Transcript for:
Pengantar Semiotika dan Tanda

Baik, selamat pagi ya. Kita mulai kuliah pertama, ini sesi pertama ya untuk kuliah semiotika. Barangkali hari ini pengantar plus saya langsung masuk saja ke materi pertamanya ya. Oke, sebagai pengantar ya, barangkali mudah-mudahan sudah ada yang pernah Saya biasanya memulai dari hal-hal yang konkret, jadi bukan dari konsep dulu ya. Kita mungkin melihat hal-hal yang konkret dulu. Dari hal-hal konkret itu mungkin nanti jalan kita untuk mempelajari pertama-tama apa itu yang disebut dengan tanda. Itu jalan pertamanya kita melihat hal-hal yang konkret dulu ya. Sebelum nanti kita masuk kepada pemahaman semiotika yang lebih komprehensif. Jadi kita mulai dari tanda dulu. Apa itu tanda, persoalan-persoalannya, strukturnya, dan... Terus yang kita lihat apa ini? Ya, jangan kenangan dulu. Yang kita lihat kan, yang konkret dulu kan. Yang kita lihat yang konkret itu kan kita melihat jejak ya. Jejak. Kalau kita mau agak lebih sedikit spesifik, jejak itu bisa kita identifikasi. Nggak cukup kita mengatakan ini jejak. Hai ya kan Nah kira-kira nih jejak siapa Oh ya sebetulnya ada dua klu disitu pada ada klu disitu ini jejak dua orang bukan satu orang satu laki-laki satu perempuan Hai bisa dibedakan gak jejak laki-laki dan perempuan ya hai hai Bisa sebetulnya kan ya Bisa Karena beda ini kan Beda ukuran Beda beban Beda kedalaman Oke Jadi Jadi sekarang yang kita lihat ini Ini adalah jejak Terus jejak ini menjelaskan sesuatu nggak? Apaannya sekedar jejak aja? Dia pasti menjelaskan sesuatu kan? Minimal apa yang dia jelaskan? Yang konkret lagi ini sebetulnya. Jangan yang abstrak dulu kayak kenangan tadi. Si jejak ini kan menjelaskan hal yang konkret juga. Apa itu? Yaitu ada orang yang lewat. Itu kan hal yang konkret juga. Berarti ada relasi antara jejak ini dengan orang yang lewat. Berrelasi nggak dia? Nah, bisa kita pertanyakan juga, relasinya itu dibuat-buat atau alamiah? Kita karang-karang gitu ya Atau alamiah? Alamiah kan? Alamiah relasi antara jejak dengan orangnya Kalau relasi antara jejak dengan kenangan, alamiah gak? Bisa kita buat-buat kan? Oke, jadi setidak-tidaknya kita disini sudah berhadapan dengan dua problem semenitika Hubungan antara yang konkret dengan yang konkret Yang kedua Hubungan antara yang konkret dengan yang abstrak tadi, kenangan tadi. Kita jelaskan ya, apa namanya, bagaimana kaitannya dengan teori semiotika, apa yang tadi kita bicarakan. Saya coba teruskan. Kalian kita lihat ini, jejak juga, tapi bukan manusia kan ya. Nah sehingga disini yang Relasinya antara jejak dan Antara jejak Dan Bukan manusia kan Antara jejak dan Makhluk Binatang anjing ini kan Ini kan anjing ini Nah bisa juga kita jelaskan dalam konteks yang abstrak tadi. Jejak ini dalam konteks yang abstrak, kalau kita melihat jejak anjing gitu ya, apa perasaan, apa kesan? Apa kesannya? Masa nggak ada kesan sama sekali? Kalau kita melihat jejak anjing gitu kan. Oke, nanti kita coba ya Untuk sementara Disimpan aja dulu Oke, nah sekarang kita lihat ini Jejak kaki manusia Dan Dan anjing Ini anjing aja lah, memang anjing ini Ya, berarti kan dia relasinya kan sudah beda ya. Ini relasi antara jejak dan bisa saja kita mengatakan jejak ini berrelasi dengan seseorang yang bawa anjing. Iya kan? Anjing dengan orang, itu kan. Dari sana nanti kan bisa muncul kesan. Orang yang bawa anjing apa itu? Ya bisa pemburu, bisa orang yang hobi, bisa orang yang memelihara anjing, bisa orang yang jual anjing Pokoknya Ini relasi orang dengan anjing nih kan Oke Nah sebetulnya apa yang saya jelaskan ini ya Nanti di dalam semiotika Terutama di kuliah kita mungkin kita akan lebih fokus nanti apa yang disebut dengan semiotika semiotika struktural apa yang kita jelaskan barusan itu sebenarnya menjelaskan ini di dalam semiotika itu sangat sangat sentral konsep relasi Relasi itu sebuah gambar ya, sebuah gambar bermakna bukan karena esensi dari elemen-elemen gambarnya, tapi karena relasi diantara unsur-unsur yang membangun gambar itu. Nah itu, jadi disini pengertian relasi itu pengertian yang sangat sentral di dalam semenetika struktural ya. Oke, penampakan nasional itu mungkin saya mencoba memulai dari situ dulu sebelum sekaligus lah ya, kita sekarang ini sedang mencoba memahami apa itu tanda ya sekaligus memahami apa itu relasi tadi itu Oke, mengapa jejak tadi layak kita sebut tanda? Atau kalau saya balik pertanyaannya, layak nggak jejak tadi kita sebut tanda? Layak ya. Layak karena apa? Karena dia menandai sesuatu. Nah, menandai dalam konteks jejak tadi itu dalam pengertian apa ya? Bahwa jejak itu menandai manusia, orang yang lewat. Nah, menandai itu dalam konteks penjelasannya apa? Menanda itu dalam konteks menunjukkan. Iya kan? Jejak itu menunjukkan orang yang lewat. Bukan dalam konteks makna, gitu. Nggak bisa kita mengatakan jejak ini maknanya manusia yang lewat, enggak. Tapi jejak ini, gimana? Ya menunjukkan aja kan. Ada orang yang lewat Ini saya hanya ingin menjelaskan kompleksitas di dalam semiotika ya bahwa sebuah tanda itu hubungannya dengan sesuatu yang ditanda itu bisa hubungannya menunjukkan saja, bukan memaknai gitu tapi bisa juga relasinya, relasi antara tanda dan makna nah nanti di dalam semiotika kita bedakan yang satu yang menunjukkan itu namanya denotasi yang memberikan makna, namanya itu konotasi ini saya di awal ini untuk memberikan pengertian saja bahwa gak bisa kita pukul rata sekarang kita mulai dalam hal menandai tadi ya oke Ini agak lebih abstrak dibandingkan jejak tadi. Ini lebih abstrak. Kalau jejak tadi konkret, dia menunjukkan fenomena yang juga konkret. Nah sekarang ini sudah beda ini. Yang kita lihat konkret. Ya kan? Apa yang kita lihat sekarang? Di dalam semetika kita harus menjelaskan sejelas mungkin gitu ya Gak bisa kita katakan yang saya lihat orang, gak bisa, gak cukup Belum dulu, apa namanya yang kita lihat sekarang Seorang ibu tua Dan mana tau tua? Rambutnya putih, kulitnya keriput Ya kan? Nah, baru tadi dia, apa namanya, seorang ibu tua sedang bagaimana? Sedang melamun. Sedang melihat ke depan dengan pandangan yang kosong. Oke. Dari mana kita tahu bahwa dia sedang melihat dengan pandangan kosong? Kan kita gak tau apa yang ada dalam hatinya ya Nah disini kita mulai mencoba melihat relasi Antara sesuatu yang konkret dengan sesuatu yang katakanlah transcendent ya Transcendent itu gak bisa kita tangkap dengan indera kita Bisa gak kita tangkap dengan indera kita apa yang ada dalam hati si ibu ini Nggak bisa kan? Oke, saya sekarang mencoba menggiring ke hal yang abstrak ya, walaupun disini kan juga ada hal yang konkret. Bahwa si ibu itu sedih, wajahnya menunjukkan di dalam hatinya sedih, itu tetap saja konkret dan konkret. Cuman yang satu itu transcendent namanya. Transcendent itu gak bisa kita