Transcript for:
Hidup sebagai Kompetisi dan Strateginya

Kita semua pasti pernah ngerasa capek sama kehidupan. Kita ngerasa bahwa hidup kita itu adalah kompetisi, dimana kita ngelihat orang lain udah maju, entah pas kuliah, entah pas kerja atau mungkin orang udah nikah duluan. Kita seolah dituntut untuk berkompetisi terus sama orang lain. Gue sempat baca salah satu tweet-nya Dr. Tirta tentang hal ini gitu ya yang cukup kontroversial dan mungkin keras, hidup itu sebenarnya kompetisi, jadi jangan lembek, katanya sih gitu. Jadi jangan manja juga. Keras sih gitu, tapi kalau dipikir-pikir, ya bisa jadi apa yang di-tweet itu benar juga. Di sekolah, kita harus dapat nilai bagus. Harus ngalahin ribuan orang, ratusan orang untuk dapat ke sekolah favorit. Pas kuliah juga sama, kalau misalnya nggak lolos SNMPTN ya lo mesti masuk ke SBMPTN atau jalur mandiri yang notabene jauh lebih mahal. Pas kerja, kita juga harus ngalahin orang lain ketika recruitment dengan skill dan networking kita, ya biar dapat kerja. Kalau pengen dapat jodoh, harus juga untuk berkompetisi dengan si gebetan-gebetan yang lain yang dipunyai oleh gebetan kita, selain kita. Biasanya memang yang good looking, atau mungkin yang lebih kaya yang menang. Ini semua, yang tadi gue bilang, itu dilakuin sama banyak orang. Bahkan dilakuin dengan cara curang, bahkan sampai ngambil hak orang lain supaya mereka bisa santuy di masa tua, supaya mereka bisa hidup enak, supaya mereka bisa dapat uang yang banyak. Mungkin itu juga ya, kenapa orang-orang selalu bilang, “yaudah lo jangan manja” gitu, “jadi orang tuh jangan lembek!” “Jangan kaya tahu tempe” gitu kan. “Hidup tuh keras, lo nggak boleh kalah!”. Tapi di satu sisi, capek nggak sih kita berkompetisi mulu selama hidup? Emang benar ya hidup itu adalah tentang kompetisi? Dan kalau misalnya iya, ataupun nggak, gimana sih caranya biar kita bisa menang? Nah, di satu video kali ini, gue bakal ngajak lo untuk ngejawab pertanyaan itu bareng-bareng lewat eksplorasi tentang kehidupan yang penuh dengan kompetisi ini, katanya sih begitu. Dan gimana caranya supaya lo bisa menang. Lo tonton video ini sampai habis, biar lo dapat keseluruhan insight-nya. Dan jangan lupa buat nonton satu video setiap hari di Satu Persen, oke? Pertama, kita harus paham dulu sebenarnya sistem di kehidupan kita saat ini. Sistem kehidupan kita saat ini sebenarnya didominasi oleh 2 hal, pertama kapitalisme dan meritokrasi. Gue jelasin secara simpel ya. Jadi, untuk lo hidup di dunia ini dengan sukses, basically lo harus punya kapital. Kenapa lo harus punya kapital? Karena ya lo hidup di zaman kapitalisme. Kapital itu apa sih? Kapital itu adalah aset. Nah, menurut banyak orang, aset itu sebenarnya adalah uang. Tapi ada banyak juga kayak misalnya jabatan, aset ganteng gitu kan, atau cantik. Terus juga aset intelligency, aset orang dalam, dan lain sebagainya. Jadi itu tuh banyak banget sebenarnya, aset yang dibutuhkan selama kita hidup. Yang menariknya memang berbagai macam aset ini, lo bisa lihat kurikulum Satu Persen, kalau gue lihat itu tuh nggak diajarin di sekolah. Dan orang itu, menyedihkannya ya ironisnya memang nggak terlahir sama. Gue mungkin lahir ya langsung di level dua, gitu. Karena gue nggak perlu khawatir bahwa gue nggak bisa makan besok. Mungkin ada juga yang lahir langsung level tiga atau level empat. Langsung dikasih bisnis sama orangtuanya, dikasih aset dikasih uang miliaran, gitu ya. Kayak Rafathar gitu kan, punya 2M katanya, bahkan lebih, sampai dipinjam sama orangtuanya. Tapi ada juga yang hidup itu level satu aja bahkan nggak bisa karena orangtuanya nggak punya cash-flow, atau mungkin nikah muda banget dan ya reckless mungkin ya, ya jadinya terlahir dengan nggak