Transcript for:
Polemik Nasab dan Sentimen Sosial

Assalamualaikum Wr Wb Diskusi kita seperti yang tadi saya sampaikan Di belakang bahwa kita tidak mungkin berdiskusi secara kekeluargaan Disini laki-laki semua, gak ada anak-anaknya yang gak disitu kekeluargaan Tapi gini Sebenarnya Saya ingin menegaskan bahwa polemik nasab ini kebanyakan yang beredar di masyarakat itu adalah polemik tentang sentimen-sentimen. Bukan polemik terkait dengan akademik. Jadi kalau misalkan kita mau jujur, dari jutaan orang.

orang di Indonesia yang sekarang berdebat berdiskusi saling menghujat satu sama lain terkait dengan nasab berapa orang diantara mereka yang mampu mengakses kitab-kitabnya Ki Imad dan mengakses kitab-kitabnya Roby toh al-awiyah sedikit sekali jadi yang bener-bener berdiskusi terkait dengan masalah-masalah akademik dan ilmiah itu jumlahnya sangat sedikit yang paling banyak itu itu adalah masalah-masalah yang berupa sentimen-sentimen ada sentimen kesukuhan sentimen keagamaan sentimen golongan dan lain sebagainya Dan ini saya mohon maaf kepada pihak Robito Alawiah ketika kemarin-kemarin bikin narasi atau beberapa di antara pihak dari Robito Alawiah atau kalangan Habib Itu mengeluarkan sebuah narasi bahwa ini adu domba, bahwa sentimen-sentimen ini adalah ada pihak tertentu yang melakukan adu domba dan sebagainya Ya tentu saja ada di antara mereka mungkin yang memanfaatkan situasi Tetapi masalah yang paling utamanya itu adalah, ayo kita introspeksi sama-sama bahwa polemik ini tidak dimulai dari Kiai Imad. Nggak ada yang akan mempedulikan pada tesis semacam itu karena masyarakat kita hanya 0,001 saja yang biasa membaca. Dan jumlahnya menjadi semakin sedikit ketika yang bahan bacaannya itu adalah terkait dengan polemik nasab. Itu sedikit sekali.

Yang Kiai Imad jangan dipahami sebagai orang yang pertama kali memunculkan polemik dan jangan dianggap sebagai orang yang mengadu domba antara orang-orang NU misalkan, antara orang-orang Islam. Bukan, tapi beliau itu adalah orang yang menjadi pionir dari studi akademis. Jadi polemik ini munculnya dari mana?

Saya mohon maaf. Dari orang-orang Habaib. Coba misalkan saya berdiri, kamera tetap masuk ya Saya ingin menyatakan seperti ini Sebelum tahun 2000-an Habaib di Indonesia itu sudah ada Orang-orang yang mengaku Orang-orang yang mengaku sebagai keturunan Nabi itu sudah ada Dan profesi mereka sangat bervariasi Status sosial mereka juga bervariasi Ada dari Tuhan tukang jualan parfum, sampai menteri luar negeri, Indonesia punya yang levelnya habaib.

Dan tidak ada kerusuhan, tidak ada polemik di antara itu semua. Yang tiba-tiba muncul adalah, saya mohon maaf ya, di awal reformasi muncul Pak Habib Rizik dengan FPI-nya. Pak Habib Rizik itu latarnya sebenarnya dari NU Tapi entah bagaimana ceritanya Disitu sudah mulai ada kisru dengan NU yang lain Ada FA versus Banser Kemudian ada kerusuhan, ada serangan disini dan disana dan sebagainya Nah ini memunculkan apa?

