Terima kasih telah menonton Para pecinta budaya, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Karahayon, Salam Budaya. Iya, sungguh merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan bagi kami mengucapkan selamat malam, selamat datang dan terima kasih atas kesediaannya untuk bersama-sama hadir di auditorium. Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada kesempatan malam hari ini. Dan sekali lagi kami dari Dapur Yogyakarta mengucapkan terima kasih atas kesediaannya. Agar seluruh pertunjukan pada kesempatan malam hari ini dapat berjalan dengan lancar dan hadirin dapat menikmati dengan nyaman, marilah kita selalu tidak lupa berucap syukur kehadirat Allah SWT atas kelahirrahmat anugerahnya dan juga penyakit.
penyertaannya hingga pada kesempatan malam hari ini kita dapat berjumpa dalam keadaan sehat bahagia tidak kurang satu apapun juga untuk itu marilah kita bersama-sama berdoa menurut agama dan keyakinan kita masing-masing berdoa mulai Berdoa selesai, terima kasih. Hadirin para penonton dan para pecinta budaya. Malam hari ini kita akan menyaksikan pemintasan The Jongos yang dimainkan oleh Dapur Seni Jogja.
Yang dibimpin oleh Toto Raharjo, didirikan pada tahun 2011. Dapur Seni Jogja ini merupakan komunitas lintas disiplin, baik itu sastrawan, budayawan, seniman. aktivis demokrasi, aktivis pendidikan, aktivis lembaga swadaya masyarakat, dan lain-lainnya. Lembaga independen ini sangat concern, peduli, dan bekerja untuk penguatan kebudayaan, demokrasi, dan kemanusiaan. Dan penyelenggaran pemintasan Tejongos malam hari ini merupakan kerjasama Dapur Seni Jogja dengan Sanggar Anak Alam, Shalam, kemudian Yayasan Budaya Kepala. Kuntur 49 Jakarta, Fakultas Seni Pertunjukan jurusan teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta serta Dinas Kebudayaan Kundo Kebudayaan.
Sebelum kita akan menyaksikan pembentasan bersama malam hari ini, saya akan mencoba sedikit berbincang-bincang dengan penulis naskahnya, Bung Indra Teranggono. Ya, tepuk tangan yang meriah untuk Indra Teranggono. Selamat malam Bung.
Selamat malam Mas Margono. Sehat. Wah syukurillah, Pung Indra ini merupakan pemintasan yang kedua, malam kedua ya.
Nah kenapa dipintaskan harus dengan dua malam? Dan apa yang mendorong teman-teman dari Dapur Seni Jogja ini memintaskan The Jongos? Dan kenapa harus The Jongos? Kok orang The Batur, kenapa tidak Tuan Besar gitu loh Mas Indra?
Sebenarnya judul ini yang memilih adalah Mas Toto Raharjo. Mas Toto itu sahabat Romo Mangun Wijaya, seorang pastor, kejuang kemanusiaan, dan isais tetap sastrawan. Romo Mangun itu kan terkenal dengan diksi-diksinya yang sangat jenis, misalnya menyebut jongos dan sebagainya. Jongos secara denotatif itu adalah pekerja, laki-laki, pesuruh.
Terminologi ini muncul pada era kolonial. Kita bisa menandainya kalau kita ewoh itu ada laki-laki dengan celana hitam, berbaju putih, jadi laden, pakai peci jadi laden. Itulah jongos. Secara profesi, jongos tidak ada masalah.
Tetapi secara kultural, secara fakta mental, jongos bermasalah karena dia melahirkan apa yang disebut mental jongos atau jongosism. Nah mental jongos inilah yang akhir-akhir ini mengejala pada kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara dimana orang-orang yang sering menjadi agen perubahan ternyata dia bisa dikooptasi oleh kepentingan kekuasaan, dan hanya menjadi stempel atau legitimator. Nah itu yang menggelisahkan kami.
Kemudian pertanyaannya, di mana kaum intelektual? Bung Hatta mengatakan bahwa tugas intelektual adalah mencari kebenaran, kebenaran objektif. Nah, dia juga harus berpihak kepada masyarakat.
Nah, kita mencoba mengusik itu agar kita makin mengenali dinamika dari kemanusiaan kita. Kemudian yang kedua, pertanyaan Mas Margono soal kenapa harus dua hari. Alhamdulillah Mas Margono, peminat teater ini cukup lumayan besar sehingga ada permintaan bagaimana kalau...
kalau dua kali pertunjukan. Dan yang menarik adalah penontonnya tidak hanya dari Jogja, dari Bogor, selamat malam Bogor, kemudian dari Jakarta, kemudian dari Surabaya, dan dari Bali. Artinya apa?
Jogja ternyata masih dihitung sebagai salah satu ukuran dalam dunia percetoran di Indonesia. Kemudian yang... Yang ketiga, saya kira pola-pola temu langsung ini menjadi sangat penting dan relevan pada saat dunia medsos itu mengepung kita. Medsos tidak sekedar menjadi alat komunikasi pada dasarnya, tetapi dia sudah menjadi alih tubuh pikiran manusia.
Manusia menjadi tidak bergerak, manusia tidak bisa ketemu secara langsung, secara tetap muka. Nah, partai. Pertemuan tether semacam ini bisa menjadi upacara bersama untuk saling mengkonfirmasi nilai-nilai. Kemudian terkait dengan siapa kami, kami ini hanya seniman, seniman itu sesungguhnya tidak beda dengan petani.