terlalu baik. Nah, masalahnya adalah aset yang diperebutkan itu itu nggak banyak. Ya inilah kenapa muncul ilmu ekonomi, karena adanya scarcity, karena adanya kelangkaan. Karena adanya kelangkaan ini, untuk dapat duit, untuk dapat aset, ya lo harus kerja. Dan yang butuh kerjaan di dunia ini dan butuh aset itu nggak cuma lo aja kan. Ada puluhan dan bahkan mungkin ratusan orang lain yang sama-sama butuh kerjaan kayak lo dan dengan level aset yang berbeda-beda. Ada yang udah punya asetnya banyak ada yang juga sedikit. That’s why buat dapetin kerja, kita harus punya banyak aset sebenarnya. Entah didapatkan dari pengalaman, atau juga didapatkan dari orangtua atau privilage. Tapi at least, kita harus tahu lah, kita harus outstanding, kita harus punya skill, kita harus rapi, kita harus berprestasi, kita harus pengalamannya banyak biar bisa direkrut perusahaan, dilirik. Ya inilah memang ironisnya. Tapi, di sinilah sebenarnya ada juga hal yang sebenarnya jadi bisa dicapai oleh banyak orang. Nah, disinilah sistem meritokrasi, siapa yang paling jago, siapa yang paling terampil, siapa yang punya paling banyak aset, bukan cuma uang ya, bukan cuma privilege, dia adalah yang paling pantas buat ngedapetin sesuatu. Dan ini gak peduli orang background nya dari mana kalau dia jago, ya jago dan dia pantas dapetin itu. Jadi, at some point, memang hidup itu kompetisi. Kita harus bersaing dengan orang lain mungkin secara tidak adil buat dapetin sebuah aset. Kita rebutan dan lain sebagainya, tapi sebenarnya kalau ditanya, apakah semua hal dalam hidup itu adalah tentang kompetisi? Kita coba balikin dulu deh ke definisi sesungguhnya dari kompetisi. Kompetisi itu sebenarnya adalah ketika kita ngebandingin sesuatu atau ketika kita dibandingkan dengan sesuatu terus kita pengen cari tahu sesuatu itu yang mana yang terbaik, entah kita atau orang lain. Nah, kalau berdasarkan definisi ini, gue bisa berargumen kalau hidup itu, ya memang banyak hal dalam hidup adalah kompetisi tapi ya hidup bukan hanya tentang kompetisi. Hidup bukan hanya tentang membandingkan antara satu dan yang lain. karena nggak semua hal dalam hidup harus dibandingin. Apalagi kalau lo punya prinsip untuk gak melakukan hal tertentu atau untuk melakukan hal tertentu yang mungkin gak ada pembandingnya gitu sama orang lain. Kayak misalnya apa semua orang punya definisi kesuksesan yang sama Sampai akhirnya semua orang harus berkompetisi. Kayak misalnya, apakah benar semua orang harus lulus kuliah, harus kerja, harus bikin bisnis, harus mapan, harus nikah, ya kalau menurut Satu Persen sih menurut kurikulumnya memang, dianjurkan ya. Tapi kalau memang lo mau mengambil jalan hidup yang lain, ya gak masalah gitu kan. Let’s say menurut kita sukses itu ketika kita udah bisa keliling dunia. Ya tapi mungkin ada orang yang bodo amat gitu tentang keliling dunia. Kayak misalnya gue gitu ya. Gue mungkin bodo amat tentang travelling kesana kemari gitu. Gue gak menganggap itu sebagai kesuksesan, tapi kalau menurut orang lain mungkin ya itu adalah sukses gitu, jadi kan gak bisa dibandingin. Gue tidak bisa berkompetisi dengan orang yang punya prioritas yang berbeda. Mungkin menurut lo gitu ya atau beberapa orang ya bisa hidup dan bisa bisa makan enak aja udah tergolong sukses. Nah jadi ketika orang-orang punya definisi kesuksesan yang beda, punya tujuan hidup yang berbeda, punya filosofi, punya prinsip hidup yang berbeda. Entah itu filosofi hidup biasa aja yang udah pernah kita bahas, atau filosofi hidup stoic, atau filosofi hidup ambis gitu ya. Ya basically hidup itu tidak bisa dibilang sebagai kompetisi, karena bisa jadi nggak apple-to-apple, cuy. Nah gue mau ngejelasin salah satu konsep yang menurut gue menarik. Tentang bukunya