Transcript for:
Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

Hai, saya Reskiani Mas Bakar. Salam sejahtera buat kita semua. Hari ini kita akan membahas hal yang sangat penting dalam sebuah proses penelitian, yaitu instrumen penelitian, validasi, dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif.

Kalau kita ingin mengetahui Berapa tinggi sebuah meja, maka tentu kita perlu mengukur meja tersebut melalui sebuah alat ukur atau dilakukan proses pengukuran. Nah, instrumen itu merupakan alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Cara tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang objektif. agar pada akhirnya juga akan mendapatkan sebuah kesimpulan penelitian yang objektif. Instrumen penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, dan menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.

Dan ketika berbicara instrumen penelitian, ini merupakan sebuah alat bantu yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mengumpulkan alat penelitian. Kumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang akurat sehingga hasil penelitian itu dapat dipertanggungjawabkan. Ketika kita berbicara tentang data penelitian, maka dapat bersumber dari Data Primer dan Data Sekunder.

Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Contoh Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden bisa melalui FGD, kelompok diskusi, questionnaire, atau juga data dari hasil wawancara dengan arah sumber. Lalu data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.

Media perantara di sini dimaksudkan diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Contoh dari data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan. data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

Itu merupakan data sekunder. Ketika kita berbicara tentang instrumen penelitian, maka kita akan membahas terkait dengan alat bantu yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. Nah, di pertemuan sebelumnya, kita sudah membahas ada beberapa macam pengukuran. dalam bidang psikologi ada self-report, ada perilaku atau behavior, dan juga bisa melalui pengukuran fisiologis.

Nah, dalam penelitian survei pada umumnya, alat bantu yang sering digunakan dalam bidang psikologi dapat berupa skala dan questionnaire atau angket. Seringkali kita mendapatkan pertanyaan sederhana seperti apa itu skala? Atau apakah skala dan angket adalah hal yang sama?

Nah, skala memuat pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur oleh peneliti, melainkan diungkap melalui indikator perilaku dari atribut. Skala psikologi memiliki banyak item pada umumnya. di mana jawaban responden terhadap item-item tersebut merupakan indikasi terkait atribut yang hendak diukur.

Di slide sebelumnya sudah dikemukakan bahwa skala memuat pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur. Tetap. tapi menggunakan indikator perilaku dari atribut tersebut.

Nah, pada slide berikut ini, perbedaan antara skala dan angket adalah sebagai berikut. Di dalam skala, pada umumnya data itu berupa deskripsi mengenai aspek kepribadian, sedangkan di angket adalah data faktual. Oleh karena di angket adalah data faktual, maka pertanyaannya pertanyaan yang langsung terarah. Tetapi kalau pada skala, responden berikut. Tidak menyadari pertanyaan yang diajukan ini adalah pertanyaan atau pernyataan yang mengungkapkan jawaban yang tidak secara langsung menggambarkan keadaan subjek.

Ini adalah bentuk-bentuk pertanyaan atau item pernyataan di dalam skala. Lalu kemudian karena pertanyaan atau pernyataan diungkap tidak secara langsung, maka Responden itu tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki di dalam skala, karena sekali lagi pertanyaan atau pernyataannya itu tidak secara langsung mengungkap atribut yang hendak diukur. Sedangkan pada angket, karena pertanyaannya langsung dan terarah, maka tentu responden tahu informasi apa yang sedang dikehendaki. Di dalam jenis data, Pada umumnya, skala menggunakan scaling, scale, dan pada angket adalah klasifikasi atau coding. Validitas dan realitas di skala, ini tentu harus memenuhi syarat dalam psikometri dan harus sesuai dengan atribut yang terungkap dalam pertanyaan atau perpernyataan.

Sedangkan angket, Setelah hasilnya diperoleh, setelah jawaban responden telah ada, maka tidak perlu diuji. Selama tujuannya jelas dan informasinya lengkap, tidak perlu reliable secara psikometrik. Dalam skala Likert, kita mengenal dua jenis item, yaitu favorable dan unfavorable.

Item favorable ini mendukung konstrak yang hendak diukur, sementara item yang unfavorable merupakan pernyataan yang opposite atau kebalikan dari item favorable. Item tersebut akan berdampak pada cara pemberian skor masing-masing item. Biasanya di dalam jurnal kita kenali dengan huruf R atau yang dikenal dengan reverse.