Di antara kaum muslimin itu memunculkan satu pikiran bahwa Saya tuh gak setuju dengan Habib Rizik Saya tuh gak setuju dengan gerakan-gerakannya yang radikal Saya tuh gak setuju ketika kaum muslimin terlibat dalam percekcokan yang berbeda Begini dan begitu, banyak diantara kaum muslimin Yang tidak setuju itu, tapi Kemudian apa, mereka tidak Berani melawan, tidak berani menentang Karena itu kan Habib Ini kan keturunan Nabi Jadi pada waktu itu ada Dilema, ada polemik sebelum polemik Menyeruah ke media, polemik Di dalam hati kaum muslimin, bahwa Kami sebenarnya ingin Menentang, ingin mengkoreksi Pernyataan-pernyataan dari Pak Habib Rizik, tapi kami Tidak berani, karena itu adalah keturunan Nabi Nabi, jadi disini ada penghormatan yang sangat besar terhadap kaum muslimin, terhadap nabinya, terhadap junjungannya tetapi disisi lain ada orang yang mengklaim ini adalah keturunan nabi dan kontroversial kita gak bahas dulu soal apakah Pak Habib Rizik itu benar atau salah, kita gak bahas itu, kita bahas bahwa Pak Habib Rizik memunculkan polemik pada waktu itu, terkait dengan masalah toleransi, terkait dengan masalah FPI, terkait masalah hal yang semacam itu, dan setengah dari kaum muslimin, anggaplah ya... Kata data kasarnya adalah setengah dari kaum muslimin kemudian tidak setuju dengan ini tapi mereka tidak melakukan apa-apa. Ketidakberanian, takut kualat, ini keturunan Nabi.

Dan kemudian ketika Pak Habib Rizik agak turun dengan cerita-cerita dan drama-drama di media masa itu, muncul sesuatu yang lebih besar. Pak Habib Bahar bin Smith. Melakukan persekusi dan kekerasan, intimidasi terhadap orang lain, lisan maupun perbuatan, dan itu direkam, dipublikasikan kepada media-media mainstream.

di Indonesia. Dampaknya apa? Balik lagi.

Ini mana ada keturunan Tapi seperti ini, kami merasa malu, merasa jengkel, merasa takut, merasa terintimidasi. Saya harus katakan begini, Baraya. Kenapa yang datang ke diskusi ini cuma saya? Dan saya katakan lebih dari setengah kolom komentar. sehari-hari orang-orang dari kalangan habaib gagal untuk menunjukkan bahwa kami itu baik rahmatan ilalamin soleh tulus ikhlas baik hati siap mentraktir gagal untuk menyampaikan itu ke publik karena yang ditampilkan itu apa kekerasan atas nama habaib bahwa kami itu boleh melakukan persekusi bahkan Pak Habib Bahar bin Smith di pengadilan ketika beliau sedang diadili kemudian ada saksi dan kebelikan beliau mengatakan kamu tahu enggak siapa saya saya adalah keturunan nabi, kalau kakek saya begini kamu tahu kakek saya seperti ini kenapa kamu memberatkan, kamu membuat kesaksian yang memberatkan pada saya itu kan sebenarnya menyakiti kaum muslimin karena ada orang yang melakukan kekerasan atas nama nabi diadili, tapi minta privilege siapa yang melakukan itu?

golongan habaib kalau misalkan kemudian tiba-tiba muncul bahwa kami sekarang sedang diadu domba antara kelompok ini dengan kelompok itu, bukan mungkin ada adu domba, tapi itu belakang kebakangan munculnya itu dari mana dari keresahan kaum muslimin karena melihat di satu sisi kami mencintai demi Allah kami mencintai Nabi dan wujud dari kecintaan kami terhadap Nabi adalah kami tidak akan mau menisbatkan kekerasan kejahatan dan kontroversi terhadap orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai keturunan Nabi kan masuk akal kan begitu kan kecintaan terhadap Nabi adalah mensucikan beliau dari semua tindak tanduk yang menengah mengangkangi syariah Islam nah jadi permusuhannya sekali lagi ya kita gak bahas soal apakah Pak Habib Rizik itu benar atau salah kita gak bahas soal Pak Habib Bahar itu benar atau salah kita gak bahas itu kita membahas rasa takut dari kaum muslimin rasa resah rasa merasa terintimidasi karena di satu sisi kaum muslimin sangat mencintai Nabi tetapi di sisi lain ada keresahan bahwa Nabi dikaitkan dengan dengan tindakan-tindakan atau simbol-simbol dari kekerasan Itu rasa sakit hati itu belum terobati sampai akhirnya muncul di video Pak Habib Bahar yang sangat kontroversial itu kakinya diciumin oleh santri-santri yang ngantri jalan bebek. Coba rasakan betapa sakit hati dan marahnya kaum muslimin Coba kita bisa melihat dari berbagai perspektif Misalkan, lihat orang-orang yang biasa orang islam berdebat dengan orang kristen Berdebat dengan apa kan ramai sebenarnya di media sosial. Lihat perdebatan diantara mereka dan orang-orang non-muslim bawa-bawa itu.