tangkap dengan indera dalam hati orang. Nah, saya sekarang menggiring ke hal yang lebih abstrak ini ya. Ketika tadi itu kan ibu itu melihat ke depan dengan pandangan kosong Ada sesuatu Apa sih yang menyebabkan dia melihat dengan pandangan kosong itu? Sedih Karena apa? Coba satu orang aja, kira-kira sedih karena apa? Nah di dalam semetika ya, nanti sangat penting kita menggunakan logika. Jadi ada yang disebut dengan logika interpretasi. Maksudnya logika itu, karena ini yang melihat ke depan dengan sedih nih ibu-ibu, maka logikanya dia sedih karena urusan... Urusan ibu-ibu Iya Iya, urusan arisan, urusan suami Iya kan, gak mungkin dia bersedih karena belum beli bebe yang baru Ya gak relevan kan ya? Maka dalam hal mencari logika tadi itu kita mencoba mengkaitkan kondisi si ibu itu dengan konteksnya, dengan konteks si ibu itu sebagai orang tua kan? Nah dari situ kita bisa melihat clue, clue-clue ya. Misalnya tadi itu, dia sedih karena apa? Kita carilah berbagai kemungkinan sedih untuk orang tua. Satu. Apa coba? Karena anaknya gak lulus S2, gak lulus kuliah S3. Ya sedih kan? Bisa karena ketipu. Tapi ya, di dalam apa namanya, kajian budaya ya, ada satu istilah yang disebut dengan tipikal. Tipikal itu stereotype lah gitu. Jadi tipikal kesedihan orang tua seperti ini apa? Yang paling umum. Nah, itu kan urusan dengan suami kan. Lebih spesifik lagi ya Lebih spesifik lagi Bagaimana umumnya ya Perempuan tua itu kan umumnya gimana Ya ditinggal suami itu kan artinya cerai ya Bisa meninggal bisa cerai itu kan ya Oke, kira-kira bisa gak kita mengatakan ya, dia bersedih karena cerai? Bisa? Bisa ya? Dari mana tau? Pak pernah nanya kaya bu ini? Nah itu yang namanya tadi itu namanya logik yang kita gunakan ya umumnya ya arti kita mencoba mencari ini mencari tipe-tipe umum itu namanya stereotype tadi oke secara umum biasanya gitu ya pada umumnya itu urusan perceraian makanya dia apa termenung sedih dan sebagainya Jadi sekarang gambar ini ya, gambarnya kan konkret ini, dia berrelasi dengan apa? Sedih itu konkret nggak? Sedih konkret nggak? Gimana? Nggak. Yang konkret itu kan wajah kita yang bersedih, tapi kalau sedih itu kan tidak konkret. Nah berarti yang sekarang kita hadapi, sebuah gambar berrelasi dengan sesuatu yang abstrak. Bisa katanya dengan sedih, dengan ketidakbahagiaan, dengan ketidakbahagiaan itu kan abstrak itu. Jadi gambar ini berrelasi dengan sesuatu yang abstrak. Oke, ya gambar ini kan gambar yang sangat penambental, jadi memang selalu saya gunakan ini untuk menjelaskan apa yang disebut dengan tanda, apa yang disebut dengan relasi. Sekarang gambar ini lebih lengkap ya. Nah, kira-kira dari gambar yang lebih lengkap ini Si ibu ini bersedih karena apa? Dari mana taunya itu? Gimana? Karena foto pengantinnya disobek ya? Karena foto, gambar ini sebetulnya, gambar ini sebetulnya ya, sebetulnya color ini ya. Sebetulnya gambar si ibu itu color, ini gak muncul aja ini kebetulan ini. Gambar si ibu itu color, gambar foto pernikahan itu black and white. Black and white sebetulnya, aslinya. Nah. Ada relasi apa antara yang color dengan yang black and white? Pertama ada relasi waktu ya, yang satu di masa kini, yang satu di masa lalu. Kesimpulan kita apa? Si ibu itu sedang mengenang masa lalu kan? Karena percariannya di... Di masa lalu apa masa sekarang? Perceraiannya? Masa lalu? Bukan, yang saya maksud, yang dia ingat itu masa lalu kan ya? Kalau perceraiannya mungkin aja barusan. Jadi disini kita mulai melihat apa yang saya sebut tadi dengan relasi. Konkretnya adalah, disini kita mencoba merelasikan antara si ibu tua dengan si foto black and white itu. Dari merelasikan itulah muncul makna. Nah apa makna si foto ini? Udah dijelaskan tadi kan ya? Kesedihan karena perceraian. Itulah maknanya. Nah makna itu muncul karena apa? Karena kita merelasikan. Kalau tidak ada foto black and white yang disobek itu, si ibu tua yang merenung tadi bisa bermakna apa? Bisa banyak. Iya, bisa. Karena, apa namanya, anak tadi nggak lulus kuliah semetika, gitu kan ya. Satu. Bisa karena kredit belum lunas, kredit panci ya, kan gue butuhkan panci biasanya. Nah jadi banyak kemungkinan. Kalau kita gambarkan ya, kalau kita gambarkan gambar yang pertama ini, ini kan gambarnya ini nih, gambar ya. Ini saya tulis N ya dalam pengertian Gambar itu bisa menjelaskan banyak hal gitu Karena clue-nya tidak lengkap Clue-nya tidak lengkap Ini nanti yang kita sebut dengan entropi Di dalam konteks semitika ya Entropi itu artinya sesuatu bisa bermakna apapun, banyak. Entropi itu dicirikan oleh ketidakjelasan makna dalam konteks semiotika. Ketika gambar itu sudah lebih lengkap, masih begini enggak? Relasi antara gambar itu dengan maknanya masih terbuka luas nggak? Yang ini? Enggak, enggak. Sudah tidak seluas ini. Sudah jauh lebih mengerucut. Sehingga kita bisa menunjuk, ah ini urusannya perceraian. Urusan yang lain kredit macet, panci, udah gak masuk, ya kan? Karena tidak ada klunya disini, kecuali kalau disitu ada gambar panci. Oke, jadi inilah yang tadi, konsep berrelasi itu menjadi sangat fundamental gitu di dalam semitika sesuatu, katakanlah si ibu tua itu ketika dia direlasikan dengan sesuatu dia membangun makna Oke, kembali ke pertanyaan yang awal tadi ya. Mengapa si gambar ini layak kita sebut tanda? Ini jawabannya beda dengan yang jejak tadi. Mengapa layak kita sebut tanda ini? Artinya layak disebut tanda ya, karena ada gambarnya, ada gambarnya ya, terus ada sesuatu di balik gambar itu yang kurang lebih kita sebut dengan konsep, atau meaning, atau arti, atau kesan. Ini kesannya... Apa namanya, kesannya itu ketidakbahagiaan. Nah, ketidakbahagiaan itu kan kesan. Sehingga, dia disebut... disebut tanda karena dibalik yang konkret itu ada ada kesan, ada konsep, ada makna, dan seterusnya yang nanti menjadi bahan bagi kita untuk mempelajari struktur tanda kalau sekarang kita belum menjelaskan struktur tanda kita baru menjelaskan komponen-komponennya Nanti kita akan jelaskan relasi antara gambar ini dengan perceraian tadi itu ya. Nanti kita akan jelaskan sebagai relasi antara penanda dan petanda. Signifier dan signified. Itu nanti aja kita coba. Oke, nah kemudian ini gambar jauh lebih lengkap. Kira-kira ini lebih mengerucut lagi nggak ya? Apa yang membuat gambar ini lebih mengerucut pada satu makna perceraian? Ya karena ada tulisan divorce itu. Jadi dia jauh lebih pasti. Nanti tulisan divorce itu di dalam teori simetrika disebutnya redundant, kebalikan dari entropi. Redundance itu artinya Ya, saya mungkin tidak akan menjelaskan definisinya ya. Tapi kurang lebih, tanpa kata divorce itu ya, sebetulnya kita juga ngerti kan, bahwa ini tentang divorce. Kalimat saya itu benar nggak secara gramar? Benar nggak? Nggak? Bagaimana salahnya? One to go. Terus? One to go ya. Tapi saya