Kalau petani itu selalu menjaga ekologi dengan sedekah bumi, seniman perlu juga melakukan sedekah budaya dalam bentuk pola-pola estetik. Nah, Nah teater bisa dipandang dalam dua pandangan, yang pertama adalah sebagai peristiwa estetik, peristiwa kesenian, tetapi juga bisa jadi gerakan. Nah gerakan kemudahan itulah yang semestinya kita kembangkan agar apa? Kita bisa menjadi wahana untuk mengenali hal-hal yang penting dalam didik kemanusiaan kita.
Kira-kira begitu Mas Margono, semoga pengantar ini memberikan semacam pemahaman yang lebih utuh dari permintaan ini. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih Bung Indra Teranggono Hadirin saudara penonton The Jongos itu menceritakan Tentang kekuasaan yang dikendalikan oleh oligarki Nah kekuasanya yang dikendalikan oleh oligarki Tentu kita akan tahu akibatnya Hukum akan melemah, kemudian tentu saja demokrasi akan pura-pura anda. Jongos malam hari ini akan dimainkan oleh Joko Kamto, Nevi Butianto, kemudian Eko Winarti, Istinugroho, dan Lintuageng. Selamat malam dan selamat menyaksikan.
Terima kasih. Terima kasih. Terasa dunia ini bagai biada mata hari aku pergi tanpa ada Di mana aku jaring, aku tiada berdaya lagi.
Aduh, duh, duh, duh, duh, duh. Yaudah, kota, kota, kota. Suci yang kau ucapkan Dimana ku cari, dimana ku cari Aku tiada tergaya lagi Aduh, duh, duh Selamat malam Banya! Orkes Melayu, tejamos! Putuslah harapanku, yakinlah aku menunggu.
Putuslah harapanku. Yakinlah aku benar menunggu Kemana ku akan pergi Tempat ternaung diri Aku korban apa saja Bumi untuk yang ku pinta Suka dan derita telah ku terima Tapi akhir tak bahagia Aduh, duh, duh Sini kamu itu, aku ini sadar mau hanya pengen mengekspresikan diri dengan menyanyi Wah, investornya belum ada Tapi tenang, akhir-akhir ini saya heran sama kamu itu. Ini beberapa hari ini kamu kok sentimental gitu, ha? Apa kamu itu ditinggal minggat oleh bojomu? Saya ini tidak ditinggal minggat.
Saya ini memang rindu, tapi tidak rindu kepada istri atau pacar. Hal seperti itu bagi saya itu sudah out. D Aku ini memang rindu, tapi rindu kepada yang namanya Keadilan Obsesimu ternyata luar biasa Yeay Ya Tuhan Ake Apa menu sarapanku hari ini? Bebek peking tuan, ditambah udang goreng-goreng, capcay. Puyung hai.
Oke. Lantas apa lagi? Kalkun bakar setengah matang, Tuhan. Waduh, gotoh, gotoh. Itu dagingnya alat.
Loh, bukannya Tuhan Hakim suka yang alat-alat? Menangani perkara yang alat-alat, aku memang suka. Karena bonernya bisa berlipat-lipat.
Tapi... Tapi kalau daging kalat, aku gak suka. Loh, bukankah daging tuan itu masih kokoh? Masih rangah? Itu dulu.
Sekarang sudah pada ompong. Apa karena terlalu banyak penggigit perkara tuan? Breng! Tua daging marah dukoh.
Tapi ya wajar, Nasrin. Hanya orang kaya dan berkuasa yang berhak marah. Tidak bisa, tidak bisa. Kita orang kecil juga berhak marah, juga berhak tersinggung. Tidak, tidak.
Kamu harus ingat, hak kita sebagai jomas itu hanya untuk disuruh-suruh, diperintah-perintah, dan dimarah. Itulah, itulah kodrat jomas yang sejabi. Tidak bisa, tidak bisa. Kita ini setara. Omongan seperti kamu itu harus dilawan, harus didobrak biar egaliter.
Egaliter yulhat. Dasmu. Kamu harus ingat, betua pepatah leluhur perjongosan, sejongos-jongosnya jongos yang radikal masih kalah.
Masih kalah dengan jongos yang selalu mau ditinggas. Kamu itu kalau saya pikir-pikir kok fatalis. Fatalis kamu.
Kamu itu dulu kan aktivis, aktivis yang vokal dan heloik. Kok sekarang berubah? Pih, bagaimana?
Haa, kamu gak paham, Radom. Menjadi aktivis itu ada waktunya, Bu. Jadi, waktu masih muda, kita harus... kiri, karena kiri itu seksi, dan lagi kiri itu menunjukkan kalau kita punya hati nurani tapi kalau sampai tuwek kiri terus, itu kentir, gila, sablen, dan lagi disoriented dan decadent Oh pantas, pantas, pantas Sekarang ini banyak para mantan aktivis Yang pada antri untuk berebut Dan bisa direkrut menjadi komisaris Betul, betul, betul Saran pun cuma satu Yaitu menjadi relawan Karir mereka langsung melecet Tuh Celingkri menjadi Wakil Menteri Celingkri menjadi Komisaris BUMN Celingkri menjadi Tim Ahli Bupati Atau Mbak Telusur Mediting Tank Kamar Kamu tidak menjadi seperti itu, Bu.
Oh, beda. Beda. Beda kan, Mas. Kalau saya ini darahnya darah pejuang.
Hanya pejuang yang konsisten. Selalu menghayati hidup penderita. Termasuk menjadi jongos.
Jongos is never die. Kamas, bagi saya menjadi jongos menikah minang kelaku tirakan. Kaging gayo kamu lianing kesan. Saya sakar bu. Aku ini boring jadi jongos.
