Assalamualaikum Wr Wb Wahai sahabatku, semoga sahabatku dalam kondisi sehat dan afian di bawah lindungan dari Allah SWT Filsafat adalah cinta kebijaksanaan Untuk mencapai cinta kepada kebijaksanaan maka pencarian filsafat itu minimal terdiri dari 4 hal yaitu kritis, radikal, reflektif, dan integral semuanya itu tersusun secara sistematis sehingga sistematis yang kritis, radikal, reflektif, dan integral. Apa yang dimaksud dengan kritis? Kritis itu maksudnya adalah bahwa tidak berhenti pada apa yang tampak, tidak berhenti apa yang muncul di hadapan kita, tetapi kritis itu adalah selalu mencari dari berbagai perspektif, tidak hanya satu perspektif, tidak hanya mengandalkan dogma, tidak hanya berdasarkan kepada asumsi, tidak hanya berdasarkan apa pengetahuan yang terjadi, telah dia miliki tetapi adalah penelitian terus menerus untuk mencari hakikat sesuatu kritis dilanjutkan kepada ciri yang kedua yaitu adalah radikal berdasarkan kritisisme itu maka filsafat berusaha mencari aspek hakikat sampai ke dasar-dasarnya sampai ke akar-akarnya untuk mencari kebenaran dan untuk mencari pengetahuan yang Jadi kritis menimbulkan sifat radikal yaitu adalah mencari jawaban sampai ke akar-akarnya. Kemudian yang ketiga adalah reflektif. Apa yang dimaksud dengan reflektif?
Reflektif itu adalah sebagai upaya untuk mengendapkan apa yang dia peroleh tidak cepat-cepat untuk mengatakan. Ketika dia melihat sesuatu lalu dia mengatakan cepat-cepat tidak. Tetapi dia endapkan dulu, merefleksikan dulu untuk diolah supaya bisa menghasilkan pengetahuan yang jernih, pengetahuan yang sesuai dengan apa yang menjadi masalah. Jadi direfleksikan terlebih dahulu, bukan cepat-cepat menjawabnya, tidak.
Dan yang keempat adalah secara integral. Integral itu maksudnya adalah bahwa penelitikan filsafat tidak hanya terbatas pada satu sisi. Tidak hanya terbatas pada satu perspektif, tidak hanya pada aspek yang sifatnya partikular, tetapi dari berbagai pendekatan untuk mencari kebenaran, yang kebenaran itu jernih. Kita akan melihat bahwa filsafat itu minimal kita bagi menjadi tiga bagian besar. Yang pertama adalah pada wilayah ada, yang kedua adalah pada wilayah pengetahuan, dan yang ketiga adalah pada wilayah nilai.
Jadi kajian filsafat, Itu ada tiga pembahasan penting. Yang pertama adalah ada, yang kedua pengetahuan, yang ketiga adalah nilai. Kita akan membahas satu per satu. Yang pertama adalah pada wilayah ada. Wilayah ada ini dibagi menjadi dua.
Yang pertama adalah ontologi dan yang kedua adalah metafisika. Apa itu ontologi? Ontologi adalah mengkaji semesta empiris.
Biasanya bertanya tentang apa. What it is? Apa mencari hakikat dalam ilmu mantik yang disebut dengan ontologi ada itu sama dengan Falhaddu had, Falhaddu biljinsi wafaslin ulima.
Jadi apakah yang disebut dengan manusia itu? Manusia adalah hayawanun nateko, itu namanya ada. Ontologi, apakah yang disebut dengan kursi?
Kursi adalah tempat yang digunakan untuk duduk, sehingga Problem ontologis ini adalah bisa menyatu kandar dari berbagai bentuk-bentuk kursi. Barangkali kursi di sana bisa goyang, kursi di sini tidak bisa goyang. Barangkali kursi di sana empuk, tapi di sini tidak empuk.
Barangkali kursi di sana bisa digunakan untuk menulis, ada alas untuk menulisnya, tapi di sini tidak. Barangkali di sana kursinya adalah dari kayu bahannya, tapi dari sini adalah dari besi misalnya. Itu artinya. Tapi semua berbagai kursi itu disatukan oleh unsur definisinya. Apa itu?
