Transcript for:
Pemahaman Doa dan Takdir dalam Islam

Doa ini bermaksud salah satunya adalah supaya kita terhindarkan dari sebuah takdir yang buruk dan takdir yang pahit. Kita tentunya paham, Bapak, bahwasannya kehidupan kita berjalan sesuai dengan takdir. Kita ini sebagaimana kereta yang sudah ada treknya dan kita melewati trek yang sudah ditetapkan. Tidak ada manusia pada kehidupan ini yang tidak berjalan kecuali dengan takdir. Takdir yang telah Allah gariskan pada kehidupannya.

Sekali lagi, kita manusia itu kayak kereta dan treknya sudah ada. Diatur oleh Allah dalam kehidupan manusia. Tentunya ketika kita faham manusia itu pasti melewati takdir yang akan dihadapi dari setiap peristiwa kepada peristiwa berikutnya. Maka kita ini memohon kepada Allah.

Dan di antara kebaikan permohonan kita itu apa? Supaya kita tidak mendapatkan takdir. Takdir yang pahit, takdir yang buruk menurut versi kita. Kalau takdir itu semuanya baik. Tapi ada takdir yang pahit menurut versi manusia, ada takdir yang manis.

Bapak menikah dengan orang yang Bapak cintai itu takdir manis. Bapak mendapatkan keturunan itu takdir yang manis. Tapi kita juga paham ada takdir-takdir yang tidak manis dan tidak pahit.

Orang yang Bapak cintai berkhianat kepada Bapak itu takdir pahit. Anak kita... Lalu menderita penyakit Lalu akhirnya meninggal dunia Maka sesungguhnya itu takdir yang pahit Dan ini termasuk salah satu konsekuensi yang kita pasti hadapi pada kehidupan Makanya dalam satu riwayat Bukhari Muslim Rasulullah SAW Orang yang paling kuat di dalam agama Orang yang paling bertakwa Di antara seluruh kaum muslimin di dunia timur dan barat, utara dan selatan Itu pun Rasulullah tidak pernah menantang supaya Allah menurunkan kepadanya takdir yang pahit.

Walaupun Rasulullah tahu takdir itu pasti membawa kebaikan. Tapi Nabi dengan seluruh kekuatan imannya, energi ketakwaannya, Nabi itu tidak pernah meminta supaya diberikan takdir yang buruk atau takdir yang pahit. Makanya dalam satu riwayat Bukhari, Pak, ini ada satu doa. Ini doa kalau saya selalu melazimi tiap waktu, Pak, kalau saya.

Saya selalu melazimi tentang doa ini, yaitu adalah ketika kita berlindung dari beberapa perkara. Di mana Rasulullah itu mengucapkan doanya adalah Allahumma inni a'u tubika min jahdil bala wa darakish syaka wasu'ul qadak wa syamadatil a'da Rasulullah SAW itu beliau berdoa. Doanya adalah, Ya Allah aku berlindung kepadamu dari pahitnya ujian min jahdil bala itu susahnya bala pahitnya ujian wadara kishakak hinanya kesengsaraan wasu ilqadak yaitu pahitnya sebuah takdir wasyamadatil a'da dan kita ditertawakan sama orang-orang yang tidak beriman oleh Allah ini diminta oleh Nabi SAW Bahwasannya diantara yang menjadi perhatian Nabi untuk memberikan keselamatan pada kehidupan.

Selamatnya kehidupan itu adalah kalau kita terhindar dari empat ini. Kita terhindar dari cobaan balak yang begitu berat. Wadara kisyakok kita terhindar dari kesengsaraan.

Misalkan kesengsaraan dari kemelaratan dan kefakiran yang membuat kita hina di hadapan manusia dan akhirnya kita terlunta-lunta. Wasu'il koto. Dan kita berlindung dari takdir-takdir yang buruk, takdir-takdir yang pahit. Dan kita menjadi Muslim supaya terhindar dari cibiran dan hinaan orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah. Kan banyak sekarang Pak, orang mu'min, orang Muslim jadi bercandaan.

Direndahkan, dijadikan tidak mendapatkan pride-nya. Maka sesungguhnya Rasulullah itu berlindung diri. Tiga permintaan yang pertama itu dari perkara berat, yaitu adalah minjah dilbala, wadara kisyak'o, dan su'il koto.

Menunjukkan kepada kita bahwasannya di antara permohonan kita, sama kolerasinya, relevansinya dengan surah Al-Baqarah 286. Kalau kita berdoa kepada Allah, Rabbana wala tuhammil nama la ta'aqa tala nabi. Artinya yang ketiga adalah, Ya Allah, jangan engkau timpakan kepada kami sebuah ujian yang pahit ya Allah. Ujian yang buruk.

Walaupun kita tahu bahwasannya ujian itu membawa kebaikan, tapi minta sama Allah, akatkan pada lesanmu supaya kita tidak mendapatkan takdir-takdir yang buruk pada kehidupan kita. Dan ini merupakan bentuk salah satu permohonan baik pada kehidupan kita. Tentunya, kalaupun akhirnya kita berjumpa dengan takdir-takdir yang pahit, dan itu merupakan bagian dari kesekuensi kehidupan dan fitrah kehidupan, ya setidaknya kita juga harus memiliki ilmu bagaimana ketika kita menghadapi takdir yang pahit. Karena bisa jadi ada orang yang tetap mendapatkan takdir yang pahit, tapi Allah memberikan kepadanya kekuatan untuk melewati takdir pahit itu.

Ada pula orang yang memang dihindarkan dari takdir yang pahit, dan itu berpulang kepada kehendaknya Allah. Dan kita tidak bisa tanya sama Allah. Kenapa takdir saya pahit? Kenapa takdir dia tidak pahit? Kita tidak bisa tanya sama Allah.

Dalam surat al-Ambiya, Allah itu tidak pernah ditanya sama hambanya. Tapi hamba itulah yang ditanya sama Allah. Jadi manusia ketika dia berdoa, Allahumma inni autubi kami jah tilbala wa taraqis syaka wasu ilqadda. Apakah pasti dia dihindarkan dari takdir yang pahit?

Belum tentu. Rasulullah juga mendapatkan takdir-takdir yang juga pahit. Tetapi dilewati oleh baginda Nabi dengan keriduan yang beliau dapatkan dari Allah. Walaupun takdirnya pahit. Diusir dari kota Mekah.

Kota kelahiran, Pak. Kita bisa bayangkan. Suasana psikologi Nabi diusir dari kota kelahirannya. Kayak Bapak tinggal di Kemang, sudah 15 tahun.

Gara-gara satu kesalahan, seluruh warga tanda tangan usir Bapak. Coba. Suasana psikologi kita bagaimana? Takdir buruk atau tidak itu?

