Terima kasih kepada pemimpin bujababli. Bapak-Ibu serah sekalian, selamat malam. Namo sangyanganibudaya, namo budaya. Ya, pada kesempatan kali ini kembali saya...
turut dalam kebajikan yang dilakukan sebagai dasar kekuatan keyakinan yang kita lakukan bersama babi bubuk Bapak Ibu sudah sekalian pada malam hari ini saya ingin berbagi kepada anda mengenai ajaran Buddha yang dam yang dimana kita akan bisa mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari ini itu sebelah mati, teman kita pada sore hari ini adalah panca dhamma kalau di dalam dharma ada panca sila, ada panca niwarana, ada panca bala dalam bagian sore hari ini adalah panca dhamma, kalau panca sila, lima sila buddhis yang bertekad untuk menjalankan tidak membunuh dan lain sebagainya. Kalau di dalam pancah niwarana, dalam pancah niwarana ada kamacanda atau hasrat hidup, ada niat jahat, ada kemalasan. dan kelambanan, ada kegelisahan dan penyesalan, dan ada keraguan-keraguan kalau di dalam panca warana.
Di dalam panca bala ada keyakinan, ada semangat, ada perhatian, ada konsentrasi, ada banyak. Nah, ini saling melengkapi satu sama lainnya tidak akan... tidak terpisahkan karena di dalam ketika kita melakukan perbuatan baik pada sore hari ini dengan salah satu datang ke wihara dan mengumandangkan parita sebagai bentuk bakti dan penguatan keyakinan ini yang merupakan adalah kekuatan dari kesadar tapi kalau tidak disertai dengan semangat maka sekali saja kita Kemalasan di panca niwarana, ada kemalasan muncul dan keraguan-keraguan muncul juga tidak akan terjadi pada saat ini hadir di sini. Tanpa perhatian apapun yang dilakukan, baik meditasi ataupun pembacaan parita tanpa disertai dengan sati, perhatian penuh, maka seperti ada yang ngambang di dalam hidup. Sama di menjadi penting tadi sudah dilengkapi, walaupun Mungkin hanya beberapa saat, tapi samadhi merupakan pengertian mendalam dan pemahaman, penyadaran terhadap pikiran.
Sehingga memunculkan kebijaksanaan. Nah, bila ini sudah menjadi kokoh, keyakinan kuat, semangat ada, perhatian penuh ada, meditasi juga baik, maka tumbuh kebijaksanaan. Lalu menjadi sabar.
Ini saling berkaitan antara panca sila, panca niwarana, panca bala, dan panca dama. Ini satu rangkaian di mana dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering mengalami hal ini. Bahkan di dalam panca niwarana ada kamacanda, hasrat sensual, itu berkaitan dengan panca indra.
Biasanya itu muncul apabila kita melakukan sesuatu hal yang berkaitan baik. Di dalam Dharma, di dalam Dikanikaya 3, 235, dalam Anuttara Nikaya, panca dama berdampingan atau melengkapi dari panca sila buddhis. Jadi Bapak-Ibu saudara sekalian, panca dama ini harusnya menjadi perhatian penting untuk kita jalani kehidupan sehari-hari agar Pancasila Buddhis atau Pancasila kita bisa menjalankan dengan baik.
Nah apa saja yang berkaitan panca dama ini Bapak Ibu Suraya sekalian mari kita lihat. Yang pertama adalah meta dan karuna. Meta dan karuna perasaan cinta kasih dan wulas asih yang terwujud melalui suatu keinginan untuk membantu makhluk lain mencapai kebahagiaan seperti yang dialami oleh dirinya sendiri.
Jadi ini mari kita melihat bahwa kalau di dalam Pancasila kita bertekad untuk melatih diri tidak melukai atau menghilangkan nyawa manusia lain di Pancasila, Dhamma, Meta menjadi poin penting untuk kita kembangkan. Untuk mencapai kebahagiaan diri sendiri, kita tentunya tidak ingin terancam oleh keadaan dari pihak lain. Di dalam Karania Metasuta, disana disebutkan bagaikan ibu melindungi anak satu-satunya, demikian pula ia mengembangkan hati yang tiada batas ke semua makhluk, mempancarkan kebaikan hati ke seluruh alam. mengembangkan hati tak terbatas pada semua makhluk ke atas ke bawah dan ke seluruh penjuru tanpa halangan tanpa kebencian dan tanpa permusuhan karanya metasuta jadi kita ketika ingin menjalankan Pancasila Buddhis kita harus mengembangkan meta dan karuna Jadi apabila kita dalam kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak makhluk selain manusia atau binatang yang lagi terlantar, yang lagi menderita, mari kita bersama untuk memunculkan metakaruna agar kita bisa peduli dengan makhluk lain. Ini menjadi penting Bapak-Ibu Surat sekalian agar kita bisa menerapkan Pancasila Buddhis yang pertama.
Selanjutnya sama ajiwa. Kesabaran dalam cara berpenghidupan benar. Selalu perlu ditekankan di sini bahwa kesabaran ini merupakan suatu bantuan besar bagi pelaksanaan sila kedua. Dapatlah dikatakan bahwa hampir tidak mungkin seorang dapat melatih sila kedua tanpa melatih dan mengembangkan sama ajiwa. Kalau Bapak Ibu sudah sekalian pernah baca di Karani Amita Sutta, di sana juga ada disebutkan tidak mencurangi satu sama lain, tidak dendam pada siapapun, tidak karena marah atau niat ingin menyakiti, sehingga mengharapkan orang lain celaka.
Nah, saya ingat ketika saya belajar Abhidhamma dulu, kita penting untuk tidak marah, karena di sana, Ternyata kemarahan selain membuat tubuh kita pembakarannya itu lebih cepat sehingga wajah kulit-kulit ini terbakar lebih cepat dan menyebabkan cepatnya atau matinya sel-sel kulit. Sehingga ketika kita marah itu ternyata efeknya selain penyakitan juga cepat tua. Jadi mari kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak yang lebih ceria cenderung lebih awet muda ketimbang anak-anak yang lebih cenderung marah. Apalagi mama juga begitu kita lihat.
Jika mama atau ibu-ibu atau bapak-bapak yang lebih sabar cenderung lebih muda ketimbang bapak-bapak atau ibu-ibu yang mudah marah. Energi kemarin ini membakar sel begitu cepat. Jadi kalau kita mengerti dan bisa menembus pengertian mendalam dan pemahaman bahwa kulit ini sepertinya bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Nah salah satunya bisa mengendalikan kesabaran kulit ini akan lebih mudah mengobati dirinya sendiri.
Jadi kalau kita tergores apapun, apesu apapun menggores. digores begini, dan ketika kita sabar dan penuh perhatian, maka kulit itu cepat menyembuhkan dirinya sendiri. Jika kita bisa sedikit sabar. Apalagi bisa sabar.
Selain sabar itu bisa membuat awet kulit tidak mudah terbakar, ya lebih enak dilihat. Bahkan yang sering kita lihat, orang itu sabar banget. Jadi di dalam menjalankan Pancasila Budi, sila yang kedua, kesabaran ini menjadi poin penting juga agar kita bisa melatihnya dengan baik.
Nah selain itu, juga akan membantu kita agar tidak mudah menimbulkan masalah baru atau tidak menyalahkan pihak lain. Jadi kembali lagi kepada diri kita, lalu kita bertanya, seberapa sabarlah, seberapa sabarkah kita selama ini? Mesti kesabaran itu belajarnya seumur hidup. ujiannya sering dadakan.
Sekali lagi saya ulang, Bapak-Ibu sudah sekalian, kesabaran kalau dipelajari sampai mati, anehnya ujiannya dadakan. Dari siapa? Bisa dari kita sendiri atau bisa dari pihak lain. Bahkan orang terdekat, orang yang paling dekat, itu bisa berjalan. Mengukur seberapa sabar kita.
Nah kalau zaman sekarang itu, orang yang paling dekat, belum tentu orang yang di samping kita. Orang yang sering membuat kita menderita, belum tentu orang yang ada di sekitar kita. Di mana mereka? Di dunia maya. Kehidupan sekarang ini anak-anak remaja, anak-anak muda, bapak-bapak, ibu-ibu lebih menyenangi dunia maya daripada dunia nyata.
Sehingga kesabaran sering muncul, sering diuji dadakan. Jadi bagaimana kita bisa melewati ini semua? Jalannya nanti kita tunjukkan di poin berikutnya.
Jadi kesabaran ini menjadi penting agar kita bisa melihat bahwa apapun yang kita temui yang berkaitan dengan sila kedua tidak menghai barang orang lain, ya kita bertengkar dulu pada diri sendiri yang berkaitan kesabaran. Jadi kalau kita mengetahui barang itu mirip orang lain terus muncul. muncul pikiran tak menguasai, bentengi kesadaran dan kesabaran ini.
Jadi dua langkah kita sudah lewati. Yang pertama adalah mengembangkan meta dan karuna. Yang kedua mengembangkan kesabaran. Selanjutnya Bapak-Ibu sudah sekalian, pancah dama yang ketiga adalah santuti. Santuti, perasaan puas terhadap apa yang telah menjadi miliknya?
Dalam pelaksanaan dengan sila ketiga, perasaan puas ini dapat dibedakan menjadi dua. Yaitu, sadara Santuti, perasaan puas memiliki satu pasangan, dengan kata lain istri di sini, tidak meninggalkan istrinya pada waktu sehat maupun sakit. pada waktu muda maupun tua dan tidak berusaha untuk pergi atau mencari pasangan lain.
Santuti merasa puas yang kedua berkaitan dengan suami, merasa puas dengan istrinya. Pada saat suami meninggalkan pergi, dia lebih memilih menjadah seumur hidup. Sebenarnya oleh tradisi dan hukum negara diperkenankan untuk menikah lagi.
Kalau dalam hal ini biasanya kaum ibu-ibu lebih berani hidup sendiri ketimbang pria. Tapi ada beberapa juga yang tidak sanggup. Nah perasaan puas di sini juga berkaitan selain dengan kepemilikan, terjadi juga pada diri sendiri. Kadang orang itu sering menjerit, menangis, berteriak, mencari obat, tidak puas dengan dirinya sendiri. Yang paling sederhana adalah terjadi ketika perubahan.
Termasuk saya loh ya, termasuk saya itu. Memang kalau zaman sekarang itu apapun bisa dibikin dengan mudah dan menunda ketuaan. Saya sering tidak puas ketika kalau saya cukur begini enggak kelihatan. Tapi ketika panjang rambutnya 2 cm dikit ternyata saya itu sudah banyak putihnya.
Kalau saya tidak bisa merasa puas, saya protes. Kalau zaman sekarang ingin kembali muda lagi ya dicat. Apalagi zaman sekarang Bapak Ibu Saudara sekalian berkaitan untuk tidak siap, tidak puas dengan perubahan yang ada di dirinya sendiri. Banyak sekali yang alisnya kurang ya tambahin gitu ya lebih mencetar panjang lagi ada gitu ya.
Rambut bisa diwarna-warni, bulu mata bisa juga bisa diwarna-warni zaman sekarang itu ya berkaitan. Kalau kita melihat ke dalam diri merasa puas menjadi poin penting agar kita bisa siap menghadapi perubahan di dalam. Meskipun di dalam panca dama lebih mengarah kepada.
ketulusan dan kesetiaan. Jadi bagi Bapak Ibu, ketika pancah dama ingin dijalankan dan memilih hidup jalur rumah tangga, maka kesetiaan, kelembutan, tanggung jawab menjadi poin penting. Nah kalau di sini dikatakan bahwa Istri harus tetap menjaga dan memilih hidup sendiri seumur hidup. Kalau memang tekannya sudah kuat, ya enggak apa-apa.
Kalau belum kuat, karena memang dalam agama Buddha tidak dilarang punya satu pasangan. Tapi alasan yang paling ideal adalah ketika kenapa kok orang tidak puas satu pasangan, karena ukuran keserakahannya berlebih, sehingga tidak. puas satu pasangan.
Jadi alasan yang paling ideal kenapa kok ada umat Buddha yang memiliki lebih satu pasangan karena keserakahan begitu besar. Bisa dimengerti ya? Jadi akarnya adalah keserakahan.
Nah Bapak-Ibu serah sekalian yang selanjutnya adalah kejujuran. Yang keempat panca dama tentang saja kejujuran... yang diwujudkan sebagai keadilan, kemurnian, kesetiaan, dan perasaan berterima kasih.
Di dalam karania metasuta, mereka yang tangkas dalam kebajikan, untuk mencapai ketenangan, ia harus jujur, sungguh jujur, rendah hati, lemah lembut, tiada sombong, ini harus dikembangkan. Jadi kalau dalam sila empat, Tidak bohong, kalau di panca dama harus jujur. Kejujuran merupakan jalan yang indah apabila Anda hidup berkeluarga. Kesetiaan harus tetap dilakukan dan tanggung jawab. Caranya memunculkan kejujuran, kesetiaan yaitu berbicara penuh cinta kasih dan mendengar secara mendalam agar setiap konflik yang terjadi di dalam rumah tangga Anda tetap bijak.
menyikapinya. Berkaitan konflik itu bisa perubahan sikap, perubahan bentuk badan, dan perubahan perhatian. Ada yang kelima, yang terakhir, jadi panca dama bisa saya ulang kembali, berkaitan meta dan karuna, kesabaran, merasa puas, kejujuran yang Kelima adalah kesadaran dan pengertian benar dalam hubungan dengan pelaksanaan sila sati sampajana ini sering diartikan sebagai kewaspadaan. Kewaspadaan tersebut dibagi menjadi kewaspadaan dalam hal makanan.