Tempat yang digunakan untuk duduk. Itulah yang disebut dengan ontologi. Dan yang kedua adalah pada kajian metafisika. Apa itu metafisika?
Metafisika minimal membahas tiga hal. Yang pertama adalah tentang Tuhan. Yang kedua tentang kosmologi.
Yang ketiga adalah tentang psikologi. Tuhan berarti nanti kajiannya adalah kajian tentang teologi. Kosmologi membicarakan semesta dalam arti Keteraturannya semesta dan itu adalah sesuatu yang bukan fisika tapi dia adalah bagian dari metafisika dan juga adalah psikologi tentang jiwa.
Jadi ada mencakup dua hal ontologi dan metafisika. Pada bagian yang kedua namanya pengetahuan. Pengetahuan kita bagi menjadi empat.
Yang pertama ada wilayah epistemologi, filsafat ilmu, logika. dan metodologi. Yang pertama epistemologi, sehingga kalau misalnya kita berbicara tentang epistemologi tentu itu wilayah pengetahuan.
Tadi kan filsafat membicarakan tiga hal penting, ada pengetahuan nilai, ada itu dibagi dua ontologi dan metafisika. Sementara pengetahuan dibagi empat, yang pertama adalah epistemologi, filsafat ilmu, logika, metodologi. Pada wilayah epistemologi apa yang dibahas?
Yang dibahas minimal dalam kajian epistemologi itu adalah sumber pengetahuan. Bagaimana mencari sumber pengetahuan itu? Bagaimana membuktikan kebenaran itu? Jadi tiga kan? Tentang sumbernya apa, kemudian bagaimana mencarinya, kemudian setelah kita mencari, bagaimana kebenaran pencarian itu bisa dibuktikan.
Sumber misalnya nanti kita akan mengerti, ada sumber wahyu, ada akal. ada intuisi. Jadi sumber pengetahuan itu misalnya wahyu, akal, fakta empiris, pengalaman, intuisi. Misalnya begitu. Lalu bagaimana mencari pengetahuannya?
Mencari pengetahuannya misalnya melalui penggunakan rasio, namanya rasionalisme. Atau yang kedua empirisism. Lalu muncul nanti belakangan ada positivism, ada post-positivism. Itu adalah wilayah etis. Kemudian yang ketiga mencari kebenarannya, bagaimana apa yang kita temukan itu bisa dibuktikan benar.
Maka ada tiga teori besar, misalnya tentang teori kebenaran koherensi, korespondensi, pragmatisme misalnya. Apa yang dimaksud dengan koherensi? Yang dimaksud dengan kebenaran koherensi itu adalah bahwa antara satu pernyataan dengan pernyataan yang lain itu nyambung.
Secara rasional bisa diterima, secara akali bisa diterima. Sehingga rasionalisme nanti menganut kebenaran koherensi. Sementara ada lagi namanya kebenaran korespondensi. Bahwa apa yang dinyatakan sesuai dengan kenyataan. Bahwa Tugu Monas ada di Jakarta dan kenyataannya benar, itu berarti sesuai dengan kebenaran korespondensi.
Kebenaran korespondensi ini biasanya dilekatkan kepada empirisisme nah itu jadi ada kebenaran korespondensi dan yang ketiga ada yang disebut dengan kebenaran pragmatism bahwa sesuatu dianggap benar kalau sesuatu itu bermanfaat berguna bagi kehidupan yaitu wilayah epistemologi dan yang kedua adalah wilayah filsafat ilmu filsafat ilmu itu membicarakan tentang ciri-ciri ilmu Bagaimana sebuah ilmu bisa disebut sebagai ilmu? Bagaimana pengetahuan bisa disebut sebagai ilmu? Membicarakan bagaimana ilmu pengetahuan itu bisa diperoleh.
