Transcript for:
Polemik Nasab dan Pentingnya Ilmu

Coba anda perhatikan sama-sama tukang rongsok ini yang memperhatikan polemik nasab dari awal sampai sekarang Apa dia katakan? Ayo buka pikiran kalian Kalau ngaku pecinta ulama Mesti cinta terhadap ilmu Atau bukan pecinta ulama Tetapi pecinta juhala Dengar ini, tukang rongsok aja bisa membuka pikirannya dengan sejujur-jujurnya Melihat persoalan ini, ente masih bebel Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh guys Ya, polemik nasab Nah, polemik nasab itu Ha, tukang rongsok Tapi ikut menikmati perdebatan di media sosial terutama di YouTube ya rame sekali oleh Mignasab saya pro-imadi tadinya Husnudon sekarang sudah pro-imadi jadi buat pendukung kayak imad namanya imadr buat pendukung Habib Habib berat obat lawarlah istilah baru dunia perongsokan imadr versus baklawar Hai kalau kita mati lepas cari Bahwa polemik nasab itu kajian ilmiah Sampai saat ini belum ada Habib yang arif, bijak dalam menikmati polemik nasab Karena polemik nasab itu kaitannya dengan harga diri Eee Kenapa mereka marah-marah itu karena mereka selama ini merasa nasabnya tinggi. Sehingga ketika digugat, mau habis bakar, mau habis berizik itu marah-marah. Habis mudur, habis sopit, semua marah-marah. Nah di situ diuji kearifan, lebih apa... Kedewasaan, akhlak, adab, kalau orang mereka karena apa ya mereka tidak menyatu, tidak membumi, ya jangankan tahu rongsok, ya tidak membumi, bagaimana? Habib Qureshi Hab, bagaimana membumikan Al-Quran, dimana bumi tipicak disitu langit dijungjung, mereka para Habib, gak ada yang membumi. Kalau membumi ya seperti Wali Songo, walaupun nenek moyang Wali Songo datang. dari Arab atau dari Afrika atau dari India atau dari Gujarat mereka membumi yang menyatu sehingga keturunannya yang menyatu menyatu beda kalau para Habibar itu Pak Lawar itu datang dari Belanda dibawa oleh Belanda mereka ingin menjajah mental spiritual maka yang terjadi adalah Dawir memperbudakan Luar biasa, jadi sampai saat ini. Kalau Mbak Memun sering berdali duduk itu, itu keresannya gustialah. Keresannya gustialah. Walaupun mereka berdali, punya lebih bahwa GIKNU itu hormat sama Habib. Ya, benar. Apalagi itu Habib Wali itu. Yang anti ilmu pengetahuan Habib Wali. Bahwa patokan ilmu nasab itu suhru wal istifadah. Itu mereka para Habib, penggemar-pengemar anti ilmu pengetahuan. Mah, mereka berdali fikih, fikih itu zon. Rasangka fikih itu istihad. Termasuk nasab itu juga bagian dari istihad. Bukan akidah, akidah jelas. Rukun iman ada 6, rukun islam ada 5. Tapi kalau nasab itu istihad. Sebagaimana kayak imat juga sudah beristihad. Kalau guswaf itu anti ilmu pengetahuan. Nasab tes DNA nggak berguna. boleh dengan patokan suroh walis tifadoh suroh walis tifadoh keterkenalan dan keterkaitan apa-apalah di sekilasnya pikir itu bisa direvisi Saksi, kalau nggak perlu seorang ulama musyidah pun bisa. Contoh, untuk pembuktian perzinan itu ada empat orang saksi harus ada sumpah. Sekarang nggak perlu itu. Hai untuk membuktikan seorang berzinah cukup kamu berzinah enggak enggak aku mah apa kamu berzinah mana saksinya enggak perlu saksi kalau enggak ada ah nggak perlu begitu tampilkan ada rekaman ini loh kamu ngakuin enggak Iya cukup video enggak perlu empat saksi itu perlu adanya istihad-istihad baru oke menarik ya Kenapa ini harus disebar-sebarkan dan Kita sekarang bisa mendapatkan kesimpulan bahwa Sampai lapisan terbawa masyarakat memperhatikan persoalan ini Mungkin ada sebagian masyarakat yang belum menerima informasi ini Yang belum memperhatikan ini Tapi mayoritas saya kira sudah memperhatikan polemik ini Kalau orang yang membuka pikirannya dengan baik Kalau orang yang benar-benar mencintai ulama Mencintai ilmu, keagungan keluhuran ilmu, maka akan menerima informasi-informasi yang disandarkan pada ilmu. Jangan ngaku sebagai pecinta ulama, kalau menerima informasi tentang ilmu, Anda tolak. Artinya Anda bukan pecinta ulama, tetapi pecinta juhala. Tahu gak juhala? Bodoh. Mencintai kebodohan. Jangan kunci pikiran Anda melihat polemik nasab Seolah orang ketika membahas nasab itu kualat Akan masuk neraka Jangan, itu persoalan bukan persoalan akidah Itu persoalan ilmiah Yang bisa dilacak kebenarannya lewat ilmu pengetahuan Yang sudah disediakan oleh Allah Lewat manusia-manusia Ada ahli filologi, ada ahli genetik Itu adalah manusia Ilmu Allah yang mampu melacak orang yang hidup di abad lampau. Jangan tolak ilmu itu. Kan kalian menolak ilmu itu. Jangan ngaku sebagai pecinta ulama. Sebut aja pecinta juhala, ngaku aja. Ini tukang rongsok. Berani kok dia membuka pikirannya. Berani kok dia kemudian mengeluarkan pendapatnya. Fakta-fakta yang memang coba rasakan aja. Coba rasakan aja apa yang disampaikan. Itu keren loh. Jangan-jangan wah itu tukang rongsok. Pengetahuan pikirnya dalam deh tuh. Gitu-gitu juga penampilan kayak gitu sambil mulung rongsok. Itu ilmu agamanya dalam tuh. Menurut itu, ciri orang yang berilmu ketika menerima informasi tentang ilmu dia terima. Kalau ilmu yang sebelumnya dia terima. Itu bertentangan dengan ilmu baru yang dia terima. Kalau persoalan pikih, dia akan terima ilmu baru. Persoalan nasab ini kan persoalan tes DNA. Itu persoalan pikih. Nasab itu bagian daripada persoalan pikih. Pikih itu bisa diralat loh. Makanya Imam Syafi'i itu ada kaul kodim, ada kaul jadid. Ida ta'arrodol kodim wala jadid kodim wala jadid alal kodim dimana-mana pabentrok ya bertentangan antara kaul satu imam syafi'i dengan kaul yang baru imam syafi'i maka ambil kaul yang baru itu bos jadi kalaupun mereka berpendapat tentang suhrah wal istifatoh mungkin dulu belum ditemukan ilmu genetik dan sekarang ada ilmu genetik maka mesti tunduk ilmu lama terhadap ilmu baru Kalau akurat, genetik kan jelas, akurat sudara. Coba ketika berbicara sejarah, mau ilmu lama, mau ilmu baru, tetap disandarkan pada manuskrip. Anda nggak mau menerima informasi tentang kejujuran sejarah disandarkan pada manuskrip. Di mana letak pola pikiran? Belajar di mana? Kan itu, coba tanya ke ahli-ahli sejarah. Saya ulang-ulang loh Saya ulang-ulang takutnya ada penonton baru Setiap saya buat konten ada penonton baru Maka titik-titik Tekannya terus saya sampaikan ketika berbicara nasab Tes DNA Kalau tidak tes DNA karena bisa debatable Manuskrip Yang bukan hukum tafsir Tapi hukum fakta Saya berulang-ulang ya Setiap konten ini Persoalan nasab Ngomong manuskrip Karena itu vital Jangan dianggap Persoalan sederhana itu persoalan vital di dalam berbicara sejarah orang yang hidup di abad lampau. Tolong muhibbin sadar. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.