Meluhur ke asmani wongtu, datiuh pente kare bongso. Besok pengumuman kelulusan yuk. Ingih bu. Kata bapak kalau dalam SMP mau dibelikan sepatu. Yuk mudah-mudahan ada rezekinya yuk.
Nilai kamu juga harus bagus. Ingih bu. Mas, kalau mas punya sepatu, aku boleh pinjam gak?
Lele, tak kira udah tidur. Ya pastinya kalau gak ada, tapi boleh. Mas, aku akan doakan mudah-mudahan di rapatnya mas gak ada nilai merah. Walah, Lele, kalau kita rajin, ya nilai kita pasti bagus, toh.
Tapi kalau kau yang enggak rajin, ya pasti nilainya jelek, toh. Allah itu enggak akan menolong orang yang malas. Bu, nambang lagi, Bu.
Kamu sudah di nulis sampai 1 Magetan? Lah ya Lan, Lan Kamu tuh loh, punya mimpi itu tidak usah tinggi-tinggi Kak Kita ini loh, haruskan ke pesantren takeran Ya toh? Ya Ya tidak apa-apa toh, punya cita-cita yang tinggi Eh Lan, aku lihat ijazahmu Ayo, ayo Lah, aku mau keluar kok Tidak usah Alesin abangnya Tidak usah Lan, apa itu dah?
Taklan, Taklan, Taklan Iya Toiki, bagaimana kamu mau melanjutkan sekolah dengan nilai seperti ini? Apa wahai tos ingkwe kerjakan lan-lan? Kamu ini, Din! Iki!
Apa Iki? Kok bisa ada tiga kamera dalam ijazahmu? Wisto, Pak. Di ijazahnya kan juga ada nilai sembilan.
Dan yang penting, dahlan lulus. Anak ini terlalu banyak keluyuran. Sudah!
Nggak usah dibelok. Nggak bisa kamu terus-terusan seperti ini, Lan. Mau jadi apa kamu?
Le, nanti di SMP, kamu harus lebih rajin belajar, yuk. Iya, Bu. Kamu mau nerus ke kemana, Le? Mas, pengen ke SMP Magetan, Bu.
Katanya kalau enggak ke sana, enggak mau sekolah. Iya, Tumas? Kalau masih mau melanjutkan sekolah, pilihannya cuma satu. Sanawiyah Takeran Dari mulai buyutmu Pakekmu Bapamu Sama ibumu Sampai kedua mbak Semua dididik di pesantren ini Bapak Aukamu jadi murid Yang membanggakan di pesantren ini Yo Yolen Kue liat tulisan singona di gabur eki, kue ngerti apa arti ni?
Kalo diartikan, ojo kepingin sugeh, dan ojo wedi melarat. Ngerti apa arti ni? Jangan harap jadi orang kaya, dan jangan takut melarat.
Kue pilih ini, sugeh tanpo iman, apa arti ni? apa melarat anak yang iman? sugi anak yang iman pak loh lan kok pilih loh tulisan yang orang ini?
gak ada yang dalam pilih pak dalam cuma mau kaya dan beriman Ya biar bisa beli sepatu Tunggu tamar lagi pak Iya Eh, lak! Katamu gak mau sekolah kalau gak di SMP negeri Magetan Wah lahan-lahan, kamu tuh loh Mbak Iyo punya mimpi tuh gak usah tinggi-tinggi Nanti kan gak enak jatuhnya, sakit-sakit tuh Iya, Mimpi itu memang harus tinggi. Tapi kan tetap toh, mencoloknya ya di pesan renta keran toh. Dimanapun sekolahnya, yang penting itu apa? Apa?
Niat belajarnya. Bener, Ngelan. Itu kata ibu kuron. Bener, rumus yang betul. Eh, yang gak kalah penting, disini gue cahaya.
Wahayu, wahayu, gitu. Nah, aku setuju, kakakku, Edir. Mari hati di kaum awar pesantren tak keran Mari hati di kaum awar pesantren tak keran Ngapapa dicengkekesan?
Waduh, Lan. Kau ini dicemburuin, ya? Ya bukan gitu. Nggak baik ngeliatin perempuan seperti itu.
Ya yuk, Lan. Jaga matamu. Matamu kan cuma buat kau maria.
sakit sakit orang Ini untuk bayar kuliah dan pondoannya Atun sama Sokwati. Yang ini buat bayar sekolahnya Dahlan sama Senudin. Ini untuk bayar sekolah...
Nggak cukup, Tobu, kalau kita mau belikan sepatu untuk Dahlan. Tapi kan kita udah janji sama Dahlan, kalau lulus SD kita akan belikan dia sepatu baru. Piyo Pak, apa kita jual satu kambing punya kita?