hapus itu ngerti gak? Ngerti aja kan ya? Berarti kata tu dan e itu gak ada gunanya Orang kita masih ngerti kok tanpa itu Coba aja baca novel, hilangkan semua E, hilangkan semua Z, hilangkan semua T, ya masih ngerti kita. Nah, uruf A sama uruf T itu redundance. Itu salah satu pengetahuan redundance. Nggak ada dia juga kita ini kok nggak terganggu. Sama ya, nggak ada di force itu kita juga nggak terganggu kok itu. Ngerti juga kita kan ya. Nah itu redundance. Mau lebih, ini lagi ya, kalau mau lebih eksperimen gila-gilaan gitu ya, hilangin seluruh huruf hidup dalam bahasa Indonesia. Masih ngerti gak gitu? Apa yang dikatakan orang, ditulis orang. Masih kan ya, di SMS kan begitu semua itu. Berarti seluruh huruf hidup itu redundance. Karena kita masih ngerti. Oke, saya tidak akan menjelaskan itu ya, karena itu kan anda sesinya nanti untuk penjelasan tentang itu. Saya lebih fokus ke menjelaskan apa itu tanda tadi. Dari sini kita sudah bisa melihat bahwa gambar ini bisa menjadi tanda karena dia berrelasi dengan sesuatu yang konkret dan abstrak sekaligus. Gambar ini berrelasi dengan sesuatu yang konkret tidak? Ya harus. Si ibu yang di foto itu konkret gak? Konkret Ya makanya dia berrelasi dengan sesuatu yang konkret Di dalam semenitikan nanti kita sebut Relasinya relasi dan notasi Gambar ini berrelasi juga dengan sesuatu yang Yang abstrak Dengan tadi ketidakbahagiaan Makanya dia layak menjadi tanda gitu ya kurang lebih begitu oke sekarang saya yang saya tampilin bukan gambar tapi adalah tulisan seperti ini kira-kira maknanya sama gak dengan gambar tadi Ya, secara umum ya, sama gak dengan gambar tadi? Sama aja. Yang berbeda apa? Bagaimana? Yang berbeda adalah apa yang disebut di dalam semiotika, materialitas tandanya. Materialitas atau kalau tidak mau istilah materialitas ya yang berbeda itu adalah nature atau ciri dari penandanya kalian tadi penandanya berupa ibu tadi berupa foto atau berupa gambar lah ya nah kalian sekarang berupa kalimat, berupa kata Ini untuk menjelaskan bahwa signifier itu, penanda itu bisa dalam berbagai bentuk saya nanti akan coba jelaskan lebih lengkap untuk sementara kita bisa membedakan antara tanda yang visual ini visual gak ya? Yang visual kan layarnya, kalau urufnya visual nggak itu? Ya memang visual, cuman kita tidak menyebutnya ini visual, kita menyebutnya ini verbal. Memang bisa kita lihat juga. Oke, nah dari situ ya. Kita dituntut untuk memahami apa sebetulnya tanda itu. Saya tadi belum membicarakan itu sebetulnya. Kita bisa coba di gambar yang sebelah kiri. Di gambar sebelah kiri itu... Ada seorang wanita muda ya, pakai jam tangan swatch dua gitu. Nah itulah hal-hal yang kita lihat. Nah wanita muda, apa namanya, ceria gitu ya, tertawa gitu, pakai jam tangan dua. Kira-kira ingin menjelaskan apa itu? Bisa menjelaskan banyak hal nanti ya, sampai nanti bisa kita kaitkan ini dengan konsumerisme. Bisa kita kaitkan dengan itu. Ada yang misalnya ini nggak nebaknya, dari mana letak konsumernya semuanya? Nah, dari situ kan ya. Tapi yang jelas, kita tidak usah terlalu detail dulu ya, yang jelas bahwa gambar ini kan kita sebut tanda karena dia menjelaskan sesuatu. Di dalam konteks yang lebih luas, karena gambar itu merepresentasikan sesuatu maka setiap sesuatu yang merepresentasikan sesuatu, dia pasti tanda atau kalau kita jelaskan dengan cara yang lain, setiap sesuatu memiliki konsep, memiliki makna memiliki arti, maka dia pasti tanda gambar sebelah kiri ini memiliki makna gak? Berarti gak bagi kita gitu ya? Ya tadi kita sudah mengatakan ini katanya dengan konsumerisme berarti kan yang bermakna ya maka dialek menjadi tanda Yang sebelah kanan ini contoh yang menarik sebetulnya Ini yang selalu saya coba tes di dalam setiap kuliah semiotika ya. Saya ngetesnya gini, yang sebelah kanan itu apa? Nah selalu jawabannya gitu. Yang sebelah kanan itu bukan kursi. Yang sebelah kanan itu gambar kursi. Sebab Sebab kalau itu kursi, saya bisa duduk dong disitu Ya, jadi disinilah pentingnya konsep ini kan ya, konsep representasi. Artinya yang kita lihat sekarang representasi dari kursi, bukan kursinya. Nah, di dalam semidika nanti kita sesuatu yang merepresentasikan seperti gambar kursi ini itu disebutnya signifier itu sesuatu yang direpresentasikan yaitu kursi yang sebenarnya itu adalah signified-nya. Oke, sekarang anggap saja yang kita lihat ini kursi bukan gambar kursi. Ya, anggap saja kita berhadapan dengan kursi ini ya. Nah, kursi itu merepresentasikan sesuatu enggak? Apa yang direpresentasikannya? Kursi itu merepresentasikan bunga. Bunga mawar. Benar gak itu ya? Ini gambarnya kurang jelas ya. Kursi itu merepresentasikan yang tadi kita sebut menggambarkan ya, mewakili, menunjukkan. Kursi itu menggambarkan bunga mawar, dia meniru bunga mawar. Stilasi dari bunga mawar, konkretnya begitu kan ya. Artinya disini kita berhadapan dengan... Double, apa, double signification ya Apa, tanda yang ganda gitu Gambar kursi ini menggambarkan kursi Sementara kursinya sendiri menggambarkan bunga mawar Nah dalam semedika kita sering mengenai hal yang begitu Tanda itu bertumpuk-tumpuk Oke, bisa juga kita giring ke hal yang abstrak ini ya, yang sebelah kanan ini. Kursi yang berbentuk bunga mawar itu ya, kira-kira maknanya apa? Cantikan, feminitas. Cocok gak misalnya yang pakai kursi ini? Siapa? Aderai misalnya gitu ya. Jadi nanti kita bisa kaitkan dengan hal-hal yang abstrak. Nanti aja, untuk sementara cukup lah kita mengetahui bahwa sebuah gambar, konkret kan, tapi dia bisa berhubungan dengan hal yang konkret yang lain, si kursinya. Tapi si kursi yang konkret itu bisa berkaitan dengan hal yang abstrak, yang tadi kita sebut dengan femininitas dan seterusnya. Oke, sambil saya menjelaskan, saya tidak keberatan kalau ada yang langsung komentar, bertanya, silakan aja. Kalau ada yang belum jelas, silakan nanti langsung ditanyakan. Oke, nah dari situ ya, kita masuk ke hal yang lebih teoritis ini, yaitu tentang definisi tanda itu sendiri. Ketika kita melihat berbagai definisi mengenai tanda, Kita mungkin akan dibuat bingung gitu karena beberapa definisi itu bisa bisa saja bertentangan satu sama lain oke saya disini mengambil 4 definisi ya 4 definisi, sebenarnya banyak definisinya ini yang pertama dari dari Ferdinand Saussure ini definisi yang paling fundamental ini ya menurut Saussure Tanda, ini bukan definisi tanda, sorry ya. Ini definisi semiotika. Saya salah nulis itu. Definisi semiotika. Jadi tolong dikoreksi ini. Definisi semiotika. Jadi dari pembicaraan tentang tanda tadi, maka kita bisa mendefinisikan semiotika. Semitika adalah kajian tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Itu menurut South Source. Bisa kita cobakan. Dalam kehidupan sosial, kita menggunakan berpakaian gitu ya. Dalam konteks kehidupan