Hari ini kita bersama berada di tempat ini, di Gedung Majelis Perusahaan Rakyat Republik Indonesia. Sebuah acara yang sengaja digagas oleh seorang tokoh muda, aktivis pergerakan yang saya kenal. Dan sekaligus... Meluncurkan sebuah karya, pemikirannya melalui buku, Pancasila di rumahku. Sejujurnya kita harus memberikan rasa penghormatan kita yang luar biasa.
Kenapa? Karena di tengah-tengah kondisi realitas kehidupan, objektivitas keberadaan kita dalam kesaharian, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berbicara tentang Pancasila, itu adalah penuh dengan perasaan sinisme, apatisme. Bahkan dianggap nihilism.
Itulah objektif keadaan hari ini. Either we like it or not. Kita suka atau tidak suka. Dan inilah Pancasila kita hari ini. Di babi Pancasila yang kita katakan di negeri kita sendiri.
Untuk penyegaran kita bersama. Betapa sebenarnya kita. Harus dari waktu ke waktu tetap mempunyai keyakinan didasarkan rasa syukur kita yang hebat, luar biasa serta sekaligus penghormatan kita kepada Sang Maha Pencipta Kita dilahirkan di negeri ini Kita dibesarkan di negeri ini Dan kita memiliki sebuah tatanan yang mempersatukan kita sebagai dasar filosofis, sebagai dasar negara. Filosofis of Gronsla, misalnya.
Yang diberi nama Pancasila. Kembali kepada... Masa yang pernah kita ketahuin dari catatan sejarah pertemuan para pemikir-pemikir bangsa kita mereka berdialog satu sama lain mendiskusikan mengupayakan untuk menemukan sesuatu sebagai dasar daripada Negara yang kita miliki, masyarakat politik yang beraneka ragam hadir.
Ada pikiran-pikiran yang menyebut aliran komunisme, kapitalisme, sosialisme, bahkan pasisme. Paling tidak itulah yang terjadi dalam sebuah perdebatan yang ada dalam badan usaha. Penyelidikan Kemerdekaan Indonesia, disingkat BPUPKI.
Di sana ada Sutomo, ada Yamin, ada Soekarno-Moda. Akhirnya kesepakatan memang yang terbaik sebagai pilihan dan acuan kita bersama di dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi.
sebagai alat pemersatu dari Republik Indonesia yang kita miliki. Kita juga berbesar hati karena pikiran-pikiran dan sistem nilai yang diberikan dalam pemahaman terhadap Pancasila yang seutuhnya adalah pikiran-pikiran yang menghantarkan kita. Kepada pendekatan sistem nilai yang universal, pikiran-pikiran yang universal ini tidak mempunyai batasan.
Batasan regional, batasan wilayah, batasan negara. Perbedaan atas suku, agama, dialek, dan seterusnya. Maka begitu konfidennya. Pemimpin bangsa ini. Katakanlah presiden pertama republik ini sekaligus proklamator bangsa, Bung Karno.
Yang berbicara di perserikatan bangsa-bangsa. Dengan rasa percaya diri menawarkan to build the world anew. Membangun dunia baru kembali melalui Pancasila, saudara-saudara.
Ini sejarah yang kita miliki.