Jadi ilmu perlu difilsafati supaya ilmu itu tetap berjalan terus. Supaya ilmu itu tidak menjadi dogma. Jadi ilmu perlu difilsafati supaya ilmu itu tetap untuk mengiringi perjalanan kemanusiaan.
untuk memprediksi, untuk mempermudah, untuk menjadikan hidup manusia itu lebih bermanfaat melalui ilmu pengetahuan, untuk merancang masa depan, untuk memprediksi kejadian masa lalu, dan lain sebagainya. Itulah fungsi ilmu pengetahuan, sehingga hidup kita ini menjadi mudah gara-gara ilmu pengetahuan. Coba bayangkan, awalnya barangkali HP kita, alat informasi kita, transformasi kita, lewat transportasi kita, itu awalnya sederhana tapi lama kelamaan semakin canggih lama kelamaan semakin canggih itu hasil apa? hasil ilmu pengetahuan dengan sifat kritisisme filsafat kepada ilmu sehingga ilmu pengetahuan bisa berkembang cepat untuk kemudahan, untuk memprediksi untuk memperkirakan, untuk membuat hidup manusia menjadi bahagia untuk kedamaian dan lain sebagainya itulah filsafat ilmu kemudian Ada lagi tentang logika.
Logika itu adalah asas-asas berpikir agar lurus, tertib, semua manusia pasti mati. Si Paimin... adalah manusia makam si Paimen Astimati nah itu namanya kebenaran logik kebenaran logik dalam ilmu keagamaan Islam misalnya dikenal dengan ilmu mantik falmantikuliljanani nisbatuhukanahwililisani fayaksimulafkarominhoiyilkhotok waandakikifahmiyakshifulkito ini kajian namanya kajian ilmu mantik nanti dibahas tentang macem-macem lafat dibahas tentang penunjukan lafat Kul dan Kuli, macam-macam ada Silogisme, itu kajian logika Kemudian yang terakhir masuk dalam wilayah pengetahuan itu adalah Wilayah metodologi, metode-metode yang digunakan untuk mencari kebenaran Metode-metode yang digunakan dalam mencari ilmu pengetahuan Itu metode, banyak nanti wahai sahabatku Kalau kita misalnya meneliti tentang ilmu pengetahuan, banyak sekali metode-metode yang dipakai untuk mencari ilmu pengetahuan atau meneliti, menyelesaikan masalah-masalah ilmiah. Jadi pengetahuan bicara tentang epistemologi, filsafat ilmu, logika, dan metodologi. Yang terakhir dari kajian filsafat yang besar ada pengetahuan dan nilai.
Sekarang kita membahas nilai. Apa itu nilai? Nilai itu bahasa mudahnya adalah aksiologi.
Jadi ada itu adalah ontologi, enaknya ngomong. Pengetahuan itu adalah epistemologi secara umumnya supaya mudah. Kemudian nilai itu adalah aksiologi. Kalau ada itu mempertanyakan what, bertanya tentang what, apa. Kalau pengetahuan itu bertanya tentang why.
Kalau kemudian nilai untuk apa. Nah inilah. yang kemudian menjadikan pengetahuan itu harus bernilai. Tapi kalau pengetahuan tidak bernilai, buat apa pengetahuan? Pengetahuan hanya merusak.
Karena itu memang ilmu pengetahuan harus diiringi dengan nilai ini. Nah, pembahasan tentang nilai dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah etika, dan yang kedua adalah estetika. Apa itu etika? Etika adalah nilai moral, baik dan buruk.
Apakah ini baik atau tidak? Kalau tidak baik, jangan kita lanjutkan. Ilmu pengetahuan kalau hanya untuk menghancurkan, untuk menguasai, untuk menindas ilmu pengetahuan, untuk menguasai orang lain supaya orang lain manut kepada kita dan sehingga kita menjadi seorang yang dominan, kita menjadi otoriter, jangan dilakukan.
Jadi ilmu pengetahuan didasarkan kepada etika baik dan buruk ini, maka dia akan menjadikan umat manusia ini menjadi baik. Ilmu pengetahuan yang diri dengan etika, maka ilmu pengetahuan akan menjadi baik. Kita barangkali bisa. Membuat pabrik, yang pabrik itu bahan dasarnya dari kayu. Tapi lalu kita menebang hutan dengan cara sembarangan tidak menanaminya lagi.