sosial, kita ingin merepresentasikan sesuatu enggak melalui pakaian itu? Apa kira-kira yang ingin kita ungkapkan melalui pakaian? Bisa umur kan ya? Bisa status? Bisa profesi, bisa jabatan, bisa gender, bisa kemapanan. Kita ambil contoh, ini apa namanya, gender. Baju kita menjelaskan gender kita enggak? Berarti baju representasi. Berarti baju tanda dari gender. Baju kita menjelaskan profesi kita enggak? Ya kalau sekarang sih enggak. Gimana? Iya, pilot, polisi, tentara, dan seterusnya. Baju seragam, dan seterusnya. Jadi baju juga menjelaskan profesi. Nah itu yang dimaksud oleh Sausur, bahwa Semitika adalah kajian tentang tanda dan perannya dalam kehidupan sosial. Itu kalau kita berikan contohnya baju ya. Nah, yang mempunyai peran tanda secara sosial apa saja? Bahasa Indonesia itu mempunyai peran sosial nggak? Nggak mungkin kita mengkip bahasa Indonesia itu untuk diri kita sendiri, itu kan ya. Bisa nggak kita gunakan bahasa Indonesia untuk diri kita sendiri? Di rumah ngomong seharian tapi dengan diri kita sendiri. Pakai bahasa Indonesia. Nah, bahasa Indonesia itu cirinya gimana? Dia sebagai medium untuk social life kan, untuk kehidupan sosial, untuk kita ngomong, bergunjing, berdiskusi, dan sebagainya. Itu yang dimaksud dengan peran tanda dalam kehidupan sosial oleh South Shore. Nah, kalau yang relevan dengan bidang kita, mungkin... HP itu ya menjelaskan, bisa kita gunakan untuk menjelaskan posisi sosial kita enggak? Kalau kita high class gitu ya kita bisa gunakan HP untuk menjelaskan high class kita nah berarti HP itu tanda juga dalam konteks relasi sosial Jadi mengapa saya taruh pertama definisi saus? Karena memang sangat luas sekali ini, sangat fundamental ini. Yang kedua ya, ini dari Pierce yang kedua itu, tanda disebut juga oleh Pierce itu representemen. Representation itu artinya sesuatu yang merepresentasikan. Jadi tanda adalah sesuatu yang Ini bukan stun so, ini salah ketik ini ya. for, stand for somebody stand to ya, stand to somebody for something in some respect or capacity artinya, tanda adalah sesuatu ini sesuatu ya yang digunakan untuk sambadi, untuk menjelaskan sesuatu yang lain kan kira-kira begitu kan ya Tanda adalah sesuatu untuk seseorang untuk menjelaskan sesuatu yang lain nah, berarti kan ada tiga unsur situ bisa kita konkretkan ya kita konkretkan sebelah kanan itu sesuatu gak? sesuatu kan yang kita sebut tadi gambar yang sebelah kanan itu sesuatu berupa gambar Nadia berrelasi dengan sesuatu yang lain ya kan yang bukan berupa gambar tapi berupa kursi yang sebenarnya kan gak gambar ikan menggambarkan kursi hai hai Nah itu yang dimaksudnya stun 2 tadi itu Gambar kursi itu Stun 2 itu bisa kita artikan juga mewakili Gambar kursi ini mewakili kursi yang sebenarnya gak? Ya kan? Nah artinya sesuatu ini mewakili sesuatu yang lain Untuk siapa? Untuk kita, untuk kita semua, kalau nggak ada kita, gambar kursi ini mewakili kursi nggak? Kalau nggak ada kita yang melihat gambar itu? Makanya definisi Peirce ini lebih lengkap dalam pengertian. Dia menjelaskan apa yang benar-benar kita alami. Coba saja ya, gambar kursi ini kalau tidak ada gitar di sini, dia merepresentasikan kursi tidak? Jadi merepresentasikan itu untuk siapa? Ya untuk kita, makanya disini diperlukan ini, somebody ini. Sama aja kalau kita ngomong gitu ya, saya tunggu kamu besok di kelas A. Artinya apa? Harus ada sesuatu, seseorang yang kita ngomong gitu. Nah kalau kita ngomong, saya tunggu kamu di kelas A, tapi gak ada seseorang tempat kita ngomong itu. Itu artinya apa? Nah makanya bahasa itu... hanya berfungsi kalau ada somebody itu. Yang nanti oleh Peirce disebutnya itu interpretan. Interpretan itu, dia menyebut ini representemen, sesuatu yang merepresentasikan. Ini disebutnya sesuatu yang direpresentasikan. Yang ini disebutnya interpretan. Sesuatu yang memberi makna pada dua hal ini. Nah, makanya yang biasanya ini juga sangat fundamental ini ya. Kita coba yang lain ya. Ada dari Pierre Girard ya. Pierre Girard itu semiologi, dia menggunakan islah semiologi, bukan semiotik. Semiologi adalah ilmu yang mengkaji sistem tanda. Sistem tanda itu dijelaskan bahasa, kode, seperangkat, sinyal. Nah kata Giraud, berdasarkan definisi ini, bahasa atau ilmu bahasa ya, bahasa bagian dari semiotik. Jadi linguistik itu bagian dari semiotik. Menurut Saussure juga begitu, linguistik bagian dari semiotik. Jadi semiotik itu ilmu yang lebih luas. Oke, kita coba yang lain ya, yang dari Umberto Eco ini. Semiotik berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai tanda. Semiotik itu mengkaji sesuatu yang berfungsi sebagai tanda. Nah, dijelaskan juga, tanda adalah sesuatu yang dapat berfungsi menggantikan sesuatu yang lain. Substitusi. Gambar kursi ini substitusi nggak? Substitusi kan menggantikan ya, dia menggantikan peran kursi yang sebenarnya. Gambar si perempuan yang sebelah kiri itu, menggantikan gak? Menggantikan si perempuan yang sebenarnya. Nah, oleh karena itu maka, ini kata Umberto Iko ya, ya sementara kita mempelajari tentang sesuatu yang bisa dijadikan sebagai tanda, dan tanda itu adalah sesuatu yang merupakan substitusi dari sesuatu yang lain. Kalau saya sekarang di depan kelas ini, substitusi nggak? Langsung kan, kalau kuliah saya ini direkam oleh Mas Andrian di belakang gitu ya, terus minggu depan ditayangin di kelas ini, nah itu substitusi kuliah saya. Nah sehingga saya bukan tanda ya, tapi kuliah yang direkam itu adalah tanda dalam pengertian itu. Ya walaupun saya juga tanda ya, kan nanti ada body language, ada gestur itu juga tanda sih sebetulnya. Oke, ada pertanyaan nggak ya tentang empat definisi ini? Sebenarnya ada beberapa definisi yang lain ini. Ada yang mau tanya? Sejauh ini dari awal tadi tentang tanda, tentang relasi. Pada saat tambahin, kita tidak dapat semungkinan yang bisa kita, dari 1, 2, 3 sampai, kalau tandanya kurang berarti maksimalnya sampai 4 putih ya Pak, dapat hasilnya kalau kurang lengkap tandanya. Gimana Pak? Jadi kalau, ini kan tadi kita bicara pertama, 1, 2 sampai, Ya, yang ini. Tanda itu tidak lengkap. Sampai itu terjadi hasil yang paling akhir kita dapatkan? Artinya kalau ini ya, kalau sebuah tanda yang elemen-elemennya tidak lengkap ya, maka yang bisa kita lakukan adalah kita mengasihkan makna yang umum. Makna yang general ya, general tidak pasti. Nah makanya di dalam... Di dalam tanda apapun ya, apa dia iklan, apa film, apa termasuk baju kita, aspektur, produk, semakin lengkap elemen-elemen pembangun tanda, semakin kecil untuk salah interpretasi. Nah kalau kita ingin pesan kita tersampai dengan jelas, maka kita harus menggunakan prinsip redundancy tadi ya, redundance. Contoh ya, kita sering lihat di iklan-iklan di kita itu. Udah jelas ada botol kecap gitu ya, sudah ada tulisan nomor 1 di botolnya, ditampilin