Tuh lihat. Buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Sebagai penegasan, kalau Bahar melakukan kelakuan yang seperti itu, ya begitulah nabinya.

Itu aja. Ejekan terhadap kaum muslimin. Dari orang-orang non-muslim.

Tapi orang-orang non-muslim pun tidak bisa disalahkan. Karena apa? Karena memang Pak Habib Bahar melakukan itu atas nama keturunan Nabi. Kemudian lihat misalkan kelompok-kelompok Islam yang lebih moderat.

Atau yang lebih plural. Mereka sakit hati melihat itu. Karena apa?

Karena betapa feudalisme di antara kaum muslim masih terjadi. Ada orang yang diciumi kakinya. Kemudian kita melihat misalkan kelompok-kelompok yang lebih radikal.

Atau kelompok-kelompok yang berpikir... yang lebih fundamental, katakanlah kelompok salafi yang kita sebut sebagai wahabi misalkan mereka marah, mereka sakit hati, karena apa? karena ada orang sujud di depan orang lain atas nama keturunan nabi betapa sakitnya coba kita melihat kalangan nasionalis, kalangan nasionalis islam nasionalis, sakit hati ketika melihat ada orang keturunan yaman, kemudian disujudi diciumi kakinya oleh orang-orang pribumi pesek jadi, dilihat dari konteks apapun, dalam perspektif apapun ini benar-benar menyakiti kaum muslimin tapi kala itu kaum muslimin berpikir bahwa ya sudahlah pasrah aja, kami sakit hati kami marah, kami pengen sekali untuk mengajak orang ini ke dalam ajaran agama yang benar kata-kata seperti itu, ya tapi gak bisa kan dia Habib dia kan keturunan Nabi jadi sebenarnya polemik ini bukan muncul gara-gara Kiai Imad, bukan muncul gara-gara dipopulerkan oleh saya Guru Gembul bukan, tapi ini ada adalah akumulasi dari kekesalan dan kemarahan kaum muslimin terhadap apa yang terjadi, yang ditunjukkan oleh beberapa kalangan dari Habaib, dari kalangan Mbak Alawi. Jadi, jangan dulu ada cerita bahwa intelijen masuk ke dalam, Ya mungkin itu belakangan, jangan dulu cerita bahwa ini asing masuk kesini, jangan belakangan aja dulu. Kita introspeksi, karena kalau misalkan kita mau maju, kita harus cari solusi.

Bagaimana cara kita menemukan solusi, ketahui masalahnya. Bagaimana cara kita mengetahui masalahnya, kita berani untuk introspeksi diri. Saya selalu menyatakan, mempopulerkan kepada orang lain. Ayo kita introspeksi diri Kaum muslimin kenapa sekarang terpuruk?

Kaum muslimin kenapa ketinggalan zaman? Karena setiap ada bagian dari kaum muslimin yang disakiti Kita salahin pihak lain Ketika Indonesia tidak maju Apa yang dinarasikan? Oh karena ini adalah konspirasi konspirasi elite global, konspirasi Yahudi, ini Amerika Serikat yang keji dan sebagainya. Ya iya katakanlah memang seperti itu, tapi tidak ada seorang pun di antara kita yang gagal itu kemudian menyalahkan pihak lain.

Kalau kita gagal dalam permainan sepak bola, kita nggak berhak untuk menyalahkan permainan pemain lain yang lebih bagus. Kalau misalkan kita melihat bahwa Indonesia sekarang carut-marut, jelek, terpuruk, tidak memiliki peradaban yang memadai ketergantungan sama pihak asing, sama Cina, Amerika Serikat, dan sebagainya, introspeksi diri, mungkin kita lah yang salah. Bukan lalu kita menyalahkan pihak lain. Nah termasuk juga dalam hal ini, kalau misalkan mau berbicara tentang polemik nasab ini, tolong pikirkan jangan, oh ini adalah gara-gara konspirasi, bukan. Ini gara-gara, introspeksi aja saya mohon, introspeksi aja bahwa diantara kita memang ada orang-orang yang seperti itu.

Dan ketika tesis Kiai Imad itu lahir, muncul, akhirnya mengemuka, sentimen-sentimen itu bertebaran di mana-mana. Anti-komunis Yaman, imigran Yaman, ayo kita depor. Portasi mereka dan lain sebagainya. Kenapa muncul sentimen-sentimen yang seperti itu? Sentimen itu muncul jelas jauh dari studi akademik.

