semuanya ada dalam kalimah Ba'lun Disamping ianya adalah yang lelaki Baklun itu kepada yang pihak lelakinya Jadi, apa ya Penggunaannya kadang-kadang bukan hanya untuk suami Dalam bahasa Arab, orang boleh kata punya man ba'lu hadhi naqah Siapa ba'lun unta ini? Ada unta katalah diikat disitu Mana siapa tuannya, siapa pemiliknya, siapa yang meng...
Itu mana ba'lun? Jadi tak semestinya pada suaminya Batlon tidak semata-mata berwarna suami Kalau dalam rumah tangga, memang Batlon pada siri lakinya Tapi, gunaannya tidak hanya berjodoh pada suami sahaja Bahkan orang-orang kafir Yang meyakini bahwa berhala-berhala Patung-patung yang mereka percaya sebagai yang mentadbir mereka, menguasai mereka, menolong mereka, melindungi mereka. Nah patung itu pun mereka panggil baklun. Karena dianggap sebagai pelindung, penolong, penguasa, dan lain sebagainya. Itu boleh dilihat dalam surah As-Sofat Lihat surah As-Sofat ayat 123 Dan seterusnya Lihat surah As-Sofat Saya bayangkan daripada 123, 124, 125 Ini penggunaan ba'lun Tapi tidak dalam konteks rumah tangga Baklun ini digunakan bukan dalam konteks rumah tangga Dalam ayat ke-123 Allah SWT berfirman Wa inna Ilyas laminal mursalin Sesungguhnya Ilyas itu sungguh termasuk orang-orang yang diutuskan Ya, Nabi Ilyas Idhqala li qawmihi ketika Ilyas berkata kepada kaumnya Dalam dakwahnya, Nabi Ilyas kata Ala tataqun, ala tataqun Tidakkah kamu bertakwa?
Bertakwalah kamu Ala tataqun itu sebenarnya bentuk perintah Ini istifham bimana amrin Pertanyaan tapi bermakna suruhan Tengok ayatnya, terjemahannya Adakah kamu tidak bertakwa? Wahsa maksudnya bertakwalah Ittaku, ittaku, ittaku Kemudian penafiannya dalam bentuk pertanyaan juga Atada'una ba'lan Adakah kamu berdoa, menyeru, beribadah kepada Ba'lan wa Tadharun dan kamu meninggalkan Ahsan al-Khawliqin? Tuhan sebaik-baik pencipta, yakni Allah. Bagaimana kamu ini boleh menyembah Ba'lan dan kamu meninggalkan Ahsan al-Khawliqin?
Allah yang sebaik-baik pencipta Al-Ba'lu disini yakni merujuk kepada berhala patung sonam yang dalam setengah hadit tafsir mengatakan yakni patung yang amat-amat dipuja di negeri Syam Biladu Syam Ahlu Bak, negeri Bak atau nama tempat-tempatnya yakni Bak Labak nama kampung itu yakni Bak Labak jadi daripada perkataan Baklun dan Bak Baklun dan Bak Jadi menjadi bak lah bak Asalnya baklon campur bak Ini yang terkip susunan Dua kalimat digabungkan jadi satu Tapi susunan yang Tidak teratur Sebab baklon dan bak Bak ain bak Bak ain lam bak kaf Baklon dan bak Bak itu nama tempat Baklun itu inilah patung yang dianggap sebagai dewa Dianggap sebagai penguasa Itu makna batlon kan? Penguasa, sayyid Yang dia yakini sebagai yang mentadbir Urusannya Sehingga tempat itu dia panggil Baklabaka Dua kalimat Yang digabungkan jadi satu Tetapi Tarkibnya tidak teratur Kan biasanya kalau ada tarkib mesti teratur Fiil dan fi'il Empamanya Nama Ar-Rajulu, itu pun tarkib juga, tapi kan menjadi tarkib yang tersusun menjadi ayat. Nama Ar-Rajulu, seorang itu tidur. Khalaqa Allahu al-insan, Allah mencipta manusia, teratur susunan dia.
Ini tarkib jumlah, ini tarkib tapi tidak teratur Namanya tarkib masjid kalau dalam bahasa Malaya Dan ini banyak sekali dalam bahasa Melayu Dua kalimat yang digabungkan tapi maknanya apa tidak tahu Maksudnya apa tidak tahu Apa jadi maknanya, mungkin dalam bahasa Melayu adalah Apa Malaya Sebab tak ada kenaman langsung Sungai Petai Sungai Petai Apa Sungai Petai? Kan Sungai Petai Durian tunggal Ini gabungan macam mana nih gabungan Durian tunggal Ditanya sama sejarah Dikata tak ada sejarahnya Kalau durian durian sedap ke mungkin boleh difahami lah durian sedap itulah itu yang tekan bahasa Melayu banyak di Melaka itu juga tarqib masjid jadi tak tahu apa artinya asal-usul pun tidak ada Terima kasih. Durian, daun, sungai, udang Di sini pun ada, yang tak masuk di akal pun tak tahu mungkin ada sejarahnya lah kot Di sini pun mungkin ada sejarahnya, ada tempat, laut pun tak ada, apalagi pelabuhannya dipanggil seaport Saya pun tak tahu, mana seanya, mana portnya dipanggil seaport sama sekarang yang ada hari-hari jam, kereta tapi dipanggil seaport mungkin betul lah dilembah tapi pantainya tak ada, kenapa jadi lembah pantai pantainya jauh, lembahnya mungkin lah kot, rendah lah kot tapi taklah rendah sangat Area itu taklah rendah sangat 60 meter juga dia punya altitude altitude 60 juga bukan rendah sangat disini lebih kurang itu juga 50 artinya, jadi tak rendah kenapa dipanggil lembah artinya di 60 meter di atas paras air laut kan tinggi juga itu altitude nya 60 Ini contohnya. Jadi, ba'lun di sini bukan menunjuk pada suami. Sebab saya katakan tadi, ba'lun tidak hanya digunakan untuk makna suami.