Loh, jatah kambing kita itu masih cilik-cilik, Bu. Lagi pulakan itu juga buat persiapan uang kuliahnya Atun sama Sofwati. Ibu coba bicara sama Pumantri.
Toh Ibu bisa nyicil dengan upah Mbate. Jangan berhutang. Nggak usah memasakkan diri.
Bu, soal sepatu nggak usah dipikirkan. Dahlan sudah senang bisa sekolah. Mau turun, Pak?
Bu? Hai miterin raya bu dekat sekolah ya bu hati-hati oleh lagu Pak Pandor bonggol Pak sekolah dulu ya jalan pamit mau ke sekolah ya hai hai Sejauh yang ku bisa, ku jalani hidup ku penuh cinta Harus berani, harus mandiri Ku berlari sejauh yang ku bisa Terima kasih telah menonton! Datang anak-anakku di Pondok Pesantren Sabil Mutahin. Sekarang ini Pondok Pesantren menjadi rumah kalian.
Sebagai sebuah keluarga besar... Yang paling penting adalah menjaga rasa cinta yang terjalin di dalam kehidupan kita masing-masing. Tidak ada yang bodoh, tidak ada yang pintar, yang ada adalah pejuang-pejuang untuk mampu merubah nasibnya menjadi seseorang yang lebih baik.
Tapi semua itu tergantung dari apa yang kalian lakukan hari ini. Maka melangkalah, berilah sebanyak-banyaknya manfaat bagi kehidupan kita bersama. Tom? Ya?
Mai, jalan ya? Iya Siapin dari tadi loh ini Baik sekali kue tir Eh bukan baik, nanti biar kita Gak repot-repot kenalan lagi Repot-repot Udah bosan aku Seberapa denganmu lagi Ini kursi, duduk bangku Hai enak ya jadi pemain voli aku pengen jadi pemain voli aku katanya kamu pengen jadi biduan kok sekarang berubah mencoba mencoba itu yo yo aku jadi biduan kan biar digemari wanita podo Wai toh jadi pemain voli juga digemari wanita hahaha Loh, dir, ingat kata Giai Irshad, melakukan sesuatu harus penuh hati, jangan nembel-nembel. Eh, awas, bola!
Eh, sini kamu. Saya, mas? Iya, aku beri nih. Maaf mas, aduh, maaf mas, tadi saya spontan. LH diapaan orang?
Maaf mas, mas. Hei, kenapa kau ikut ketawa? Hormatin mas, ada orang ketawa ya, ikut ketawa.
Kamu rasa wedi? Aku cuma ngasih tau aja. Akan ada seleksi tim bola volley baru, mau gabung ora?
Seleksi mas? Iya, iya mas, saya mau gabung. Biar ya? Yos. Ya, mas.
Nanti bubaran sekolah kita ketemu di lapangan. Boleh ikut gak mas? Coba sih, kamu ketawa dulu Kurang keras Terima kasih.
Habis sabah, kita meneliti bahasa Arab Saya menginginkan pelajar ilmiah hingga menginginkan Ada yang tahu artinya? Anak ohibu tolabal ilmi hatta ohsina Artinya Aku cinta mencari ilmu Sampai pintar Dan menguasai pelajaran Leh, leh, leh, kenapa toh leh? Hah, kenapa?
Capek, bu. Ayo wes, kalau capek kamu minum dulu ya. Ada ubi juga leh, ya lumayan buat ganjel perutmu. Bapakmu lagi ke pasar, bawa sapu lidi.
Moga-moga pulangnya bau beras, ya. Ayo, ayo, ayo, ibu rindemkan. Sama air hangat dulu, ya?
Ayo, ayo, ayo. Udah gitu, kamu istirahat, tidur, ya? Tidak, Bu.
Udah harus nyapit. Kami kambing belum pada makan. Wih, sekali ini biar ibu aja yang nyapit, ya?
Nggak apa-apa, Bu. Udah masih kuat. Mas, kenapa ya? Bapak, dari dua kambing ayo mas. Itu loh, buat sepatunya mas.
Itu kambing bukan punya kita semua, Din. Punya si Sarwo. Punya kita cuma lima ekor kok.
Ya, sempurna kita aja yang dijual. Bapak mikir buat ke depan. Mbak Atun sama Mbak Sof itu biaya kuliah.
Belum lagi untuk Mas dan kamu. Ngerti, Din? Ngerti, Mas.
Darah manisku, kau menjadi pujaanku selalu Bila kau pergi, ku ingin denganmu Darah manisku Juga suara mudir. Wah, bagus. Gak kayak Ustadz Jabar. Kayak ngambek. Gitu yang menurut kamu ya?