Ini menandakan bahwa pemberian skornya harus dibalik dari misalnya skor 1 menjadi 5 atau respon skor 2 menjadi 4, dan seterusnya. Jadi, tujuan pembuatan item favorable dan unfavorable adalah untuk menghindari bias berupa stereotype respon. Selain itu juga, favorable dan unfavorable dibuat dalam sebuah skala adalah untuk menghindari ada kecenderungan responden memberikan tanggapan yang mekanis, yaitu semuanya ditulis setuju, dijawab setuju, atau misalnya selalu tidak setuju.

Di slide berikut ini merupakan contoh untuk variable kepuasan kerja. Nah, seperti apa model dari item? pernyataan favorablenya. Saya nyaman bekerja di perusahaan ini dan akan tetap di sini sampai masa pensiun.

Jadi, favorable sekali lagi, seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa untuk mendukung konstrak yang hendak diukur. Nah, yang non-favorable atau opposite-nya, contoh itemnya misalnya, saya merasa risih dan bosan bekerja di perusahaan ini. Dan jika ada kesempatan, saya akan resign.

Lalu bagaimana pen-scoringnya? Cara pemberian skor pada skala Likert biasanya kan 1-5. Jadi kalau dia favorable, mulai dari sangat tidak setuju pada umumnya ya, sampai sangat sesuai.

Atau bisa dalam bentuk respon intensitas. Misalnya selalu sampai tidak sama sekali, tidak pernah sama sekali. Nah, favorable itu bergerak dari yang paling kecil.

yang sangat tidak sesuai karena tidak mendukung, sampai lima yang sangat sesuai. Ketika item itu berupa item unfavorable, maka tentu pemberian skornya dibalik, atau yang saya sebut dengan reverse. Atribut psikologi merupakan konsep teoretik yang tidak dapat diukur secara langsung, seperti pada slide sebelumnya yang saya telah sampaikan.

Dan setiap atribut memiliki lebih dari satu teori, maka perlu dipilih teori mana yang paling sesuai dengan tujuan pembuatan alat ukur. Pemahaman terhadap konsep teoritik sangat penting, sehingga dalam memahami konsep teoritik perlu dilakukan dengan ahli di bidang yang berkaitan dengan konsep yang akan digunakan. Di dalam atribut psikologi, kita mengenal dimensi atau aspek keperlakuan. Ini merupakan pengurayan atau breakdown dari konstruk menjadi konsep keperlakuan yang lebih konkret untuk menggambarkan ciri orang yang memiliki atribut yang hendak diukur, itu yang disebut dengan indikator perilaku.

Jadi, penyusunan alat ukur psikologi diawali dengan Penetapan konstruk atau variable, lalu konstruk tersebut harus dijelaskan dengan jelas, apa definisinya, dan lain sebagainya. Kemudian peneliti memastikan bahwa ia memiliki perbedaan dengan konstruk-konstruk yang lain. Ini yang tadi disebut dengan begitu banyak teori yang tidak hanya satu teori itu adalah satu atribut.

Jadi banyak. Teori-teori, nah di mana konsep teoretik ini dimanifestasikan pada aspek-aspek dan dari aspek diturunkan menjadi indikator perilaku. Indikator perilaku ini yang menjadi dasar dalam kita menuliskan item, dalam membuat item.

Nah item yang sudah dibuat nantinya itu harus direview oleh peneliti sendiri. Boleh juga oleh second reader atau rekan sebaya, ahli pada konstruk tersebut, ahli tata bahasa, ataupun responden yang karakteristiknya akan sama pada responden penelitian kita untuk memastikan bahwa item tersebut memang mengungkap hal yang hendak diukur. Berikut ini adalah contoh dari atribut psikologi yaitu perilaku konsumtif.

Dimana perilaku konsumtif ini memiliki tiga dimensi yaitu pembelian impulsif atau impulsif buying, pemborosan, wasteful buying, dan mencari kesenangan atau non-rational buying. Jadi perilaku konsumtif ini adalah atribut yang kemudian turun ke bawah adalah aspek atau dimensi berupa perilaku impulsif, pemborosan, dan mencari kesenangan. Dari aspek atau dimensi ini lalu kemudian turunkan lagi menjadi indikator perilaku. Indikator perilaku seperti pembelian impulsif ini adalah keinginan sesaat.

Tanpa pertimbangan. Pada aspek pemborosan, tidak hemat, mengikuti tren. Itu merupakan indikator perilaku. Dan pada aspek mencari kesenangan adalah mengalami perasaan senang dan mencari kepuasan sebagai indikator perilaku. Nah, dari indikator perilaku yang ada di bawah ini, kotak-kotak yang ada di bawah ini, kemudian peneliti membuat item-item pertanyaan.

Nah, jadi dapat disimpulkan bahwa atribut adalah suatu konstruk teoritis yang ada secara hipotetik. Jadi atribut ini merupakan suatu konstruk teoritis yang dikonsepkan. Jadi teoritis yang dikonsepkan guna mendeskripsikan Dimensi psikologi yang terdapat dalam diri individu.