Simon Sinek yang berjudul The Infinite Game. Hidup itu kalau menurut Simon Sinek, itu bukan kayak permainan yang fix gitu loh, kayak misalnya permainan sepak bola, permainan catur, yang basically ada aturannya. Ada aturannya, waktu permainannya, pemainnya siapa, udah jelas semua, kayak main DOTA gitu kan, atau main mobile legend. Itu kan game yang udah jelas ada peraturannya. Dan kalaupun lo nge-cheat gitu ya, ya mungkin lo kalau ketahuan ya akan dikeluarin dari permainan. Ya tinggal ngasah skill gitu, buat jadi yang terbaik di permainan itu. Nah hidup itu bukan seperti itu. Hidup kita itu bukan finite game, tapi infinite game. Aturannya tuh gak baku gak ada yang tau bakal punya umur berapa lama buat tetep hidup, saingannya ganti-ganti, player nya ganti-ganti, aset nya juga bisa jadi ganti-ganti. Mungkin sekarang lo pengen belajar bootcamp gitu ya, digital marketing gitu, dan lain sebagainya yang lagi rame kan. Bisa jadi 5 tahun kedepan itu skill udah kayak kacang goreng gitu, semua orang udah bisa menguasainya. Kita mungkin bisa menang sekarang, tapi belum tentu bisa menang di kemudian hari. Sama kayak Satu Persen gitu kan, sekarang kita punya 2,2 juta subscribers, mungkin 5 tahun lagi kita udah gak relevan gitu, karena udah banyak konten kreator dan kita gak bisa bertahan. Jadi hidup itu seperti infinite game tidak ada gitu peraturannya. Nah terus gimana nih caranya biar kita bisa dalam tanda kutip menang. Sebenarnya gue kurang suka sih kata menang, karena kalau ada kata menang tuh kayak seakan-akan ada yang kalah gitu. Which is true at some point, tapi gue lebih suka mungkin gimana cara kita bisa survive, gimana cara kita bisa achieve goal kita di masa depan, karena menurut gue hidup itu gak selalu semuanya tentang kompetisi. Nah terus gimana balik lagi ke pertanyaan tadi gimana biar kita survive gimana biar kita bisa achieve. Well. Pertama, lo bisa temuin dulu tujuan hidup lo sebenarnya. Cari tahu prinsip hidup lo tuh kayak gimana. Definisi sukses tiap orang, tujuan orang, itu beda-beda, that’s why lo bisa temuin dulu definisi sukses menurut lo, berdasarkan tujuan hidup lo. Dan gue rasa kalau lo ngomongin financial freedom dan lain sebagainya tentang uang, mungkin lo ngerasa stress. Well, tujuan hidup itu bukan cuma tentang uang aja. Uang itu sebenarnya memang main point di Satu Persen tuh seringkali memang kita ngebahas uang, tapi sebenarnya uang itu adalah alat, kayak yang penting tuh sebenarnya adalah lo kalau udah dapet duit lo mau ngapain. Bukan uangnya lo kumpulin terus yaudah, tapi lo udah dapet duit lo ngapain. Nah di sini lah Sah-sah aja untuk lo menentukan tujuan hidup apapun ya uang adalah salah satu cara tapi yang lo pikiran bukan uangnya, bukan gue pengen punya satu juta dollar, dan lain sebagainya. Tapi lo kalau udah punya uang, lo mau ngapain. Misalnya lo pengen traveling gitu kan, kaya yang tadi gue bilang atau lo pengen naikin haji emak bapak lo atau mungkin lo mau fokus ke hal yang duniawi banget gitu, kayak misalnya lo beli PC dan lain sebagainya itu sah-sah aja sih menurut gue buat semua orang. Ya selama lo gak ya menyakiti orang lain, atau mengambil hak orang lain. Bikin goals apapun sah-sah aja. Tinggal dibikin goals-nya yang SMART ya, spesifik, terus juga realistis, dan ditentuin juga kapan lo mau mencapai goals itu. Entah di umur 30, 40, 50 bebas. Yang penting realistis. Nah ini sebenarnya gue ada worksheet gratis ya buat lo, buat lo yang belum tau tujuan hidup lo. Lo bisa pakai worksheet Quarter Life Crisis. Ini gratis by the way, ini bisa lo dapetin di kolom comment section. Itu yang pertama, jadi tentuin tujuan hidup, tentuin prinsip hidup lo, tentuin filosofi hidup lo. Yang kedua, yang bisa lo lakuin adalah