Iya, toh. Enak juga. Nyanyilah gitu.
kamu bilang apa tadi? kambing belum pernah tuh di cebar kambing? belum nah sekarang rasain ini masuk Apa kalian paham? Bahwa apa yang kalian lakukan sudah mengganggu kelas lain?
Kalau tidak ada guru, ya tidak berusaha belajar sendiri. Ke masjid. Atau wiritan.
Atau diresal Quran. Disiplin itu lahir atas kemauan dan kesungguhan kalian sendiri. Lo bukan dari peraturan atau guru atau orang tua.
Kau do paham orang? Paham. Baik, saya sudah lihat sekilas keahlian kalian. Tapi, saya ingin tahu lebih jauh.
Jadi, silahkan perkenalkan diri kalian dan apa kemampuan kalian. Masing-masing, dimulai dari yang sebelah kanan. Iya, kamu, kamu.
Saya Fadli, Pak. Saya suka smash. Suka smash. Saya Separto, saya suka smash hilang. Suka smash hilang.
Lalu kamu? Saya Diram, loncatan saya tinggi, jadi saya suka service sambil loncat. Jangan lupa turun kalau sudah loncat. Iya, kamu?
Saya Imron, Pak Ustadz. Saya jago sepak bola. Yang kita cari itu pemain volley, bukan sepak bola.
Sama-sama bola, Pak Ustadz. Sepenting saya akan lihat berlatih. Ya sudah.
Kamu? Saya Rizky, Pak Ustadz. Saya mau belajar main volley.
Wah, ini. Saya suka dengan orang yang mau belajar. Ya sudah, kamu boleh ikut.
Lanjut. Saya Zainal. Saya jago smash. Service. Nahan bola juga loncatan saya tinggi.
Pokoknya, aku pemain yang lengkap. Kita tidak butuh orang yang jago, tapi kita butuh orang yang mau kerjasama. Ingat, dalam tim tidak boleh ada orang yang merasa paling jago.
Ya, kamu? Saya dahlan, Pak. Saya siap membela dan mengharumkan tim voli ini. Bagus, bagus ini.
Itu tekad yang mulia. Lah kamu? Saya kadir, Pak. Saya nggak bisa main voli. Lah terus nyapok, weh, Nengkenek.
Saya pengen jadi penggembira. Jadi penyemangat saja, Pak. Shh, ya nggak apa-apa. Penggembira itu juga kan bagian dari tim. Kamu langsung lolos seleksi.
Ya bener pak. Ya bener. Ya sudah. Sekarang saya kepingin melihat kalian latihan lagi.
Ayo latihan, latihan. Din, suruh Aiden. Mana, kemas. Segini baru pulang.
Anu, Pak. Anu, Anu. Lihat itu ibu kamu.
Sampai harus nyapit rumput untuk kambing sendirian. Tego kamu. Jalan minta maaf bu Sampai ibu nyabit rumput Jalan janji gak akan mengulangi lagi Wess gak usah dipikir Nyawa ibu pun Akan ibu kasih Buat kamu leh Cuma ibu pesen, kamu harus nurut sama bapakmu.
Bapakmu itu emang keras, tapi itu semua buat kebaikan kamu. Iya, ibu. Udah lah janji. Ayo, Le, makan dulu.
Udah lama tuh udah makan ikan asin sama sambal. Kamu cuci tangan dulu. Ayo, mas.
Bubung masih hangat. Hari ini kita akan memilih tim inti bola volley. Bagi yang tidak terpilih tidak usah merasa kecewa atau putus asa. Mungkin kalian punya bakat yang lain.
Kita akan mengumumkan 3 pemain inti dan 3 pemain cadangan. Ayo Adam, diumumkan. Iya Pak Ustadz. Pemain inti yang pertama adalah Dirham. Pemain inti yang kedua adalah Suparto.
Bau Dan pemain inti yang terakhir adalah Dalan Kenal? Ada punti? Kamu tuh terpilih menjadi pemain cadangan Nggak Pak Ustadz, aku nggak mau ikut Loh, kamu tuh bisa menjadi pemain inti Asal kamu nggak merasa lebih hebat Ya wes, kalau kamu nggak mau, kita nggak maksa Ya, lanjut, umumkan lagi Pemain cadangan Ya, pemain cadangan Hai di toki buah lambat bosok lu ngerjain lah deh kerja sih bener makan dikei makan banyak oh oh oh kiki lo jeruk untuk kamu biar gak haus Hai kiki wes ropopo soalnya ya gimana ya ya Maria Hai pura-pura ndak lihat dia itu kan suka sama kamu Lan aku pertama sejak kecil ndak mungkin suka-sukaan terus kamu sukanya sama Sopo dek dek eh ngopo masuk hai hai Oke pak, oke.
