Transcript for:
Pendidikan Dakwah dan Etika Beragama

Makanya lu kalau lihat perang dalam Islam Itu murni kayak teater 5, 4, 3, 2, 1 Close the door Karena saya newbie Islam Katanya bintang M1 Ya anak baru di Anak baru di Islam Oleh karena itu Depan saya sekarang ini luar biasa banget Gue kedatangan Habib Jafar Habib Jafar Bro sorry bro sebelum lari kesana Jafar itu bukannya nama Di film Aladdin Iya, nama Aladdin Dan itu sebetulnya Yang jahat ya Jadi di satu sisi Nama adalah doa Tapi dalam konteks ini gue mau bilang Apalah artis sebuah nama Tapi lu menarik banget deh Maksudnya gini bro Sebagai seorang Habib, saya gak menyangka Bahwa anda akan datang Ke studio podcast Dengan baju sweater Dengan hoodie, dengan masker, celana jeans gitu maksudnya Kayaknya nyantai banget gitu Padahal Anda menyandang gelar Habib Ini kan sesuatu yang agak-agak sulit gitu kan Iya Sebenarnya tergantung pada bagaimana kita melihat posisi gelar Habib itu Melihatnya sebagai sebuah tanggung jawab Atau melihatnya sebagai suatu kebanggaan Kalau gue melihatnya sebagai suatu kebanggaan Maka gue akan menggunakan itu untuk hal-hal yang pragmatis bagi diri gue Untuk mencari keuntungan Contoh Contoh karena pasti didengar oleh orang-orang Khususnya dalam konteks agama Emang saya enaknya saja Atau di sisi lain Gue merayakan penghormatan orang kepada gue Wah, karena orang menghormati kita, yaudah. Gue rayakan itu. Gue memanfaatkan orang lain untuk kepentingan pribadi gue. Kalau melihat itu sebagai sebuah kebanggaan. Kebanggaan, oke. Tapi bagi gue itu tanggung jawab sih. Tapi kenapa lu tidak memilih untuk menggunakan pakaian yang lebih muslim gitu? Kenapa pakaiannya? Cerana jeans Kan cerana jeans katanya ke barat-baratan Ya kan Gue mau bilang gini Pertama bahwa Gue gak ngerti sih apa yang dimaksud pakaian muslim Misalnya Baju koko Baju koko itu pakaian Tionghoa gitu Sebenarnya kan Ada irisannya gitu Dengan Tionghoa Sejarah kebudayaan Itu sampai kayak peci sebenarnya adalah Nasional Indonesia gitu kan Iya Hati Jadi bagi gue, yang dimaksud pakaian muslim, pertama, Islam tidak mengatur fashion kita sebenarnya. Islam itu bukan kuantitas. Bukan lo berpakaian sarung, bukan lo berpakaian jubah, dan lain sebagainya. Tapi bagi gue, fashion dalam Islam itu ada kualitas. Yakni, lo menutup aurat, selesai. Apapun itu ya? Apapun itu. Dan kenapa gue memilih berpakaian seperti ini? Karena begini, gue memilih segmentasi dakwah anak muda, generasi milenial, dan melalui Youtube. Kebanyakan gue berdakwah juga di kafe-kafe. Jarang gue di masjid. Kenapa lu dakwahnya di kafe-kafe? Waktu itu gue deket dengan Gus Mifta. Itu sempat banget kan beliau itu disikat sama orang-orang. Kok malah di klub malam katanya. Ini... Anda hamib loh Jadi gini, bagi gue Segmen itu yang sering gak kegarap Kita udah overload Ustadz di masjid kayaknya Overload ya Overload jumlah ustadz di masjid Sampai satu tahun Seorang ustadz bisa hanya mendapatkan Satu atau dua kali jatah Keramah sholat jumat Karena Terlalu banyak, sedangkan Apa benar ceruk Terbanyak orang itu disana Orang-orang yang ke masjid Berapa sih jumlahnya, kemudian orang-orang Yang ke masjid, rata-rata orang-orang Yang sudah baik Islam dan imannya Ya, ini menarik Ini sama seperti kalau kita mau ngebersihin Tempat yang kotor, bukan tempat yang bersih Kita bersihin lagi gitu kan, larinya kan Jadi Di zaman Nabi itu ketika Nabi hijrah, itu ada dua peran. Yang sering populer itu peran sebagai sederhana