Hai bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saudara-saudara dimanapun anda berada Alhamdulillah saya patut bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala hari Hai Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saudara-saudara dimanapun anda berada Alhamdulillah saya patut bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala hari ini kita bisa kembali berjumpa di BNN Music Channel setelah hampir satu tahun saya tidak mudah melalui ini kita bisa kembali berjumpa di DNA bisnis channel setelah hampir satu tahun saya tidak mengudara melalui channel ini hari ini saya ingin mencoba mengupas satu penjelasan dari seorang tokoh atau intelektual muslim yang saya kira sangat terkenal terkenal karena kontroversinya misalnya oleh para pengikutnya sering disebut sebagai hujatul islam channel ini hari ini saya ingin mencoba mengupas satu penjelasan dari seorang tokoh atau intelektual muslim yang saya kira sangat terkenal terkenal karena kontroversinya misalnya oleh para pengikutnya sering disebut sebagai hujatul islam di mana hampir tidak ada seorang pun mereka yang bertentangan dengan pikiran-pikiran dia yang tidak bisa dia kalahkan. di mana hampir tidak ada seorang pun mereka yang bertentangan dengan pikiran-pikiran dia yang tidak bisa diakalahkan sehingga dia diberi gelar sebagai hujatul Islam tetapi juga banyak diantara intelektual muslim yang menuduh dalam tanda petik beliau sebagai Sehingga dia diberi gelar sebagai pejabat Islam, tetapi juga banyak di antara intelektual muslim yang menuduh dalam tanda petik beliau sebagai sosok yang paling harus bertanggung jawab terhadap keuntungannya intelektualitas muslim. sosok yang paling harus bertanggung jawab terhadap runtuhnya intelektualitas muslim tentu saja di kalangan masyarakat muslim kali ini saya ingin mencoba menjelaskan soal klasifikasi ilmu menurut Tentu saja di kalangan masyarakat muslim.
Kali ini saya ingin mencoba menjelaskan soal klasifikasi ilmu menurut saya. Al-Ghazali. Al-Ghazali. Al-Ghazali menyebut bahwa ilmu bisa diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar. Al-Ghazali menyebut bahwa ilmu bisa diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar.
Yang pertama yang disebut sebagai ilmu nakli atau ilmu syariat, Yang pertama yang disebut sebagai ilmu nakli atau ilmu syariat, kemudian yang kedua sering juga disebut sebagai ilmu akli atau ilmu yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan rasional dan berbasis pada fakta-fakta empiris. kemudian yang kedua sering juga disebut sebagai ilmu akli atau ilmu yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan rasional dan berbasis pada fakta-fakta empiris. Menurut Al-Ghazali, Menurut Al-Ghazali yang disebut tingkat ilmu syariat itu adalah sesuatu yang diambil dari nabi, yang disebut tingkat ilmu syariat itu adalah sesuatu yang diambil dari nabi. Para nabi, para nabi, para rasul, para rasul, para anbiya kemudian juga diambil dari para solehim dan kemudian juga diambil dari asar para sahabat tentu saja sunnah-sunnah nabi juga itu menjadi sandaran dari cara perolehan manusia untuk mendapatkan apa yang disebut dengan istilah ilmu yang berbasis pada nakal nah para anbiya, kemudian juga diambil dari para solehin, dan kemudian juga diambil dari asar para sahabat.
Tentu saja sunnah-sunnah nabi juga. Itu menjadi sandaran penting. Cara perolehan manusia untuk mendapatkan apa yang disebut dengan istilah ilmu yang berbasis pada nakal.
Nah kelompok ilmu ini menurut Al-Ghazali dibagi ke dalam 4 kelompok besar kelompok ilmu ini menurut Al-Ghazali dibagi ke dalam 4 kelompok besar yang pertama yang disebut sebagai ilmu usul kemudian yang kedua disebut sebagai ilmu puru kemudian yang ketiga Yang pertama yang disebut sebagai ilmu usul Kemudian yang kedua disebut sebagai ilmu puru Kemudian yang ketiga disebut sebagai mukaddimah Dan yang keempat disebut sebagai mutamimmat Yang ketiga disebut sebagai mukaddimah dan yang keempat disebut sebagai mutal mimat. Ilmu usul menurut Al-Bajari adalah hal-hal yang paling pokok dalam soal-soal agama. Ilmu usul menurut Al-Ghazali adalah hal-hal yang paling pokok dalam soal-soal agama Misalnya ini berbasis kepada apa yang disebut sebagai Al-Quran Misalnya ini berbasis kepada apa yang disebut sebagai Al-Quran, sebagai sunnah Nabi, Sebagai sunnah nabi izmah dan asar para sahabat.