Buruk, pahit. Tapi Rasulullah memiliki hati yang kuat untuk melewati takdir pahit itu. Karena sekali lagi Pak, kalau kita berdoa, رَبَّنَا وَلَا تُحَمِلْ نَمَا لَا تَوْا قَدْرَ لَنَابِي sembari kita gandingkan dengan doa yang tadi kita dapatkan dari Bukhari Muslim, وَاللَّهُمَّ إِنِّي أَوْتُبِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَقِ وَتَرَكِ الشَّاقَ وَسُئِلْ قَدْرَ Bisa jadi ada dua yang Allah perbuat dengan masyiahnya. Masyiah itu kehendaknya Allah.

Masyiahnya Allah menghindarkan kita takdir buruk dan takdir pahit. Anakmu asalnya mau sakit. Kamu berdoa dengan doa ini Allah hindarkan. Ada yang semacam itu. Orang realisasikannya.

Tapi ada yang kedua. Kalaupun engkau berjumpa dengan takdir yang pahit. Maka Allah memberikan kepadamu kekuatan. Untuk melewati takdir.

takdir pahit itu supaya takdir pahit itu ada di bawah kakimu dan bukan ada di atas pundak begitu Pak masalah takdir yang buruk bukan masalah selamat takdir itu di bawah kaki kita Pak tapi takdir itu menjadi berat kalau takdir itu di atas pundak kita dan itu yang sering menjadikan kita kelayakan makanya akhirnya kita tentunya harus paham Gimana kalau pun akhirnya pada perjalanan kehidupan kita yang kita tidak tahu, tiba-tiba mempertemukan kita dengan takdir-takdir yang berat. Bagaimana mengubah takdir yang pahit yang ada di pundak kita, yang membebani kita, bisa menjadi sebuah takdir yang ada di bawah kaki kita. Dan kita tetap tenang melangkah pada kehidupan karena kita mendapatkan takdir.

Takdir buruk itu kita diberikan kekuatan lebih besar daripada takdir buruk yang datang. Ini yang menjadi ilmu yang kita harus mengetahuinya. Makanya para ulama setidaknya menerangkan kepada kita. Kalaupun akhirnya setelah kita berdoa dengan surat al-Baqarah 286, kita berdoa dengan doa yang tadi diajarkan Nabi dalam surat al-Baqarah dalam riwayat Bukhari Muslim. Kalaupun akhirnya hidup mempertemukan kita dengan takdir yang pahit, setidaknya ada beberapa hal yang harus kita berikan.

Yang pertama. Yang pertama itu apa? Kalau akhirnya kehidupan ini mempertemukan kita dengan takdir-takdir yang pahit. Yang pertama. Kita harus nantiasa memiliki perspektif.

Bawasannya banyak perkara yang tidak kita sukai, tetapi berujung kepada banyak kebaikan pada kehidupan kita. Layaknya jamu. Jamu itu pahit, tapi berujung pada kebaikan hidup kita. Kita juga memiliki perspektif untuk mengalahkan bisikan syaitan yang hadir pada hati kita.

Kalau takdir buruk itu datang dan pahit itu datang, kita harus memiliki sebuah masyair, sebuah perasaan. Perasaan kita itu adalah berapa banyak makanan sehat yang terkadang tidak nyaman untuk kita kunyah, tapi ujung dari makanan sehat itu untuk kebaikan kita. Karena kita mendapati apa yang Allah firmankan di dalam surat An-Nisa 19. Kalaupun kamu mendapatkan sesuatu yang kamu benci, maka bisa jadi apa yang kamu benci di dalamnya ada banyak kebaikan yang tidak terduga dan tidak terfikirkan olehmu. Maka perspektif dan masyair bahwasannya setiap seseorang ketika menghadapi takdir yang pahit. Dia memiliki sebuah pandangan yang jauh Bahwasannya apa yang saya benci Belum tentu buruk untuk saya Karena banyak perkara yang kita benci ternyata baik untuk kita Maka itu yang harus ditanamkan Karena itu merupakan perisai dari bisikan syaitan Yang biasanya menjadi penumpang gelap Di balik setiap musibah yang terjadi Ini ada sebuah kisah pak Mungkin saya sudah sampaikan Kisah dari Ibnu Umar Ibn Umar itu pernah mendapatkan cobaan keluarga melalui istrinya.

Istrinya itu ngeselin, mengecewakan Ibn Umar. Ibn Umar padahal seorang yang solih pak. Putra dari Umar bin Khattab r.a. Terlibat cek cok beliau dengan istrinya.

Lalu Ibn Umar merasa bahwasannya beliau ketika di rumah malah bertambah panas suasana. Pergilah Ibn Umar meninggalkan rumahnya. Perginya menuju ke masjid.

Masya Allah ya. Dulu para ulama itu Pak, kalau mendapati masalah pada keluarga konflik, perginya ke masjid Pak. Masya Allah. Makanya Bapak dan saya kalau ada masalah keluarga pergi ke masjid.

Makanya kayak Pak Ujang kan sering di masjid. Maka beliau pergi ke masjid. Ketika beliau pergi ke masjid, beliau sempat mau berpikir.

Saya akan jatuhkan talak satu untuk istri saya Baru saja akan menjatuhkan talak bersiap-siap untuk pulang Tiba-tiba Ibn Umar r.a mendengar Ada seseorang yang sedang membaca Mus'haf al-Quran Di salah satu pojok masjid Nabawi Dan beliau membaca surat An-Nisa Ayat pertama terus berlanjut sampai melewati ayat yang ke-19 fa'asa'an takra husya'in wa yaj'alallahu fih fa'in kalau kamu membenci sesuatu dari istrimu wa yaj'alallahu fihina khairan kasira maka kamu akan mendapati apa yang kamu benci dari istrimu ada kebaikan Ibn Umar ketika mendengar seseorang membaca ayat ini maka Ibn Umar langsung seakan-akan beliau berkata seakan-akan ayat ini baru saya dapatkan Padahal saya sudah hafal Al-Quran begitu lama. Lalu akhirnya beliau mengomentari dan merespon ayat itu. Iya, saya akan menunggu kebaikan apa yang Allah kirimkan dari istri saya.

Maaf ya Pak, kalau kita membaca Al-Quran, Ikro'il Quran, ka'anaka unzila alika. Kalau membaca Al-Quran itu seakan-akan Quran itu turun untuk kita. Maka setelah itu Ibn Umar keluar dari rumahnya, lalu bersabar kepada istrinya.