bubakat. Yaitu menemani Nabi. Bersama orang-orang yang hijrah Artinya gue asosiasikan orang yang sudah baik Islam dan imannya Bersama Nabi Tapi ada peran lain Yaitu peran sebagai Sayyidina Ali bin Abi Talib Dia gak ikut Nabi berhijrah Tapi tetap di Mekah Dan kemudian menemani orang-orang yang berhijrah Nah gue ngambil peran sebagai Sayyidina Ali bin Abi Talib Menemani orang-orang yang mengerti Islam Dan perkara kemudian mereka berislam dengan baik atau enggak itu bukan urusan gue bagi gue. Itu bukan urusan lo? Tugas gue adalah menyampaikan. Oke, jadi maksudnya ketika seseorang akhirnya berubah atau tidak itu udah pilihan dirinya sendiri gitu ya? Pilihan dirinya sendiri. Dan itu memang kedaulatan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang. Yang kalau lo merasa, oh gue harus memberi hidayah kepada orang lain. Bagi gue itu berbahaya sekali. Karena memberi hidayah itu hanya Tuhan yang punya. Bukan manusia. Tapi kan Seandainya misalnya ada orang yang Mendengarkan dan sebagainya Tapi dia tidak berubah Atau misalnya dia tidak Merubah keyakinan dan sebagainya Habib pun tidak bermasalah artinya Tidak bermasalah bagiku Dan tetap berteman Tetap berteman Karena gini Kita diajarkan dalam Islam Untuk tidak hanya berteman dengan sesama muslim Untuk tidak hanya berteman dengan sesama orang-orang baik. Kita dibuka pertemanan itu dengan siapa saja. Bagaimana Nabi. Nabi itu kalaupun tidak berteman dengan orang lain. Bukan karena Nabi yang mutus pertemanannya. Tapi musuhnya yang tidak mau menemui Nabi. Kalau Nabi welcome saja. Masjidnya selalu terbuka. Indah dong itu. Ya bagiku itu. Jadi makanya gue selalu bilang. Kayaknya kalau hidayah tidak sampai kepada beberapa orang. Atau kalau sebagian orang non-muslim menganggap Islam itu tidak indah. Coba koreksi. Jangan-jangan bukan karena mereka yang salah. Tapi karena memang lisan kita yang salah gitu. Bukan mata mereka yang salah memandang. Tapi lisan dan kelakuan kita yang memang salah gitu. Tidak merepresentasikan Islam. Itu yang sering gue bilang. Gue suka sekali kata-katanya Muhammad Abdullahi. salah seorang tokoh yang baharu Islam gue melihat Islam di Paris, tapi gak gue lihat muslim disana gue melihat muslim di Musir tapi gue gak ngelihat Islam disana yang lebih mending adalah melihat muslim tapi tidak melihat Islam berarti, atau gimana? menurut gue ya, itu problemnya seorang mengaku Islam, tapi gak berkelakuan yang islami karena Islam itu kata kerja. Ada jarak. Bagi gue gini. Kafir itu kan artinya menutup. Jadi walaupun lo muslim. Tapi kalau lo berhenti berjalan. Berhenti belajar Islam. Berhenti meningkatkan kualitas Islam dan iman lo. Bagi gue itu bentuk kekafiran. Sebagaimana orang yang tidak mensyukuri nikmat. Itu kan disebutnya juga kafir. Sama saja. Orang yang berhenti. Lu berhenti belajar Islam. Bagi gue itu satu bentuk kekafiran. Tindak kekafiran. Tindak kekafiran. Tapi apakah memiliki sebuah hak ketika lu melihat seperti itu. Lalu lu mengkafirkan orang. Atau ngatain orang kafir. Atau ngomong orang kafir. Kan itu sebenarnya kafir itu bukan kata negatif sebenarnya kan. Jadi gini. Cuma kan ini sempat sensitif ini kan. Definisi atau kata-kata ini kan kemarin-kemarin sebelum covid ya. Kan sempat sensitif gitu. Karena bagi gue itu soal ahlak. Karena yang paling utama dari umat Islam kan. Adalah ahlaknya. Jadi kalau sekiranya Kata kafir itu membuat Hubungan kita jadi kurang baik dengan non-muslim Maka kita akan hindari Kita dididik