Wih, hidup hanya disurah-suruh Wala, hidup koyong mesin yang tak ada tombol On off, on off, on off, on off Wala On off, my darling On off, on off, on off On off, on off Cereee Bu Serel, apa terus kamu mau menjadi revolusi? Membuat revolusi perjauh-jauh gitu? Iya kan? Kamu nanti akan repot, Serel. Repot.
Bagaimana kalau kamu... dicopot dari mesin percomosan kamu akan menjadi repot kamu akan menjadi seperti cacing koget koget Seperti cacing di gerujuk air panas Busre Busre Pamannya sang selu Tak ciro putil Jebulnya bisul Sudahlah Seril Hayatilah Hayatilah dirimu sebagai cacing Eh jangan Aba Mardari Malupada Timbangan Bracelah Palu Pata, Palu Pata, Timbangan Berat Sebelah, Timbangan Berat Sebelah Palu Pata, Palu Pata, Timbangan Berat Sebelah, Timbangan Berat Sebelah minum dulu tuan ini kopi kelotok campur jahe campur cengkeh campur adas pulau aras Dijamin pasti jos Tuhan Semoga Tuhan Atau ini Tuhan, ini Ini berpletok campur endok Endoknya endok bebek Ditambah bubuk merica Tambah bubuk Purwaceng Purwa mulai ceng kenceng Dicamin semua perkara Bapak Busril dan kotor Ya Tuhan Aku minta Wedang Uwoh, campur whisky. Uwoh campur whisky.
Uwoh campur whisky. Kalau ada ya, si San cemplungi kapor baru sama obat nyamuk. Obat nyamuk. Hei, hei, gotoh.
Obat nyamuk. Apa-apaan cowok ini? Selalu saja menjilat-jilat.
Kalian pikir aku suka? Kami ini tidak menjilat wakil. Kami ini hanya sekedar ingin supaya...
hati Tuhan itu senang dan gembira. Justru itu masalahnya. Sudah beberapa hari ini hatiku sulit gembira. Kenapa Tuhan?
Jam tidurku selalu dirampas kecemasan. Napsu makan dan gairah bercinta turun drastis ke titik nadir. Padahal aku ini paling suka makan sambil bercinta. Atau sebaliknya, bercinta sambil makan. Tidak keseretan, tuan.
Weskulino. Tapi tetap saja saat ini, busre dan koto. Walau.
Membayangkan, ngintro-intro saja orang power. Tuan, bagaimana kalau kucarikan amoi yang bening-bening, Tuan? Supaya ga ilah purbawi Tuan itu bisa muncul.
Mak, beli. Kemudian biar padang terawangan. Maksudmu buntak ganti cewek? Tuan, kita mulai dari bawah. SDH, amoi-amoi, wanita emas, perak perunggu.
Wanita seng, jangan Tuhan, jangan. Wanita seng, enggak gebeler. Tapi tetap saja, Bu Sredan Koto. Gairah itu gagal ditegakkan di dalam perjuangan ranjang asmara.
Gagal. Bagaimana Tuhan, kalau saya pijit? Ini ahlinya, ahlinya.
Bisa, Pak? Ah, bisa. Saya ini belajar bijik kepada seorang sinsai. Dulu, tak kala saya di penjara. Ini kan Napol.
Di penjara? Iya, bekas tahanan politik. Coba kakinya, Pak.
Kaki. Bener, Pak? Bisa, ya?
Nggak usah dicopot dia sepatunya. Mas, lho. Eh! Oh, oh! sesuatu yang menggumpal dengan darah tidak lancar sehingga tidak bisa terjadi redakan-redakan yang maksimal iya iya iya tapi sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah sudah bisa kita lihat ini adalah teman teman teman Kalau saya perhatikan Tuhan ini mengalami stress.
You know stress? Stress is kondisi tidak seimbang antara hormonal dan kejiwaan. Ini bahaya ini Tuhan.
Bahaya. This is a very very... It's very dangerous.
Kalau didiamkan... Diam kamu! Diam! Kamu bukan psikolog, bukan psikiater.
Yang profesional saja sering salah. Apalagi kamu. Oceanmu ini loh bikin kepala aku mau pecah.
Sekarang kalian berdua diam, diam, dan diam. Hormati kecemasanku. Siap, teman-teman.
Sekarang... Aku ingin bicara yang penting-penting saja Bicaralah yang penting-penting Yang kurgan, kurgan yang relevan Tuan Hakem, saya ingin bicara yang penting-penting Yang kurgan, kurgan Apa itu? Apa?
Begini, kemarin itu Ada seseorang yang datang kepada saya Mengaku bernama Kodar Kodar Si kodar itu katanya disuruh seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada Tuhan. Busren, kamu harus hati-hati. Jangan-jangan itu bom.
Oh, tidak mungkin, tidak mungkin Tuhan. Nanti bisa dicek. Sebab barangnya ada di sini. Mana, mana, mana?
kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka kamu yang buka hai hai Hai doang wah ternyata uang uang uang uang banyak sekali banyak doang uang banyak dolar dolar dolar dolar ada dollar Singapore Singapore dollar ada dollar US US dollar Monster Lane, Monster Lane, Euronya juga ada, Euronya juga ada, bahkan tidak ada rupiahnya. Kita kaya, kita kaya, kita kaya, kita kaya. Hei, kok kita?
Kok kita? Enggak saja. Menurut ahli bahasa, Tuhan Hakim dan saya itu kita.
Oh gitu, ilmu bahasa ya. Menurut ilmu politik, kita itu maksudnya ad-gud. paham?
oh iya iya i know i know i'm sorry i miss sepuk sepuk sepuk sepuk tuan apa? saya juga mau melaporkan sesuatu yang penting apa itu? this is very very important bujri bujri Beberapa hari yang lalu ada wanita cantik datang kesini Namanya Mergita Mergita?