Perjalanan beliau bersabar untuk istrinya dan istrinya bersabar untuk Ibn Umar Akhirnya membuahkan buah yang manis Putranya menjadi ulama dan salah satu diantara barokahnya seorang Ibn Umar ketika anaknya menjadi ulama Disebabkan karena kesabaran Ibn Umar dan istrinya dan istrinya bersama Ibn Umar Untuk melewati kehidupan mereka dan kesabaran berumah tangga Sampai membuahkan seorang anak yang bernama Salim Dan itu menjadi ulama di antara kalangan para tabiin Ini perspektif pak Makanya akhirnya kita memahami betul Yang pertama, kalaupun kita tiba-tiba Dipertemukan dan dijodohkan dengan takdir yang pahit Dan kita tidak pernah tahu itu kapan Kadang-kadang ada seseorang baru naik motor Kelihatannya tenang naik motornya Tiba-tiba secara mendadak Muncul anak kecil yang dia membanting motornya dan akhirnya dia jatuh Kita tidak pernah tahu kapan tiba-tiba ujian itu datang Dan takdir pahit itu mempertemukan kita Tapi yang pertama, kalaupun itu datang, kata para ulama Pergunakanlah perspektif bahwasannya selalu ada kebaikan di balik setiap takdir Ketika kita menunggu waktu yang telah Allah berikan di dalam ujian yang Allah kirimkan. Makanya terbiasa mengatakan, Fihi khair, Pak. Kalau tiba-tiba kita dipertemukan pada sesuatu yang tidak kita suka.

Fihi khair itu artinya apa? Semuanya itu pasti ada baiknya. Semuanya itu pasti ada baiknya. Ada sebuah kisah nyata yang terjadi dulu.

Ada satu kerajaan, ada seorang raja. Raja ini pagi-pagi mengupas buah. Karena saking semangatnya mengupas buah, maka terkena jempolnya. Jempolnya itu luka dan hampir putus.

Saking begitu kencangnya dia mengupas. Ketika diobati oleh tobeb kerajaan, hadir pedana menterinya dan berkata kepada sang raja, Fihi khair. Tidak apa-apa, insya Allah di dalamnya ada kebaikan. Sang raja lagi kesakitan.

Diobati Tobib, datang Perdana Menteri Komennya itu Insya Allah itu ada kebaikannya Emosi Sang Raja Sang Raja berkata, lu apa Kebaikannya? Jembal saya mau putus kok kamu ngomong ada kebaikannya Sang Raja murka Akhirnya Sang Raja Memecat Perdana Menteri, udah saya pecat Kamu, saya penjerakan kamu Kok bisa begitu? Yang namanya Sang Raja Dipenjerakan Perdana Menterinya Maka setelah beberapa hari, Sang Raja membaik lukanya. Tapi memang masih dibalut dengan kain. Sang Raja memutuskan untuk berburu.

Maka ditemani hanya beberapa gelintir dari tentaranya dan pegawainya. Berburu yang biasanya sama Perdana Menteri. Tapi karena Perdana Menteri dijebloskan ke penjara, dia berburu bersama dengan beberapa gelintir tentaranya.

Kodarullah ketika berburu agak jauh, Pak. Ditangkap sama suku primitif yang tidak beliau sadari dan tidak beliau ketahui. Dan suku primitif ini masih menganut paham memberikan tumbal kepada dewa yang mereka sembah.

Dibunuh semua tentaranya yang disisakan sang raja. Kenapa yang disisakan sang raja? Nampak glamor dari pakaiannya, bentuk tubuhnya, posturnya ini paling sehat. Dan ini insya Allah yang paling berkualitas untuk dijadikan tumbal.

Tentara-tentaranya dibunuh. Ketika sedang diarak, sudah berlindung dari takdir buruk masih yang jawa ini. Ini salah satu di antara tujuan.

Maka setelah akhirnya sang raja dibawa ke alun-alun kaum primitif ini dan akan dijadikan tumbal untuk Tuhan yang mereka sembah, maka datanglah bukun, orang yang paling terhormat pada suku itu. Maka dicek tumbal yang akan dipersembahkan. Antum ini Pak RW atau Tamir Majid?

Maka akhirnya ketika... Diperiksa sama Sang Bukun sebagai pemilik otoritas tertinggi di suku primitif ini, dilihat satu dari ujung rambut sampai ujung jempolnya. Lalu Sang Bukun protes, di mana kalian mendapatkan tumbal ini? Kami dapatkan di sana.

Ini tidak bisa dijadikan tumbal untuk Tuhan Dewa yang kita sembah. Karena ada luka dan cacat pada jempol tangannya. Bagaimana bisa kita jadikan cacat ini untuk dijadikan tumbal? Sudah, ganti.

Cari yang lain. Yang lebih layak dijadikan tumbal. Ini tidak cocok karena ada cacatnya di tangan.

Akhirnya dilepas Pak Sang Raja itu. Ketika Sang Raja dilepas, senangnya luar biasa dan dia akhirnya menanggapi, oh betul ya, ternyata ada kebaikan pada jempol saya ketika terluka. Lari dia ke kerajaannya dan tidak ada yang dilakukan. Kecuali pertama kali membebaskan Perdana Menteri dari penjaranya Dan Sang Raja berkata, betul Ternyata jempol saya yang terluka ini Ternyata jempol saya yang mau putus ini ada kebaikannya Kamu memang betul Saya minta maaf murka kepadamu dan memenjerakan dirimu Perdana Menterinya tetap tersenyum saja Pak Lalu Perdana Menterinya berkata Saya tidak apa-apa di penjara, di dalamnya juga ada kebaikan.

Masya Allah, ini cirinya orang rido itu selalu ngomong apapun itu baik. yang datang dari Allah. Lah sang Raja itu kan akhirnya bingung.

Loh, kalau saya putus jempol saya ada kebaikannya dan saya tahu kebaikannya hari ini. Lalu kalau aku penjarakan kamu, apa kebaikannya? Sang Perdana Menteri berkata, Loh, kalau kamu tidak memenjarakan saya, kamu ngajak saya berburu.

Dan kalau kamu tidak jadi dijadikan tumbal gara-gara jempolmu yang hampir putus, maka pilihannya jatuh ke saya. Dan sayangnya akan dijadikan tumbal untuk menggantikan posisimu. Maka sang Raja tersadar.

Di situ kita mendapati, Pak, kisah ini ada dalam kitab. Membahas kepada kita, orang mu'min itu simple. Fi hi khair dalam segala sesuatu.

Makanya kita membacakan, Raditubillahi robba, Wabil islami dina, Wabil muhammadin, Nabiya wa rasulullah. Tiga kali, Pak. Pagi tiga kali.

Kita belum sempat dikir pagi ini. Dikir tiga kali pagi. Nanti sore tiga kali. Apa sih maksud dari roti itu?

Mendidik kita, Pak. Bahwasannya kehidupan itu berjalan atas kehendak dan ketetapan Allah. Dan tidak ada ketetapan Allah kecuali membawa kebaikan.

Walaupun pada saat beberapa episode takdir, kadang takdir itu pahit itu datang, Pak. Dan itu yang kita harus paham. Makanya kalau tiba-tiba Bapak pergi, tiba-tiba mendapatkan sesuatu, fihi khair. Kalau kita tiba-tiba sudah hati-hati banget berhenti pas lampu merah, sudah berhenti di lampu merah, tiba-tiba ditabrak dari belakang, jadiar, padahal kita berhenti sudah 5 menit sebelumnya, ada mobil tidak hati-hati dari belakang, nabrak mobil kita, mungkin kita harus terbiasa untuk mengatakan fihi khair.