Walaupun dalam rumah tangga, baklun yakni pada wujudnya suami, tetapi lebih kepada istiqlaknya, sayyidnya, perananya sebagai koimnya, fungsinya sebagai maliknya, kedudukannya sebagai roisnya, dan sebagainya. Di situ baklun. Sebab itulah kita lihat di dalam Al-Quran, firman Allah SWT.
Lihat firman Allah SWT ketika Allah yang cerita dengan kalimah Ba'lun ini di dalam surah An-Nur ayat yang ke-31 Ini dalam konteks suami istri yang tadi tak ada kenungan dengan suami istri tadi Kenapa disini diunggahkan bu'ulah dan bukannya azwaj atau zawuj Sementara kita perhatikan dahulu ayat ini Tapi lebih faham nanti bila kita dah tahu apa yang Zawus pula digunakan untuk apa Ayat yang sangat panjang berkaitan dengan garis panduan yang Allah berikan pada perempuan di hatinya istri Wa kullilu mu'minati yaghdutna min afsuri hinna Katakan Muhammad, bagitahu pada mu'minat-mu'minat Ya'ududna min'a'uf sirihina supaya mereka menundukkan, memenjabkan sebahagian pandangan matanya min' itu sebagian artinya tidaklah mu'minah suruh terus pecah mata hanya ada dalam keadilan Keadaan yang dia mesti pejam mata. Ada keadaan yang dia buka mata. Min sahaja.
Ya'fadna furujahuna. Dan mereka menjaga kemuliaan mereka. Ketiga.
Walayubdina zinatahuna ila madharamilha. Jangan mereka dengar. Dedahkan zinah mereka Cuali apa yang zahir padanya Dan dalam menjadikan melabuhkan Tutup kepala mereka Atas dada-dada mereka Nah ini dia Dan jangan mereka menampakkan Zinah mereka itu Kecuali bu'ulah Betul maknanya disini yakni suami, tapi suami yang lebih daripada aspek itu.
Aspek kepemimpinan, karena dia adalah pemimpinnya, dia yang menanggung nafakahnya, dia yang mentadbir segala urusannya, dia yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam rumah tangga, ia menjadi roisnya. Dari aspek itu dipanggil bu'ullah Sebab nanti ada Allah menyebut suami mereka Bukan bu'ullah tapi azwaj Nah itulah Bukan bu'ullah tapi azwaj Azwaju hunna Bukan bu'ullah itu hunna Jadi disini tidak sesuai jika dikatakan, katalah di dunia ini Wala yubdina zinatahuna illa li'azwajihina Salah Walaupun maknanya sama Walaupun maknanya sama Tapi wala yubdina zinatahuna illa li'azwajihina Jadi tidak betul Di mana tidak betulnya, ya kita percaya dahulu nanti apa yang zauj Ini sekadar contoh dahulu Untuk membolehkan, mudahkan kita memahami Ya kita lihat dahulu sebelum kita curi contoh-contoh yang lain Yang Zawj pula digunakan untuk apa? Azawj Yang sering juga diartikan suami Walaupun Zawj sebenarnya bukan makna suami Zawj itu pasangan Zawj itu pasangan Jadi itu Zawj Memang satu yang ada suami bagi istri Tapi Zawj juga istri bagi suami Itulah Itu perbezaan yang pertama Zawj bukan hanya merujuk pada suami bagi istri Tapi Zawj juga merujuk pada Seorang istri bagi suami pun Dipanggil Zawj Itu penggunaan Al-Quran Walaupun mungkin dalam bahasa Arab Tak, kalau suami Zawud, istri Zawudjah Tak apalah itu belajar bahasa Arab Ini bukan belajar bahasa Arab, ini Al-Quran Nah jangan dicampur-adukkan dengan istilah itu Yang Yang lelaki panggil zawd, kalau perempuan panggil zawjah. Pada Quran tidak ada zawjah.
Tidak ada. Allah berfirman kepada Nabi Adam, Ya Adam uskun anta wa zawjuka. Adam tinggallah kamu.
kamu wazaw juga dan zawus takkan Adam tinggallah kamu dan suami kamu weh, takkan kita menuduh Nabi Adam ini pengerusi LGBT wakilnya tubillah, teman-teman tubillah ini jadi sebab itu saya katakan untuk sementara bila kita ingin memahami dengan mudah keluarkan dahulu terjemahan yang selama ini sudah terlanjur kita yakini seperti itu tapi rupanya bukan seperti itu kalau kita masih dipanggil oleh terjemahan namanya Zaud, suami Zaudzah masih bingung lah Apalagi bila dikatakan Zawad bukan suami saja, Zawad juga istri. Kan jadi bingung. Eh, istri?