Itu kan tidak baik namanya. Kita punya alat untuk menghasilkan banyak hal. Tetapi kemudian alat itu menghancurkan irigasi, menghancurkan tanah.
Itu kan juga tidak baik. Nah itu nilai ini menjaga kita supaya kita berbuat baik. Dengan nilai inilah kehidupan manusia itu ramah terhadap lingkungan.
Dengan nilai inilah kehidupan manusia, saling menghargai manusia dengan manusia yang lain. Dengan nilai inilah kemampuan kita dalam teknologi tidak menghancurkan orang, tidak untuk mendominasi orang. Karena nilai, nanti banyak perdebatan di kalangan para filosof tentang teori-teori nilai.
Manuel Kahn nanti membahas tentang teori nilai. Jadi banyak para filosof membahas tentang nilai. Apakah nilai itu...
Murni dari Tuhan atau sebenarnya adalah bagian dari nilai atau perbuatan itu baik dalam dirinya sendiri. Nanti menjadi perdebatan. Kapan-kapan kita bicara tentang nilai. Tapi intinya bahwa ilmu pengetahuan diiringi dengan nilai akan menjadikan ilmu pengetahuan itu bermanfaat, berguna buat manusia. Nilai.
Sehingga ilmu pengetahuan itu bermanfaat. Tidak menghancurkan manusia. Tidak menimbulkan konflik.
Karena kadang ada orang memperasa punya ilmu pengetahuan lalu menjadikan dirinya itu dominatif. Mendominasi orang. Pingin menang sendiri. Nah itu keliru itu.
Yang kedua nilai bicara tentang etika dan yang kedua adalah estetika. Indah dan tidak indah. Karena itulah wahai sahabatku seorang filosof, orang yang memiliki ilmu pengetahuan menjadikan dirinya indah.
Berpikir tentang keindahan. Tadi di samping nilai. Kalau orang menebang hutan dengan cara sembarangan, membuang sampah dan lain sebagainya, itu kan tidak indah.
Membuat tidak indah. Keindahan itu menjadikan alam. Kosmologi ini menjadi indah. Ketika alam ini tidak menjadi indah, maka biasanya akan menghancurkan kehidupan manusia. Karena itu benar apa yang dikatakan oleh Tuhan bahwa kerusakan di muka bumi ini sebab tangan-tangan manusia yang tidak merawat keindahan.
Ketika kita berperang dengan manusia yang lain, ketika kita saling membenci, ketika kita saling membunuh antara satu dengan yang lain, itu tidak indah. Hidup tidak indah, tidak ada harmoni, tidak ada rasa persahabatan, saling marah memarahi, tidak indah. Ibarat rumah kalau kita menjaga keindahan itu.
Bahagia. Sehingga etika indah dan tidak indah. Makanya banyak orang keliru bahwa seolah-olah kalau dia ahli filsafat lalu pakaiannya cumpang-camping. Ini enggak.
Dia menjaga keserasian semesta. Menjaga harmoni semesta. Menjaga kosmos dalam arti keseimbangan besar.
Manusia ini kosmos, keseimbangan. Alam semesta, keseimbangan. Makanya manusia ini sering disebut sebagai mikrokosmos.
Alam semesta. sebagai makrokosmos, coba kita merusak keindahan itu ketika kita makan sebarangan ketika kita tidak menjaga kolesterol kita, kan tubuh kita tidak seimbang tubuh kita tidak indah ketika tidak indah biasanya muncul kerusakan, pun demikian ketika etika tidak kita pakai maka tidak bisa menjadikan kosmos keseimbangan itu terjadi, jadi maka benar saja bahwa filsafat menjadikan orang bijaksana bijaksana Karena wilayah ada, wilayah pengetahuan, dan wilayah yang paling tinggi adalah wilayah nilai. Inilah yang mengiringi kehidupan manusia.
Sehingga bermakna, bermanfaat dalam bahasa agama. Di dunia hasanah, dan di akhirat hasanah. Ada etika, ada estetika.
Untuk apa? Demikian, layak sahabatku. Semoga bermanfaat. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
wabarakatuh