Wan, aku masuk dulu ya. Iya. Ibu! Iya! Bu, Dalan kan sudah bilang, ibu nggak usah nyapit rumput biar Dalan saja.
Kamu pasti capek karena habis belajar. Nggak apa-apa, ibu kuat, nak. Nggak, bu, jangan, bu.
Dalan mohon. Nanti habis sholat subuh, Dalan akan nyapit lagi. Nggak apa-apa, leh. Gimana sekolah kamu, leh?
Oh iya bu, Dalan terpilih jadi tim voli bu. Tapi enggak mengganggu belajarmu kan? Ya betul bu. Dalan janji, belajar akan di nomor satu kan.
Bagus. Oh iya bu, Din kemana yuk? Udin, tadi maksa ikut bapak ke Madiun.
Nengokin mbak Atun sama mbak Sofati. Sekalian kirim uang. Ayo, Masuk. Kamu makan, ada ubi rebus. Ya, yuk.
Pemain voli pasti butuh sepatu, ya, Le. Nanti ibu batik terus, biar bisa belikan kamu sepatu. Binggi. leh tolong ambilkan ibu minum leh tidur ke leh ibu Terima kasih telah menonton Bu, Jangan merepotin orang Gak apa-apa bu Pak, Pak, tolong ibu saya Pak, nepotnya kesak Pak, tolong Pak, tolong dia Pak, tolong Tengah, tengah, tengah ya Monggo Pak Mantri Monggo Ya?
Bagaimana keadaan ibu, Pak? Gak apa-apa, ibu baik-baik saja. Ini ada obat buat ibumu.
Kau berikan tiga kali sehari, ya? Patut non, Pak. Nah, besok, kalau belum ada perubahan, panggil bapakmu.
Bawa ibu mu ke rumah sakit di Madiun Pak pamit dulu ya Sepatu warna opo toh Sudahlah bu Tidak usah mikir sepatu Dalam hidup enggak mikir sepatu lagi Kita tidur dulu Besok Ibu mau ngebut batik, leh. Biar ibu bisa ngumpulin uang buat kamu. Ibu janji, ibu akan membelikan kamu sepatu, leh. Ibu lebih baik istirahat saja. Ibu kan lagi sakit.
Jangan kerja keras dulu, bu. Aku mau beli kamu sepatu supaya kamu bisa jalan lebih cepat sehingga lebih bisa main poli lebih bagus, Le Le Di tur semua ibu gue Bisa It's not enough Tio, Tio, Tomo, Uroki, Sani, Wontu, Tio Isi jahat, punamu, apa ku, ahir, potari, ahir Ibu! Ibu!
Ibu! Bonder, ibu mana pak? Dah lang, kamu gak usah khawatir Orang usah sumelang Ibumu sudah diantar bapakmu ke rumah sakit Minum dulu lan Ayo minum Mas, ibu dibawa mas Din, Din, makan dulu.
Yuk, makan. Tadi sore makan ubi, sekarang makan ubi lagi. Kapan makan nasinya, Mas?
Yowes, disyukuri saja. Ini ubi Mas Jari susah payah dari sisa panen. Bapak akan bercerita tentang seorang sahabat Rasulullah SAW.
Yaitu Bilal bin Robah. Bilal adalah seorang budak berkulit hitam yang dilahirkan di Hapsyah. Atau sekarang yang kita kenal dengan Ethiopia.
Ia dilahirkan dari keluarga budak milik bangsa Kuraish yang kejam sekali. Yaitu keluarga Bani Abdudar. Namun para sandri, ketika cahaya Islam mulai menerangi Mekah, kalian tahu Bilal adalah salah seorang yang pertama sekali memeluk agama Islam, Subhanallah. Penganiayaan demi penganiayaan pun dialami Bilal.
Lebih dari segalanya, penyiksaan demi penyiksaan dia alami, Bilal dicambuk, disayang. Lalu salah seorang bangsa Qurais yang kejam itu menindih dada Bilal dengan batu yang sangat panas. Mereka meminta Bilal untuk memaki-maki Rasulullah SAW, tapi Bilal tetap tegar. Dia cuma menyebutkan, Ahad, Ahad.
Bangsa Qurais terus menyiksa Bilal. Lalu Bilal lehernya diikat oleh tali yang sangat kasar sekali. Lalu memberikannya ke anak-anak dan menyeretnya di sepanjang jalan seperti binatang. Tapi lagi-lagi Bilal cuma berseru, Ahad!
Ahad! Sampai kemudian datanglah Abu Bakar Asyidik yang membebaskan Bilal sebagai Buddha. Bilal pun selamat. Begitulah Bilal.