Ijma dan asar para sahabat Jadi segala sesuatu yang sumbernya dari Al-Quran, Jadi segala sesuatu yang sumbernya dari Al-Quran, dari dari sunnah atau hadis Nabi, As-Sunnah atau Hadis Nabi Kemudian dari Ijma, kemudian dari izmah para ulama dan asar para sahabat. para ulama dan asar para sahabat Menurut Menurut Al-Quran, Al-Gajali adalah termasuk dalam kategori ilmu yang diperoleh atau yang menuntut perolehan ilmu dari ilmu syariat yang bersifat usuliyah. Al-Gajali adalah termasuk dalam kategori ilmu yang diperoleh Atau yang menuntut perolehan ilmu dari ilmu syariat yang bersifat usuliah Kemudian yang kedua, Kemudian yang kedua, ilmu ilmu-ilmu yang disebut sebagai ilmu syariat yang kuruniyah.
ilmu yang disebut sebagai ilmu syariat yang furuyah nah ini tidak berhubungan secara pokok sebagaimana ada di dalam hal-hal yang bersifat usul dalam hal-hal yang bersifat pokok tetapi bersifat pencabangan Nah ini tidak berhubungan secara pokok sebagaimana ada di dalam hal-hal yang bersifat usul, dalam hal-hal yang bersifat pokok, tetapi yang bersifat pencabangan. Misalnya dalam soal pikis misalnya. Misalnya dalam soal pikih misalnya, karena ini berkaitan dan berhubungan dengan kemaslahatan manusia, Nah ini berkaitan dan berhubungan dengan kemasrahatan manusia.
Maka manusia atau para intelektual, maka manusia atau para intelektual, para ulama muslim, para ulama muslim mencoba mengkonstruksi sebuah gagasan tentang pentingnya melahirkan sebuah ilmu, bisa memkonstruksi sebuah gagasan tentang penting dan melahirkan sebuah ilmu. Yang kemudian ilmu ini dikenal dengan istilah ilmu pikih dan ilmu usul pikih. yang kemudian ilmu ini dikenal dengan istilah ilmu pikih dan ilmu usul pikih. Kemudian yang ketiga, Kemudian yang ketiga kata dia adalah ilmu syariat itu terbagi dalam yang ketiganya itu disebut dengan selanjutnya mukaddimah.
kata dia, adalah ilmu syariat itu terbagi dalam, yang ketiganya itu disebut dengan sebuah mukodimah. Jadi ada mukodimah, Jadi ada mukodimah. mukodimah ini menjadi hantaran, Mukodimah ini menjadi hantaran, menjadi pengantar bagi tercapainya ilmu-ilmu yang bersifat puru dan ilmu-ilmu yang bersifat usul. menjadi pengantar. bagi tercapainya ilmu-ilmu yang bersifat guru dan ilmu-ilmu yang bersifat usul.
Termasuk dalam kategori mukaddimah ini adalah apa yang disebut sebagai ilmu bahasa dan ilmu tata bahasa. Termasuk dalam kategori mukodimah ini adalah apa yang disebut sebagai ilmu bahasa dan ilmu tata bahasa. Jadi orang tidak mungkin kan bisa memahami apa yang disebut sebagai piki, Jadi orang tidak mungkin kan bisa memahami apa yang kita sebut sebagai piki, apa yang disebut sebagai usul piki, apa yang kita sebut sebagai usul piki, apa yang disebut sebagai tafsir, apa yang kita sebut sebagai tafsir, apa yang disebut sebagai hadis, apa yang kita sebut sebagai hadis, tanpa kemampuan dia untuk memiliki tanpa kemampuan dia untuk memiliki kemampuan menguasai bahasa dan tata bahasa tentu saja yang berarti di dalamnya. kemampuan menguasai bahasa dan tata bahasa tentu saja yang berlaku di dalamnya. Ini menjadi pengantar penting bagi siapapun yang ingin mendalami ilmu usul, Ini menjadi pengantar penting bagi siapapun yang ingin mendalami ilmu usul, bagi siapapun yang ingin mendalami ilmu puru, bagi siapapun yang ingin mendalami ilmu puru, maka dia harus memperlajari ilmu bahasa dan ilmu-ilmu tata bahasa.
maka dia harus mempelajari ilmu bahasa dan ilmu-ilmu tata bahasa. Kemudian yang keempat, Kemudian yang keempat yang disebut oleh Al-Ghazali dalam bagian di ilmu saniat itu adalah mutamimmat. yang disebut oleh Al-Ghazali dalam bagian di ilmu sariat, itu adalah mutamimmat.
Mutamimmat itu bisa disebut sebagai penyempurna bagi perolehan kita di dalam mendapatkan ilmu-ilmu usul dan ilmu-ilmu puru. Mutamimmat itu bisa disebut sebagai penyempurna. Bagi... perolehan kita di dalam mendapatkan ilmu-ilmu usul dan ilmu-ilmu puru.