Lalu dalam atribut tentu akan diturunkan menjadi aspek atau dimensi. Nah aspek atau dimensi ini adalah penjabaran dari konstruk atau konsep yang lebih dioperasionalkan. Nah dari aspek dan dimensi ini turun menjadi indikator perilaku.

Jadi indikator merupakan bentuk keperlakuan yang diturunkan dari aspek atau dimensi perilaku. Nah, dari indikator perilaku inilah kemudian peneliti merancang, menuliskan pernyataan item-item yang mendukung, yang sesuai dengan konstruk teoritis. Setelah kita menentukan atribut, lalu aspek dimensi, dan indikator perilakunya, maka langkah berikutnya adalah kita membuat kisi-kisi dan blueprint.

Kisi-kisi dan blueprint ini disajikan dalam bentuk tabel yang berisi aspek atau dimensi keperlakuan dan indikator pada masing-masing aspek. Aspek yang lebih penting mendapatkan proporsi atau bobot yang lebih besar. Dan perbandingan bobot ditentukan dari teori atau hasil analisis faktor, expert judgment, dan banyaknya indikator pada setiap aspek.

Nah, berikut ini adalah contoh-contoh kisi-kisi dan blueprint yang memuat aspek, indikator, serta bobot di setiap aspek. Aspeknya tadi adalah pembelian impulsif, impulsif buying. Indikatornya adalah keinginan sesaat tanpa pertimbangan. Lalu kemudian yang menjadi fokus kita, bobotnya mau diberikan bobot berapa.

Sekali lagi, bobot ini tentu disesuaikan dengan mana aspek yang lebih penting untuk mendapatkan proporsi atau bobot yang lebih besar. Dimana perbandingan bobot ini seperti yang saya sampaikan tadi, itu berdasarkan dari teori, hasil analisis faktor, expert judgment, dan banyaknya indikator di setiap aspek. Kalau dilihat di sini, indikatornya itu hampir sama, pada umumnya di setiap aspek itu ada dua indikator.

Tetapi peneliti lebih memfokuskan pada aspek pembelian impulsif. tanpa mengabaikan pemborosan dan mencari kesenangan. Nah, validitas merupakan sejauh mana item-item skala tersebut mencangkup konsep yang hendak diukur dan relevan dengan tujuan penelitian. Jadi dikatakan valid kalau alat ukurnya mampu mengukur secara tepat apa yang hendak diukur. Kalau tadi contohnya adalah mengukur meja, maka digunakan meter, itu dikatakan valid ketika alat ukurnya mengukur secara tepat keadaan yang hendak diukur.

Jadi datanya valid. Nah berbagai teknik pengujian validitas akan menghasilkan yang namanya indeks validitas. Dan angka indeks tersebut menunjukkan kualitas instrumen tersebut valid atau tidak valid setelah dikonfirmasi dengan kriteria pembanding.

Validitas terdiri dari dua, yaitu validitas isi, content validity, dan validitas konstruk atau disebut dengan konstruk validity. Apa itu validitas isi atau content validity? Adalah sejauh mana Alat ukur dalam skala relevan atau sesuai dengan indikator dan merupakan representasi dari konstruk teoritik yang hendak diukur dan dinilai layak oleh penilai yang kompeten atau expert judgment.

Sedangkan pada validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dinyatakan valid apabila telah sesuai dengan konstruk teoritis. Ini merupakan contoh dari tabel alat ukur. Di sebelah paling kiri ini adalah dimulai dengan aspek.

Jadi tabel ini adalah alat ukur skala untuk perilaku konsumtif. Jadi aspeknya berupa pembelian impulsif, pemborosan, dan mencari kesenangan. Itu aspek. Aspek dari atribut yaitu konsumtif. Diturunkan dari atribut menjadi aspek, lalu dari masing-masing aspek ini tentu akan di-breakdown lagi menjadi indikator perilaku.

Nah, indikator perilaku di sini seperti yang tadi disampaikan di slide sebelumnya, ada namanya keinginan sesaat tanpa pertimbangan. Dari indikator perilaku inilah yang kemudian peneliti menentukan item-item apa yang menggambarkan, mendeskripsikan indikator perilaku tersebut, dan juga peneliti merancang apakah item tersebut adalah favorable atau unfavorable. Demikian pembahasan teknik dan instrumen pengumpulan data.

Ini adalah referensi yang bisa digunakan. sebagai bacaan lanjutan untuk memahami materi ini lebih dalam. Terima kasih.