sama kaya nama channel YouTube ini ya, nama channel YouTube ini kan Satu Persen gitu kan. Ya sebenarnya simpel sih menurut gue untuk mencapai tujuan lo yang lo perlu lakuin adalah hal yang sederhana nggak selalu mudah tapi sederhana, itu adalah dengan lo ngembangin diri lo seenggaknya satu persen lebih baik daripada hari sebelumnya. Jadi daripada lo mikir kompetisi dengan orang lain, gimana caranya ngalahin orang ini, gimana caranya ngalahin orang itu, gimana caranya caplok sini, caplok sana, berkompetisi dengan orang lain, Mungkin kita bisa mulai untuk berkompetisi dengan diri kita sendiri. Berkompetisi dengan diri kita sendiri itu bikin kita makin semangat, nggak jadi julid ke orang juga, nggak jadi iri dengki karena kita sebenarnya bersaing sama diri kita yang sebelumnya. Jadi kita kayak pengen jadi lebih baik, nah itu lah sebenarnya yang menurut gue oke. Jadi tiap hari lo bisa tanyain aspek apa sih dari diri gue yang udah gue kembangin dari kemarin at least 1% aja lebih baik dari pada hari kemarin. Nah kalau misal lo bingung mulai dari mana. Lo bisa mulai sih dari aset paling berharga di diri lo. Apa itu? Kalau dari kurikulum Satu Persen ya fisik dan mental. Dengan lo oke fisik dan mentalnya lo bisa nyari duit lo masuk tuh level 1 kurikulum Satu Persen, punya cash flow, lo nabung dana darurat, terus kayak lo level 3 lo bisa fokus ke wah spiritualitas, pasangan dan lain sebagainya. Lo bisa bikin bisnis abis itu, untuk mensejahterakan diri lo dan orang lain, dan juga konsumen lo, dan juga karyawan lo. Nah jadi mulai dari hal yang paling simpel ya yang tadi fisik dan mental, dan lo bisa nih gue kasih hadiah yang kedua lo bisa akses worksheet gratis dari Satu Persen yang judulnya adalah “Panduan Sehat Fisik dan Hidup Seutuhnya” dan lo bisa eksplor di sana. Ini worksheet nya bisa lo akses di komen dan di deksripsi. Nah terakhir kalau misalnya lo ngerasa lo udah ngelakuin berbagai macam hal terus lo ngerasa bahwa lo kok gagal terus. Terakhir gue sih mau bilang bahwa it’s okay sih untuk gagal mostly yang nonton video ini adalah GenZ dan mau semuda apapun lo mau setua apapun lo it’s okay kalau misalnya lo masih ada dalam fase di mana lo mengalami kegagalan. Yang paling penting adalah sebenarnya untuk nerima sih kegagalan dan kesulitan yang terjadi karena namanya juga hidup cuy kemungkinan besar akan ada fase sulitnya. Gue pernah mengalami beberapa ya fase sulit juga sih dalam hidup tapi yang bisa membuat gue bangkit salah satunya ya adalah ketika gue ngelangkah ke depan sih. Gak apa-apa sebenarnya untuk ngerasa kesulitan pastiin aja lo ngelangkah ke depan. Perubahan itu butuh proses dan kadang-kadang juga kita juga mesti ditempa sama cobaan yang berat terus sadar bahwa oh ternyata gue butuh bantuan dan itu juga yang gue rasain sih ketika gue ada di titik terendah dalam hidup gue. Kalau misalnya lo pengen support Satu Persen dan lo misalkan pengen nyoba juga konsultasi gitu sama mentor atau psikolog Satu Persen, siapa tau ya lo bisa dapet pencerahan yang mungkin serupa kaya gue. Lo bisa cerita apapun tentang kehidupan lo tanpa takut dijudge karena mungkin gak semua temen-temen tuh ramah gitu ya. Mungkin kadang kita butuh orang stranger gitu yang memang udah siap buat dengerin cerita kita, buat jadi safe place buat kita cerita tentang ya masalah-masalah kita. Dan kebetulan di akhir bulan juga ada diskon jadi pakai kode diskon ini yang udah ada di layar sebelum keabisan, oke? Buat lo yang tertarik langsung klik link di bio atau di deskripsi. Dan buat lo yang nggak ya keep watching Satu Persen, man. thank you udah nonton Satu Persen sampai sekarang. Dan thank you juga udah nonton video ini sampai habis. Akhir kata, Gue Evan dari Satu Persen, thanks.