di iklan. Terus ada lagi tulisan di iklan itu, kecap ini nomor 1. Terus ada lagi orang yang ngomong kan, kecap ini nomor 1. Nah itu yang kita sebutnya redundance. Tapi dalam hal ini redundance itu diperlukan untuk memperjelas pemaknaan. Misalnya kenapa masih perlu ngomong? Kecap di nomor satu. Karena mungkin ada orang yang tunarungu ya? Eh, tunar apa itu? Tuna Netra, iya orang Tuna Netra, gak bisa baca. Nah ini contoh, jadi sebenarnya tergantung ini ya, kalau kita ingin membuat karya yang terbuka, Apakah iklan, lukisan, patung, apapun lah Karya yang terbuka Artinya membuka peluang pada orang yang melihat itu untuk memaknai sendiri Maka sebaiknya kita tidak melengkapi unsur-unsur tanahnya Biar orang menafsirkan sendiri Jadi di dalam ini ya, di dalam seni, desain, astraktur dan bidang-bidang yang serupa itu, kita itu bergerak di antara ini nih, antara entropi dan redundance. Kalau kita ingin pesan itu tidak salah diinterpretasikan orang, nah kita harus redundance, harus selengkap mungkin unsur-unsur tandanya. Itu terlihat dari contoh iklan, apa namanya, gambar si ibu tua tadi itu ya. Itu unsur-unsurnya lengkap itu. Nah, apa namanya ya, iklan-iklan, film, apapun lah sekarang. Sekarang kan cerdas-cerdas ya, jadi dibuat tidak jelas gitu. Nah tujuannya apa? Dia menjadi entropi. Entropi itu membuka peluang bagi kita untuk ini, untuk membangun makna kita sendiri. Sehingga di dalam semitika nanti tujuan semitika itu bisa menggali makna yang sudah terstruktur bisa juga kita membangun makna kita sendiri tergantung tandanya saya kira begitu ada lagi? oke, kalau gak ada saya tuliskan dulu ya Oke, dari beberapa penjelasan kita tadi ya, secara umum bisa kita jelaskan bahwa pokoknya tanda adalah sesuatu yang mempunyai makna. Ini penjelasannya umum ini. Tanda sesuatu yang mempunyai makna. Tanda relasi antara yang konkret dengan yang abstrak. Tapi ini saya sederhanakan. Kalau kita mengikuti peers tadi, bagi peers, sesuatu ini bisa konkret, bisa abstrak. Kalau gambar iklan di depan ini konkret kan ya? Nah dia bisa menjadi tanda. Tapi menurut Pies, si sesuatu itu ya bisa juga bukan hal yang abstrak, yang konkret. Misalnya, pikiran kita. Pikiran kita konkret nggak? Abstrak kan? Pikiran kita itu memikirkan apa? Nah makanya pikiran kita sesuatu, yang dipikirinnya sesuatu yang lain kan, maka dia juga tanda. Iya, tapi karena Semitika kita ini Semitika Design. kita mungkin tidak perlu ngurusin yang gitu. Jadi kita batasi, urusan kita adalah dengan tanda-tanda yang konkret. Nah, makanya saya sebut dari situ, relasi antara sesuatu yang konkret dengan sesuatu yang abstrak. Relasi antara signifier dan signifian ini nanti mungkin akan kita sampai ke sana. Ada penjelasan lain, relasi antara bentuk dan makna. Antara ekspresi dan konten. Bisa juga begitu. Oke, jadi... Dari apa yang tadi kita bicarakan ya, mungkin sudah mulai terlihat ada masalah di dalam semerdeka itu ya. Masalahnya itu adalah ketika sausur menggunakan istilah tanda, Tanda yang dipahami Saussure itu nggak bisa kita gunakan untuk seluruh tanda. Mengapa? Karena Saussure menggunakan islah tanda untuk linguistik. Dan linguistik yang dijelaskan oleh Saussure juga linguistik yang oral. Ucapan. Nah ketika kita pakai rolam barte ya, rolam barte itu lebih banyak menggeluti tanda-tanda yang visual. Jadi nanti kita mungkin memerlukan apa namanya ya, cara berpikir yang lebih mencoba memilah-milah gitu ya. Dari sini udah kelihatan ini. perbedaan-perbedaan antara Barte dan seterusnya kayak kurang lebih yang barusan itu adalah pengantarnya itu pengantar kuliah kita Biar nanti makan siangnya enak gitu kan ya Jadi saya bikin pusing dulu gitu Saya sekarang akan coba ya, menurut saya tadi sudah menangkap secara dari sebesar ya, apa namanya, esensi dari Semitika. Saya sekarang mencoba fokus pada pemahaman Semitika yang lebih spesifik, yang dikembangkan oleh tadi tuh Ferdinand de Saussure, yang disebutnya Semitika Struktural. Sebagai catatan, semetika tidak mesti struktural. Cuman semetika struktural ini semetika yang paling basic. Kalau kita mau mempelajari hal-hal yang sekarang yang sudah bercampur haduk, sudah hibrid, sudah dekonstruktif, postmodern, dan sebagainya, nah kita nggak bisa pakai yang struktural ini. Cuman kita harus masuk dulu ke sini, ke semitika yang basic ini, struktural. Jadi saya akan coba jelaskan semitika struktural ini ya. Sebagai prinsip pertama ya, mengapa dia harus kita bedakan dari semetika yang non-struktural. Di dalam semetika struktural itu, kita memahami sesuatu, melihat sesuatu ya, melihat sesuatu, katakan melihat ibu tua di gambar itu tadi, katakan melihat sesuatu itu. Mau tidak mau dalam kaitannya dengan sebuah sistem. Jadi apapun yang kita lihat harus kita kaitkan dengan sistem. Saya ambil contoh gini. Bagaimana kita melihat sebuah baju itu feminin karakternya. Bagaimana kita bisa memberikan judgment, penilaian, wah bajunya feminin gitu. Mau tidak mau, karena kita melihat baju itu dalam kaitan sebuah sistem. Apa itu sistem? Sistem, ya minimal saya menjelaskan sistem begini ya, di dalam sistem gender ada konsep maskulin, ada konsep feminin. Nah baju itu harus kita tempatkan dalam sebuah sistem. Mengapa kita bisa menjatmennya feminin? Karena ada baju lain yang maskulin. Iya, jadi baju itu tidak bisa kita analisis secara terpisah tanpa mengkaitkan dengan sebuah sistem. Nah itu yang dimaksud, apa namanya ya, strukturalismo itu kajian sesuatu apapun gitu, gambar, bangunan, produk, interior kita melihatnya dalam keseluruhan sistem nanti akan saya jelaskan pengertian sistem di dalam bahasa nanti untuk sementara gitu aja dulu Mudah-mudahan semakin......sesing. Oke, nah strukturalisme itu dia tidak menaruh perhatian pada hubungan sebab akibat dari sesuatu karena fokusnya adalah struktur Spidol ini misalnya ya, kalau kita mengkaji dari segi sebab-akibat, spidol muncul karena apa? Coba kalau kita mempelajari kausal sebab-akibat. sepedaulene muncul karena ada pabriknya ya kan kalau gak ada pabriknya gak ada sepedaulene itu kan rahasia kausal terus pabrik itu ada karena apa? karena ada kebutuhan kalau gak ada kebutuhan sepedaulene spidol, enggak, enggak ada spidol ini. Terus mengapa ada kebutuhan spidol? Karena ada whiteboard. Karena ada profesi dosen, profesi mahasiswa. Nah, itu kita mengkaji sesuatu dalam konteks sebab-akibat. Kausal namanya itu. Di dalam semenitika struktural, yang kausal itu diabaikan. Karena fokus kita adalah mengkaji struktur. Nah, spidol ini bisa kita kaji struktur, bukan kausalnya. Apa yang dimaksud dengan struktur spidol ini? Kurang lebih tadi yang telah kita mulai coba bicarakan. Struktur adalah relasi elemen-elemen yang membangun spidol ini. Nah berapa elemen dia? Ada tutup, ada ujung, ada tinta, ada rumahnya ini kan ya. Nah itulah