Kemudian yang kedua, Kemudian yang kedua klasifikasi... klasifikasi kedua menurut Al-Gajali adalah ilmu goyur syariat. ketika dua menurut al-ghajali adalah ilmu ghoir syariat ilmu ghoir syariat ini tidak bersumber dari apa namanya Ilmu goyur syariat ini tidak bersumber dari ilmu syariat. Jadi kalau ilmu syariat itu sesuatu yang diambil dari para nabi dan akal tidak mampu menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh Alquran misalnya oleh aslinya nah sementara kalau kita Jadi kalau ilmu syariat itu sesuatu yang diambil dari para nabi dan akal tidak mampu menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh Al-Quran misalnya, oleh Asuna. Nah sementara kalau goyur syariat, Sariat itu adalah ilmu-ilmu yang diperoleh oleh manusia yang sumber dasarnya adalah akal pikiran manusia dari penglihatan manusia, Sariat itu adalah ilmu-ilmu yang diperolehkan oleh manusia yang sumber dasarnya adalah akal pikiran manusia dari penglihatan manusia, dari pendengaran manusia dan dimana sariat tidak menunjukkan apa yang didapatkan oleh akal pikiran manusia itu apa yang didengar oleh manusia itu dan apa yang dilihat oleh manusia itu jadi sesuatu dari pendengaran manusia dan dimana sariat tidak menunjukkan apa yang didapatkan oleh akal pikiran manusia itu apa yang didengar oleh manusia itu dan apa yang dilihat oleh manusia itu jadi sesuatu yang diperoleh murni atas kemampuan manusia, yang diperoleh murni atas pemikiran manusia, atas kemampuan manusia merihat, atas kemampuan manusia melihat, atas kemampuan manusia mendengar, atas kemampuan manusia mendengar, atas kemampuan manusia mengecap, atas kemampuan manusia mengecap, atas kemampuan manusia merasa, atas kemampuan manusia merasa, maka itu disebut sebagai ilmu goro syariat.
maka itu disebut sebagai ilmu guru syariat. Ilmu goro syariat itu menurut Al-Ghazali terbagi ke dalam tiga kelompok besar. Ilmu guru syariat.
itu menurut Al-Ghazali terbagi ke dalam tiga kelompok besar. Yang pertama yang disebut sebagai ilmu yang terpuji. Yang pertama yang disebut sebagai ilmu yang terpuji.
Ilmu yang terpuji ini memang ilmu yang didapatkan oleh hasil olah pikir manusia dan kemampuan manusia dalam mengolah fakta-fakta intius ke dalam sebuah kerangka ilmu dan ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia. Ilmu yang terpuji ini memang ilmu yang didapatkan oleh hasil olah pikir manusia dan kemampuan manusia. dalam mengolah fakta-fakta empiris ya, dalam sebuah kerangka ilmu dan ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia misalnya ilmu kedokteran ilmu kedokteran ini tidak persis didapatkan oleh umat islam dari Al-Quran tentang bagaimana misalnya cara mengobati manusia dalam Misalnya ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran ini tidak persis didapatkan oleh umat Islam.
Islam dari Alquran tentang bagaimana misalnya cara mengobati manusia dalam arti secara praktis tetapi ilmu ini diperoleh oleh manusia melalui kemampuan berpikir manusia dan kemampuan manusia arti secara praktis ya tetapi ilmu ini diperoleh oleh manusia melalui kemampuan berpikir manusia dan kemampuan manusia mengujicobakan sesuatu Jadi ilmu kedokteran, Ilmu kedokteran, kemudian yang kedua ilmu hitung, kemudian yang kedua ilmu hitung, ilmu berhitung. ilmu berhitung. Jadi ilmu berhitung itu adalah ilmu yang memang juga dihasilkan oleh proses indrawi manusia, Jadi ilmu berhitung itu adalah ilmu yang memang juga dihasilkan oleh proses indrawi manusia, proses berpikir manusia, proses berpikir manusia.
tetapi Tetapi Al-Quran tidak menunjukkan secara langsung bagaimana cara manusia melakukan proses perhitungan. Al-Quran tidak menunjukkan. Bukan secara langsung bagaimana cara manusia melakukan proses perhitungan.
Maka kemudahan ilmu ini disebut sebagai ilmu yang terpuji. Maka kemudian ilmu ini disebut sebagai ilmu yang terpuji. Kan tidak mungkin ada orang yang bisa berbisnis kalau dia tidak memiliki kemampuan hitung-hitung. Kan tidak mungkin ada orang yang bisa berbisnis kalau dia tidak memiliki kemampuan hitung-hitung.