Cantik, seksi, abunewangi membawa ini Buka Wow Kunci mobil tuan Ini kalau gak Ferrari, Lamborghini, atau Audi Atau paling tidak mobil SMK Ya tuan kita piknik Piknik di negeri impian Piknik di IKN Mana surat-suratnya? Surat Suratnya mana? Saya gandekan Untuk biaya anak saya nyalam Maaf Tuhan, maaf Jika selama ini kami berdua Di dalam memimpin kabinet perjongosan Banyak salahnya Ya, kami kan hanya manusia biasa Tuhan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah subhanahu wa ta'ala iya iya iya oke saya paham Hussain dan Koto sekarang simpan semua barang-barang ini simpan yang terlambat simpan Tuhan Terima kasih. Assalamualaikum Waalaikumsalam Waalaikumsalam Profesor Doktor Prasjimo Saya merasa terhormat kedatangan kamu silahkan Prof silahkan saya suka banget bertemu dengan Profesor Ilil sukanya intermezzo loh Saya ini bukan hakim yang mahal unggul Cuma hakim biasa saja Oh iya, maaf nih Ini profesor mau minum atau makan apain? Siap, siap, siap selalu Saya sudah membawa catering sendiri Ini jus pace Oh, mengkudu Baik untuk diabetes Amatropa, izinkan saya menebak.
Pak silahkan. Saya tahu, ini pasti nasi putih. Tunggusei, seti, sate kelapa.
Salah. Wah, salah. Ini nasi merah.
Ini sayur lodeh. Tempe garik, bontok tawon. Hahaha. Wah, bro, maaf, bro. Ini, sini bro, sini bro.
Ini Profesor Dr. Prasigmo. Ini kok, Bapak Katin yang sendiri takut saya racun. Oh, tidak.
Tidak takut diracun. Karena sesuai dengan SOP agar saya tidak mengalami disorientasi kuliner. Oke, oke, oke, Prof. Maaf, Prof. Ini pasti ada yang maha penting sampai Prof. Dr. Prasjik mau datang ke sini.
Tepat. Saya ingin mengabarkan salam dari Pak Prof. Pak Rurah sangat senang karena Tuan Hakim telah mendalankan skenario dengan mulus. Skenario?
Ya. Pak Rurah, Pak Rurah, Pak Rurah. Jangan kurang-kurang jatah. Jangan kurang-kurang jatah, Pak Rurah. Di dalam perebutan tampuk kepemimpinan nasional, kita telah memenangkan.
Pak Lurah sangat senang karena bisa mengaktifkan diri kembali walaupun orang lain yang mengerjakan. Orang lain? Iya.
Tuan Hakem mesti paham bahwa kekuasaan itu harus sesenai. Wah, Pak. Kalau soal itu saya sangat paham.
Saya sangat paham. Tapi... rasanya kok masih ada yang mengganjal ya, apa itu? Bagaimana saya harus bilang?
Boleh saya bicara jujur? Oh silahkan Boleh saya bicara jujur? Boleh saya bicara jujur?
Saya tahu itu Igniti Masyarakat menganggap kita ini sudah tidak punya lagi nasional Bahkan ada yang bilang kita ini tidak punya martabat Nah segala-galanya dilakukan agar menang Ini lho Prof yang memilih sakan saya. No, no, no. Di dalam pertarungan merebut kekuasaan, tidak perlu martabat. Biarkanlah soal dignity diurus oleh pakan etika dan moral. Dan Tuhan Hakim harus belajar mengikis rasa malu.
Ingat doktrin kita. Aja Tiga, Muka Tembok, dan Bangka Seribu Kalau ada apa-apa lari Tentang-tentang, bagaimana ya? Tenang, tenang Intinya, saya nanti kesini Ingin mengabarkan bahwa Tuhan Hakim mendapat banyak sekali bonus Bonus?
Apartemen mewah Mobil mewah, pom bensin, tapak udara, depositori, mana-mana, bahkan saham di berbagai perusahaan. Masih ditambah satu lagi. Tambang 5 Bukan kan soal tambang sudah menjadi jatah Masih ada satu area yang saya sisikan untuk Tuan HG Masih saya tambah lagi Banyak bonus penghargaan Dan jangan lupa Gelar kepahlawanan Kok gelar kepahlawanan kan untuk yang sudah mati Yang penting nikmati saja Yang penting nikmati saja Semua yang harus berkata Waktu saya tidak banyak Saya harus menjalankan agenda lain Bisnis para penggede kita itu Ngegirisi Gilani Jici Hei!
Diam dong! Kalian berdua ngupain ya? Awas! Kalian berdua harus bisa menjaga rahasia ini Kalau sampe bocor kekalaya Tak gantung kalian!
Iya, iya, iya Ada apa Tuan Hagen? Panas? Ada apa Tuan Hagen?
Panas? Kok seperti ada yang digerisahkan? Panas? Panas dimana Tuan Hagen? Tuan Hagen, kok kayaknya Tuan ini kurang happy?
Ada apa Tuan? Ujol-ujol Panas? Tuan Hakim, kenapa dengan jubah ini Tuan?
Kenapa? Bukankah jubah inilah yang dulu Tuhan pakai ketika memutuskan perkara di mahkamah undang-undang itu lho? Wah!
Keputusan Tuhan sangat fantastis! Putusan Tuhan sangat fantastis! Bisa menyulap seorang anak ingusan menjadi mahapati kerajaan!
Wakil Presiden! Tuhan! Kami bangga. Saya bangga, kami semua bangga atas putusan Tuhan.
Putusan Tuhan, ngini tenang. Bangga. Bangga, bangga, bangga. Gudalmu itu.
