Meskipun ada di antara warisan itu telah punah tanpa meninggalkan bekas. Ada yang mampu mempertahankan warisan itu. Ada pula yang harus tergerus saman karena tidak mampu beradaptasi.
Kampung Naga, sebuah kampung yang menyimpan sejarah tanah leluhur. Hamparan persawahan hijau, serta pegunungan mengelilingi denyut kehidupan masyarakatnya. Kampung Naga terletak di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Katanan kehidupan yang penuh dengan kesahajaan dan kearifan tradisional, sangat melekat pada masyarakatnya. Nama Kampung Naga berasal dari kata Nagawir yang berarti di tepi tebing. Masyarakat di kampung ini tidak pernah mempedulikan sistem lapisan sosial. Mereka beranggapan bahwa semua insan mempunyai kedudukan yang sama.
Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk yang sama pada bangunan rumahnya, cara berpakaian yang sama pada masyarakatnya, dan kesederhanaan pada kehidupannya. Sejak zaman dulu, jumlah rumah di sini juga tidak pernah berubah. Selalu 113 rumah.
Kalau mereka mau memperbaiki rumah, membangun rumah lagi, mereka harus membangunnya di luar area kampung naga. Kehidupan di kampung ini berpedoman pada adat istiadat, pantangan, norma-norma, dan hukum adat yang berlaku sejak zaman para leluhur. Asal-muasal kampung naga sendiri tidak banyak yang mengetahuinya. Hanya orang-orang tertentu seperti kepala adat yang boleh bercerita.
Akan tetapi masyarakat di sini punya kepercayaan yang kuat untuk tetap melestarikan adat istiadat leluhurnya. Salah satunya dengan upacara adat Hajat Sasyih. Para pemuka adat menuju makam keramat untuk melakukan ritual bebersih makam dan memanjatkan doa bersama yang dipimpin oleh ketua adat.
Mereka meminta keselamatan dan kesejahteraan untuk para penduduk Kampung Naga. Nah di kampung adat itu kan ada yang namanya makam keramat, hutan keramat Itu semuanya mereka keramatkan Kenapa mereka selamatkan? Karena sebenarnya itu merupakan simbol Simbol apa? Simbol yang maksudnya agar kestarian alam di sana dipertahankan Sehingga ada hutan yang namanya hutan larangan, ada makam namanya makam keramat dan sebagainya. Itu semuanya hanya simbol untuk melestarikan agar mereka kehidupannya terpenuhi.
Ramad dirawat saksi bisu bangunan sederhana. Kayu dan bilik yang melekat perjalanan budaya, pewaris adat disucikan dengan rasa hormat. Sebelum melakukan upacara hajat sasi, para pemuka adat Kampung Naga diwajibkan pergi ke Sungai Ciwulan yang letaknya tak jauh dari desa, bertujuan untuk mensucikan diri mereka sebelum melakukan prosesi adat hajat sasi. Setelah melakukan bebersih, para pemuka adat Kampung Naga mengenakan pakaian adat berwarna serbat putih yang melambangkan kesucian.
Upacara hajat sasi itu sendiri merupakan ritual adat yang rutin dilakukan sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan keselamatan, keberhasilan, dan limpahan berupa hasil bumi serta tanah yang subur, sekaligus sebagai penghormatan kepada sang leluhur.