Kan selama ini? Anggap saja Jamah bukan orang Melayu, begitulah. Anggap saja orang Arab yang tak tahu bahasa Melayu.
Itu cara pelajarnya. Jangan kita, oh saya orang Melayu, ada petunjuk Melayunya, nanti bingung. Hai anggap saja kita bukan orang Melayu bukan orang putih bukan orang sawo matang bukan orang ciku masa kita orang Arab yang masih kosong apa pun Oh yang ini untuknya sentuh seakan-akan begitu bila tidak bingung itu sekolah mempelajari ilmu bayan jadi Zawad penggunaannya ya lebih kepada Ikhtiron Ya, ikhtiron itu pasangan yang adanya persamaan saling ber, apa namanya, korin, korin, nah mana korin? Korin lah, ber... Korin lah, sentiasa adanya keikut sertaan dalam semua hal, nah itu korin Korin adalah merujuk, ikhtiraf jadi merujuk pada dua orang yang sentiasa ada keikut sertaan daripada dua pihak dalam semua hal Wah itu ikhtiraf, ini bahasa saya ya Terima kasih Jangan datuk aja yang paham Yang lain mengingur Sentiasa adanya Kekursertaan Katalah dalam Mengurus rumah tangga Tidak boleh lagi suami kata, saya saya, ini milik saya saya lagi, anak saya gimana awak jaga, oh tak boleh kita sebab semua kena di, itu ini rumah kita, mari kita, keikut sertaan, bila A dan B, yakni suami dan istri sentiasa bekerja sama, kan dalam semua hal yang ini sentiasa ada keikut sertaan dari 20 pihak, disitu namanya ikhtirah Dan Zahud letaknya disitu Jadi tidak berbeza dengan yang Batlon tadi Yang Batlon kan lebih kepada Pihak suami yang lebih dominan Yang dominan suami Memang itu Batlonnya disana Kalau baklon, jadi lebih menunjukkan bahwa dominasi si lelaki Si Zawud tidak Sebab Zawud, suami pun boleh, istri pun boleh Iktiron namanya Al-Qa'im al-Tamathul Al-Qa'im itu maknanya melakukan satu pekerjaan Al-Tamathul Saling menyerupai, serupa Semisal Tamathul itu semisal, misal apa?
Nanti saya tunjukkan ayatnya Agak susah saya menjelaskannya Ada tamatul Ya, serupa Saya tak kata Samalah, ya mungkin Ada semacam musawah Equal, equal Lebih kurang disana ada equality Ya, bukan sama Kalau sama betul, tidak mungkin Suami istri kalau sama, namanya bukan suami istri Kalau sama betul, macam lakukan suami istri Kalau sama betul Ikual Nanti saya tunjuk ijit tentang setelah maksudnya Wal ittifak Dan adanya Bukan itiqo ya, ittifak Itu fa itu bukan kof Dan ittifaku Kemuafakatan atau persesuaian Ittifak Kan ada muafakat Adanya permuafakatan, persesuaian Wal insijamuttam Insijamuttam Insijamuttam itu maknanya Insijam itu maknanya melahirkan zurir atau berketurunan Masing-masing punya potensial untuk melahirkan zurir Ima pihak suami wa ima pihak istri Contoh Jika katakanlah ada suami istri sudah kahwin Suami sehat waafiyah Tapi rupa-rupanya si istri tadi Walaupun istri tadi sudah ikhtiron Dengan suaminya dalam semua hal Sudah tamathul Sudah ada persesuaian Tapi malangnya dalam insijam Jadi dalam melangsungkan zuriat Istri tadi gagal Karena mandul lombamanya Kan akhirnya terhalang ya Salah satu dari tujuan berumah tangga terhalang Salah satu tujuannya kan untuk berturiat Tiba-tiba pihak istri mandul Maka jika Jika si istri mandul, si istri mandul, sehingga keluarga tadi tidak melengkapi suriat, maka istri tidak boleh lagi dipanggil Zawuj. Sebab Zawuj mesti ada. Sama betul. Si suami pun berpotensi boleh.
boleh menarikan suriat si istri pun berpotensi untuk menarikan suriat demikian juga sebenarnya si istri sehat tapi suaminya gagal pun tidak boleh dibuat Zawuj sebab Zawuj mesti ada persamaan daripada segi tadi ikhtiron segi tamathulnya itifaknya dan insijam Istri sihat wafiat, ada masalah untuk mengandung. Eh suaminya pula, yang tidak membolehkan, tidak ada kemampuan untuk membolehkan istrinya mengandung. Maka suami tak boleh dipanggil Zawuj dalam hal ini.
Tidak sesuai dipanggil Zawuj, sebab Zawuj mesti yang sempurna tadi. Semuanya mesti ada. Begitulah, nanti saya tunjukkan apa ayatnya Jadi disini, dari sini kita sudah nampak seri perbezaan Penggunaan baklun dengan zaujun Baklun penekanannya, ya ini lebih kepada tapi dominasi tadi Dari kekuasaan, kepemimpinan, yang berkewajiban memberi nafakah Yang berkewajiban membimbing Gitu lah, mengatur, mengurus, memberi, melindungi Jadi, batlon lebih kepada peranan suami sebagai yang me dan istri sebagai yang di Suami yang me Memberi, melindungi, membimbing, me, me, me Istri budak yang di, yang di, yang di Kalau kita melihat seperti ini, maka Suami dipanggil Baklun Ima Ima nih Ima Ada perbezaan Tidak lagi itifak Tidak lagi ikhtiron Tidak lagi insijabut Paham?
Tak ada masalah Katakanlah, si suami tadi ada perbezaan dengan istrinya Yang satu sehat, yang satu tak sehat Yang satu ada potensial untuk melahirkan anak Yang satu tidak punya potensial untuk meneruskan durian Tak jadi masalah dalam kalimah batlun Begitulah maksudnya Tapi dalam Zawujun, mesti Sebab itu jika tidak, jadi mana akan yang lebih umum? Baklon dengan Zaujun yang penggunanya lebih umum, lebih luas. Baklon lebih luas.
Baklon tentu lebih luas. Nah, mari kita lihat contohnya yang tadi, yang apa namanya, tadi bu'ulah, yakni, dari segi apa tadi bu'ulah tadi, digunakan dalam ayat tadi? Menunjukkan pakaian, kan? Memperlihatkan pakaian, apa namanya, perhiasan maksudnya. Memperlihatkan perhiasan.
Istri tidak boleh memberikan perhiasan kecuali kepada satu dana, bu'ulahnya. Bukan azbat, sebab kalau azbat mesti sama. Kalau sudah retak, sudah retak, maknanya tidak lagi zawuj.
Tidak lagi zawuj. Katalah istri, suami, contoh istri tidak menghalalkan anak. Bila istri tidak menghalalkan anak, hubungan antara keduanya kan bukan lagi zaujiah.
Walaupun suaminya masih boleh dipanggil baklur, istri tidak boleh lagi dipanggil zauj. Kenapa? Karena Istri tadi Kan tidak ini Sudah berbeza Jadi kalau lah katalah Dan mereka perempuan mu'minah Istri tidak boleh menunjukkan perhiannya Kecuali kepada azwajihina Wah nanti istri yang Mandul Mesti berselubung Sepanjang masa di rumah di hadapan suaminya Kan tidak boleh menukar pakainya kecuali kepada azwat.
Dan azwat itu mesti suaminya yang sama. Faham maksudnya itu. Ini, ini, ini. Ini maksudnya. Bingung ya.
Sebab kenapa macam itu. Saya takut itu faham atau bingung. Tadi sudah saya kata Ini belajar Al-Quran Bukan belajar Arab Nak cakap dengan orang Arab Kan tadi saya sudah kata Arahnya ke situ Sebab itu sudah saya pagar tadi Sebab saya tahu Pasti pikirnya ke sana Saya sudah tahu Apa yang belum berlaku Sebab itu tadi saya pagar Kan tadi ada pagar kan Kita belajar Al-Quran Bukan belajar Bahasa Arab Kan begitu tadi saya kata Sebab saya tahu tahu pasti akan ke sana saya sudah tahu apa yang belum berlaku oh itu, wali itu ini wali 10 itu istilahnya tadi istilahnya saya sudah kasih pagar supaya tidak eh rupanya Oh, belum belum tahu pagonya ramai-ramai sehingga pertanyaan itu minta amat tidak relevan dengan itu itulah maksud saya ya sama sekali tidak lebar dimana relevan sinyaman tidak lebar sekarang coba lihat ayat ini cemana apa namanya menggunakan kalimat seperti lihat firman Allah subhanahuwata'ala dalam surah Al-Baqarah Dalam surah Al-Baqarah ayat 228 Ini mungkin agak panjang nanti penjelasannya Sebab nanti tentang Zawis itu pun panjang Jadi saya sampaikan sikit-sikit Tapi kena faham dulu Ini baru perbezaannya dari segi penggunaannya Maksud saya, kalau kita baca Quran Di sini bu'ullah Di sini azwaj Kenapa? Tukar-tukar, tengok terjemahan Suamilah Itu lagi sekali, jangan terjemahkan Anggap kita bukan orang Melayu saat itu gitu Bukan orang Melayu, bukan orang putih Orang Arab yang dengan bahasa kita sendiri Eh kenapa ya Allah gunakan yang ini Haa macam itulah maksud saya Kalau tidak ada itu memang susah Sebab kita masih dipengaruhi terjemahan itu masih sangat kuat Tengok dalam ayat ini Ayat ke 228 Wal mutallakatu yatrabasna Bianfizina thalathadhakuru Dan perempuan-perempuan ini diceraikan oleh suaminya, ini perempuan yang masih haid, hendaklah yang menunggu, ya ini idahnya, tiga kali sucian atau tiga kali haid.
وَلَا يَحِلُ لَهُنَّا يَكْتُمْنَا مَحَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَمِهِنَّا Dan tidak halal bagi istri yang diceraikan, masih dalam idah itu menyembunyikan Apa yang Allah ciptakan dalam rahim-rahim mereka Artinya, jika masa diceritakan itu sebenarnya sedang mengandung Tapi belum nampak kandungannya karena baru Apa? Ya, dipanggil awal-awal kandungan lah Ya, mengenal hamil muda lah Sebab ada hamil tua Ada kelapa muda, ada kelapa tua Jadi hamil muda itu maknanya baru lah Seminggu, dua minggu, sebulan itu Dan malam kemarin hamil tua itu sudah 8 bulan 9 bulan itu istilah saya bukan maknanya tua hamil Pak Aziz ini lari lain lah dia hamil muda biasa hamil tua lain hamil tua itu maknanya sudah tunggu harilah untuk bersalin tidak boleh jangan hanya karena belu benci kepada suaminya menceraikannya Sehingga benih yang ada Suami yang ada dalam kandungannya Dirahasiakan Kemudian apa nanti Kawin dengan orang lain Kemudian anak itu sebetulnya Anak suaminya yang mencarikannya Tapi karena benci padanya Dibinkan pada Dusanya luar biasa Dusanya luar biasa Hanya karena ego Kesobongan yang Itu tidak boleh, jangan sekali-kali menyemunyikan In kunna yu'minna billahi yu'mil akhir Jika adalah mereka mu'minah yang diceritakan tadi Benar-benar beriman berallah dan Aini pula, tengok Wabu'u latuhunna ahakku birodihina fidhalika In aradu islaha Dan bungulah suami mereka, disini termasuk mereka, yang menceritakan tadi, lebih berhak. Hakku itu lebih berhak.
Bi raddi hinna, maknanya yang punya hak lebih, yakni bungulahnya. Untuk kembali kepada mereka, rujuklah maksudnya. Suaminya yakni punya hak yang lebih. Sangat berhak. Merujuk mereka istrinya tadi.
Fi zalika pada itu, itu dalam idah. In aradu islaha. Jika.
Mereka menghendaki Islah perdamaian kebaikan Di sini gunakan bu'ulah Ini K Kes perceraian. Kes perceraian. Biasanya dalam rumah tangga, bila berlaku kes perceraian, makanya ada persesuaian atau tidak antara suami istri?
Sudah tidak ada lagi. Tak masuk, tak ada. Itifak, mesti tidak ada. Iktiron, sudah tidak ada, betul? Mesti tidak ada lagi iktiron.
Namanya sudah cerai. Mesti ada punca perbalahan. Yang pasti sudah tidak ada lagi persamaan Kalaupun ada persamaan makin kurang, perbezaannya makin ketara Maka jika persamaan makin berkurangan, perbezaannya lebih menonjol Hubungan suami istri dan istri tidak boleh lagi dipanggil Zawus Sebab Zawus mesti sama Iktiron Di sini disebutkan Bu'ullah Allahu Akbar Ada mulai nampak disitu?
Bu'ullah ya, disitu Bu'ullah Jadi bila diganti Wa'az wa'juhuna Ketara sekali kesalahannya Orang Arab pasti akan kata Saya itu ini karamu wa'i Muhammad Kamu tidak cermat Dalam menggunakan kalimat Tak sepatutnya Disini gunakan azwaj Ini sepatutnya gunakan Bu'ullah Bagaimana Nabi Muhammad yang tak pernah baca, tak pernah tulis, menyampaikan Quran sepuntan, kalaulah dia karangan baginda, tetapi pemilihan kosa kata sangat tepat, dan tidak silap sikit pun, walaupun kalimat itu mempunyai makna yang sangat dekat. Kalau bukan daripada Allah SWT. Nah, bandingkan ayat ini dengan ayat yang lain.
Di dalam ayat yang lain. Oke Ya ini firman Allah subhanahu wa ta'ala Di dalam surah Al-Baqarah juga Ayat yang berikutnya 232 tadi 200 28 selepasnya itu 232 ini masih sambungan cerita talak ini Ingat, karena tadi suami telah mencerikan istrinya Bila mencerikan pasti ada masalah Sudah pasti Kalau sebelumnya ada persamaan, ada itifak, kemuafakatan, persesuaian Sehidup, semati, seiring, sejalan, ikhtirun Yalah, susah sama susah, gitu lah. Kalau sebelumnya sudah betul-betullah.
Ringan sama di jinjing berat, sama di pikul. Daging gajah. Eh, daging lebu aja lah yang sedap, yang halal.
Yang lembu sama di lapar, daging ayam sama di rata. Coba daging nyamuk, kecil sangat. Maknanya betul-betullah.
Oh, harmoni sungguh. Nah, bila dah cerai, pasti sudah tidak ngam. Iya.
Nah, kalau sudah tidak ngam, maka si suaminya, pihak yang lakinya, tak lagi dipanggil zauj. Tidak boleh. Bungulah Nanti saya akan kenapa dengan bungulah di samping yang pertama Tapi perhatikan air ini dahulu 2, 3, 2 Wa idha talak tumun nisa Ceritanya masih sama Cerita tentang talak Talak itu puncanya siapa ya? Yang menjadi punca talak itu?
Suami atau istri? Yang menjadi punca talak? Punca.
Yang menjadi punca. Yang melakukannya siapa talak ini? Pelakunya.
Suami. Yang melakukannya suami. Yang menjadi puncanya? Istri.
istiqa suami yang menjadi punca yang disebab pelakunya yang pelakon melakukannya suami Yang menjadi punca belum tau? gapalah, itu cerita tafsir ini bukan cerita tafsir, ini balarah gapalah, itu cerita lain sebab jangan diparangin ini dalam budaya Melayu kena kembali pada Al-Qurannya, gitu lah Bila Allah gunakan kalimah Tolako, apa maknanya Nanti bila gunakan kalimah Katalah umpamanya Kuluk, apa maknanya Bila kata gunakan fasah Apa maknanya, itu kena paham betul Bukan tengok apa yang berlaku dalam masyarakat Nanti nak memahami Islam Tengok perangai orang Islam Kirim salam Kalau kita nak tahu Islam itu macam mana Jangan kita melihat perangai Sesetengah orang Islam Pasti silap Pasti, sebab apa yang ditunjukkan oleh sesetengah orang yang beragama Islam tidak menggambarkan sama sekali apa yang dikendalikan oleh Islam. Ya, kita lagi bingung.
Kalau Islam itu sebagaimana yang dilakukan oleh setengah orang Islam, wah, akhirnya kita boleh... Buat sendirilah ugama kita Bila kamu mencerikan istri Andi Sa'di ini istri ya Maksudnya jangan diartikan perempuan Mana boleh juga Kamu mencerikan perempuan, perempuan mana kamu mencerikan Mesti istri Fa balagna ajalahuna Dan si istri itu Yang dicerikan telah Telah sampai idahnya Dah abil idahnya Aja ini idah bukan mati ya Kalau aja dimaksudkan kematian Ayah itu berhenti disitu aja, tak ada sambungan dia Bila kamu mencerahkan istri kamu Dan istri kamu telah tiba ajal kematiannya Dah, itu aja lah, tak ada sambungan dia Ya, segeralah kamu tanam Itu aja lah Apa ya tamat riwayatnya nah ajal pun tengok maknanya idah tapi ibu ajal, ajal, ajal kita maknanya kematian wah ajal itu mana tempoh tamat anda beli roti roti kemudian mana nak jangan nak roti udah tiba ajalnya boleh kan dah dah dah sepuluh ini udah tiga hari ini dah tak boleh roti udah tiba ajalnya budak yang baru belajar ada di sekolah inna apalah inna tapi mak kata hajal tadi falata' duluhuna maka jangan kamu halang Mereka, mereka ini mereka siapa? Mereka perempuan tadi Kamu ini siapa yang dilarang oleh Allah?
Mukhatabnya, jangan kamu Wali Coba cermati, betul-betul Walinya Wali, kamu sebagai wali, jangan kamu larang perempuan yang dicerai tadi Ayang Kihna Dia nikah, dia kawin Azwajahunna Pasangan suami Iza tarodau bainahum bilma'ruf Apabila mereka Tarodau Mereka saling Ridau Calon suami ridau pada istinya Isti calon ridau Bila sudah ada saling ridau itu ada tak namanya Tamathul iktiron itifak Sudah ada Namanya tarodau Apalagi tarodau nya bainahum bilma'ruf Sebab itu disini tengok Azbah Jahurna tak boleh bungulah Walaupun sudah dicerai Sudah dicerai, cerai itu maknanya Ya memang tak ada nilai persamaan lah Tetapi dah habis Idah Pertama makna sudah habis idah Dari bila habis dah, sebetulnya istri tadi bebaskan nak kawin dengan siapapun Ya, kawin orang lain boleh kawin Dah habis dah Suami tak boleh rujuk Suami tidak boleh rujuk karena idah istrinya dah habis Maknanya si perempuan tadi sudah terbuka untuk semua Bebas Di luar sana Bapak masih banyak kumbang, terserah siapa yang dia pilih. Tiba-tiba si bunga ini, yang asalnya layu tapi sudah berkembang semula. Dia boleh Pilih bekas suaminya yang menceraikan tempoh hari.
Yang hingga habis idah tadi. Rujuk. Wah, dia punya wali, punya bapak.
Nak. Kau udah fikir panjang, nak. Ayah benarkan kau kahwin dengan siapa saja, nak. Asal bukan.
Bapaknya mati-matian menghalang. Ananya kata Ayah, kami sudah menemukan Kata kesepakatan Tempoh hari suami saya Karena begini-gini dan kami selalu-selalu Memanggung rupanya kesilapan kami juga Dia sudah memiliki kesilapan Akhirnya kita sudah Kita mengakui sama Allah dan kita sudah Nampak keserasian Dan akan kahwin Dia sudah nampak Karena sudah nampak Maka Ini tak boleh lagi Walau tak dulu nak ayam kehina Bungu Mulatahuna tidak boleh. Itulah yang sama.
Tengok. Bunyi sama. Asbajuna. Mulatahuna. Jadi di sini wali tidak boleh.
Aku ini bapamu nak. Yang membesarkan kamu. Kecil aku besarkan. Lapo aku kenyangkan. Kotor aku mandikan.
Sakit aku ruak rawat. kamu boleh kahwin siapa saja ayah tak kisah janji bukan dia ayah tak boleh lagi tengok itu salah jadi si orang tua dia Mulakan satu kesalahan sudah melampaui kekuasaannya. Saratnya idah tarodoh.
Bila tarodoh, itu musyarakah itu. Yang suka, bukan hanya suami. Bukan suaminya saja yang ingin kembali.
Yang ingin kahwin semula. Ini bukan rujuk ya, sebab itu ayah yang kehna. Karena sudah habis idah. Ya apa namanya nih Akad Akad ada saksi Ada mas kawin Ada mas kawin Atau mungkin Yang nak sangat hanya istrinya Tak boleh Kedua-duanya sudah taruh tau Bila sudah taruh tau Baina hum Bilma'ru Ya maknanya sudah jadi zawj lah, mereka ingin menikah zawj Masya Allah, sangat cermat Al-Quran Murad pemilihan perkataannya Sementara yang tadi, coba katalah tadi yang dalam ayat yang surah An-Nur tadi Allah nyatakan, dan perempuan wanita muslimah Istri tidak boleh menukar perhiasannya kecuali pada Azwa Jihina. Berselubung istri itu tiap hari.
Sebab gila berlepas bertengkar saja, tak boleh kena tutup. Kalau sedang harmoni, baru boleh menukar perhiasannya. Bengkok lagi, tutup lagi. Bingung. Bingung.
Atau mungkin ketika dia Diceraikan Dan masih dalam idah Tak boleh lah penuhkan perhiasannya Kan bila diceraikan tadi Sudah bukan lagi Ini ya Masya Allah Tapi nasib baik Allah kata Di situlah Demikian saja tadi Kenapa tadi dia disebut apa namanya Dalam ayat sebelumnya tadi Yang 228 tadi Kenapa tidak disebut Wa'as waju Hunna Tapi wabungu Yatu hunna Kenapa kayaknya Kan itu masih Apa namanya, ada kan percerai kan Bila percerai dan demis Masih dalam idah tuh Itu masih dalam idah Kan rujuk itu masih dalam idah Terima kasih. Dan bila masih Sebetulnya masih ada perbezaan Rasa bengkak itu Masih ada Masih ada itu Yang lebih bengkak biasanya siapa ini Dalam idah Tahap kebengkeannya lebih mana? Kebengkekan Istri Yang punya keinginan untuk Untuk berlaku rujuk Ini siapa yang lebih kuat keinginannya?
Istri Yang lebih kuat bengkenya? Kalau lebih tinggi tahap kebengkakannya, kenapa dia lebih berpikiran untuk rujuk tak apalah, saya tidak memberi, sebab ini ayat Quran, jadi kena penyayang ayat, bukan ikut perasaan rasa-rasa itu saja, jadi ingat belajar Quran, tidak boleh rasa-rasa Hai tolak itu jam masalah perceraian hak cerai yang Allah berikan pada suami pertama yang kita kena paham berpunca daripada istri ayat muda suami sudah menjadi apa namanya baklun Suami sudah bergelar baklun Bukan zaujun Baklun Maknanya sudah Wow Ya apa ya Allah muna'ala nisa Sudah ma Itulah Inilah daklu anda semua nih Apa namanya itu? Dah tak kurang apapun lah.
Namanya dah baklon itu dah. Ya, ayat mudah beginilah. Suami tadi sudah menjadi suami yang cemlang, kemilang, terbilang.
Maknanya hebat kan? Bila seorang perempuan punya suami yang dah jadi baklon, istri tadi seharusnya patut bersyukur. Bertuah. Sepatutnya kan? Bertuah.
Tapi yang cuman... istri tadi merasa tak bertuah walaupun istri suaminya sudah apa tadi kemilang terbilang istrinya asyik hilang pertanyaannya, bila berlaku seperti itu, siapa yang lebih kecewa? Mesti suami. Betul?
Mesti suami yang kecewa. Nah, dalam keadaan suami kecewa itulah, Allah bagi pilihan. Wahai suami, sekarang terpulang pada kamu. Jika kamu ingin terus jadikan dia sebagai istri kamu, kamu kena bersabar dengan perangainya dan kamu didik dia.
Kan asyik hilang-hilang itu, kamu tambat dah Kamu tambat saja Maknanya kamu kena sabar Jika kamu masih ingin dia sayang jika kamu masih ingin dia jadi istrimu bukan kembali, sebab belum di ini ini Allah bagi pilihan atau jika kamu rasa dah Tak mampu bersabar Karena kamu sentiasa merasa dirugikan Kan merasa dirugikan nih Kamu udah menunjukkan kewajiban kamu Tapi kamu tak dapat hak daripadanya Nah aku bagi kamu kuasa untuk men Talak Sebab itu talak itu Hak yang Allah berikan pada suami Berpunca daripada Bila istri diceraikan Masih dalam idah Pasti istri yang menurutmu merasa kemudian, ah saya dah merasa kehilangan, siapa lagi lah yang akan menjadi penggantinya Sedangkan dia orang yang paling sempurna di dunia. Pasti istrinya tadi sedih kehilangan. Yang diharapkan bukan malah bila agaknya habis, iya dah biar dilepaskan.
Kan? Kan merasa sayangkan nak kehilangan dia. Yang diharapkan oleh istri pasti bila agak dia nak merujuk.
Bila agak merujuk. kan menginginkan suaminya segera menurutnya karena dia baru saja kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya yang selama ini dia tidak sedari Betul, sebab itu Allah nyatakan sekarang terserah pada kamu, woi suami Kamu boleh rujuk, boleh tidak Tapi jika kamu boleh rujuk Kamu mesti mampu bersedia menerima segala kekelemahan yang kamu hadapi Mesti ada rasa itu Kan, walaupun dia belum berubah, katalah dia belum berubah, suami mesti bersedia menerima kalau dia rujuk. Kalau dia tak mau rujuk, ya itu hak dia, terus dilepaskan.
Tapi jika dilepaskan terus, pasti istrinya yang lebih menarap. Sebab dia kehilangan. Hilangkan segala-galanya.
Sebab yang mencerahkan tadi, orang yang terbaik di dunia. Anda boleh bayangkan bagaimana ketika Nabi dalam satu riwayat, sempat dan telanjur menceraikan Hafsah binti Umar. Oh, sama-sama petir Hafsah. Bayangkan bila cerai oleh Nabi, nak cari suami macam mana yang lebih baik daripada Nabi? Setuju, bila lah Nabi rujuk, bila Nabi rujuk.
Macam itulah. Sebab itu dalam kes seperti ini, bila rujuk istri, walaupun ada rujuk pada istri, tidak diperlukan izin istri. Kenapa tidak berikan izin istri?
Sebab istri kalau boleh Sarannya kesnya seperti Al-Quran Saya pernah menjelaskan seperti ini Ada orang protes Macam ini zalim lah, adalah kita diceraikan Nak rujuk pula tak minta izin Idea dia belum Belum paham talak. Istilah Quran dengan istilah Melayu tidak sama. Bahasa Melayu kita hanya kenal istilah cerai. Bahasa Arab ada talak, ada hulu, ada fasa.
Nah begitu istilahnya. Jadi bila suami ambil balik Sebetulnya suami tadi masih menahan perasaan Aku sebenarnya nak balik Tapi sebenarnya Saya masih kecewa dengan perangnya dia Tapi tak apalah aku milih sabar Si istri bila suaminya Merujuknya Wah maknanya dapat surga semula lah Dapat baklunnya semula Sebab bukan senang nak dapat penggantinya Sebagai baklun Saranya istri tadi tahu siapa suaminya ada faham ya disitu tuh fahamnya jadi tak boleh disini apa namanya tidak mungkin sebab kalau azbat udah baik buah apa rujuk, azbat rujuk pula Berbeza dengan tadi Habis idahnya Bila habis idah, istri bebas Kawin semula dengan siapa sayang dia? Gendaki Tiba-tiba istri tadi sudah sepakat Nak kawin semula dengan bekas Suaminya yang sudah nampaknya Sudah dapat melihat Persamaan semula Tarodoh kalau istilah Quran Ya, jadi azwaj lah dibayangkan sebab bukan bu olah lagi dalam hal itu wali kena tahu diri jangan melampaui kekuasaan jangan baper wali tak boleh baper bawa perasaan nah itu pun balagoh juga jamah tak akan jumpa di kelas lain baper itu maknanya bawa perasaan ya lawan dia Wali tak boleh baper Wali mesti move on Alaman dia move on Itu obosit dia Jadi Baper itu, move on.
Kan bawa perasaan nasib, mana boleh udah lepas-lepas lah. Jangan baper terus. Move on lah.
Kena macam Itu sebagian. Perbezaan. Sebab ada nanti yang zaut itu agak panjang.
Dan banyak lagi. Contoh-contohnya boleh cari sendiri. Jadi kenapa tadi? Bila apa? Menapakan perhiasan.
Buulah. Rujuk. Buulah.
Buulah itu sebenarnya Masya Allah. Merujuk pada suami yang sangat cemelang. Sangat-sangat cemelang.
Apa atau tidaknya, sebab bu'ullah lebih mempermanah seperti itu. Tidak ada satu pun kewajiban suami yang belum dilaksanakan. Itu bu'ullah. Artinya, bila sudah seratus peratus kewajiban suami telah dilaksana, tidak ada sedikit pun hak istri yang belum dilapatinya.
Bila suami telah melaksanakan kewajipannya 100%, pasti istri telah mendapatkan haknya 100%. Tiba-tiba dia asyik hilang. Ya kan kurang asem.
Kan begitulah, bila sekali diceraikan, oh baru tersentak. Sebab itu yang diharapkan, bila nak rujuk, bila nak rujuk, bila nak rujuk. Sebab itu jika suami rujuk, tidak perlu izin. daripada istrinya kena difahami begitu makna tolak kalau tidak, kalau kita fahami yang berlaku di luar cerai, memang kita bingung suami rujuk tak perlu izin, mana boleh, ya anda tak belajar Al-Quran, anda belajar yang kisah mahkamah Yang sebelum berpisah pun yang satu sudah bawa bodyguard Kan begitu yang di luar kan Belum cerai itu Si suaminya sudah ada pendamping Tersengeh-sengeh yang sebelah Si istrinya pun yang belum cerai pun sudah ada Bodyguard Sambil Ditanya siapa? Ada lah.
Macam itukah peraturan Al-Quran? Itu ajaran sesat. Jadi kita belajar Al-Quran makin bingung. Sebab reality dari masyarakat membingungkan.
Jadi kalau belajar yang sebetulnya. Jangan tengok yang di luar sana. Tengok terhadap istilah-istilah.
Kalau perlu setiap perkataan itu difahami. Ya contoh ayat itulah. Dan bagaimana tadi saya tekan tentang. Maksudnya Itu adalah dalam Zawus Boleh difahami ya setakat itu Belum ada tambahan Kalau ada tambahan nanti tak faham susah sikit Wallahuaklam Sadakallahulazim