Intro Om, benar gak sih ya estetika itu salah satu bagian dari kajian filsafat? Iya benar. Kenapa?
Makanya kata teman saya itu bukan filsafat, katanya seni. Ya, estetika itu memang seni. Estetika itu kata lainnya adalah filsafat seni.
Berfilsafat tentang seni. Loh, gitu ya? Berarti gue udah dikadalin ya.
Estetika itu kan bahasa asing ya. Bahasa Indonesianya ya Keindahan Atau artistik Tapi kok sampai ada Kajian khusus Estetika itu ya Emang apa aja sih yang dibahas disitu Nah itu baru Pertanyaan yang menarik Semua orang bisa bicara tentang seni ya Mengaku punya jiwa seni Mengerti seni Pandai membuat karya seni Nah tapi Kajian yang dikaji oleh filsafat seni atau SD3. Bukan itu.
Tapi adalah memahami seni itu secara mendalam. Misalnya, kita mulai dulu dari apa sesungguhnya yang dimaksud dengan seni itu. Apakah benar seni itu hanya sesuatu yang indah?
Lo kan jelas om, seni itu yang indah. Belum tentu. Contohnya Anda menonton film horor misalnya. Horor itu kan kengerian. Lah kok Anda bisa menikmati?
Oh iya ya om ya. Benar-benar-benar. Nah itu.
Atau lagi misalnya, Anda melihat lukisan misalnya, kalau misalnya pengertian seni itu adalah sesuatu yang hanya yang indah, yang muy ide, kenapa orang tidak hanya suka dengan lukisan? naturalis misalnya lukisan pemandangan yang indah yang molek kenapa lukisan abstrak atau lukisan ekspresionisme juga disukai oleh orang padahal Anda tahu sendiri kan seperti apa lukisannya dibanding dengan lukisan naturalis iya iya iya om benar om terus apa dong om pengertian jadinya seni itu nah itu Itu contoh problem yang dibahas dalam estetika. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan seni itu? Nah, muncullah beragam pendapat.
Ada yang mengatakan sesuatu yang menggetarkan manusia secara... Oh, itu ya, Om. Berarti kalau saya misalnya melihat sunset dengan warna yang temaram, tapi sekaligus mencekam, Lalu saya termenung melihatnya. Itu juga seni ya om ya?
Lah iya. Karena visualisasinya membuat Anda jadi tergetar. Mungkin ada nuansa religius yang Anda rasakan. Atau nuansa kesunyian yang teramat dalam. Kalau gitu luas juga dong berarti pengertian seni itu ya om?
Ya iyalah. Oke, contoh lain misalnya ya. Misalnya hidup Anda penuh dengan penderitaan, tapi di sisi lain dari penderitaan itu jadi terbetik banyak kesadaran dalam diri Anda.
Misalnya kesadaran akan kesabaran yang luar biasa, kesadaran akan heroisme perjuangan dalam hidup, dan itu rasanya lezat kan? Iya, benar. Nah, itu juga sebuah seni.
Oke, kita lanjut ya. Itu tadi baru dari sisi pengertian. Sekarang dari sisi penciptaan karya seni.
Yang jadi pertanyaan di sini adalah, apakah munculnya ide kreatif dalam diri seseorang itu bersifat internal atau eksternal? Contohnya, misalnya Anda Habis menonton video saya ini. Lalu Anda terkesima.
Setelah itu Anda jadi terbuktik membuat video yang sama. Nah itu artinya bercipat eksternal kan? Hmm ya ya ya ya ya. Terus kalau internal?
Nah, kalau internal gampang saja. Contohnya misalnya, Anda tiba-tiba jatuh cinta pada seseorang. Terus, biasanya orang yang jatuh cinta itu mendadak jadi penyair, kan?
Iya, paham. Nah, kan? Tiba-tiba dia jadi jago menulis puisi, menulis cerpen, menulis curhat.
dengan bahasa yang sangat puitis. Sehingga kalau dibaca oleh kekasihnya, itu bisa membuat dia menangis. Nah, itu kan bersifat internal itu.
Sudah gua kan, itu contoh kajian-kajian dalam estetika. Hmm, asik juga berarti om ya. Yang lain-lainnya om, apalagi yang dibahas di situ om? Nah, yang lain lagi. Misalnya, Eh, Anda suka nggak dengar musik-musik yang keras?
Ya, suka, Om. Nah, apakah Anda menyukai musik yang keras itu sejak Anda lahir? Bukan, Om. Saya kenal musik keras waktu SMA, Om. Waktu itu, kalau nggak salah, saya punya teman.
Itu musiknya selalu, kalau nggak rock, ya heavy metal, Om. Lalu, ya lama-lama karena saya... Sering tidur di rumah dia, akhirnya saya disuka gitu loh.
Nah, kan? Jadi, dari kasus itu artinya apresiasi kita terhadap karya seni itu dipelajari. Ada pengalaman estetik namanya. Pengalaman persentuhan kita dengan karya seni.
Ada historical emotional dengan sebuah karya. Nah, sama juga dengan orang yang Mula-mula tidak suka dengan lukisan abstrak atau ekspresionisme. Tapi karena sering mengikuti temannya melihat pameran lukisan misalnya ya, lama-lama jadi timbul apresiasinya. Nah, berikutnya begitu melihat lukisan abstrak, dia langsung klik dalam dirinya. Wah, ini nih lukisan yang gue cari.
Nah itu, wah itu adalah... Gema dari pengalaman sebelumnya. Hmm, ya ya ya om.
Berarti kalau gitu, apa yang kita sukai hari ini itu belum permanen berarti dong om ya? Lah iya, akan terus berproses. Hmm, tapi kok ada ya om orang yang kesukaannya terhadap seni itu hanya gitu-gitu aja gitu? Nah, itu karena mereka tidak bersentuhan dengan pengalaman estetik yang berbeda.
Misalnya, dia hobinya dengar musik dangdut misalnya. Ya karena yang dia dengar teman-temannya koleksi CD atau lagu-lagu di komputernya hanya dangdut semua. Kalaupun disodorkan lagu-lagu lain dia langsung menolak. Untuk bisa menikmati seni itu harus ada keterbukaan kita secara emosional. Kita harus membebaskan diri dan membiarkan roh dari karya itu masuk ke dalam diri kita.
Pakai roh segala om ya. Ya, itulah istilahnya begitu. Karya seni itu kan memancarkan getaran. Nah, persoalannya kita mau terima enggak getaran itu hadir ke diri kita?