Justru karena putusan itu, aku jadi cemas. aku dan hati-hatim yang lain dihujat, dicatih, dihina, didestan, sangat menyakitkan oh dihujat, dicatih, didestan, oh Tuhan, Tuhan dibuli oleh sama para basah Oh jangan takut Tuhan Tuhan kan bisa menyewa Berserah lain Yang lebih kanas, lebih sadis Lebih brutal Kalau Tuhan mau Saya ada stoknya Ada stoknya Tuhan mau apa? Mau pensiunan seniman? Ada Mau mantan aktivis? Ada, mau mantan intelektual?
Oke, bagus. Nah, aku tidak butuh dukungan apapun dari kalian, termasuk baser. Saat ini yang aku butuhkan hanya kepingin melepaskan beban pikiran Makanya sekarang buang jauh-jauh jubah itu atau bakar saja Tuan Hakim, bukankah ini adalah jubah kehormatan? Iya, tapi itu untuk para Hakim yang masih terhormat Bukan untukku lagi Sekarang buang Buang Buang Bagaimana kalau di lelang saja Tuhan?
Di lelang saja Harganya pasti tinggi sekali Tapi uangnya bisa diberikan kepada yatim piatu Hei! Kamu tahu siapa yatim piatu itu? Yatinnya saya, piatunya saya Ya Tuhan, kami memang yatim piatu yang tidak dipelihara negara Sepertinya negara selalu sadar untuk lupa Oh ini bukan soal bagi-bagi bansos, bukan, bukan. Ini soal rasa bersalah, soal rasa berdosa. Dan beban ku sedikit berkurang jika lo coba itu jauh dari ku.
Sekarang buang, buang. Kok ku rasa Tuhan Hakem ini berlebihan, Tuhan. Biar kan jubah ini tetap berada di tempatnya yang terhormat. Busri, busri.
Tapi setiap kali aku melihat jubah ini, perasaanku selalu teraduk-aduk oleh rasa bersalah. Kepalaku ini seperti digepok oleh jutaan makhluk gelap, hitam, kotor, air, bacit, melebih bangkai tikus. Oh, itu halusinasi tuh.
Loh. Biasa pikiran kosong sering dimasuki bayangan-bayangan buruk. Itu karena kondisi otak dan jiwa tidak konektif.
Diam. Diam loh kamu. Sekali lagi kamu ceramah takut tuh kau tidak dapat. Bantuan dan PRT seumur hidup Hei Apa-apaan kau ini Kepalaku ini tidak pernah kosong Selalu sibuk, selalu penuh Bahkan ini Mengkap-mengkap bau meledak Tuan Daging Saya rasa Tuan ini perlu konsultasi Dengan yang namanya paranormal Sebab Ini pasti ada hubungannya Dengan hal-hal yang bersifat Spiritual Pustre, pustre, pustre dengerkan ya, aku ini sekolah sampai Harvard selalu dididik untuk menjadi manusia rasional saya kira dokter jiwa lebih paks Sudah 50 dokter jiwa memberi treatment penyembuhan padaku, semuanya gagal total. Ahahaha!
Apa? Bagaimana kalau cuci otak? Hah?
Brainwashing maksudmu? No, no, no. This is the real cuci otak.
Really cuci otak? Iya. Really? Iya.
Maksudnya? Kagungan ipun mustoko di pelatok. Oh. Kemudian diambil otaknya. dan dicuci kemudian disikap kemudian diketruti asam seru kuat maka akan keluarlah Akan dileteklah lendir-lendir destruktif yang bikin Tuhan mengalami disorientasi pikiran.
No! No! Tidak! Tidak! Aku lebih percaya pada diriku sendiri, karena aku lah dokter pribadi bagi diriku.
Sekarang kalian berdua jangan batak, buang jubah itu, atau bakar saja! Siap, Tuhan Hati! Rajik Maulid, rakyat bergerak Demonstrasi dimana-mana Tenang, tenang, tenang Oke Mahasiswa Demonstrasi itu merupakan dinamika dalam demokrasi.
Biarkanlah mereka mendemonstrasi, tetapi gerakan mereka tidak akan sebesar 98. Karena mahasiswa sudah tidak solid lagi, mahasiswa sudah terkecangkan. Jadi, tenang saja, tenang. Guru besar, guru besar turun ke jalan. Hahaha.
Tenang saja, mereka tidak signifikan. Kita tunggu saja sampai alfasnya habis. Selama Oli ganti membebak kita.
Kita akan baik-baik saja Oh, mau menggunakan rejek ini? Oh, tidak gampang, Bu Menumbangkan rejek ini Rejek ini sangat kokoh, kuat, cerdik, melebihkan rejek Mereka menggunakan sistem Pembangunan ototarian dan ada yang singkat, populisme ototarian. Jadi, selama politik yang memberikan kita, kita harus aman. Yang penting, tangkap para penyusup, tangkap para penusup, tangkap mereka semua.
Terima kasih. Dan demokrasi Kenapa hukum dan demokrasi Mesti dibunuh Karena nyeribeti Nyeribeti Bagi mereka yang ingin Berkuasa selama Lamanya Kenapa mereka ingin berkuasa Selama lamanya Apa tidak capek Tidak, saya tidak menang. Saya sudah kecil. Tersinggung! Anda tidak dapat.
Sedikit-sedikit tersinggung. Tersinggung sedikit-sedikit. Intro Oto Ya Gusren Sejongos-jongosnya jongos Kita ini lebih beruntung Dibanding dengan jongos yang terhormat Ya Sejongos-jongosnya jongos yang waspada Masih lebih beruntung Katimbang jongos yang lupa Setidak-tidaknya kita ini tetap taat dan setia dengan undang-undang dan kode etik perjelasan secara konsisten. Yah, kita kaum miskin memang selalu konsisten menghayati kemiskinan.