Oleh karena itu, Oleh karena itu, kemampuan orang untuk mendalami ilmu hitung-berhitung itu adalah termasuk dalam kategori ilmu yang goyru syariat tetapi yang terpuji. kemampuan orang... Yang untuk mendalami ilmu hitung-berhitung itu adalah termasuk dalam kategori ilmu yang gueyus syariat tetapi yang terkuji. Kemudian yang kedua, Kemudian yang kedua ada juga ilmu yang tidak diperoleh dari Al-Quran, ada juga ilmu yang tidak diperoleh dari Al-Quran, dari hadis, dari hadis, kemudian dari izmah, kemudian dari izmah, dan kemudian dari aksar sahabat. dan kemudian dari acar sahabat, tetapi itu tercelak ilmunya.
Tetapi itu tercelah ilmunya. Ilmu ini tidak boleh dikembangkan dalam dunia Islam. Ilmu ini tidak boleh dikembangkan dalam dunia Islam. Ilmu itu misalnya ilmu sihir, Ilmu itu misalnya ilmu sihir, ilmu santet, ilmu santet, ilmu itu bisa juga didapatkan oleh manusia melalui kerangka logika manusia, ilmu itu bisa juga didapatkan oleh manusia melalui kerangka logika manusia.
melalui kemampuan manusia mendalami sesuatu. melalui kemampuan manusia mendalami sesuatu tetapi karena itu sifatnya merusak karena itu sifatnya membahayakan bagi keberlangsungan umat manusia maka ilmu itu disebut algerjali sebagai ilmu yang tercelak dan kemudian yang ketiga ada juga yang disebut nisilah ilmu yang bersifat mubah jadi Tetapi karena itu sifatnya merusak, karena itu sifatnya membahayakan. bagi keberlangsungan umat manusia maka ilmu itu disebut al-ghajari sebagai ilmu yang tercelah dan kemudian yang ketiga ada juga yang disebutnya silah ilmu yang bersifat mubah, jadi ada sesuatu yang bersifat mubah, ada sesuatu yang bersifat mubah mubah itu ya tidak terpuji sebagaimana ilmu kedokteran dan ilmu berhitung tetapi juga tidak buruk mubah itu ya tidak terpuji sebagaimana ilmu kedokteran dan ilmu berhitung, tetapi juga tidak Tidak buruk seperti buruknya ilmu sihir Dalam pendekatan Al-Ghazali seperti buruknya ilmu sifir dalam pendekatan Al-Qujjali.
Ilmu itu mubah bagi manusia. Ilmu itu mubah bagi manusia Dan produk yang disebut sebagai ilmu Dan produk yang disebut sebagai ilmu goyar syahni, Guero Syari Atau ilmu yang diperoleh dengan cara akriah manusia itu atau ilmu yang diperoleh dengan cara akliah manusia itu, yang bersifat mubah itu seperti Yang bersifat mubah itu Seperti Anda memiliki kemampuan bernyanyi Anda memiliki kemampuan bernyanyi, Kemampuan Anda membuat puisi kemampuan Anda membuat isi, Kemampuan Anda membuat gambar, kemampuan Anda membuat gambar, lukisan, lukisan, dan lain-lain dan lain-lain, Itu termasuk dalam kategori ilmu yang itu termasuk dalam kategori ilmu yang bersifat mubah. bersifat mubah. Oleh karena itu juga ini menjadi salah satu jawaban dari pertanyaan banyak pihak, Setelah itu juga ini menjadi salah satu jawaban dari pertanyaan banyak pihak, barangkali ada di sebagian di antara kita yang menuduh Al-Ghazali melarang misalnya orang-orang untuk menguasai ilmu seni itu tidak benar juga.
barangkali ada di sebagian di antara kita yang menuduh Al-Ghazali melarang misalnya orang-orang untuk menguasai ilmu seni, itu tidak benar juga. Al-Ghazali bahkan menunjukkan bahwa seni berbagai hal terkait dengan seni dalamnya termasuk, Al-Ghazali bahkan menunjukkan bahwa seni, berbagai hal terkait dengan seni, dalamnya termasuk itu dalam pandangan Al-Ghazali masuk dalam kategori ilmu yang secara klasifikasi termasuk dalam ilmu akliah, itu dalam pandangan Al-Ghazali masuk dalam kategori ilmu yang secara klasifikasi termasuk dalam ilmu akliah dalam posisi dan bentuknya sebagai ilmu yang mubah. dalam posisi dan bentuk.
bentuknya sebagai ilmu yang berubah sampai jumpa di edisi berikut dan saya kira kita masih akan bertemu dalam sesi yang menjelaskan soal al-gajali terkait dengan ilmu Assalamualaikum Sampai jumpa di edisi berikut, dan saya kira kita masih akan bertemu dalam sesi yang menjelaskan soal Al-Ghazali terkait dengan ilmu. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Wr.
Wb