Istri kita tiba-tiba cerewet, ngomong semuanya pak, sudah pak, fihi khair insya Allah. Karena kalau istri kita tidak cerewet, anak kita belajar ngomong dari siapa? Mau bapaknya sering di luar rumah? Fihi khair.

Semuanya selalu pasti ada kebaikan. Bukankah Nabi diusir dari kota Mekah, akhirnya berjumpa dan berjudul dengan kota Madinah? Dan akhirnya kota Madinah itulah yang memberikan kekuatan kepada bagian Nabi.

Walaupun ketika Nabi itu keluar dari kota Mekah, sedih beliau. Karena itu kota kelahirannya. Saya tidak bisa membayangkan perasaan Nabi hidup dari kecil di kota itu lalu diusir sebagai sebuah buronan.

Sama dengan saya tinggal di Kemenang, tinggal di Kemenang tiba-tiba diusir Pak. Kan rasanya itu psikologinya berat banget itu. Tapi ternyata keluarnya Nabi dari kota Mekah itu justru memberikan kebaikan.

Oh Nabi berjumpa dengan Muhajirin dan Ansur, dakwah yang asalnya lambat itu langsung melesat Pak ketika beliau sudah berada di Madinah. Yang asalnya orang yang beriman tidak sampai 100 orang dari muhajirin itu tidak sampai 100 orang. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah para sahabat muhajirin yang saat itu sudah masuk iman dan masuk islam. Maka sesungguhnya setelah di kota Madinah langsung melesatnya itu cepat luar biasa. Dan akhirnya memberikan satu persatu kemenangan yang Allah anugerahkan kepada bagiannya Nabi.

Maka disitu kita faham. Dalam segala sesuatu. Ada sesuatu tidak mengenakan kita.

Dan itu merupakan perspektif yang pertama. Cara menghadapi ketika takdir buruk memang datang pada kehidupan kita. Walaupun kita sudah berdoa. Seni menghadapi takdir pahit. Ini harus kita paham.

Supaya apa? Supaya musibah itu berubah menjadi anugerah Emang bisa musibah itu menjadi anugerah? Bisa Sampah saja Hari ini Pak karena teknologi dan kepintaran manusia Sampah itu bisa dirubah menjadi komoditi yang layak untuk dijual Itu sampah Kalau sampah saja analogi sederhananya Bisa dirubah menjadi komoditi yang dijual Dan mendatangkan income dan profit Itu sampah Musa, musibah ataupun uji atau takdir pahit tidak bisa dirubah menjadi satu anugerah?

Tidak mungkin, ya pasti bisa. Kalau sampah bisa, berarti takdir yang pahit pun bisa dirubah menjadi sebuah anugerah. Ini yang pertama. Katakanlah kepada segala sesuatu, Fihi khair.

Semua itu ada kebaikannya. Tiba-tiba ada orang memfitnah kita, ya sudah fihi khair. InsyaAllah.

Ini yang pertama. Yang kedua, para ulama mengatakan kepada kita, kalau kita menghadapi takdir pahit menimpa pada perjalanan... kehidupan dan episode kehidupan kita.

Yang kedua, kita harus nantiasa memiliki cara memandang masalah dan ujian yang datang itu dengan helicopter view. Helicopter view itu apa? Memandangnya dari atas. Supaya yang kelihatan oleh kita, bukan takdir pahitnya saja, tapi banyaknya perkara yang pernah terjadi dalam kehidupan kita, itu bisa kita lihat. Supaya.

Perkara-perkara manis yang pernah kita jumpai bisa menetralisir pahitnya masalah yang sedang dihadapi. Manusia itu fitrohnya, kalau sedang menghadapi satu musibah, yang dilihat itu hanya pada musibah itu, jaraknya terlalu pendek. Kalau jarak kita pada kehidupan selalu pendek memandang setiap ujian dan takdir pahit yang datang, ya akan membentuk, akan menyempitkan hati kita.

Tapi ketika kita melihatnya dari sudut pandang yang lebih jauh, yaitu helicopter view, melihatnya dari atas, maka kita akan menemukan memang ada titik pahitnya, tetapi ada banyak perkara-perkara manis yang bisa kita lihat untuk menitralisir rasa pahit yang kita dapatkan. Lihat, kadang-kadang, ini contohnya anak saya. Anak saya itu minum multivitamin yang pahit. Caranya dia kalau memilih itu, Dia katakan, setelah minum ini minum madu ya Bi?

Iya minum madu. Akhirnya meminum vitamin yang pahit tadi, dia tidak lagi trauma dan benci. Karena dia tahu setelah minum yang pahit ini ada madunya.

Madu itu menetralisir apa yang tertinggal dari rasa pahit ketika meminum yang pahit itu. Biasanya kalau kita minum obat pahit pun kan setelah itu kita nyiapin teh manis Pak. Supaya yang manis menetralisir yang pahit. Kita terkadang manusia...

Dengan keterbatasan ilmu, sering sekali kita kalau menghadapi satu takdir yang pahit, kita lupa untuk memberi rasa manis pada apa yang kita jumpai ketika kita melupakan perjalanan hidup kita itu diisi dengan banyak hal-hal yang baik yang Allah sudah berikan pada kehidupan kita. Tapi kita sering jadi amnesia. Mari kita lihat pak caranya para ulama salaf dan orang-orang sholih ketika mereka itu memandang.

dengan helikopter view pada setiap takdir pahit yang mereka jumpai. Pertama Nabi Ayyub. Nabi Ayyub itu diberikan oleh Allah takdir yang pahitnya itu berlipat-lipat dan bertumpuk-tumpuk. Satu, diberikan sakit.

Sakitnya sebagian besar para mu'arrihin mengatakan sakitnya Nabi Ayyub itu sakit yang berat. Yang Allah belum pernah timpakan orang sebelumnya. Wata tasa ot loho mu'ayyub.

Jatuh berguguran itu. Daging-dagingnya Nabi Ayyub. Sudah begitu, ditambah lagi bisnisnya hancur, Pak. Pertenangkannya semuanya mati.

Sudah begitu, anaknya meninggal, Pak. Itu kan berarti musibah dari empat arah mata angin, Pak. Manusia hari ini, sedi uji-ujinya kita, Pak, biasanya memilih di antara tiga ini. Kalau anaknya meninggal, biar dia masih sehat.

Kalau ada orang yang sakit, biasanya kita jumpai anaknya masih sehat. Kadang-kadang kalau pun ujian misalkan bisnisnya hancur, dia masih punya keluarga. Kalau Nabi Ayub, enggak Pak. Sudah beliau sakit yang berat, di usia yang tidak lagi muda, usia 70 tahun. Ditambah lagi, bisnisnya hancur.