elemen-elemen. Kalau kita alihkan ke iklan tadi. Supaya konkret ya, yang disebut struktur pada iklan ini adalah relasi antara bir dengan perempuan dengan tangan yang misterius ini dengan kalung, dengan tulisan Busa, ya itu yang kita sebut dengan kajian struktur, kita mengkaji relasi diantara elemen-elemen yang membangun sebuah gambar seperti ini. Karena kita mencoba merelasikan elemen-elemen itu ya kira-kira maknanya apa ini? Ya, laki-laki pegang bir. Kan laki-laki yang pegang birnya. Terus perempuannya melihat laki-laki yang pegang bir itu. Nah, kira-kira... Nah, bisa begitu. minum bir untuk menggait wanita katanya tadi tapi bisa juga kita angkat ke relasi yang lebih struktural ini menjelaskan relasi antara laki-laki dan perempuan di dalam sebuah masyarakat kira-kira relasinya gimana perempuan dan laki-laki direlasikan oleh iklan ini Nah, bisa kita melihat laki-laki dominan, perempuan, objeknya gitu kan. Itu yang kita masuk dengan kita memperoleh struktur. Struktur gambar itu. Karena yang kita coba lakukan adalah merelasikan di antara elemen-elemen yang membangun gambar itu. Nah, itulah kajian struktural. Itu yang nomor dua tadi ya. Sehingga strukturalisme itu mengabaikan sejarah perubahan transformasi. Karena fokusnya adalah melihat sesuatu dalam merelasinya di dalam sebuah totalitas. Apa yang dimaksud dengan totalitas pada gambar ini? Totalitas adalah keseluruhan yang membangun elemen gambar ini dari mulai layar Dari mulai karakter orang yang dipoto, warnanya, gestur, body language. Posisi Nah Nanti kita akan coba nanti Berikan beberapa contoh nanti ya Supaya lebih konkret, tapi untuk sementara ya Kurang lebih Begitulah kajian struktur Strukturalisme Ini saya hanya Sepintas saja, tidak akan saya jelaskan satu persatu ya Kurang begitu jelas ya Saya hanya ingin menjelaskan disini bahwa Di dalam kajian bahasa itu Orang bisa mengkaji perubahan, bisa mengkaji struktur, bisa mengkaji sebab-akibat tadi. Nah, semitika struktural dia hanya memilih garis yang bidang yang dihitamkan itu. Saya tidak akan jelaskan detail lah ini ya. Semitika struktural mengkaji bahasa secara internal, secara sinkronik. Dengan merelasikan antara Leng dan Perol, kurang lebih begitu. Ini jelas kan ya? Ya jelasannya nggak jelas, karena belum saya jelaskan kok ini. Dan saya tidak akan jelaskan lah ya, karena mungkin terlalu ini nanti, terlalu luas kita ya. Maksud saya, kajian bahasa itu banyak cabang-cabangnya. Nasamitika suruh. hanya mengambil salah satu cabang. Saya ambil contoh ini. Di dalam kajian bahasa, linguistik, tanda, ada dua kemungkinan, kajian sinkronik, kajian diakronik. Kajian diakronik, kajian perubahan, kajian sejarah, kajian sebab-akibat, kajian transformasi. Bisa kita coba, bisa kita kaji iklan ini dalam kajian sejarah. Ya, iklan sebelumnya, dari tahun sekian sampai tahun sekian, iklan angkar bir itu kan ya, itu kajian sejarah. Nah, kajian sinkronik itu kajian relasi. Nanti akan saya jelaskan lebih jauh ya, ini sekedar pemetaan aja dulu. Begitu juga ada kajian LANG, ada kajian PEROL. LANG itu adalah sistem bahasa, sistem tanda. PEROL itu adalah prakteknya. Nah, saya akan jelaskan nanti. simpan saja dulu kebingungan yang tadi ya yang tadi kolom-kolom tadi dirain aja dulu bingung apa-apa saya coba fokus ke ini ke tanda bahwa apa itu tanda salah satu jenis tanda adalah linguistic sign linguistic sign ya Dan Ferdinand Saussure itu menggaji tanda hanya linguistik saja dan hanya oral saja. Itu yang harus kita ingat gitu. Sehingga bagi Saussure ya... Kan tadi kita mengatakan di awal, semedika mengkaji relasi di antara unsur-unsur tanda ya. Bagi Saussure, yang disebut tanda adalah hubungan antara acoustic image dan konsep. Ini contoh di Peirce tadi, bagi Peirce, tanda relasi antara sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam kaitannya dengan kita melihat. Ini menurut Peirce. Menurut Saussure, tanda adalah relasi antara acoustic image dan konsep. Nah, apa itu acoustic image? Acoustic image adalah image gambar yang muncul di otak kita ketika kita mendengarkan sesuatu ketika Saya mengucapkan kata pohon, pohon. Nah di pikiran masing-masing ada gambar pohon gak? Ya saya ucapkan pohon, ada gambar pohon gak di pikiran masing-masing? Kalau gak ada berarti sedang lamun. pasti ada gambar pohon tapi pohonnya sama gak? ya beda-beda tergantung pengalaman kita dengan pohon oke jadi yang disebut apa namanya representemen tadi oleh Sausur adalah gambar di dalam pikiran kita Nah ketika misalnya saya ucapkan kata bakso gitu ya Bakso Nah di dalam pikiran masing-masing ada gambar bakso gak? Ada Jelas itu kan ya Apalagi udah siang gini gitu kan Nah Tapi gambar bakso itu ya Berhubungan dengan sesuatu konsep, makna, keinginan dengan kesan kira-kira kalau saya ucapkan bakso ada kesan apa? nah, berarti itulah konsep jadi ada gambar, ada konsepnya nah, begitulah cara kerja linguistik dalam pengertian oral Sekarang saya tuliskan depan Masih ada gak gambar di pikiran kita? Gambar bakso Masih kan? Masih ada nggak lapar? Masih kan? Nah ini saya mengingatkan dari awal bahwa Salasur ini memang dia mengembangkan semilitika hanya oral aja. Dia tidak bisa bicara iklan, bicara spidol ini, nggak bisa Salasur ini. Sehingga definisi tandanya begitu dia. Tanda adalah relasi antara acoustic image dan konsep. Ya karena tandanya adalah berupa ini. Ucapan gini. Nah ketika sudah begini gitu ya, konsep saus itu nggak bisa dipakai. Nggak bisa dipakai. Coba gambar di bawah itu ya. Kalau gambar di bawah itu orang yang sedang memikirkan bakso Nah oleh karena itu ya, Roland Barthes itu mencoba mengembangkan lebih jauh konsep tanda sausur itu yang terbatas ya, yang terbatas di oral, dikembangkan lebih luas. Sehingga strukturnya menjadi tanda terdiri dari signifier dan signified. Struktur ini disebutnya, yang ini disebutnya. Diedik, yang ini diedik yang nanti Piersi dan teman-teman ini disebutnya triedik. Diedik artinya tanda terdiri dari dua unsur. Kalau triedik, tanda terdiri dari tiga unsur. Nah, unsur yang membangun tanda apa disini coba? Jadi cara membaca struktur Rulon Barte itu gini ya Tanda terdiri dari signifier dan signified Kalau tidak ada signified, maka tidak akan ada tanda Begitu juga kalau tidak ada signifiernya, tidak akan ada tanda Karena tanda terdiri dari dua unsur itu dan tidak boleh kurang Oke, karena Roland Barthes ini mencoba memperluas ya, maka konsep Signified, signified ini bisa kita gunakan untuk menjelaskan apapun sebetulnya. Kita bisa menjelaskan gambar di bawah ini. Kalau teori sausur nggak bisa. Nah, bagaimana kita menjelaskan gambar di bawah ini dalam menggunakan konsep ini? Kita bisa mengurangkan gambar ini ya Artinya gambar ini Terdiri dari Seperangkat penanda Ya Nah Seperangkat penanda itu apa saja Ada si wanitanya ya, ceweknya ini, ada dua jam tangan ini, ada cincin sebelah kiri ini. Cincin apa itu? Nanti itu namanya indeks. Cincin itu menunjukkan, menunjukkan dia sudah bertunangan. Ada linguistic sign berupa tulisan Oke Jadi yang kita hadapi sekarang adalah seperangkat penanda ya Terus, seperangkat penanda itu terkait dengan sebuah konsep, arti, makna, kesan, enggak kira-kira Nah, kira-kira apa ini ya konsepnya atau maknanya disinilah kita memerlukan apa yang disebut tadi itu dalam mengkaji semitika secara struktural kita mengkaji relasi diantara elemen-elemennya karena kita mengkaji relasi kita harus melihat posisi masing-masing elemen itu. Oke. Apa relasi antara James Walsh dengan si wanita ini? Relasi kan begini. Bagaimana untuk menggambarkan orang sedang bahagia? Ya, di foto aja orang sedang ketawa, kan? Nah, mengapa seorang sedang ketawa ini yang ditampilin oleh iklan SWAT ini? Karena SWAT ingin konsep kebahagiaan. Bisa nggak konsep kebahagiaan itu muncul, tapi yang diiklan itu cuma jam 2 itu aja? Bisa nggak? Bisa, saya tulis aja, kebahagiaan. Jadi disini relasinya itu adalah bahwa si jam tangan ini ingin menggambarkan suasana kebahagiaan ketika orang pakai jam tangan swos. Jadi maknanya apa? Ya, kalau kita mengkaji relasi ya, kan kurang lebih kita pakai logika sederhana aja. Si cewek itu berbahagia karena pakai jam tangan swas, dua lagi kan ya. Kalau satu nggak bahagia mungkin gitu kan. Nah, itu kan relasi. Kalau nggak ada jam tangan itu? Jadi dia bahagia karena apa? Bisa karena cincin tunangannya itu. Iya kan? Nah ini yang tadi kita katakan ya, bahwa sesuatu bermakna kalau kita coba bongkar ininya elemen signifiernya gitu, dan kemudian kita relasikan. Nanti akan saya berikan beberapa contoh yang lain ya. Oke. Ini bagian yang paling mudah sebetulnya. Karena ini hanya menjelaskan ini, berbagai wujud penanda. berbagai wujud signifier dan kita harus menyadarinya ya perbedaan-perbedaan itu saya ambil contoh ya yang paling kiri atas itu kalau yang kita hadapi adalah suara maka berlakukah, berlakulah struktur sausur tadi jadi misalnya suara bakso tadi Konsepnya lapar. Nah, jadi suara berkaitan dengan konsep. Benar nggak? Jadi saya mengucapkan bakso. Tapi kenapa lapar? Bukan lagi bakso, relasi. Relasi antara kata bakso itu gambar di pikiran kita dengan rasa lapar kita. Hai tapi kalau kita mendengar suara ombak di film gitu ya Hai nah suara ombak di film itu Hai menjelaskan apa ya Disinilah kita melihat kompleksitas semiotik ya Suara ombak di film itu suara ombak gak? Itu suara ombak gak? Bukan, itu representasi suara ombak Iya kan? Mengapa ini penting ya? Karena di dalam abad informasi sekarang ya, komputer grafik dan sebagainya, suara itu kan bisa dimanipulasi. Iya, dibuat-buat. Nah, sehingga saya tidak bisa, wah ini suara ombak, belum tentu. Memang sangat penting untuk ini, melihat. tadi itu apa namanya nah jadi suara ombak di film bisa menggambarkan objek yang dimaksudnya objek apa itu suara ombak yang sebenarnya tapi suara juga bisa mengajarkan konsep kayak bakso tadi Nah, kita sedang berhadapan dengan apa yang disebut dengan oral sign ya. Jadi, tanda-tanda linguistik itu oral sign, tanda-tanda oral. Di sini, sound ini dalam pengertian audio ya. Ini sound juga, tapi dalam pengertian audio. Kita mendengar suara musik. Bukan suara orang gitu ya Nah suara musik itu bisa menghasilkan konsep, bisa juga objek Ada gak musik yang meniru suara alam? Banyak kan? Kita disini sedang berhadapan dengan audio sign Jadi artinya apa? Kita bisa menganalisis musik ya secara semiotik Musik apa namanya suara apa pun lah serine dan sebagainya gitu ya nah kemudian kalau kita berhadapan dengan gambar kita tentunya tidak bisa pakai saucer Kita berhadapan dengan visual sign, tanda-tanda visual. Semilitika juga semilitika visual. Beberapa contoh tadi adalah visual sign. Yang tadi kita contohkan, ini visual sign. Tulisan ini, ini oral bukan? Tulisan yang berusaha adalah writing sign. Written sign. Kemudian juga ada object ya. Jadi benda menjadi tanda. Nah, kursi tadi, arsektur, bangunan, patung, laptop ini, speedo ini, itu kan benda. Tapi benda itu juga bisa menjadi signifier. Kalau benda itu dipoto, fotonya menjadi signifier, bendanya menjadi signified. Itu kan bingungan ya. Oke, jadi ini objek. Nah, objek bisa meniru objek. Seperti tadi, kursi meniru bunga ros ya. Tapi objek juga bisa meniru konsep. Contoh ya, bangunan fakultas kita ini meniru apa? Apa meniru objek? Ini bangunan kita ini nih Dia meniru konsep Ada konsep dibaliknya kan ya Dan konsep itu juga signified Harus kita ingat itu Nah begitu juga ini ya Apa namanya Bau ya Semarang itu bau ya Jadi kalau kita main-main ke misalnya ke Plaza Senayan gitu ya, tiba-tiba ada bau, apa namanya, cappuccino gitu. Nah di otak kita ada apa sih? Membau cappuccino itu. Pengen ngopi dulu ya. Jadi sumber-sumber tanda itu dari mana? Dari ini kan, dari indera penciuman ya, berarti apa yang kita cium itu, kita tangkap melalui indera penciuman itu signifier. Yang nanti kita olah di otak kita, muncul juga tuh gambar kopinya kan ya, di pikiran kita. Dari situ muncullah konsep. Begitu juga Tektile ya Tektile itu perabaan Coba satu ketika ya Kita eksperimen ya Kita kasih spidol ini Dari belakang seseorang Ada seseorang ngasih spidol ke saya begini Saya gak ngeliat spidol itu Saya hanya pegang. Nah, tahu nggak saya kalau ini spidol? Ya, tahu lah. Karena saya sudah mempunyai data praktikal. Data dari tangan saya yang saya kirim ke otak, di otak saya menjadi gambar juga. Sekarang saya lihat spidol ini di otak saya. Gambar spidol juga, berarti kan ini ya sumber signifier itu bisa dari berbagai ini, dari berbagai sudut. Sekarang saya ucapkan spidol artline gitu, snowman ya, spidol snowman. Masih tergambar spidol gak di otaknya? Iya, makanya kan sumber signifier itu bisa dari macam-macam. Nah makanya saya katakan mudah tadi kan ya, karena hanya menjelaskan itu sebetulnya. Jadi yang begini justru lebih-lebih bisa menjelaskan atau yang lain? Ya, tapi yang sosok, yang martes. Menjelaskan? Lebih banyak menjelaskan. Jadi kalau yang berarti kan, kalau sosok kan hanya linguistik, moral. Ya. Betul, ya Roland Barthe maupun Nanti Piers ya, nanti kita juga minggu depan Masuk ke Piers, Piers juga sama Ya Bahkan oleh Piers, tadi pikiran kita Itu juga tanda Bahkan ada istilah ini ya Di dalam kebudayaan Jawa mungkin tau lah ya, kalau orang Jawa diam itu bermakna gak? Bermakna gak ya? Padahal kita taunya makna itu muncul karena orang ngomong. Nah orang diam justru bermakna, berarti diam juga ini, sebuah tanda. Hahaha. Iya kan? Selama ini kan kita ngomong dong, ngomong dong dengan ya untuk kita menangkap maknanya maunya apa gitu justru dia diam itu dia menjelaskan maunya apa bener gak gitu ya ini yang dari Jogja ini? bener gak begitu di Jawa