Kalau di dalam Dharma ada dikatakan bahwa pikiran hati-hati dengan pikiranmu. karena bisa terwujud dalam ucapan, hati-hati ucapanmu bisa terwujud dalam tindakan. Kalau dalam kewaspadaan terhadap makanan karena sumber penyakit di dalam diri ini bisa jadi karena makanan. Jadi apa yang dimakan itu bisa memunculkan penyakit apa yang di dalam badan. Nah apa yang terjadi di dalam pikiran bisa membuat batin menjadi menderita.
Nah, kewaspadaan Sati Sampajana, jadi kita lihat para sepoh yang sudah difonis kolesterol, gula darah, apalagi yang sering yang suka makan biasanya identik sakitnya dengan kolesterol, gula darah, emah, jadi kalau sudah begitu, kita harus waspadang. Saya itu kalau punggung itu sering kemeng. Kemeng itu apa ya? Enggak tahu ya di sini ya. Kemeng itu bahasa Jawa soalnya.
Kalau bahasa Indonesia keju-keju juga bahasa Jawa. Pegel-pegel gitu. Kalau habis makan daun singkong itu kan pegel-pegel gitu kan. Ternyata ini...
Gak tau, mamaku itu gak tau asal ngomong apa-apa gitu. Saya ngomong habis makan daun singkong, tiba-tiba mamaku belikan tape, tape singkong. Tak makan, ternyata betul. Bisa meringankan pegel-pegel di sini.
Apa sih pegel-pegel di sini itu biasanya ya? Asam murad. Asam murad.
Saya itu gak tau. Kalau dilihat mungkin kelihatan muda, tapi sejatinya sudah tua dan punya asam murad. Jadi kalau asam murad itu kayaknya...
kacang sangat berpengaruh. Jadi kalau lagi makan kacang ya sudah langsung gitu. Jadi makanya biasanya tapi biar enggak pege-pege. Saya hanya mengingatkan bahwa sati sampajana perhatian atau kewaspadaan apabila kita sudah cukup umur dan belum cukup umur, mari kita waspada terhadap apa yang dikonsumsi di dalam tubuh. Sebenarnya kalau ngomongin vegetarian, enggak vegetarian, saya ingin tahu Bapak-Ibu selalu sekalian, menurut Anda bagus vegetarian apa enggak vegetarian?
Coba jawab. Enak vegetarian apa enak enggak vegetarian? Bagi yang masih doyan ya enak enggak vegetarian. Bagi yang enggak doyan, enggak doyan tanda kutip, ya enak yang vegetarian.
Bukan kesananya, kadang makan itu sesuai dengan keinginan, bukan kebutuhan. Saya waktu dulu mamaku sakit parah dan sempat dirawat di rumah sakit. Dan karena saya sudah lelah, saya mengatakan, karena orangnya itu.
Makan yang dia ingin, bukan makan yang dia butuh. Dokter itu sudah jangan makan ini ya bu, jangan makan ini. Tapi karena dia ingin ya makan apa saja. Jadi kalau selesai makan ya sudah bawa ke rumah sakit. Kalau saya tidak mau pusing ya sudah lah.
Kalau makan apapun itu boleh. Nanti kalau sakit ya tak berubatkan lagi, tidak capek. Iya betul, habis makan ya sakit, makan lagi. Begitu sembuh.
Dilarang makan ini, makan lagi sakit, bulat balik ke rumah sakit. Nah kadang kita itu memakan itu yang hanya yang kita inginkan. Padahal tubuh kita bukan perlu yang kita inginkan, tapi yang dibutuhkan. Jadi berkaitan dengan tubuh, kita lihat masing-masing.
Ada yang alergi. Ada yang makan telur saja alergi, tapi karena makan kalau enggak ada telur ada yang kurang. Akhirnya makan telur yang terjadi alergi lagi.
Makanya kewaspadaan itu menjadi penting dalam hal makanan. Yang dibutuhkan tubuh kita harus tahu. Kalau kita boleh jujur, sebenarnya yang dibutuhkan tubuh itu enggak warna-warni atau bermacam-macam. Cukup saja kebutuhan tubuh.
Nah, yang kedua kewaspadaan dalam hal pekerjaan. Dalam hal ini, Bapak-Ibu suruh sekalian dalam pekerjaan Anda yang sudah Anda lakukan, ya waspada yang dalam ajaran Buddha, pekerjaan yang tidak dianjurkan, itu ada lima, ada obat-obatan, senjata, makhluk hidup, racun. Dan satunya apa ya?