Pertanakannya meninggal semua. Anaknya meninggal dan istrinya pun sempat meninggalkan beliau. Maka itu merupakan perkara yang sudah bertumpuk-tumpuk menjadi satu.

Sekarang bagaimana seorang Nabi Ayyub itu rilis, auto rilisnya. Bagaimana seorang Nabi Ayyub itu melepaskan beban itu. Nabi Ayyub itu ketika mencoba melepaskan beban takdir pahit yang dihadapi oleh Nabi Ayyub pada saat itu, ketika usia tidak lagi muda, sempat istrinya sebelum meninggalkan Nabi Ayyub itu berkata, Kenapa kamu kok tampaknya bersyukur dengan sakitmu? Dan kenapa kamu tidak berdoa meminta kesembuhan dari Allah?

Karena Nabi Ayyub itu ketika berdikir pada saat sakit itu tidak langsung tuntuk poin minta sembuh pak. Tapi dikirinya itu penuh dengan rasa tawal tuh. Ini masanya dur wa antarhamurrahimin. Saya tertimpa musibah tapi engkau adalah datang maha pengasih.

Nabi Ayyub tidak langsung tuntuk poin. Sembuhkan saya ya Allah, saya ini nabimu. Enggak. Maka pada saat itu istrinya sempat berkata, kenapa kamu tidak langsung berdoa meminta kesembuhan?

Maka pada saat itu perhatikan, seorang Nabi Ayub memiliki helicopter view untuk melihat musibah yang sedang terjadi pada dirinya. Lalu mengatakan sama istrinya. Bukankah aku telah disehatkan oleh Allah selama 70 tahun sebelum hari ini?

Bukankah aku telah diberikan pertenakan, diberikan kekayaan, diberikan kecukupan, diberikan anak-anak? Lalu apakah aku tidak bisa setelah 70 tahun mendapatkan nikmat? Aku membalas kenikmatan itu dengan ridha terhadap ujian yang Allah berikan.

Dan akhirnya itu melapangkan hatinya Nabi Ayub selama 18 tahun sampai Allah memuji Nabi Ayub sebagai hamba yang bersabar. Kadang-kadang kita kalau sedang menghadapi satu perkara yang tidak mengenakan. Ada seorang anak, dia terkena hutang pengasuhan sama orang tuanya. Lalu yang diingat dari orang tua itu yang enggak enak.

Tapi dia lupa bahwasannya orang tuanya tetap memiliki banyak kebaikan. Sempat itu ada yang datang kepada kami, cerita tentang orang tuanya. Saya bilang, walaupun orang tua mungkin memberikan memori buruk, tapi setidaknya.

Bapak dan ibu yang memberikan kamu air susu, tidak meninggalkan kamu di bawah jembatan, tetap nyekolahkan kamu, tetap bersabar walaupun kamu terkadang memiliki banyak keterbatasan. Kenapa yang diingat itu yang buruk dari memorinya? Ketika dibentak, ketika pernah dipukul, tapi tidak mengingat katang kebaikan yang pernah diberikan sama orang tua.

Beliau langsung saat itu tertunduk. Kita ini kadang-kadang Pak. Ketika menghadapi satu takdir yang pahit, seakan-akan takdir yang pahit itu melupakan semua kebaikan yang pernah Allah berikan kepada kita. Dan itu sering menjadi masalah, menyempitkan hati dan menjadi sebuah senjata bagi syaitan.

Kita ambil contoh lagi Abu Kilabah. Abu Kilabah itu ayubnya umat ini. Abu Kilabah itu ayubnya umat Rasulullah.

Ada seseorang yang bernama Muhammad bin Siapa gitu. Pernah dia jalan di perbatasan, dia sedang ribat pak, ribat itu menjaga di perbatasan wilayah komuslimin untuk mengantisipasi serangan musuh. Ketika beliau sedang ribat di pinggir pantai, tiba-tiba mendengar satu tikir.

Tikirnya indah betul. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan aku dengan penciptaan di atas rata-rata. Muhammad ini ketika mengetahui ada orang yang berdikir dengan dikir seindah ini, beliau itu terpesona.

Ya Rabb, siapa yang dikir dengan seindah ini? Dicari pak, sumber suara. Sembari Muhammad ini berfikir, pasti yang berdikir dengan dikir seindah ini adalah orang yang fisiknya itu di atas rata-rata.

Pasti dia tinggi, gagah, putih. Memiliki kekayaan dan memiliki kelapangan dalam setiap urusan dunianya. Wang tikirnya menggambarkan itu kok dan mencerminkan itu. Alhamdulillahilladzi fadzolani ala kassirimim khalaqatafdila.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan aku di atas rata-rata penciptaan makhluk. Dicari sumber suara. Ketemu pak ada sebuah tenda dari kain yang sudah lobek-robek dan lubang-lubang. Ada orang tua dalam kondisi buta, tangannya buntung, kakinya cacat. Dan hanya ditemani ember untuk berwudu.

Lalu yang menemukan ini seakan-akan dia tidak percaya. Kamu yang bertikir Alhamdulillahilladzi faddalani ala kasirim iman khalaqatafdila. Iya, kamu buta, kamu buntung, tanganmu cacat.

Lu kok bisa tikir dengan tikir itu terus gimana? Tikirmu itu harusnya apa? Tikirmu itu harusnya mintalah sabar. Harusnya minta sabar.

Maka Masya Allah beliau lalu mengatakan, kenapa saya tidak bisa bertigir dengan tigir itu? Sini aku terangkan. Allah bisa tidak mengirimkan petir untuk saya, lalu saya mati terbakar oleh petir itu? Mampu. Apa yang tidak mampu bagi Allah?

Tapi Allah tidak melakukan itu untukku. Allah mampu tidak menjadikan bumi yang aku pijak dan aku berjalan di atasnya? Lalu diretakkan oleh Allah menjadi dua bagian dan aku masuk ke dalam kerak bumi.

Lalu ditutup dengan tanah. Mampu gak Allah membuka kerak tanah ini? Mampu.

Tapi Allah gak melakukan. Dan aku masih hidup di atas tanah. Allah mampu gak mengirimkan air lautan itu menjadi tsunami yang menyeretku ke tengah lautan. Lalu aku kelaparan di tengah lautan dan mati mengenaskan di tengah lautan. Orang itu menjawab, ya mampu.

Abu Gilabah berkata, tapi Allah gak melakukan. lakukan itu kepada aku. Lalu apa yang menjadikan aku tidak bisa bersyukur? Berpikir tentang halilintar, tanah yang retak. Air laut yang menyeret, itu kalau kita tidak memiliki sikap pandang yang luas, Pak, tidak bisa hadir, Pak.

Maka itu namanya helicopter view. Makanya menghadapi sebuah takdir yang buruk itu harus dirilis. Kenapa? Kalau kita menghadapi takdir buruk, kita biarkan dan kita tidak mencoba untuk melepaskan, itu kayak air kencing, Pak, yang tidak keluar.