Jauh sekali dari nuansa-nuansa atau ekosistem ilmiah. Jauh sekali dari situ. Tapi kenapa?

Ya karena sebelumnya bukan masalah nasab yang dituliskan oleh Kiai Imaduddin. Bukan. Tapi sebelumnya sudah ada bara dalam sekam yang begitu besarnya. Yang akhirnya membuat kaum muslimin ketika ada lecutan sedikit ada pembukaan. Bukan, mereka katakan apa?

Alhamdulillah ketika saya sekarang mengkritik Habib Bahar, saya tidak akan kualat. Karena dia bukan keturunan Nabi. Jadi munculnya sekarang, munculnya itu bukan, Alhamdulillah saya tetap bisa mengagumkan Nabi, saya tetap bisa menganggap Nabi sebagai figur yang ideal, yang kuat, yang bersih, yang baik hati, yang soleh, yang suri tauladan bagi seluruh manusia.

Alhamdulillah. Karena ternyata orang-orang yang mengingkari ahlaknya, itu bukan keturunan Nabi. Alhamdulillah, jadi sentimen ini muncul bukan gara-gara Kiai Imad Kiai Imad hanya membuka keran bahwa ketika mengkritik Pak Habib Rizik Ketika kita mengkritik Pak Habib Bahar Itu tidak apa-apa karena tidak ada hubungannya dengan Nabi Itu saja Dan lihat apa yang terjadi setelah itu Yang terjadi video-video bertebaran Ditambah lagi video-video yang lain Misalkan munculah video yang kemudian Kemudian saya juga tampilkan kemarin Ada Habib Yang mengatakan Bangsa ini bisa menjadi bangsa yang kuat, yang teguh Tidak kena bencana dan sebagainya Karena mencintai para habaib Para habaib, kan beliau Habib Pak Novel Al-Hidrus Kemudian dikatakan Siapa yang berani mengkritik, mengkoreksi Habib Maka dia seperti iblis Itu pernyataan tekstual, harfiah Liter laksnya seperti itu Jadi bayangkan kaum muslimin makin marah dengan adanya video itu Kenapa marah? Karena mereka mencintai Nabi Kemarahan itu muncul karena mereka mencintai Nabi Dan di zaman Nabi diketahui secara persis bahwa Nabi tidak pernah anti kritik dan anti koreksi Setiap ada musyawarah para sahabat selalu bertanya Ya Rasulullah apakah ini adalah wahyu ilahi atau ini adalah pendapat pribadi? Kalau pendapat pribadi ayo kita diskusikan.

Dan banyak sekali riwayat-riwayat yang menjelaskan bahkan Nabi mengalah dari orang-orang yang mengkoreksinya. Waktu perang Uhud kenapa kalah? Karena Nabi punya strategi dibantah.

Mendingan gini aja. Yang dijalankan bukan strategi Nabi. Tapi adalah strategi para sahabat.

Kalah beneran. Dan Nabi pada waktu itu tidak pernah menyalahkan. Demi Allah tidak menyalahkan para sahabat yang mengusulkan strategi itu.

Artinya apa? Ya Nabi ikut musyawarah itu. Nabi kalah dalam perdebatan.

diskusi itu, kemudian setelah itu ya sudah dibiarkan, dianggap sebagai bagian dari keputusan bersama, ketika kalah Nabi tidak pernah menyalahkan mereka semua ini Nabi lalu tiba-tiba muncul orang yang mengklaim sebagai keturunan Nabi, tiba-tiba mengatakan, kalau ada orang yang mengkoreksi Habaib, maka mereka itu adalah Iblis, atau serupa dengan Iblis Pak Novel ala Idrus Itu videonya sudah viral, saya yakin banyak diantara orang-orang disini juga sudah melihatnya. Nah... Kalau misalkan dari Ba'alawi tidak menyaksikan itu tidak apa-apa.

Kalau misalkan di antara Ba'alawi, di antara orang-orang itu lepas tangan dengan itu, ya nggak apa-apa. Tapi pahamilah bahwa kisruh ini, polemik ini bukan dimulai dari adanya gerakan-gerakan intelijen untuk memecah belah kaum muslimin. Sekali lagi, kalaupun itu memang ada, jangan kita jadikan sebagai alasan untuk mencari kesalahan. Jadi kalau misalkan saya melakukan perzinahan, saya bersumpah.

sumpah saya tidak akan nyalahin setan. Emang kerjaan setan itu untuk membisiki saya, untuk melakukan kemaksiatan. Kan begitu. Jadi kalau misalkan kita dipecah belah, jangan salahkan pihak yang memecah belah. Orang kerjaan mereka seperti itu.