Haji Geri, kamu ini gak bisa diadak serius. Bagi kita orang miskin, batas antara guyon dan serius terlalu tipis. Setipis harapan kita yang setipis.
Setiap hari selalu terkikis. Kita ini harus melihatkan dengan Tuhan Hakim kita itu loh Tuhan Hakim kita itu adalah Hakim yang profesional dan top Dia disegani dan ditakuti dari orang-orang suci sampai korupsor dan para maling Dia adalah karang tegar yang menaklukkan gelombang lautan Tapi itu dulu Acik keren Malah deklamasi Terus jubah itu mau kita apakan? Eman-eman ya kalau dibuang atau dibakar Bagaimana kalau dirawat?
Ya rewat aja Ya entah sawang-sawang Aku kok jadi kepengen nempel kamokpet Terus? Kepengen Jajal, semua nonggo aku Aku gogo bikin jajal Bak doko yang go Kamas weh ngeresahkan Om yo Saya jajalnya ya kamas Hati-hati Hati-hati Ini jubah keramat Harus hati-hati Ya! Elek, elek! Ya, awas! Bukan kok!
Oe punya nama Tampung. Oe dokter akut. Oe hakim dari Tiongkok.
Oe Cina. Bukan Cina, tapi Tiongkok. Oe masih keponakan hakim Jatsbong. Oe hidup zaman...
pasti bersemayam di hati kepala raja untuk memisihkan kebenaran volme dan kebenaran substansi tapi justru, justru karena itu oh waduh cia, dicia dari belakang oh cia, cia minggi Manjit kewajaran dan menganut oleh Rady. Tugas kami adalah menguatkan hakim yang jujur, jujur lebih. Hakim yang jujur, tetapi sedihnya setiap hakim yang saya datangi selalu menolak dan dia menjeblak saya, menlemparkan saya ke tempat asing.
Tapi OSD, karena setiap hakim yang tidak mau ke Pocong Mandi, dia akan jatuh ke lembah kegunaan, akan jatuh kecombelan. Uhuuu... Uhuuu... Uhuuu...
Uhuuu... Uhuuu... Uhuuu... Uhuuu...
Uhuuu... Uhuuu... Wah!
Saya tadi habis persil ke Lilincagat. Aku sudah tahu, aku sudah tahu. Kamu tadi itu Kang Selupan.
Oh. Kerabuan. Oh. Kang Selupan Demit yang bernama Tongku.
Oh, Demit Owe. Oh iya. Sekarang ganti aku yang coba Ya, coba ya Kang Mas Hati-hati ya Kang Mas Agak ketenang Kang Mas biar lebih Abdul Terima kasih telah menonton Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, anak-anakku, anak-anak revolusi yang gigih dan tahan banting. Kemarilah kalian, kemari, mendekatlah kepada aku.
Akan aku tiupkan api suci revolusi total. Revolusi yang lahir dari batin yang paling dalam, paling esensial. Tess bukan hanya sekedar revolusi mental yang ternyata hanya dimik-dimik licik dan abal-abal itu.
Bukan. Kenapa aku mesti meniupkan api revolusi? Karena api revolusi kalian telah padam.
Sehingga kalian hidup tanpa harapan. Gelap! Sarwopeteng dedet lelimengan, anyep, katyosiniram banyuwayu, sewindulawase.
Dan di dalam gelap yang pekat itu, oligarki merajalela. Oligarki merampas hak-hak hidup kalian. Apa impact-nya?
Apa impact-nya? Apa dampaknya? Dampaknya kalian hanya menjadi bangsa jongos! Yah! Bangsa jongos!
Yang hanya bisa bilang, Yes sir! Please sir! Welcome and please invest to my country sir! Kata-kata apa itu?
Opo! Padahal dulu aku katakan kita ini bukan bangsa jongos, kita adalah bangsa yang mandiri, berdikari, berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita adalah bangsa yang seperti siap hari digembleng oleh keadaan, digembleng hampir hancur lebur, bangun kembali, digembleng hampir hancur lebur, bangun kembali. Tapi kenapa kalian tidak pegang amanatku dulu itu?
Kenapa? Duh, Gusti. Ampunilah kami, Gusti.
Ampunilah anak-anak kami, Gusti. Mereka telah diterikung oleh para pemimpinnya sendiri. Oleh kerja itu, ayo!
Kita buktikan kita punya kedaulatan. Ini negara berdaulat. Berdaulat di dalam politik, mandiri di dalam ekonomi, dan berkepribadian di dalam budaya.
Ayo, surut, surut kembali api revolusi. Nyalakan, kubarkan, kubarkan api revolusi. Kubarkan!
Wah, wah, wah, wah, wah, wah. Pidatumu berapi-api. Untung rangup, Bang Umar.
Kamu pantes menjadi pemimpin sendiri. Pantes. Ketika aku pakai jubah tadi itu, seperti ada tenaga yang menggerakkan kecerdasan. Ternyata aku ini ya cerdas ya, Seri.
Ya, kamu memang cerdas. Tapi yang jelas, ini membuktikan bahwa jubah ini masih bertuah. Ya betul, betul. Jadi masalahnya bukan pada sang juri. Terus tetapi pada sang hakim yang pongak Terus ini lajeng katus putih tugas kita kan Bagaimana kalau jubah ini kita lanum saja ke segolong itu loh Kamas, biasanya pakaian yang dilarung ke segoro gitu itu adalah lungsuran para raja.