Dan akhirnya jadi racun untuk kita, Pak. Mikirnya buruk aja. Dan berpikir buruk itu memberikan aura yang negatif pada setiap aliran darah. Mampir ke jantung negatif, mampir ke lambung negatif, mampir ke apapun itu negatif.

Kenapa? Dari sudut hati yang tidak pernah tahu bagaimana cara melepaskan satu beban ketika menghadapi takdir yang baik. Saya akan tambahkan nih, ada kisah nyata. Dulu Pak, saya awal-awal tahun 2008, 2009, 2010. Saya masih di fakultas, apa saya baru selesai dari fakultas syariah.

Punya rumah di Pamulang sebelum pindah ke Kemang. Ada salah satu ikhwan yang suka nemenin saya, Pak. Suka nyetirin saya.

Beliau dulu rumahnya di Bekasi, di daerah Galaksi situ. Di kampung-kampung. Dia suka nyetirin saya, datang ke Pamulang hanya untuk nyetirin saya.

Saya pernah ngobrol sama beliau ketika di mobil menuju ke tempat kajian. Saya tanya kepada beliau, beliau jualan buku. Antum berapa dapat profit, dapat untung jualan buku? Anak Antum berapa? Anak saya tiga.

Saat itu kalau nggak salah anaknya tiga. Lalu beliau cerita berapa nominalnya ketika beliau jualan buku. Saya pada saat itu berkata sama beliau di mobil, saya masih ingat mobil saya, Great Corolla pertama itu mobil hitam.

Distirin sama dia pas di Tol Pondo Indah. Saya ketika dia menceritakan berapa yang beliau dapat, anaknya tiga, ngontrak di daerah Bekasi pada saat itu, saya refleks ngomong, sudah ya, haki, antum sabar. Antum tahu pak jawabannya pak, seorang ikhwan, cuma tamatan SMP, pernah dipondok, enggak selesai. Dia sembari nyetir, langsung berkata, enggak ustadz, saya belum waktunya sabar.

Terus apa? Saya waktunya insya Allah masih bersyukur. Saya reflect dong dengan ilmu saya yang saya ketahui.

Saya ngomong lagi, enggak antum itu sabar. Enggak ustadz saya insyaallah bersyukur. Saya ulang lagi, sabar.

Enggak ustadz saya bersyukur. Lalu saya akhirnya penasaran tanya, yang menjadikan antum syukur itu apa? Akhirnya beliau cerita. Beliau ini pedagang pak, motornya bapak tahu? Kimco.

Tahu motor Kimco? Motornya insya Allah kalau diletakkan di tengah jalan gak ada yang nyuri pak. Saking gak menariknya motor Gimu itu.

Dan pabriknya sudah tutup kalau tidak salah. Belia itu bercerita apa yang menjadikan saya bersyukur Ustadz. Loh gimana saya gak bersyukur Ustadz?

Saya cuma jualan buku. Ustadz kan tahu Ustadz sering cerita jualan buku itu kalau gak punya tawakal itu pasti stres. Karena apa? Dia mengandalkan orang yang melirik dan membeli bukunya.

Kalau ada kajian lewat WhatsApp atau lewat SMS yang beliau dapatkan, dia datang kajian langsung gelar lapak. Dan saya tidak pernah tahu hari itu untung berapa. Kadang satu hari saya untung 50, kadang saya hari 100, ada yang kadang 200, kadang muter-muter ke kajian, enggak sama sekali dapat untung. Namanya juga jualan.

Ada yang ngasih lebih, melihat saya mungkin kasihan, dia ngasih... Saya atur kembaliannya, udah gak usah mas, gak usah kembalian. Akhirnya saya bersyukur. Lalu akhirnya apa yang menjadikan saya bersyukur?

Saya kenapa gak bersyukur? Setiap saya pagi, saya pagi ketika nata buku-buku saya, lalu saya taruh di motor saya yang bagian belakang. Saya itu tidak pernah, saya itu selalu berharap kepada Allah setiap harinya, setiap pagi. Ya Allah turunkanlah barokah rezikimu yang engkau janjikan di atas langit. Dan itu selalu saya lazimi setiap pagi, Ustaz.

Kenapa? Karena saya pedagang, kalau nggak menyerahkan ikhtiar saya sama Allah, ya saya stres. Kenapa saya bersyukur dengan itu?

Saya kadang bersyukur dengan itu. Ini kata beliau ya Pak, ini pro dan kontra. Dia mengatakan, beda dengan orang yang kece di kantor. Orang kalau kece di kantor, dia sudah tahu di akhir bulan nanti dapat gaji.

Walaupun pergi, walaupun dia merasa berat, paling-paling karena macet. Kalau saya nggak, Ustaz. Yang saya macet, panas itu masih ringan bagi saya Kenapa?

Selama perjalanan saya ke tempat kajian Saya itu merasa dekat dengan Allah Kenapa? Saya selalu minta Ya Allah turunkan barokah yang kau janjikan di atas langit Karena saya memiliki perasaan itu tiap pagi Ketika saya mempersiapkan buku dagangan saya, itu yang menjadikan saya bersyukur. Kenapa? Mungkin kalau saya kejar di kantor, saya mungkin setiap paginya merasa tidak membutuhkan Allah. Kenapa?

Sudah ada kok uangnya saya. Karena saya tidak punya tabungan, tapi saya juga tidak punya utang. Saya itu membutuhkan Allah setiap pagi. Perasaan membutuhkan Allah yang membuat saya berpikir.

Menurut saya itulah yang menjadi alasan saya bersyukur dalam hidup. Coba Pak, ini saya sampaikan Pak, bukan kata-kata saya. Kata beliau tamatan cuma SMP Tamatan SMP pernah dipondok Tapi tidak lulus karena tidak ada biaya Tapi bisa mengeluarkan kalimat ini Apa yang kita ambil dari kalimat ini Ini yang namanya helicopter view Selalu bisa melihat sisi baik dan sisi manis Dalam peristiwa-peristiwa takdir yang terkadang pahit Bedanya orang beriman Sama orang yang fajir adalah Orang yang beriman itu selalu memiliki alasan untuk melihat sesuatu sisi lain Dari sebuah takdir-takdir pahit yang dia dapatkan Sehingga akhirnya dia merasa lapang Akhirnya ujian itu sesuai dengan tokoh talanah Sesuai dengan kekuatan dia Dan itu yang menjadikan kita yang kedua Kita kalau lagi menghadapi satu takdir yang buruk Kita lupa apapun yang lainnya Kita lagi kecewa sama suami tapi lupa kebaikan suami.

Kita lagi kecewa sama istri kita tapi kita lupa. Istri kita telah berjibaku bersama dengan kita selama ini. Maka itulah yang akhirnya menjadikan takdir pahit itu. Terasa getir akhirnya.