untuk Berkata-kata yang Terlalu indah. Nabi itu bilang gini Dalam salah satu hadisnya Orang yang ikut gue, kata Nabi Bakal masuk sorga. Tapi yang Gak ikut gue, yaudah. Nabi gak Bilang masuk neraka. Gak mau kata Neraka itu keluar Dari mulutnya. Dan menyebabkan orang lain sakit hati. Padahal nyatanya ya yang gak ikut gue masuk neraka kan. Logisnya begitu. Logikanya. Logikanya. Tapi Nabi gak mengatakan itu. Agar gak menyakiti hati orang lain. Dan gak mau lisannya itu keluar kata-kata yang tidak indah. Jadi itu. Kemudian bagi gue tidak ada orang yang bisa memastikan bahwa orang lain kafir. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa orang lain kafir. Iya, pada nyatanya. Walaupun dia non-muslim. Dia non-muslim, dia dihukumi kafir secara akidah. Tapi kan kita nggak tahu sampai akhir hidupnya. Kemudian, atau di sisi lain orang munafik, kita nggak tahu hatinya. Kita tahu kelakuannya jelek, tapi kita nggak tahu apa motifnya, apa tujuannya, apa yang ada dalam hatinya. Banyak hal yang kita nggak tahu. Sehingga yang tahu kemunafikan, kafiran. Seorang masuk serga atau neraka Itu pada akhirnya hanya Tuhan Artinya apakah bisa seorang non-muslim Tapi dia tidak kafir gitu? Seorang non-muslim tidak kafir Enggak, secara akidah seorang non-muslim Pasti kafir Tapi kita tidak tahu Tidak tahu akhir hidup dia Sehingga kita tidak bisa judge Apapun kepada dia Dan bagi gue, selama Orang non-muslim Tidak menutup hati dan pikirannya. Kepada kebenaran-kebenaran baru. Yang mungkin dia temukan. Kedepannya. Bagi gue gak ada masalah. Bagi lu gak ada masalah? Bagi gue gak ada masalah. Karena yang bermasalah. Itu kalau sudah menutup pikiran dan hatinya. Oke gue berhenti disini. Ini agama. Yang menurut gue. Sudah paling benar. Yang lain salah. Gue gak mau belajar. Agama lain. Itu bagi gue bermasalah. Yang muslim saja. Harus terus belajar. Apalagi yang non muslim. Apakah seorang muslim juga boleh melihat agama lain dan belajar hal-hal baik atau positif dari agama lain? Bukan hanya hal-hal positif. Semua bagian dari agama lain harus dipelajari. Yang positif untuk kita ambil. Karena Nabi katakan, ambillah pelajaran dari mana. Belajar sampai negeri China dan sebagainya. Nabi katakan, hikmah itu harta karunnya umat Islam. Ambil dimanapun kamu menemui. Walaupun dari menurutnya seorang munafi. Yang jelek, yaitu kita harus pelajari juga untuk semakin meyakinkan kita akan agama kita. Jadi bagi gue, kalau orang memilih beragama secara eksklusif, nggak mau nih ketemu orang beda agama, nggak mau nih berhubungan dengan orang beda agama, atau menghalang-halangi orang beda agama untuk berdakwah, menurut gue itu beneran muslim nggak? Lu yakin gak pada Islam? Kalau lu yakin kenapa lu khawatir kepada agama-agama lain? Padahal rumusnya jelas di Quran. Kalau kebenaran datang, kebatilan akan pergi. Dengan sendirinya, gak usah diusir. Jadi pertama gue mau bilang, kebatilan itu gak perlu usir. Ntar pergi sendiri. Yang penting lu bawa kebenaran. Gak perlu lu sulit-sulit, wah ngusir-ngusir keburukan, gak perlu. Rumusnya di dalam Al-Quran, lu bawa aja kebaikan, kebenaran. Udah, dengan sendirinya dia akan. Tapi kan ada orang-orang yang beropini bahwa kita harus membela, kita harus membela agama kita. Gitu kan? Membela agama kita, tapi bagaimana cara membela? Bagi gue, cara membela agama kita adalah dengan kita beragama dengan baik. Bukan dengan memerangi? Bukan dengan memerangi. Nggak ada istilahnya perang atas nama agama. Itu hanya bagi ketika kita benar-benar diserang secara fisik. Dan itu pun harus dengan cinta. Itu pun harus dengan cinta. Sehingga si Nalib bin Abi Talib. Itu pernah mau memenggal musuh. Tapi kemudian beliau mengurungkan. Karena kenapa? Karena si musuh ini ngeludahi dia. Kalau kita makin mantap dong. Makin mantap. Marah waktu. Terus setelah itu kemudian sahabatnya nanya. Kenapa tadi lo berhenti ketika diludahi? Kemudian kata si Nalib. Kalau gue menghajar dia. Ketika dia meludahi, berarti yang menghajar adalah nafsu. Bukan iman gue. Makanya gue tenangin dulu diri gue. Gue kembalikan diri gue kepada Tuhan. Baru kemudian gue eksekusinya atas nama Tuhan. Bukan atas nama marahnya gue. Jadi dengan cinta. Makanya lo kalau lihat perang dalam Islam. Itu murni kayak teater. Bayangin. Lo gak boleh ngancuri rumah ibadah orang lain. Dan gak boleh ngebunuh tokoh agamanya. Gak boleh membunuh tokoh agamanya. Itu jelas berarti perang bukan atas nama agama. Kemudian perempuan, anak kecil, orang tua, orang sakit, rumput, hewan, gak boleh dia sakiti. Dan itu pun baru boleh ketika mereka melakukan kekerasan fisik ke kita. Kekerasan fisik kepada kita. Dan betul-betul ketika benar-benar sudah melakukan. Kalau masih merencanakan, gak boleh kita menyerah. Makanya orang ada salah yang Paham ketika Nabi memerintahkan kepada kita untuk belajar berguda. Belajar memanah. Itu apa sih maksudnya Nabi memerintahkan itu? Apa Nabi? Menggembar-gemburkan kita harus jagoan. Kita memanah dan berkuda itu simbol jagoan memang. Tapi Nabi perintahkan itu. Agar kita disegani oleh. Sehingga musuh gak berani macam-macam dengan kita. Jadi itu preventif. Justru agar kita menghindari peperangan. Bukan justru agar berperang. Ini kan orang belajar memanah, belajar berkuda justru mau perang. Enggak, kata Nabi justru karena lo terlihat gaga. Maka... Orang akan segan untuk menyerang lo sehingga tidak akan terjadi peperangan di muka bumi. Tapi Habib kan balik lagi tadi kalau ketika ada misalnya ada orang yang dieksekusi atau dipenggal. Kenapa boleh mengeksekusi atau memenggal? Ini kan yang akhirnya istis membawa-bawa keseraman itu kan sebenarnya. Iya, pada dasarnya kan untuk membela diri. Murni perang dalam Islam itu untuk membela diri. Tidak ada yang di luar itu. Kalau sekiranya orang tidak mengancam lo, ya sudah, kita memaafkan. Begitu juga suatu hari Usama bin Zaid, salah seorang sahabat nabi itu, ada orang lari dari peperangan, dikejar sama dia. Padahal di Islam kalau lari dari peperangan yaudah, dibiarin aja. Begitu orang minta maaf, harus dimaafkan. Ini dia kejar, kemudian sampai satu titik orang itu ke pojok, udah. Kemudian mau disabet. oleh pedangnya Osama Bin Zaid, dia bersyahadat. Tapi tetap saja disabut. Sampai kepadanya lebih kabar ini. Kata Nabi, kamu membunuhnya setelah dia bersyahadat. Iya, karena gue yakin dia bohong. Kamu membunuhnya ketika dia bersyahadat. Iya, karena dia sudah ke pojok, Nabi. Andai nggak ke pojok, dia tetap lari kok. Nggak syahadat. Kamu membunuhnya setelah dia bersyahadat, kata Nabi. Iya, karena syahadatnya cuma di lisan. Nggak di hatinya. Kamu tahu isi hati orang itu Tentang tahu kata Nabi Jadi selama dia gak menyakiti lo Padahal tanpa dia bersihadat saja Kalau dia udah lari harusnya sudah Dan kalau dia minta maaf Harus kita memaafkan Kalau dia gak menyakiti kita, kita gak menyakiti orang lain Harusnya kalau kayak begitu sebenarnya Damai sekali dong, tidak ada peperangan Tidak ada ribut-ribut