Walau dalam kesulitan, ia tidak goyah sedikitpun. Semangat pantang menyerah. Itulah yang harus kalian tanamkan dalam hidup. Mulai saat itu, Bilal pun menjadi pengikut Rasulullah SAW.
Mas, lapar mas. Laper mas. Mas lagi usaha cari makanan.
Tahan dulu ya. Aku udah gak kuat lagi mas. Tahan ya Jin. Ketika Rasulullah SAW selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah.
Ia meminta Bilal, seorang budak berkulit hitam, untuk mengumandankan azan pertama sekali dalam sejarah Islam. Subhanallah. Mulai saat itu, Bilal menjadi muazzin dimanapun. Sampai satu ketika, wafatlah Nabi Besar Muhammad SAW dan di depan jasad. Bilal teringat perjuangan Rasulullah dalam menanamkan hidup bermertabat dengan ahlak mulia dan menjadikan manusia bermanfaat untuk...
Teruk sekalian alam. Bilal pun menangis. Dan pada saat kalimat.
Ashadu anna Muhammad rasulullah. Bilal terhenti. Kaum muslimin yang berada di situ pun tak sanggup menahan air matanya.
Maka meledaklah suara tangis yang membuat suasana menjadi harumir. Mulai saat itu, para santri, Gilal tidak sanggup lagi melakukan aset. Di saat kalimat Ashadu anna muhammadur rasulullah Ia pasti terhenti Menangis, tersuduh-suduh Lalu ia pun datang kepada Abu Bakar yang menggantikan posisi Rasulullah s.a.w Ia meminta agar ia tidak lagi melakukan aset Din, kenapa Din? aku ingat ibu mas Sudah, tidak usah nangis, Tim.
Ibu sedang diobati. Rufin, lapar, Mas. Rih.
Tim. Nggak ada yang bisa dimasak, nggak ada yang bisa dibeli. Bapak mungkin panik nggak ninggalin uang. Atau uangnya habis untuk bayar kuliah Mbak Sof sama Mbak Atun. Kita minta kata tangga aja, Mas.
Din, ingat kata Bapak. Biar kita miskin, kita harus bermartabat. Angkat tangan, Udin.
Ngapain, Mas? Ini diikat. Untuk nahan lapar.
Kenapa perutnya yang diikat, Mas? Ya, untuk nahan lapar. Supaya perutmu enggak melilih.
Ya, diisi makanan, Mas. Bukannya yang diikat. Mas sering lakukan ini kalau lagi lapar dan mau jarak.
Kamu tunggu sini. Jangan kemana-mana. Mas mau usah dulu. Kita setoran kurang lagi, dek ben di tagi enggak ada, dek ini enggak ada, dek meng enggak ada.
Itu naik setoran itu sih benar. Ikut ngurusin ngapa? Orang kok segitu banyak? Tuh loh ada pisang jauh-jauh, ngapa aja? Eh dilihat Kalau busuk jangan diterima Ruki Nih Apa saya bisa bantu-bantu Temergi Waru gulik gawian Ini Pak Kerja yang benar Orang segitu banyak kerja Gak ada yang betul gaji minta naik Pak Nyun, Sewu, kalau ada, apa saya bisa bekerja di sini, Pak?
Nggak ada! Nggak ada! Eh, eh, kokek, kokek! Eh, eh, eh, sini, sini, sini! Kamu yang kemarin, Samandu Maryati, ya?
Ini, Pak, saya Dahlan, kawan Maryati. Hai kuya gujo gua genggam awas ya jangan dekat lagi dengan Mariati cara pergi pergi Hai ngapain dulu apa dulu obat bekerja oh ngapro ngopo Kerja rugi, lo ngerti? Lek, bayarin senso Nage, belum ada uang Rugi, diteliti Seng baik, lono Kerja gak ada yang bener Gaji minta naik, goblok abek Ayo Apa ya mas? Ibu mungkin Pak Mandor, ada apa? Orang popok, oleh.
Orang popok. Nah, ini ada makanan buat kalian berdua. Ayo ambil. Ambil. Tak perlu, Pak.
Ya, udah-udah. Talang, jaga adikmu baik-baik, ya. Ini, Pak Mandor.
Yaudah, Pak Mandor pulang dulu, ya. Masih mas Doaku panjur ya mas Eh Kedua dulu sebelum makan Ayo, kedua yang bener Ya Allah Kirimkan aku Sepatu ya Allah, amin Malah minta lagi, maturnuan sama Gusti Allah. Sudah dikasih segini, ya jangan minta lagi, Din. Oh iya, saya lihat kemas.
Ya Allah, makasih makanannya, Ya Allah. Di, besok jangan lupa, batu. Ssst, eh eh. Cuci tangan dulu Kan Cuci tangan dulu Ayo Kamu itu sudah dipilih jadi pemain inti Jadi harus sungguh sungguh Maaf, Pak Ustadz.
