Transcript for:
Memahami Senjata Nuklir dan Dampaknya

Senjata nuklir menjadi senjata termutahir sekaligus membuat gentar bagi siapapun yang mendengarnya. Senjata ini memang memiliki efek penghancur yang luar biasa. Tragedi bom Hiroshima dan Nagasaki menjadi contoh begitu mematikannya efek dari senjata ini. Tak heran, banyak negara di dunia yang ingin memilikinya. Namun selain karena kekuatannya, ternyata ada faktor lain yang membuat banyak negara berlomba-lomba memiliki senjata nuklir. Apakah itu? Nah, sebelum masuk ke motivasi berbagai negara untuk memiliki senjata nuklir, yuk kita pahami dulu sebenarnya benda apakah ini? Senjata nuklir merupakan senjata yang dibuat dengan menggunakan dua jenis material utama, yakni uranium dan plutonium. Uranium merupakan sumber energi yang keberadaannya melimpah di bumi. Rujuk dari buku dinamika isu-isu global kontemporer karya Budi Winarno, cadangan energi uranium diperkirakan baru habis pada 9 abad mendatang. Selain uranium, bahan pembuat senjata nuklir lain adalah plutonium. Sebenarnya plutonium merupakan hasil dari pengayaan uranium. Bahan ini bisa digunakan sebagai bahan meledak dalam senjata nuklir, dan sebagai unsur kunci dalam pengembangan tenaga nuklir untuk keperluan industri. Nah, setelah tahu bahan pembuatnya, kita masuk ke senjata nuklir itu sendiri. Sejak kali pertama dikembangkan pada dekade 1940-an, senjata nuklir terbagi menjadi dua jenis. Pertama, senjata nuklir yang menghasilkan energi ledakan dari reaksi visi inti atom, atau yang lebih dikenal sebagai bom atom. Bom Little Boy dan Fat Man yang dijatuhkan di Rusima dan Nagasaki merupakan contoh dari bom jenis ini. Jenis kedua adalah senjata yang energinya diperoleh dari reaksi fusi nuklir. Senjata ini lebih dikenal sebagai bom hidrogen. Tendakan bom ini 500 kali lebih besar dari bom atom dan menghasilkan bola api serta memunculkan awan jamur yang sangat tinggi. Nah, senjata nuklir modern saat ini didominasi oleh jenis bom hidrogen. Setelah tahu bahan pembuat serta jenis-jenis senjata nuklir, Yuk kita masuk ke topik utama, yakni motivasi berbagai negara untuk memiliki senjata nuklir. Perlu diingat, tidak semua negara di dunia bisa mengembangkan senjata nuklir. Hal ini dikarenakan adanya Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Perjanjian ini ditandatangani pada 1 Juli 1968 oleh 62 negara, dan diperbarui pada tahun 1995 dengan tanda tangan dari 174 negara anggota PBB, termasuk Indonesia. Ada tiga pilar utama dalam perjanjian nuklir ini, yaitu perlucutan senjata nuklir, tidak mengembangkan senjata nuklir serta penggunaan bahan nuklir untuk tujuan damai. Dari perjanjian ini, ada lima negara yang diperbolehkan memiliki senjata nuklir, yakni Perancis, Cina, Uni Soviet yang kini bernama Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat. Nah, biasanya motivasi negara-negara untuk memiliki senjata nuklir didasarkan pada aspek strategis, politik, dan prestis. Negara-negara yang memiliki senjata nuklir punya keuntungan dalam ketiga aspek itu. Sebab adanya senjata nuklir selain memberikan persenjataan serta pelindung kelas wahid, juga sekaligus memberikan daya tawar lebih tinggi di hadapan negara lain. Sehingga pemilik senjata nuklir secara tidak langsung mendapatkan posisi yang menentukan dalam meja perundingan internasional. Kepemilikan senjata nuklir juga merupakan bentuk determinisme teknologi. Dari pandangan ini, sekali negara memperoleh infrastruktur yang diperlukan, ia secara otomatis akan mengembangkan senjata-senjata nuklir. Selain itu, senjata nuklir juga dapat memberikan suatu efek yang disebut sebagai efek deterans atau upaya menggentarkan lawan. Dalam kamus bahasa Inggris Oxford, deterrence diartikan sebagai something that makes somebody less likely to do something. Sementara seorang akademisi, Bayliss, Mendefinisikan deterrence sebagai the trip or use of force to prevent an actor from doing something they would otherwise do. Intinya, deterrence berarti sesuatu yang membuat lawan enggan atau berpikir ribuan kali dalam melakukan tindakan tertentu. Dalam bahasa Indonesia, deterrence sering diartikan sebagai penggentaran, atau dalam konteks ini bisa juga disebut sebagai efek gentar. Yang perlu ditekankan, deterrence tidak sama dengan defense atau pertahan. Kalau defense bersifat fisik, deterrence lebih bersifat psikologis dan berfungsi sebelum perang terjadi. Kalau sahabat kemas.com masih bingung soal konsep deterrence, aku kasih contoh penerapan efek gentar di kompleks rumah. Nah, biasanya di perumahan ada satpam ya kan? Itu merupakan contoh sederhana dari efek gentar. Atau contoh lain, penulisan area ini diawas CCTV dalam sebuah gedung atau ruangan. Tujuannya adalah membuat penjahat berpikir ulang untuk melakukan tindak kejahatan di tempat itu. Nah, dalam level negara tentu penerapannya tak segampang itu. Ada banyak faktor yang perlu diperhatikan, seperti kompleksnya proses pembuatan kebijakan, hubungan bilateral antar negara, kepentingan nasional, sejarah geopolitik, dan lain sebagainya. Di level negara, heterens bisa diletakkan pada tiga level, yang disebutkan taktik, strategi keamanan nasional, dan komponen penting. dari konstruksi keamanan internasional.