Idealnya sih begitu, makanya gue bilang ada jarak antara muslim dan islam hal yang berbeda hal yang berbeda dan berjarak yang semakin jauh seolah-olah sekarang tapi gimana kalau misalnya ada orang yang tadinya islam lalu dia pindah keyakinan tidak ada masalah murtad itu bagi gue adalah lu keluar dari agama ini untuk mematamatai agama ini Atau lo masuk kepada Islam dengan niat untuk mematamatai. Itu murtad. Murtad itu tindakan mematamatai. Dan itu gak ada hubungannya dengan agama. Di luar hukum-hukum konvensional juga menyatakan kalau lo mematamatai. Maka hukumannya berat. Jadi murtad yang berbahaya itu. Yang dimaksud murtad. Ya kalau lo masuk dan keluar dari Islam. Dengan modus pragmatis. Untuk menghancurkan agama ini. Kalau keluar dari Islam karena menganggap. Dia menemukan keyakinan yang baru Tugas gue adalah meyakinkan dia lagi bahwa Islam benar Itu aja Kalau nyatanya dia tetap gak yakin, yaudah Makanya Nabi itu disebutkan di dalam Al-Quran Dia menghabiskan malam-malamnya untuk memikirkan metode-metode Untuk menyampaikan kebenaran Dan menghabiskan siang harinya Untuk mencoba berbagai metode Makanya Nabi itu berbagai metode Nabi gunakan Nabi mengislamkan Salman Al-Farisi Dengan logika, karena Salman seorang yang logis Nabi mengislamkan Bilal bin Rabah Dengan hatinya, tidak dengan logikanya Nabi mengislamkan Banyak orang dengan berbagai cara Dan mayoritas itu karena melihat Ahlaknya Nabi pada akhirnya Tapi Pak Manis sendiri juga Ternyata gagal diislamkan dan Nabi tidak bermasalah Karena hidayah pada akhirnya Bukan di tangan Nabi, di tangan Allah Nah gimana dengan netizen-netizen yang banyak sekali sekarang di komen Dimana kalau misalnya non-muslim pasti komennya adalah Semoga dapat hidayah ya cepatnya ya Kapan masuk Islam Itu kan banyak sekali Nah gimana? Kalau lo lihat itu gimana? Apakah boleh? Harus? Pertama, mendoakan orang mendapatkan hidayah Karena kita kan menganggap Islam ini kebenaran Mendoakan orang mendapatkan hidayah baik saja Tapi kalau di komen Ngapain? Doa itu gak di komen. Kali di hati gitu. Ngapain di komen? Di komen kalau sampai orang tersinggung. Malah dia makin jauh dari Islam. Gue kemarin di video gue sama Priska. Itu Priska ternyata hafal lagu Aisyah. Gue kaget. Gue ajak dia duduk ngobrol Ternyata lagu musik Bisa jadi media dakwah loh Itu gue ingin membuktikan bahwa musik gak haram Tunggu dulu nih Ini banyak sekali orang yang mengatakan musik itu haram loh Ya bagi gue Itu salah satu bukti musik gak haram Dan musik yang haram gue pernah bilang Adalah suara sendok dan garbumu ketika makan Sedangkan tetanggamu kelaparan Hahaha Karena buat mereka itu sebuah musik yang mengganggu sekali ya. Makanya gue sering bilang. Katanya ajang pencarian bakar Indonesian Idol itu. Kenapa yang menang selalu non-muslim? Ya karena di Islam musik diharamkan sama sebagian orang. Padahal kita azan aja. Udah bermusik kan, udah bernada kan itu kan. Dan dipilihnya Bilal karena suaranya bagus. Agar indah. Ngapain malah diharamkan. Ini justru jadi media dakwah. Dan gue gak basah-basih. Gue membuktikan. Gue punya acara. Keliling Indonesia. Memadukan antara nada. Canda dan dakwah. Canda. Dibilang stand up comedy. Bisanya cuma menghina Islam. Menghina agama. Gue buktikan. Gue dekati stand up comedian. Gue ajak mereka berdakwah. Gue bikin acara nada. Canda dan dakwah. Musik dibilang haram, gue ajak. Mereka berdakwah. Bisa kok. Daripada lo cuma bisanya mengejek, kenapa gak mengajak aja sih?