Salahkan diri kita, kenapa kita bisa dipecah belah. Dan lagi-lagi, ini jauh dari sentimen akademik. Makanya kalau misalkan kita mengadakan debat publik, misalkan yang seperti ini, saya pastikan, saya berani bilang, kalau misalkan kita mengadakan debat publik sampai 100 kali, di berbagai universitas terkemuka, polemik ini gak akan berakhir.

Satu-satunya cara untuk mengakhiri adalah, yuk introspeksi sama-sama, hentikan narasi-narasi di media sosial terkait dengan privilege dan penghinaan terhadap orang-orang yang dianggap suci dan orang-orang yang dianggap bersih di Indonesia di luar Baalawi. Coba, misalkan baraya di sini, saya minta maaf, tapi coba langsung rasakan bagaimana sikap... ketika ada orang yang mengatakan seperti ini sorbannya kiai-kiai itu derajatnya ada di bawah kaki dari Habib bahkan ketika Habib itu penzina, tukang narkoba, tukang mabok Ada narasi seperti itu disebutkan, dipopulerkan oleh kalangan mereka sendiri. Jadi ketika polemik ini mengemuka, mereka langsung ngomong, tetap jangan kritik habaib karena sorbannya, pecinya, kiai-kiai itu, derajatnya lebih rendah daripada kakinya, Habib-Habib Ba'alawi itu, yang tukang narkoba, yang tukang zina, tukang maksiat. Coba.

Orang kampung belajar ikro Orang kampung waktu kecil itu belajar tentang akidah Belajar tentang sejarah dari ustad, dari kiai Yang sangat mereka cintai Lalu ada cerita bahwa kiai mereka derajatnya di bawah kaki habaib tukang narkoba rasakan bagaimana sakit hatinya mereka ketika mendengarkan narasi yang seperti ini bahwa kemudian Habib terbodoh itu 70 kali lipat lebih mulia daripada Habib Habib terbodoh itu 70 kali lipat lebih mulia daripada kiai-kiai. Coba kalau misalkan kita ikut pengajian, kita ketemu sama orang yang kita salim tangan, karena menganggap ilmunya luar biasa, memberikan kontribusi kepada kehidupan kita, memberikan pencerahan kepada kita, lalu dikatakan bahwa mereka itu tidak seberapanya dibandingkan dengan Habib paling bodoh. Bisa nggak merasakan penderitaan dan sakit hati yang luar biasa dari situ? Dengan sakit hati yang besar itu, maka debat-debat kayak gini anfaedah.

Karena apa? Yang dibangun bukan studi akademik, bukan. Tapi sentimen-sentimen sejak awal.

Bayangkan kemudian ada ulama-ulama Nusantara yang harus cium tangan, cium kaki terhadap Habib-Habib yang berjejer duduk di sofa dengan begitu megahnya. Kalangan nasionalis sakit hati, kalangan tradisional sakit hati, kalangan fundamentalis sakit hati, mau yang liberal sakit hati, yang radikal juga sakit hati melihat fenomena semacam ini. Jadi, please lah, kita...

Saya demi Allah, atas nama Allah saya katakan bahwa saya datang ke sini untuk menghentikan polemik ini. Saya berharap saya bisa. Tapi untuk menghentikan polemik ini bukan dengan debat, bukan dengan diskusi.

Tapi ayo kita sama-sama hentikan. Untikan yang seperti itu. Kemudian kemarin Pak Fikri Sahab mengatakan kepada saya bahwa kami sebenarnya lepas tangan terhadap kelompok-kelompok HBAIB yang seperti itu karena kami adalah ormas penulis nasab saja.