Loh, hakim kan juga raja. Raja kebenaran itu kalau hakimnya benar, kalau mencang. Menurut kamu hakim kita ini benar atau mencang? Oh, luas. Plastis.
Elastis. Nyak-nyak benar, nyak-nyak mencang. Nyak-nyak benar, mencang, mencang. Benar, mencang, mencang, mencang. Tergantung pulus.
Maka putusannya sering disebut putusan. Fulusia alias Ngawuria alias Ragusia. Bes, gak usah gibah.
Ini tugas kita ini gimana? Coba ini mau kita apakan? Bagaimana kalau jubah ini kita simpan saja, kita serahkan saja ke museum kelam bangsa.
Hidup-hidup bisa dijadikan kocok benggolo banyak orang. Apakah mas tahu kontak personnya, kepala dinasnya? Saya tahu, kenal saya orangnya.
Dia itu seorang mantan koruptor yang sekarang sedang gigih belajar untuk menjadi orang jujur. Ya lulus. Orang lulus. Kang Mas, namanya siapa?
Namanya, siapa ya? Murtaddo Siapa? Murtaddo Murtaddo Ya ya, aku anak Kamurtaddo Aku repot amat Kirim pake gosen aja kan Ayo Terima kasih.
Oh, kenapa? Kenapa? Kenapa untuk meyakini kebenaran? Jiwaku mendadak mengikis. Hingga aku terlempar di ruang asli Kain-kain seperti anjing Kenapa kebenaran itu Dada menjauh Menjauh Lalu Saya pupus di awan gelap dan mengejar kakiku mendekat Terima kasih.
Kalian yang mengaku pembela demokrasi atau siapa saja yang sok idealis, kalian boleh saja menganggap mahkamah kami hanyalah mahkamah ketonggeng yang kerjanya hanya menjepit, menggigit pasal-pasal kebenaran agar lemah dan tak mampu bicara. Silahkan kalian semua hina kami. Silahkan. Moga!
Tapi kalau... Tolong jangan siksa kami dengan tatapan mata kalian yang tajam, berkilang-kilang, mengupas jiwa kami. Tolong, kami tidak sanggup menatap mata kalian. Kalian mestinya tahu, ada ratusan, bahkan ribuan moncong senjata yang diacungkan di kepala kami sebelum putusan itu kami ambil. Semula kami memang tegak, mampu mengumpanyai.
Nah, lama-lama ya keder juga, deredek juga ketika peladuk senjata itu siap ditarik dan kami ini membayangkan kepala-kepala kami ini akan pecah, darah muncrat, dan otak kami akan terbunuh. Hanya ada satu jalan. Untuk menyayangi nyawa kami, hanya satu, hanya satu, memenangkan pihak-pihak yang semestinya kami. Kalian paham kan? Paham kan?
Kok diam? Atau diam-diam kalian tidak percaya pada pengakuan ku tadi? Bisa jadi menurut kalian, kami ini tidak sedang mengancam senjata, tapi dikoda dengan uang ratusan miliar.
Dan kami pun langsung merunduh, menunduh seperti penghubung. Kalian semua terlalu kecil. Mestinya kalian percaya kami menyerah karena tontonan senjata Biar kami merasa seperti hero ini Asal payah Payah Kalian semua payah Payah Payah Lihat ini marino, kekuatan abah ini, sempat usirinmu toh Usirinmu toh cepat Kota, kota, kota semua pintu Ganteng semua pintu Oh, ditelanya! Tuntas semua ditelanya! Tuntas!
Tuntas! Tuntas! Ya, ini adalah waktu kacang! Oh, lubang, lubang, lubang, angin, lubang, angin, tutup, busrel, tutup, tutup semua lubang, angin, tutup seluruh pori-pori dinding, jangan biarkan mereka merobot masuk, tutup semua lubang, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tutup, tut Jangan lupa like, share, dan subscribe channel ini untuk dapat info terbaru dari kami. Hosea, katalah, kenapa kalian biarkan mereka masak?
Oh, wajah mereka merah terbakar, mata mereka nanar penuh api, berkilat-kilat. Kiki-kiki berikan runci dan tajam, siap ngermus dan menggirgah kepala. Oh, musim kuat Tuhan.
Kalian berdua, paham saya siap. Kenapa kalian mau membunuh? Kenapa? Heh?
Kalian biji ragu takut? Tidak! Maju? Ayo siapa yang mau maju? Aku siap menumpahkan timah pada sini ke jantung kalian.
Iya! Limpat! Kalian seperti kelebatan siluman campur setan campur iblis! Maaf. Maaf, aku hebat.
Setan, siluman. Maaf, nama kalian aku sebut padahal aku yakin kalian tidak ikut jawab-jawab dalam soal ini. Aku gila.
Aku gila. Aku gila. Aku gila. Hai! Kenapa kalian hanya memburu nyawaku?
Kenapa? Kalian mesti nyata Bukan hanya aku yang memutus perkara ini Tapi 5, 6, 7, 9 hakeli Kenapa mereka tidak kalian? Kenapa? Kenapa?
Kenapa? Turunkan silahkan ya, turunkan, turunkan, turunkan Kita bisa bicara baik-baik sambil ngopi Silahkan duduk, silahkan duduk ya Silahkan Duduk dulu, duduk dulu Kita bisa bicara baik-baik sambil ngopi, sambil merokok. Oh iya, kalau kalian butuh uang, sebutkan berapa jumlahnya. Aku bisa kasih kalian dalam jumlah yang tak terhingga.
Seperti yang berdapat penggeleng. Sebutkan, jangan malu-malu, sebutkan, sebutkan. Berapa? Mungkuk, mungkuk.
Kok penggeleng? Eh? Eh? Yang gede, kamu jangan nekat ya.