itu? enggak ya? oh iya Oke, ini abis ini ada kuliah lagi gak ya? Gak ada? Saya tuntaskan dulu sedikit ya. Ini mungkin saya lewat aja ya. Ini tadi yang kita sebut dengan sinkronik, diakronik. bahwa semiletika struktural dia fokusnya pada kajian sinkronik ini garis perubahan, nah semiletika struktural itu dia mengabaikan dimensi waktu ya mengabaikan perubahan, mengabaikan relasi sebab-akibat, mengabaikan transformasi Yang biakaji adalah yang tadi kita katakan, relasi diantara unsur-unsur dengan mengabaikan ini, dimensi waktu. Karena di dalam kajian semiotika sebelumnya ya, banyak sekali semiotika yang mengkaji asal-usul bahasa, perubahan bahasa, perkembangan kata. Nah, sementika struktural tidak mau mengkaji itu. Yang dia kaji adalah, kita dapat gambar ini, nah gambar ini bagaimana dia bermakna di dalam dirinya sendiri. Nah, itulah kajian struktural. Contoh lukisan Mona Lisa ini, bisa nggak kita kaji strukturnya? Mengkaji struktur artinya melihat elemen-elemen pembangun tanahnya. Elemen apa yang membangun lukisan Mona Lisa ini? Nah ini menarik ini ya justru ya. Justru elemen-elemennya adalah alisnya, dagunya, senyumnya, hidungnya, tangannya, rambutnya. Jadi banyak orang di ini, di barat itu yang dia nulis desertasi, hanya nulis desertasi tentang alis Mona Lisa aja. Nah, karena kita semiotika ya, kita merelasikan alisnya dengan senyumnya, dengan tangannya, dengan bajunya, dengan latar belakangnya. Inilah kajian struktural. Kalau kita mengkaji Mona Lisa secara, apa namanya, ini kajian struktural atau kajian sinkronik. Kalau kita mengkaji diakronik, kita bisa mengkaji begini. Ya kan, perubahan, perkembangan, pergeseran, transformasi dari lukisan Mona Lisa itu. Dan ini bukan bagian dari semitika struktural. Bisa juga digaji, cuman bukan semitika struktural yang begini. Oke, ini masih ada yang moto-moto ini. Nah ini satu konsep yang sangat fundamental sekali juga ya di dalam semitika struktural yaitu Leng dan Perol. Ada yang sudah pernah dapat pemahaman tentang ini? Sudah Pak ya? Sudah dari pacat ya? Nah penjelasannya gimana? Jadi sebetulnya gini ya, di dalam kajian semiletika, di dalam kajian bahasa, bahkan di dalam kajian apapun, dalam kajian sosial, dalam kajian individual, dalam kajian politik, ekonomi, agama, pada dasarnya Seluruh kajian-kajian itu bisa kita kaji relasi dari dua hal. Satu adalah LANG, satu adalah PEROL. LANG itu adalah sistem aturan. Atau kita sebut juga sistem bahasa, sistem politik, sistem bernegara, sistem etika, sistem pendidikan. Sistem aturan lalu lintas Oke, kita ambil contohnya supaya gampang aja ya Ada gak sistem lalu lintas? Sistem aturan lalu lintas Nah itulah contohnya traffic light itu kan ya Ada gak praktek Apa ya? Praktek menggunakan sistem lalu lintas itu Contohnya? Nah contohnya gini, ketika di perapatan Bromius itu ada angkot melihat lampu merah, dia tancap gas gitu. Itu praktek menggunakan sistem, menggunakan sistem tanda lalu lintas. Di sini kita membedakan dua hal, ada sistem tanda lalu lintasnya, ada praktek. Nah, supaya lebih mudah lagi ya, saya sekarang ngomong praktek bukan? Praktek ngomongan ya. Saya berbicara sekarang menggunakan sistem bahasa Indonesia nggak? Ya. Grammar saya benar nggak? yang barusan sudah tidak benar ya nah berarti kan gini ya saya ada apapun saya tidak ada, lahir atau tidak lahir saya bahasa Indonesia itu ada tidak? sebagai sebuah sistem ada kan ya jadi saya ini hanya pengguna sistem nah itulah sistem itu disebutnya LANG sistem bahasa Indonesia, sistem tanah lalu lintas praktek kita seperti saya Saya sekarang ngomong, tersebutnya perol. Terlebih begitu aja. Kita membuat iklan, membuat desain produk, desain interior, desain apapun, desain grafis, mengikuti aturan nggak? agak sulit kalau tidak mengikuti aturan kan ya nah maka aturan itu adalah LANG kita mendesain adalah PEROL nah begitu aja penanya di dalam semenitika ini konsepnya sangat fundamental ya mungkin nanti akan saya jelaskan lebih lanjut di ada sesi tentang sistem bahasa nanti ini sayang tidak tuntas Oke, nah tadi kan kita mengatakan ya bahwa di dalam Semedika sangat sentral konsep relasi. Tadi kita merelasikan si ibu tua dengan foto si wanita muda tadi dengan jam tangan ya, itu kan relasi. Tapi ada prinsip relasi yang lebih fundamental lagi, yaitu relasi perbedaan. Bahkan kata Saussure ya, Bahasa itu hanya bermakna karena relasi perbedaan ini. Bukan, misalnya tadi itu ya, mengapa kata bakso yang saya ucapkan tadi itu tergambar bakso di pikirannya. Ada yang ngerti gak itu? Mengapa saya, saya kan hanya ngomong bakso gitu ya Tapi kok tergambar Gambar bakso di pikirannya? Itu semata Gara-gara kita membedakan bakso Dengan tempe, dengan tahu perbedaan kalau saya ucapkan tempe yang ada gambar tempe kalau saya ucapkan tau tempe nah berarti kan ada benda yang beda-beda ya terus kita menggunakan kata yang beda-beda untuk menggambarkan benda yang berbeda-beda itu nah begitulah cara kerja bahasa makanya digambarkan oleh Sausur begini Mengapa kata ayam ini artinya adalah binatang yang seperti di bawah itu disini Ini yang bekerja adalah prinsip perbedaan Mengapa kata ayam ini bermakna ini? Karena kata ayam berbeda dengan ayah, ayom, dan seterusnya Nah kalau kita ditanya ya, mengapa kata ayam itu bermakna binatang di bawah? Jawabannya kalau kita menggunakan bensin perbedaan gini Karena kata ayah Karena kata ayah Tidak bermakna ayam Nah, saya lebih mudah gini, saya kasih contoh ini apa namanya Relasi maskulin-feminin tadi Mengapa sebuah baju dikatakan feminin? Kan gara-gara dia non-maskulin Iya kan? Mengapa sebuah baju dikatakan maskulin? Gara-gara non-feminine. Ini juga sama. Kenapa kata ayam berarti binatang di bawah? Karena kata ayah tidak berarti itu. Nah, begitulah cara kerja bahasa. Boleh nggak kita tukar-tukar? Satu ketika kan kita pulang ke rumah gitu ya, saya pulang ke rumah Terus anak saya ngomong Oh ayam baru pulang Nah makanya, jadi sebetulnya kan cara kerja bahasa itu Kata berbeda-beda digunakan untuk menjelaskan benda berbeda-beda dan kita sepakati Kalau satu ketika kita sepakat mengganti kata ayah dengan ayam ya gak apa-apa Ya kan? Oh ayam baru pulang Ayah sedang dikandang Oke, jadi ini saya baru menjelaskan prinsip dasarnya ya. Mungkin ini kita perlu pembicaraan lebih dalam nanti ya tentang ini. Ini baru penjelasan umum tentang itu ya. Oke, untuk menutup ya mungkin ada yang mau tanya satu pertanyaan lagi, silahkan. Supaya bisa saya tutup, mungkin harus ada satu pertanyaan. Ada? Silahkan, Pak. Silahkan, Pak. Indeks ini menunggu 100. Ada kan menunjukkan indeks. Itu sebetulnya sama yang tadi di awal kita bicara tentang cakaki itu adalah? Indeks. Cakaki itu indeks. Nanti kita minggu depan kita bicara itu. Indeks, simbol, ikon. Oke hari ini saya tutup aja ya, kita ketemu minggu depan.