Saya kan sungguh-sungguh. Saya kasih waktu sampai minggu depan. Kalau kamu masih seperti ini, tak ganti kamu.
Yowes, ayo mulai lagi. Bangat! Loh, lho, lho, lho!
Kan, Neto, saya sudah bilang berkali-kali. Kalau mau latihan itu, perut jangan kosong. Yowes, yang penting kamu sudah siuman. Oke, apa sudah enakan?
Ya sudah, sekarang kamu makan dulu. Makan Apa boleh saya bawa pulang Pak Ustadz? Soalnya adik saya sendiri di rumah Buat adikmu ada Yang penting kamu makan dulu Makan Kom Bak Aku ganjang orang apa ketek Hai si jalan-jalan betul-betul ya pada juali masih mau cepet sembuh yo yo Din, Din!
Heeh, jangan berisik. Din lagi tidur. Mbak Sof, kapan datang dari Madiun? Sejam yang lalu.
Kok ingin diwet, toh? Din lagi sakit, tuh. Dia kelaparan. Kamu pulang sekolah, bukannya langsung pulang. Malah keluyuran.
Iya, maaf, Mbak. Yowes, Yowes, kamu makan aja sana Wajah kamu pucat, nanti semaput kamu Sudah semaputnya di sekolah Nih, ada makanan untuk Din Din sudah makan Perut saya masih kuat kok mbak Din, kok orang kenyang-kenyangnya Mbak, ini pembelinya sudah ada Lo putar umin geng, mau go? Oke, matahun pak Mas, mbak jadi beli sepatu Duh, saya mikir sepatu, Din. Yang penting ibu sembuh. Eh, ini yang lain pada kemana ini?
Masih di pusola, Mas. Bagian masih, Mas Rekan tugas. Aduh, pertandingan sudah semakin dekat, loh. Mas.
Apa? Saya boleh izin pulang. Lan, pertandingan sudah semakin dekat.
Dan kamu belum ada kemajuan sama sekali. Kue kijani minat orasi dari pemain volley. Minat, Mas. Tapi ibu saya lagi sakit. Adik saya sendiri.
Saya nggak bisa ninggalin adik lama-lama. Iya, aku ngerti, Lan. Tapi kalau kayak gini terus, kamu bisa ganggu persiapan kita, loh. Sekarang gini aja, Wis. Kamu boleh pikir lagi.
Kamu mau lanjut, apa mundur, terserah. Kalau disuruh milih. Saya pilih mundur dari tim poli.
Buat saya keluarga nomor satu, Mas. Mas, Ibu kok nggak pulang, Mas? Tunggu, Dik.
Pasti Ibu pulang. Sabar, ya. Emangnya ibu sakit apa mas?
Kamu berdoa saja supaya ibu sembuh. Sekarang kamu tidurnya. Wah apa itu mas? Ibu!
Atau dia undur ya? Ayo undur Atau dia? Undur Ibu Ibu Kali ini mulai Kita harus belajar kehilangan. Jangan menangis Jadi laki-laki harus kuat Gak gampang menangis Terima kasih telah menonton Sejak menengah adikku, kaya bulan ini terteri, kaya buta ngakilani. Lagi kore itah nangis, Wester menengok adikku.
Kau bulan ini terdiri, kau yang butuh kegilangan. Lagi kau lecah nangis. Ayo, next page ah! Nggak, Mar. Aku nggak bisa.
Aku ajarin. Ayo! Mudah kok.
Aku aja yang perempuan bisa. Ya masa kamu yang laki-laki nggak bisa? Takut jatuh, Mar.
Uh! Belum naik, udah takut jatuh. Penakut! Jatuh sini gak takut, rusaknya itu loh Mar, aku ganti dari mana. Ya aku wiat ini takut juga.
Ayo tolan, kalau kamu yakin pasti so. Ayo lan, ayo lan, ayo. Dah, gak usah malu.
Ayo lan. Ayo, ingat ya, genjotan pertama harus kuncil. Siap Yolan? 1, 2, 3 Ayo Lan! Kamu bersisa!
Aduh! Ulan! Ulan! Monggo!
Turunkan! Monggo pak! Untung apa pak? Sampen bisa didek anak sampen gak? Saget pak Saget, saget Sekolah dipesan tren Kelakuan Celintisan, berandal Bunga pak melepet berian Gak perlu Koke, koke, koke Tuh, tuh, tuh Sini kamu Lan, keluar, keluar, kamu sini.
Lan, tak lan. Pelunga, pelungo. Bapak bisa menjelaskan salah nipunan aku lo apa?