Kenapa? Karena kita tidak menghadirkan sesuatu yang manis untuk menyeimbangkan. Itu yang kedua.

Maka inilah yang menjadikan akhirnya kita berdoa itu robbana. Walatuhammilna malatokotalana biwa'fu'anna Yang kita minta dari doa ini itu tiga Satu, ujianya tidak berat Walaupun kita tahu Allah itu tidak mungkin memikulkan ujian melebihi kekuatan kita Tapi kita akadkan, karena Allah senang kalau kita mohon itu Yang kedua, supaya tidak mendapatkan musibah agama Yang ketiga, kalau musibah itu, kalau takdir pahit itu datang Kita diberikan ilmu untuk menerangi takdir yang pahit itu supaya menjadi sebuah kelapangan dalam hidup. Wallah alam biswa.

Sudah selesai insyaallah. Doa robbana yang ke delapan. Semoga Allah memberikan keberkahan pada apa yang kita pelajari insyaallah.

Insyaallah nanti kita akan ikuti doa yang ke sembilan. Apa itu doa yang ke sembilan? Insyaallah kita akan bahas doa robbana yang ke sembilan. Insyaallah pada waktu pekan depan. Semoga Allah memberkahi kita dan memberikan kebaikan untuk kita.

Ini yang dapat saya sampaikan, kita buka dengan tanya jawab. Ada yang bertanya, saya persilahkan. Tidak ada, Alhamdulillah. Eh Pak Ujang, ada atau tidak ada? Ya, mungkin.

Tidak usah mungkin, tidak usah pakai mungkin. Ya mungkin jawabannya mungkin juga. Ya korelasinya dengan tiga permintaan terakhir di doa itu terdapat apa Ustaz?

Waqfirlana warhamna antamana pasurana ala kumil kafirin Oh iya itu belum ya Waqfirlana warhamna Oh ini Waqfu'anna waqfirlana warhamna Itu akan kita bahas bahkan depan Oh berarti kita belum berpindah ke doa yang ke sembilan Maaf Kita masih doa yang ke delapan Nanti kita akan menangkap munasabah Korelasi setelah itu dengan mengucapkan Wa'fu'anna wa'kfirlana warhamna anta maulana fangsurna alal qawmil kafir Insyaallah kita bahas pada pertemuan kita selanjutnya Berarti belum ke sembilan, masih ke delapan Iya Bapak Bapak namanya siapa? Namanya, namanya Pak Anies Oh calon presiden kah? Pak Anies tinggal dimana? Dekat sini Pak Alhamdulillah, Masya Allah Silahkan Pak Anies Bismillahirrahmanirrahim Cak Imin dimana Pak? Cak Imin dimana?

Oh gak ada Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam Terima kasih atas kesempatannya Semi-semi Pak Anies Saya jelasin nama saya Haris Oh Haris Saya dengannya Anis Haris Baik Pak Ustadz, tadi tentang berpikir positif, positive thinking. Ada kebaikan di dalam musibah. Kemudian kita juga menyadari bahwa pertolongan Allah itu adalah dekat. Walaupun pada kenyataannya ketika kita tertimpa oleh musibah atau ujian, mencari-cari pertolongan Allah seolah-olah jauh.

Pertanyaannya, Bagaimana caranya supaya kita tidak lalai dari ingat kepada Allah. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam. Pak Haris yang semoga Allah berikan kemudahan dalam hidupnya.

Kalau Bapak bertanya konsistensi supaya kita selalu mengingat Allah, itu banyak sekali hal yang kita lakukan Pak. Yang pertama tentunya doa dan tikir. Allahumma innaladzikriqa wa syukriqa wa husni ibadatika. Tikir ini bukan berarti ketika kita menjumpai di waktu habis sholat.

Bukan berarti kita tidak boleh berdikir dengan tikir ini di luar waktu sholat. Namanya tikir yang dilazimi Nabi, ya lazimi juga di luar sholat, tidak ada masalah. Yang kedua, Bapak harus terkoneksi dengan para wali-walinya Allah. Menurut versi Bapak, siapa orang yang sholih yang menjadi walinya Allah? Ya kita harus memiliki koneksi dan konektivitas sama mereka Pak, tersambung dengan mereka.

Karena kalau kita tidak pernah berusaha berikhtiar mendekat sama wali-walinya Allah yang menurut kita ini adalah salah satu orang solih. Dan saya berkusnudon beli itu salah satu walinya Allah. Karena walinya Allah itu siapapun yang beriman mengikuti sunnah dan istiqomah itu walinya Allah.

Maka ikuti Pak bersama dengan mereka. Kehidupan di Jakarta kadang-kadang menjadikan kita itu tidak pernah terkoneksi dengan orang-orang solih Pak. Kita tidak pernah mendatangi, kita tidak pernah menjumpai.

Padahal itu merupakan salah satu hajat dan kebutuhan hati kita Pak. Maaf ya, saya pun Pak kalau lagi futur. Turun kondisi keimanan.

Kita berjumpa dengan orang-orang sholih. Kita datangi rumahnya. Kita datangi tempat pondoknya.

Kadang dua hari saya di situ. Saya merasakan ada banyak charging yang saya peroleh. Berdekatan sama walinya Allah itu mutlak dalam kehidupan.

Tanya sama Kiai, sama Ustadz manapun. Selalu ada sebuah kata. Suhbatus sholihin. Yusmi memang harus mendekat sama orang sholih. Itu yang...

Terkadang kita lupakan di masyarakat metropolitan Jabodetabek. Kita ini kalau lagi sumpah, berpikirnya bukan datang ke tempat orang soli. Pikirnya adalah destinasi wisata mana yang belum saya datang. Oh healing, healing, healing, healing.

Ya enggak salah, tapi kalau kita menafikan yang pertama itu ketemu sama orang soli susah. Saya sering sekali punya banyak kesempatan itu pergi ke luar kota, ketemu, datang ke pondoknya, melihat anak-anak santri, bangun jam 3, sudah bangun dengan jaros bel yang keras membangunkan, pergi ke masjid, membaca Quran sampai adan subuh terdengar. Lalu setelah itu dikir pagi, setelah itu mendengarkan nasihat Ustadz dan Kiai, sampai waktu syuruk mereka mandi, mereka makan. Mereka pergi ke kelas itu menambah charging keimanan Mood boosternya kita disitu Saya pernah kok pak Lagi syuting series game kami Saya tiba-tiba pergi Karena saya merasa kok kalimat-kalimat saya Sudah mulai kering ya Saya ngerasanya untuk saya Saya ngomong sama istri Ini kok kelihatannya hambar Padahal saya saat itu pak lagi Series ini pak Amilah series letter to Allah Ya saya curhat sama istri saya, kelihatannya lagi futur deh.

Ya sudah, ayo mau keluar kota, kita ketemu ke pondok gitu. Ayo, ayo. Sore ya Pak, malam kita berangkat.