Tanya di Google lah ya. Kewaspadaan dalam hal pekerjaan. Ini nanti kalau terjadi pada...
Diri kita sendiri ada pasang surutnya, ada untung rugi, ada berubah, sekarang lagi tinggi, sekarang lagi turun. Kita perlu waspada dalam pekerjaan yang menunjang kita untuk bahagia. Yang ketiga adalah kewaspadaan dalam hal bertingkah laku.
Ini menjadi penting para perumah tangga punya cara hidup tersendiri, para pentaat. Winaya aturan atau para biku, sama nera para biku punya cara tersendiri dalam bertingkah laku. Nah mari kita waspada terhadap lima sila itu sebagai pagar.
Pagar agar kita itu punya benteng, oh tidak membunuh jadi tidak lewat gitu. Yang keempat adalah kewaspadaan terhadap hakikat hidup sendiri. Hakikat hidup adalah berubah. Hakikat hidup kalau kata Buddha adalah penderitaan.
Jadi hidup sendiri sebenarnya sudah penderitaan. Jadi kalau kita bisa memahami anicca duga anata dan kehidupan untuk lebih baik lagi, maka kita akan menghargai hidup ini dan kita akan menggunakan hidup pada saat ini untuk hal-hal yang lebih baik lagi. Pas 30 menit. Jadi Bapak Ibu Saudara sekalian, jika saya ingin mengakhirinya, masih ingat ya?
Apa lupa? Blank semua? Enggak apa-apa. Yang penting Anda mendengarkan dengan baik 30 menit, mendengarkan Dharma dan berbagi Dharma adalah kebajikan yang besar. Mereka yang tangkas dalam kebajikan, yang mendambakan kehidupan kebahagiaan, bahkan pembebasan tertinggi nibbana, bisa memahami.
panca dama ini dengan baik sehingga Pancasila bisa dijalankan dengan baik. Maka ketika kebaikan akan mudah. Saya ingin mengakhirinya dengan sebuah cerita.
Sebenarnya cerita itu tidak ada hubungannya dengan materi ini. Jadi ketika kita semua berbuat baik tentunya semua ingin mengharapkan sesuatu hal yang mudah, yang lancar, yang bahagia. Cerita ini berkaitan dengan anak kecil yang ingin masuk surga. Orang yang mau masuk surga, anak SD yang pergi masuk surga.
Ceritanya ada seorang guru yang mengajar agama, yang menceritakan bahwa bagaimana menuju ke alam surga. Setelah mencapainya dengan indah, dia ingin tahu apakah anak-anak ini ingin masuk surga atau tidak. Maka, Dia menanyakan kepada muridnya setelah memberikan materi bagaimana cara masuk ke surga.
Lalu dia tanya kepada anak-anak itu. Anak-anakku sudah paham bahwa ke surga itu enak. Enak apa?
Ada yang mau masuk surga? Ya. Siapa yang mau?
Semua angkat jari. Lalu ada satu anak yang tidak angkat jari. Kenapa kok anak ini tidak mau seperti yang lain masuk surga?
Di akhiran lalu meyakinkan lagi. Taruhlah namanya Pak Gurunya Udin. Muridnya Ucok. Pak guru nama Udin tanya lagi, anak-anakku siapa yang mau masuk surga?
Berdiri. Anak-anak yang lain, saya pak, saya pak. Semua berdiri.
Lalu si Ucok tetap saja duduk. Penasaran Ucok ini tetap duduk. Memastikan sekali lagi, Udin bertanya lagi, anak-anak siapa yang ingin masuk surga?
Saya, saya, saya, saya. Si Ucok pun tetap. dengan santanya membalik-balik bukunya.
Saking penasarannya si Udin, lalu mendekati Uco. Uco, ya Pak, kamu tidak ingin masuk surga? Ya ingin tahu Pak, memang mau jalan sekarang ya?
Dan tidak mengerti ya? Oke, Bapak-Ibu surga sekalian. Lonceng kesadaran sudah terbunyi, sudah 30 menit waktuku.
Jadi saya ingin menyukupi pertemuan kita pada sore hari ini. Semoga Anda terus di jalan kebajikan dan kebijaksanaan agar setiap ucapan, setiap pikiran, dan setiap perbuatan berlandaskan Buddha Dharma. Terus semangat, terus bajik, terus bijak dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga. terberkahi kejayaan. Terima kasih. Saya akhiri.
Namo sangyangan di budaya. Namo budaya.