Sampai ngerti nggak? Di desa ini, yang punya sepeda bagus kan hanya aku. Terus satu-satunya.
Sekarang dirusakkan anakmu. Lan. Tapi pak. Diam!
Ini urusan orang tua. Betul dah Lan. Kamu benar bawa sepeda ini. Maaf pak. Saya tidak sengaja.
Tidak sengaja? Kalau sengaja itu namanya kurang ajar. Ayo. Inje, Pak. Kulau tanggung jawab ribun, Pak.
Tanggung jawab, tanggung jawab. Bagaimana penyelesaiannya? Kados pundi, kulau saget gantos, dan jendangan bedani. Terserah. Kados pundi, kados pundi.
Itu udah sampai, Pak. Inje, Pak. He he he Pak, saya minta maaf Saya siap dihukum apa saja Nggak usah merasa bersalah sama bapak.
Kambing itu tau punyamu. Jatah sekolahmu. Perbuatanmu ya tanggung jawabmu. Tapi pasti ibu sedih kalau tau perbuatanmu.
Ya? Yowes, jangan disesali. Yang penting gimana caranya supaya kamu bisa mendapatkannya lagi.
Itu yang harus dipikirkan. Ya? Akhirnya kita punya sepeda juga ya, Mas. Selain fisik dan mental, kelengkapan juga harus kita persiapkan untuk menghadapi pertandingan. Dahlan, kamu belum juga pakai sepatu.
Memangnya harus, Ustadz. Ya, kadang dalam pertandingan itu ada yang mewajibkan pesertanya untuk pakai sepatu. Tapi ada juga yang tidak.
Wan, laki-laki kok sakit, Jo? Biasa cuma lecet. Kau punya sepatu apa?
Maksudnya apa itu? Tapi ini rahasia kita berdua loh, yo. Aku punya sepatu.
Aku mau main di tim ini. Makasih kau punya sepatu. Tapi jangan kemana-mana.
Waktu pertandingan, Woi pura-pura sakit atau Apa-baiklah Saat karapmu Yang penting Aku bisa menggantikanmu Main di tim inti Gila murah Buatku Kemenangan tim volley lebih penting dari sepatu, Nal. Hah? Suka cuci kamu?
Apa yang kau lakukan? Pelan, besok Bapak ke Mediun. Ada kerjaan, mungkin 3 atau 4 hari bermalam.
Sekalian ketemu Atun sama Sofwati. Jaga adikmu ya. Inggih, Pak. Kita harus fokus.
Sudah 10 tahun pesantren kita dikalahkan oleh SMP 1 Magetan. Lah kali ini, kita harus beraih kemenangan itu. Setuju?
Setuju! Ingat moto kita. Ilmu?
Amal! Takwa! Ilmu?
Amal! Takwa! Lah begitu. Maaf, Ustaz. Tadi adik saya badannya agak panas, jadi saya buat makanan dan menyiapkan obat.
Itu bukan alasan, kamu kan bisa melakukan itu lebih pagi. Sekarang kamu dihukum, tidak boleh ikut pertanding kali ini. Ustadz, Pak saya mohon Pak, saya mau pertanding Pak. Saya ingin membela tim volley ini.
Tidak bisa! Coba, kamu nengok ke belakang sana. Ambil. Ambilan. Sekarang, buka.
Hei! Sepatu ini hadiah dari teman-teman dan guru di sini. Mereka patungan.
Walaupun hanya mampu membelikan sepatu bekas. Dan usulan dan sumbangan terbesar dari Mariyati. ini juga berkat kau Maria kau paustet Iya dari kita semua ayo pakai pakai pakai pakai pakai Hai Mbak jalan-jalan selamat menikmati Kau kenapa?
Dapat sepatu kau malah nangis. Saya memang menginginkan sepatu, Pak Ustaz. Tapi bukan begini caranya. Saya sudah menyusahkan banyak orang. Sekarang saya malu.
Bapak saya mengajarkan untuk lebih baik memberi daripada menerima. Ya, iya. Bapakmu itu benar. Lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah. Tapi beginilah.
Ya, sekarang. Kita balik posisi ini. Kamu memberi seseorang, tapi orang itu tidak menerimanya dengan baik. Kamu kecewa, toh? Lan, kamu harus menghargai teman-temanmu yang begitu ikhlas.
Lahiki bukan bentuk kasihan. Tapi bukti cinta kasih teman-temanmu kepadamu. Endang dinggu.
Jadilah orang yang bisa menghargai cinta kasih dan selalu bersyukur. Ya. Lihat, apa usahir matanya? selamat menikmati Din, iiii Din, din, kok nda iso gini terus?