Tiga hari kita pergi keliling dari satu guru ke guru. Pulang itu ya Alhamdulillah bertambah kembali keimanan kita. Itu yang kadang kita jarang lakukan Pak.

Kita itu... Kadang-kadang hanya berjumpa dan bertemu dengan Ustaz Kadang-kadang kita tidak pernah ngobrol Ya ketika pas lagi ada hajat saja kita ngobrol Dengan orang soleh yang kita lagi butuhkan Tapi sehari-hari kadang-kadang kita tidak terkoneksi dengan baik Ya ini yang menjadi salah satu hal yang bisa melahirkan konsistensi dalam kebaikan itu. Orang-orang dulu Pak, orang tua kita dulu, saya masih ingat betul. Bapak saya itu selalu ngajarin, ayo nak kita pergi soan ke Pak Kiai ini, kita soan ke Pak Ustadz ini.

Saya masih ingat betul itu, itu tradisi keluarga kita. Nah tradisi ini hilang Pak sekarang hari ini, terutama untuk masyarakat di perkotaan. Dan maaf pak, sekarang itu kan hubungan antara guru dengan jamaah itu, maaf nih, pro dan kontra silahkan.

Hubungan antara guru dengan jamaah itu normatif banget. Guru menyampaikan ilmu, selesai tutup, selesai pulang, selesai. Tapi tidak pernah merasa keluarga bagian dari keluarga.

Dia tidak tahu apa problematika yang dimiliki jamaahnya. Sama pula jamaahnya juga tidak pernah tahu programnya, ustadz itu apa. Tidak pernah ada koneksi.

Dan ini yang menjadi sebuah problem. Banyak hal. Akhirnya itulah yang menjadikan akhirnya saya ketika merenung tentang hubungan yang terlalu normatif ini.

Makanya akhirnya membuat sebuah tagline untuk saya sendiri. Menjadi keluarga di antara keramaian umat. Ya karena memang keluarga. Makanya saya kalau menyapa jamaah Baitur Rahman kan keluarga saya, jamaah masjid Baitur Rahman. Karena ini saya anggap keluarga.

Karena apa? Kalau dakwah tidak bisa menjadikan kita mendapat keluarga, terus dari mana kita dapat keluarga kalau bukan dari masjid, bukan dari majelis ilmu? Dakwah itu tidak boleh mendekatkan yang jauh, tapi menjauhkan yang dekat. Yang dekat-dekat jadi tercacer, tersingkir dia.

Dakwah itu menjauhkan yang dekat, mengkeluargakan yang dekat. Makanya akhirnya itu salah satu di antara... Hal yang selalu saya konsentrasikan, makanya saya selalu bilang ke tim, kalau permintaan dari jamaah Betul Rahman harus dikasih.

Tanya ini sama tim saya, semuanya ada di sini. Kenapa? Ya jangan sampai dakwah itu kemana-mana jauh, tapi yang di kedekat malah tidak mengerti dan tidak bisa mendapatkan.

Nah itu makanya akhirnya kembali ke tadi. Kita itu ingin banget bahwasannya hubungan kita dengan guru itu ya kayak keluarga. Lihat caranya. Kita yang harus betul-betul berusaha Makanya akhirnya tradisi yang hilang Dalam penonton ilmu itu apa?

Tradisi seorang penonton ilmu Mencari tahu tentang gurunya Jangan sampai guru itu yang akhirnya Mendatangi kita, ya boleh enggak apa-apa Tapi itu hilang keberkahannya Itu yang menjadikan kita Akhirnya mendapatkan konsistensi Konsisten saja, datang ke pondok pak Datang ke Siapapun yang menurut kita seolah ngobrol saja, ketemu insya Allah melahirkan konsistensi. Kemudian yang ketiga yaitu adalah membentuk circle-circle yang positif di antara orang-orang yang baik. Makanya kalau Bapak berteman itu, pilih. Teman itu ada beberapa sifat.

Ada teman yang jadi vitamin, ada teman yang jadi obat, ada teman yang jadi racun. Yaitu pilih yang mana Pak? Kalau teman yang jadi vitamin, itu kita pastikan kita terkoneksi dengan mereka.

Tapi ada teman yang jadi racun, ada teman yang jadi obat, yang kita datangi kalau pas kita lagi butuh saja, itu obat. Memang betul. Contoh nih, saya punya bisnis. Ada beberapa rekan-rekan bisnis yang saya datangi mereka pas ketika membahas bisnis saja, selebihnya sudah. Itu namanya teman yang menjadi obat.

Tapi ada teman yang betul-betul menjadi vitamin, Pak. Nah itu minimal 40 orang. Dan kita harus punya itu, listnya itu harus punya.

Di handphone kita itu harus punya. Saya itu punya 40 list, Pak. Teman-teman saya yang saya anggap mereka itu circle vitamin untuk saya.

Yang saya harapkan mereka lah yang akan betul-betul merasa kehilangan. Dan berpendoakan kami dalam. meninggalnya kami. 40 orang ini harus kita punya. Ini kategorinya teman yang mana ini?

Teman yang obat atau teman yang sifatnya vitamin? Kalau saya ada catatan, teman yang jadi vitamin siapa, teman yang jadi obat siapa? Kenapa?

Oh, akhwat jangan, ikhwan aja. Ikhwan-ikhwan sama ikhwan, ikhwan-ikhwan akhwat. Itu motifnya banyak kalau ada akhwat.

Kalau kata Pak Ujang modus, Pak Ujang paham benar. Jangan lalu kita kenalan sawahat, saya jadikan kamu teman yang berfungsi sebagai vitamin, ya iya. Fitnahnya banyak pak.

Jadi begitu. Kalau sama akwat yang bukan mahrum, ya kita sestandar mungkin aja. Karena menghindari fitnah. Ya kita pahamlah, perempuan itu fitnah terbesar pada kehidupan laki-laki. Jangan pernah merasuk kepada fitnah yang kita pasti babak belur.

Karena apa? Elias Pikal saja tahu Dia tidak akan pernah mau masuk ring yang di dalamnya ada Mactesson, karena tahu Kelas saya itu bukan kelas Mactesson Banyak itu kata Pak Wawan Bukan hanya banyak, banyak itu Sama Pak, kita sama wanita Itu dikatakan oleh Rasulullah Itu fitnah terbesar Ya sudah, jangan masuk Standar saja, karena apa? Sekalinya masuk kepada fitnah Itu seperti masuk ke air Pasti basah Hati-hati ya Pak Ujang ya Dan kita semuanya Jadi itu Pak yang harus dijaga Ada yang lain? Alhamdulillah Saya kira cukup apa yang kita kaji pada kesempatan hari ini Semoga Allah menganugerahkan kebaikan untuk kita Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirrahmanirrahim Subhanakallahumma wabihamtika Syadu ala ilaha ila anta Astagfirullah wa atubu ilaika Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh