Aku yakin nih, aku yakin. Aku yakin banget. Wahhh... Yakin apa Nobito? Ayam, ayam, ayam.
Aku ini kucing Nobito, bukan ayam. Ayam memang emon sih, ngagetin aja. Kamu lagi belajar apa sih? Ini loh, aku lagi belajar untuk berpikir positif. Wow!
Iya, soalnya aku besok ujian. Terus, aku harus berpikir positif biar aku bisa ngalahin nilainya Sunarno. Terus?
Berpikir positif aja, belajarnya gimana? Woy, aku lupa belajar lagi. Duh, aku nggak sempet belajar, Mang Imon. Soalnya kan aku tadi siang main sama temen-temen. Terus sekarang aku ngantuk.
Dasar kamu, Nobito. Modal berpikir positif aja nggak cukup untuk dapet nilai bagus. Kamu juga harus belajar.
Supaya belajar kamu makin seru, pake ini. Apa itu? Aplikasi belajar para BIPA Berpikiran positif itu boleh aja Asal kita juga sadar sama kenyataan Dan punya aksi untuk mewujudkan keinginan kita Dan di episode kali ini Kita akan membahas soal metode SWOOP Atau Wish, Outcome, Obstacle, and Plan khususnya dalam membantu kita belajar. Gimana sih caranya menyatukan keinginan kita dengan kenyataan yang ada? Gimana caranya untuk meraih apa yang kita mau?
Jadi, selamat datang di episode 8, sisa 4 seri Learning How to Learn with Utata bersama saya Gina Kasari, Rockstar Teacher Pahamify. Oh iya, jangan lupa untuk follow sosmed Hutata, subscribe, dan aktifin bell biar nggak ketinggalan setiap ada video baru di series ini. Berpikir positif itu penting untuk mewujudkan cita-cita. Kita nggak boleh jadi orang yang gampang nyerah.
Mau lulus SBM PTN? Ya kita harus berpikir positif dulu. Harus yakin kalau kita itu bisa.
Mau juara kelas? Yakin dulu. Pasti bisa. Tapi ingat. kita juga gak boleh berpikir positif secara berlebihan.
Segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik kan? Karena menurut seorang psikolog dari New York University, Gabriel Otijen, berpikir positif secara berlebihan Cara berlebihan itu ternyata bisa membuat kita malah jadi kehilangan energi untuk berjuang mewujudkan cita-cita. Ketika kita terlalu yakin bisa lulus ujian, ini malahan bisa bikin kita jadi malas untuk belajar.
Malas belajar ya bisa-bisa gak lulus ujian. Hal ini bisa terjadi karena berpikir terlalu positif bisa menjebak kita sama yang namanya mental attainment atau dalam bahasa Indonesianya pencapaian mental. Mental attainment adalah kondisi di mana otak merasa kalau kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan dan akhirnya malah akan membuat kita jadi malas untuk berusaha.
Penelitian lainnya. Dan lain, yang dilakukan oleh University of Waterloo, Kanada pada tahun 2009, menyebutkan berpikir positif akan meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Tapi, hal itu hanya akan berpengaruh pada orang yang emang kepercayaan dirinya tinggi.
Orang dengan kepercayaan diri yang rendah, gak akan terpengaruh. Hmm, jadi kita harus gimana dong? Apa harus jadi orang yang berpikiran negatif dan malah positif?
Putus harapan? Ya, nggak gitu juga sih. Berpikir positif itu tetap perlu.
Tapi tetap harus realistis. Ini namanya mental contrasting. Atau dalam bahasa Indonesianya, pengkontrasan mental.
Otijen bilang, boleh kok kita berhayal soal masa depan. Tapi supaya otak kita ini nggak terlena, kita tetap harus membenturkan dengan kenyataan yang ada. Dengan cara ini, kita jadi bisa mengidentifikasi kelemahan yang menjadi halangan untuk mencapai cita-cita kita.
Nah, salah satu cara untuk menerapkan mental contrasting ini adalah dengan melakukan sebuah metode yang disebut WU, yang terdiri dari Wish Up. Outcome, Obstacle, dan Plan. Contohnya, pertama, wish atau harapan. Buat keinginan dulu. Apa sih keinginan yang mau kita raih?
Misalnya karena dalam waktu dekat akan ada ujian, kita bisa set dapat nilai bagus atau lulus sebagai wish kita. Kedua, outcome atau hasil. Bayangin, gimana rasanya kalau kita itu berhasil lulus ujian?
Seneng kan? Lega gitu, dapet nilai yang memuaskan. Intinya, kita tetap harus berpikir positif. Yakin kalau kita bisa, tapi tetap jangan berlebihan. Wish dan outcome ini adalah bagian dari berpikir positif.
Tapi itu aja belum cukup. Karena kita harus lihat kenyataannya lewat tahapan selanjutnya, yaitu obstacle atau hambatan. Apa sih hambatan yang bikin kita nggak bisa mencapai wish? Kalau kita pengen lulus ujian tapi males belajar dan lebih suka main sama temen, itu adalah obstacle kita. Males belajar dan kebanyakan nongkrong sama temen.
Nah, terakhir nih. Plan atau rencana. Kita harus punya rencana untuk menghadapi obstacle kita. Rumusannya, jika...
terjadi halangan, maka lakukan suatu aksi. Jadinya gini, jika pas belajar kita males atau ada teman ngajakin main, maka kita belajar pake paham ifai biar jadi seru, terus gak males, dan bisa ajakin teman kita buat belajar bareng. Itu tadi contoh penerapan metode WUP dalam belajar. Gimana? Kebayang kan?
Dan sebenernya metode WUP ini bisa kita pake gak cuma untuk belajar. Kalau kamu punya wish lain, kamu juga bisa nerapin pakai cara ini. Coba, kira-kira apa wish yang kamu lagi pengen?
Coba tulis di kolom komentar ya, terus kira-kira gimana penerapan look-nya. Jadi, berpikir positif dan yakin kita bisa meraih mimpi kita itu sebenarnya sah-sah aja. Asalkan jangan lupa.
Supaya mimpi kita bisa jadi kenyataan, kita tetap harus berusaha, punya aksi, dan rencana. Setelah punya plan atau rencana, apakah hasilnya pasti akan sesuai sama wish atau harapan kita? Nah, disinilah perlu adanya sebuah sistem untuk mengevaluasi plan kita. Kita akan bahas tentang sistem evaluasi ini pada episode berikutnya.
Jadi jangan ketinggalan ya. Sampai jumpa di episode Hutatat selanjutnya. Dan salam salaman