Kok nda tau-tau? Mas banyak tugas sekolah, ada pertandingan volley, belum lagi masa, terus nyabit. Lagi? Aku lagi nyabut, Mas. iyo iyo din iyo iyo mas tau tapi kue gak bilang sama mas kalo udah apa-apa mas tuh yang disalahkan sama bapak yuk mas mas mas mulai mulai mas aku bukan anak kecil lagi Aku mas gede Aku pengen bantu bapak mas ngenai Sekarang, David Jadi tugas aku Jadi, mas gak usah bingung lagi Untuk tugas sekolah dan pertandingan voli Aku pengen jadi laki-laki kuat mas Kalo bapak Aku ingin ibu di surga bangga sama aku, seperti bangga sama mas.
Sebentar lagi, sepatu ini muat kok mas. Longgar dikit. Buat Din ya mas.
Kan kalau mas pake kesempitan. Din, ini sepatu pemberian. Mas, gak mungkin kasih ke siapa-siapa lagi.
Itu sama saja gak menghargai orang yang memberikan sepatu ini. Yowes, kalau ada pergantinya, nanti mas kasih ke kamu ya. Ya Allah, kirimkan aku sepatu ya Allah.
Amin. Kamu harus menghargai teman-temanmu yang begitu ikhlas. Bung So... Besok pengumuman kelulusan yuk.
Ingih bu. Kata bapak, kalau dalam SMP mau dibelikan sepatu. Yuk, mudah-mudahan ada rezekinya yuk. Nilai kamu juga harus bagus.
Ingih bu. Mas, kalau mas punya sepatu, aku boleh pinjam gak? Lele, tak kira udah tidur.
Ya pastinya kalau gak ada, tapi boleh. Mas, aku akan doakan mudah-mudahan di rapatnya mas gak ada nilai merah. Walah, Lele, kalau kita rajin, ya nilai kita pasti bagus, toh.
Tapi kalau kau yang enggak rajin, ya pasti nilainya jelek, toh. Allah itu enggak akan menolong orang yang malas. Bu, enggak lagi, Bu. Takadat.
Ayo, siang abang yuk! Gak usah! Lan, kenapa itu?
Taklan? Iya toh, Iki. Bagaimana kamu mau melanjutkan sekolah dengan nilai seperti ini?
Apa wahai tos yang gue kerjakan lan-lan? Kamu ini... Din!
Iki! Apa ini? Kok bisa ada 3 angka merah dalam ijazahmu? Wisto pak Di ijazahnya kan juga ada nilai 9 Dan yang penting dahlan lulus Anak ini terlalu banyak kruyuran Sudah Itu berarti Kamu rela mengorbankan diri kamu Demi orang lain Kak bilang, jangan sampai perbuatanmu ini mengorbankan tim kamu sendiri. Coba kamu pikirkan.
Kalau sampai kalian kalah. Saya tidak ingin melatih kalian lagi. Saya ingin pensiun. Saya ingin menyepi saja. Sabar.
Yang penting, anak-anak tetap semangat ya. Lho. Semangat ya.
Lho. Lho, dahlan. Perut kamu sudah tidak sakit.
Pak Ustadz, saya tidak bisa meneruskan pertandingan. Kaki saya masih sakit, Pak Ustadz. Biar jangan saja menghentikan posisi saya. Gimana, Lan? Lebih semangat!
Kembali ke lapangan! Ayo, ayo, ayo! Ayo, Lan!
Sepatumu, saya lagi nyaman kalau nggak pakai sepatu, Ustaz. Gimana toh, ya dipakai, ya seragam. Ayo.
Oleh pesantren Patran dengan 15-13 Pak Klan, Pak Klan Selamat ya oleh Sepurani bapak tidak bisa lihat pertandingan kamu tadi Ini Bapak bawa kemini untuk kamu. Din, olah pegaw sebentar. Ibu janji, Ibu akan membelikan kamu sepatu, ya leh.
Pak, maturnuan pak. Bapak telah memberikan dalam sepatu. Teman-teman juga memberikan dalam hadiah.
Tapi kecil. Wah, berarti ini buat aku mas. Maturnuan mas. Iya, Din.
Akhirnya, aku dan Din mempunyai sepatu yang sangat kami impikan. Tapi ini bukan mimpi terakhir kami. Masih banyak mimpi-mimpi kami yang akan kami raih. Dan bukan sepatu ini yang kami andalkan untuk melangkah. Tapi niat dan tekat kami.
yang bisa membawa langkahku ke arah yang lebih baik. Nyapole Jangan merasa ada ibu pak Ibumu selalu ada bersama kita Makane, Din, Lan, kalian harus belajar jadi anak yang rajin, soleh dan beriman, supaya ibumu bahagia diatas sana. Enggeh, sukihanan ing iman, Pak. Yo, sukihanan ing iman.