Kalau kamu menyerangku, tak tembak kepala. Hei! Kenapa malah marah?
Biarkan aku bicara! Biarkan aku bicara! Aku belum selesai bicara!
Kalian semua, kalian semua salah besar. Salah besar! Kalau mengagak, akulah yang menjadi otak putusan berkarah ini.
Salah! Aku ini tak lebih dari sekru. Aku ini tak lebih dari jangas yang harus patuh kepada para juragan, tepatnya oligarki.
Sekali lagi, oligarki. Hingga aku terpaksa, terpaksa harus memenangkan mereka. Karena mereka kuat, punya uang, punya seginjah.
Di luar oligarki, semuanya adalah korban. Kalau kalian menganggap keputusan ini untuk melanggengkan kekuasaan, terserah kalian. Hak kalian untuk menilai.
Oh, sebenarnya aku ini sangat sedih, ha? Sedih! Sedih dengan keputusan yang melukai rasa keadilan kalian semua.
Aku sedih, tapi aku tak berdaya. Sekali lagi, aku tidak berdaya. Tuh, mereka terlalu kuat untuk dilawan. Jumlah mereka sangat banyak.
Berhimpun-himpun. Dan kemampuan mereka berlapis-lapis. Sedangkan aku...
Aku tak lebih dari hakim karir biasa, yang rapuh, ringkeh, dan beda. Kok malah melotot, malah membelalakan mata, slow, slow, slow. Seneng, aku ini selalu bicara jujur, karena aku memang orang jujur, tapi tak berdaya dan tidak muncul.
Kok masih kalian sinis tuh? Kok sinis tuh? Hei!
Kenapa kalian menunda? Jaga etika! Kalian anggap kami tidak punya etika dan moral?
Etika dan moral itu relatif, sangat relatif, boom and boom and boom. Relatif, etika dan moral tidak berada di atas itu. Hukum bisa berjalan sendiri tanpa payung etika.
malah mengacung-acungkan senjata sebentar sabar sabar sabar terus mau kalian apa? menuntut aku untuk membatalkan keputusan perkara itu mustahil keputusan itu sah dan menikah kenapa kalian berdesak? keputusan keputusan Mundur! Mundur!
Kenapa kalian akan menjengkel? Lepaskan! Lepaskan! Lepaskan!
Atau bimah pada sini harus aku mutakan! Kalau kalian semua nekat, aku juga nekat! Sehingga jumlah karyawan malah semakin banyak. Timpani-timpani BANGSA Terus kita ikut siapa kutu? Ya ikut oligarki bro Kalau kamu mau ikut oligarki silahkan Tetapi aku tidak Tidak, tidak dan tidak Bertahun-tahun aku selalu bilang iya, tapi untuk kali ini aku katakan tidak!
Tanpa oligarki, kau, kalian semua! semua akan menjadi keladangan tetapi jelandangan yang berakal waras jauh lebih baik dibandingkan dengan raja atau pangeran di istana yang awur dan kepeliner lihatlah Ratusan juta orang miskin berbares di Cakrawala Mereka akan nekat bila saatnya tiba Jangan terlalu GR kalian Untuk bisa terus menerus mengangkangi negeri ini Tidaknya kalian tahu, Alias bisa membuat perubahan. Ilusi, itu halusinasi.
Lihatlah. Semua orang sekarang tiarap mencari keselamatan hidup masing-masing. Mana bisa ada perubahan? Aku tidak mau bicara dengan orang yang sakit. Jalan kita berbeda.
Aku lebih memilih mengikuti suara orang-orang yang merintih karena ditindik. Dan di dalam inti suara orang-orang yang merintih itu, Aku menemukan Tuhan! Ini bukan mitos, ini kenyataan. musim lalu kamu mau pergi membawa lari berkarung-karung rahasia tuan hakim yang akan kamu jual kepada para pembantan iya iya ayo tembak aku Baru saja kita saksikan bersama, dimainkan oleh Joko Kamto sebagai Tuan Hakim, Nevi Butianto sebagai Bu Sreel, dan Koto diperankan oleh Eko Winartikipekel. Kemudian...
Istinugroho Lintuageng Ya, Istinugroho Sekaligus sebagai sutradara Pendules Naskah Indra Pranggono Penata Musik Totora Harjo Asit Dewa Cicit, kemudian Dewiti, penata suara Pentil, Peti Kusumo, penata cahaya Wardono, penata artistik Vincencios Dwi Mawan, penata rias Gito Gilang, dan... Kontributor ide adalah Simon Hati. Tentu saja atas tersenggaranya pemintasan The Jongos malam hari ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kebudayaan Kundo Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta Bapak Hariman Siregar Bapak Dr. Denit J.A. Teman-teman dari Progres dan juga Bapak M.H. Ainu Najib Bapak Marjono, Direktur Pusat Kuliner Jaman Edan Anton Prabu Semendawai, kemudian Bapak Nanang Arisona, Bapak Caltur, Bapak Iwan Saleh Irawan Sarjana Hukum Magister Hukum, kemudian Bapak Bambang Sigap Sumantri, Bapak Aji Arisujito, Ibu Nana Ernawati, Yayasan Arkom Indonesia, Harian Kompas, kompas.id dan kompasiana.com, Harian Kedaluan Rakyat dan kr.com, kemudian Harian Radar Jogja.
Harian Tribun Jogja, Harian Jogja dan Bapak Hari Sutrasno serta Bapak Irawan Royal House dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Tentu saja semua kontribusi yang diberikan sangat berarti sekali, sangat bermakna sekali bagi pemintasan kami. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya. Kita akan jumpa lagi di lain kesempatan. Selamat malam.
Selamat malam. Terima kasih.