Dan kami tentu saja tidak memiliki otoritas untuk ngurusin apa yang mereka katakan dan apa yang mereka perbuat. Misalkan seperti itu. Ya kalau memang seperti itu, sampaikan kepada publik. Bukan kemudian melakukan pembelaan-pembelaan. Kalau misalkan kemarin Pak Haji Roma Irama mengatakan mengatakan bahwa saya pernah ditawari sertifikat habaib bukan dicacimaki kenapa tiba-tiba muncul di media-media itu ini orang yang sudah sepuh ini orang yang sudah ini tapi kenapa malah seperti ini suhu timah dan sebagainya bukan pada fakta jujur saja kalau misalkan kita mau tahu pencatatan nasabah Mbak Lawi itu sangat rapihnya itu pas zaman Pak Taufik Asgaf sekarang kan Sebelum itu kan masih banyak yang gonjang-ganjing kesan-kesan ini Bahkan Mbak Lawi sendiri pernah memergoki ada beberapa orang yang menjual sertifikat nasab itu kan Nah itu kan harusnya memang diakui dan kemudian mengatakan Oke kami...

akan melakukan hal yang lebih baik lagi terhadap pencatatan asap ini. Bukan justru malah mencacimaki marah-marah di media sosial terkait dengan masalah yang seperti ini. Ini justru akan memperkeruh.

Sekarang, Mbak Alawi, musuhnya jadi banyak. Dan mereka bukan hanya banyak, mereka banyak. banyak marah ketakutan di sisi yang lain sehingga apa kemarin waktu ada pertikaian di Karawang atau Tangerang itu itu yang kiai katanya digebukin sama kelompok balai sama kelompok Habib itulah yang akhirnya menyebabkan Roby toh alawiyah dianggap begitu mengerikannya pagur gembul plisah punya firasat buruk jangan berdebat datang ke mereka mau menang mau kalah tetap genjur menyok mukanya Jangan salahkan mereka. Demi Allah jangan salahkan orang yang menyarankan itu. Karena sudah ada wujudnya.

Sudah ada Kiai dan Banser yang memang dikebukin. Sama siapa? Sama Habaib. Sama orang-orang Muhibin.

Itu memang nyata. Itu memang benar. Dan itu dividiokan. Dan viral.

Dan banyak orang yang menyaksikan. Jadi sekali lagi ketika sekarang Mbak Alawi ketika Habaib di Indonesia itu digonjang-ganjing dengan begitu banyak isu. Please introspeksi. diri, dengan cara itulah kita bisa menghentikan polemik, kita bisa membangun bangsa yang lebih baik kita bisa membangun peradaban yang lebih besar kalau setiap orang insaf atas apa yang harus dia lakukan dan apa yang selama ini sudah dia lakukan saya yakin semuanya baik-baik saja, ketika saya misalkan datang dan ketemu dengan Gus Wafi secara langsung kok orangnya lucu ya Dengan Pak Syahab, lah kok orangnya ramah ya? Kenapa gak seperti bayangan saya sebelumnya?

Jangan salahkan bayangan saya sebelumnya karena apa? Ya karena memang sudah terjadi seperti itu. Makanya, untuk Roby Tohalawiyah saya minta...

Ini mah sebagai saran dari seorang yang lihat realitas. Ini saran. Nyatakan kepada publik misalkan, bahwa kami lepas tangan dari tindak tanduk yang sangat kontroversial dari kalangan HBAIB itu, bahwa kami...

memang tidak bisa apa-apa, sampaikan aja kepada publik kalau misalkan kemarin kemudian Gus Wafi mengatakan di videonya bahwa ini sebenarnya gara-gara ada habib-habib dari kalangan muda yang ilmunya belum banyak tapi kemudian ini bukan sesederhana itu, kalau misalkan satu dua habib mungkin seperti itu, tapi kalau misalkan banyak, ini mungkin ada masalah kaderisasi jadi mungkin Pak Habib Bahar dan lain sebagainya itu sejak dia umur 4 tahun sejak dia melihat dunia kata-kata Kakinya sudah dicium, tangannya sudah dicium, apa-apa sudah dilayani. Sehingga dia menjadi korban dari otoritas palsu yang dia rasakan selama ini. Mungkin saja.

Jadi kaderisasi dalam hal ini, kemudian pendidikan dalam hal ini, sejak awal mari kita perbaiki sama-sama. Sekali lagi ya, kritik saya. Ini di depan Robyto ini bukan karena kebencian, bukan karena apa. Tapi ayo kita perbaiki sama-sama agar polemik ini selesai.

Polemik ini selesai dengan cara apa? Ahlak yang baik, tunjukkan kepada masyarakat, kontribusi kita pada masyarakat, bukan kontroversi kita pada masyarakat. Selanjutnya kita diskusi. Assalamualaikum Wr. Wb.