Wa ashadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh alladhi la nabiya ba'dah amma ba'd Bapak ibu sekalian, mari kita panjatkan puji dan syukur kita dari hati yang paling dalam. Hati yang merasakan bahwa Allah lah yang menggenggam diri kita. Allah yang mengatur urusan makhluk-makhluknya di langit dan di bumi. Mudah-mudahan lewat kegiatan pengajian dan bakti sosial dari Ikatan Notaris Indonesia memberikan manfaat besar bagi kita sekalian.
Hadirin wal hadirat rahimahumullah. Kita akan membahas tentang bagaimana cara merawat hati. Salah satu karunia Allah subhanahu wa ta'ala yang Allah berikan kepada kita, dimana Allah berikan kepada setiap diri kita satu komponen namanya hati.
Bahasa Arabnya kolbun. Disamping komponen-komponen yang lainnya. Sehingga ketika kita melihat Al-Quranul Karim, maka hati manusia dibagi dalam dua bagian besar. Yang pertama ada yang disebut dengan kolbun kosih, hati yang keras.
Atau kulubun layap kohu nabiha, hati yang tidak paham. Ini adalah kategori dari hati yang negatif, yang buruk, yang keras, yang tidak paham. Ibu-ibu bilang kepada suaminya, dasar gak punya hati.
Bener gak punya hati ya? Bukan gak punya hati, layap kohun, kulubuhun, kulubuhum layap kohun Nabiha. Hatinya tidak paham.
Yang kedua, kelompok hati yang positif. Ada hati yang husu, antah sya'a kulubuhum li zikrillah. Hati yang husu, zikir kepada Allah. Atau kolbun salim, hati yang selamat. Atau kolbun munib, hati yang rindu kepada Allah SWT.
Ini adalah kelompok hati yang corak positif. Sementara pergerakan manusia itu tergantung hatinya. Bapak, Ibu sekalian sebelum berangkat ke sini, duduk di tempat ini, kira-kira yang pertama bergerak apanya dulu?
Apanya dulu ini? Matanya dulu, kakinya dulu, apanya dulu? Hatinya dulu.
Hatinya siap menerima undangan panitia. Hatinya siap menerima undangan. Berangkat. Tapi kalau hatinya menolak tidak akan sampai kaki melangkahkan ke tempat ini. Begitulah Nabi bersabda Nabi bersabda kepada para sahabat ketahuilah Dalam setiap rongga manusia ada segumpal darah.
Apabila segumpal darah itu coraknya positif, coraknya baik, maka akan baik seluruh panca indranya. Tapi sebaliknya apabila segumpal darah itu coraknya negatif, maka semua panca indra kita menjadi negatif. Ketahuilah segumpal darah itu adalah kolbu hati.
Jadi hati inilah yang mewarnai panca indera kita. Kalau di medsos kita banyak ngebully, itu tanda betapa hati manusia yang kotor. Tindakan jahat bersumber dari hati yang jahat. Maka oleh sebab itu betapa pentingnya kita merawat hati. Supaya hati kita tidak termasuk hati yang kotor, hati yang keras, hati yang tidak paham.
Sebaliknya kita mendapatkan hati yang bersih, hati yang rindu kepada Allah, hati yang cinta kepada kebaikan dan kebenaran. Nabi SAW bersabda. dimana Abu Hurairah RA mendapatkan hadis dari Nabi SAW, Sesungguhnya Allah tidak melihat suarikum, tidak melihat, Ganteng dan tidak gantengnya. Tidak melihat rupa kalian. Demikian pula Allah tidak akan melihat jasad kalian.
Tingginya, rendahnya, warna kulit, hitam atau putihnya. Allah tidak akan menilai dari sisi itu. Allah tidak akan menilai dari sisi fisik atau biologis manusia.
Kenapa? Itu apa pemberian dari Allah? Orang Eropa tinggi-tinggi, putih-putih.
Sementara kita orang Asia, Tenggara, bagaimana? Sudah kecil, coklat apa hitam. Nah siapa yang menjadikan ini semua? Allah subhanahu wa ta'ala.
Bukan kreasi kita, bukan kreatifitas kita. Tapi Allah yang menciptakan sekaligus ujian. Makanya Allah tidak akan menilai manusia dari sudut fisiknya, dari sudut biologisnya.
Tingginya, rendahnya, kulit hitam dan putihnya tidak akan menjadi penilaian Allah. Lalu apa yang akan ditilai oleh Allah dari manusia? Yang dilihat oleh Allah.
Yang dinilai oleh Allah adalah hati kalian. Jadi hati yang akan dilihat oleh Allah. Hati yang akan dinilai oleh Allah SWT. Maka oleh sebab itu, hati inilah yang pertama yang harus kita rawat.
Yang harus kita jaga. Jangan sampai hati kita kotor. Jangan sampai hati kita busuk.
Jangan sampai hati kita jahat. Bagaimana cara merawat dan menjaga hati? Yang pertama, bahwa hati manusia ini akan terkotori oleh gambaran-gambaran dunia. Ini yang pertama. Kaipayus rikukolbun.
suarul akwan muntobi'atun fi mir'atihi bagaimana hati akan bisa bersinar sementara gambaran-gambaran dunia melekat pada hati tersebut Bapak Ibu sekalian, hati ini salah satu fungsinya adalah menerima cahaya Allah menerima hidayah atau petunjuk Allah SWT Hidayah Allah, petunjuk Allah, cahaya Allah tidak akan diserap oleh akal pikiran kita. Tapi diserapnya oleh hati. Tidak banyak ribarat, orientalis yang mempelajari Islam, mempelajari Al-Quran. Kemudian menemukan kebenaran-kebenaran dalam Al-Quran. Apakah tentang alam semesta, tentang jagad raya, penciptaan jagad raya.
Terungkap dalam Al-Quran sisi kebenaran. Tetapi mereka kebanyakan tidak mendapatkan hidayah Allah. Hanya dicerna oleh akal sehatnya.
Bahwa Al-Quran berbicara tentang berbagai aspek. Orang barat mengatakan bahwa Al-Quran adalah do'al buku tua. Buku lama yang datang dari.
Timur Tengah. Yang datang dari. Negeri yang banyak dengan pasir, padang pasir. Tapi ketika mereka mempelajari ayat Al-Quran, ternyata mereka menemukan beberapa fakta bahwa Al-Quran yang dianggap buku tua, buku lama, buku kuno, dianggap Al-Quran hanya berbicara onta, dianggap Al-Quran hanya berbicara tentang kondisi. Wilayah Arab, ternyata Al-Quran berbicara berbagai hal.
Tapi mereka sedikit yang mendapatkan hidayah Allah. Mereka hanya mencerna dengan akal sehatnya, tapi hatinya tidak mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Nah hati ini adalah tempat turunnya cahaya Allah.
Hati ini tempat turunnya hidayah petunjuk dari Allah SWT. Sehingga tumbuhlah keimanan kita, keyakinan kita kepada Allah SWT. Nah cahaya inilah sebagai kendaraan hati kita.
Al-anwaru matoyal kulubi wal-ansur, kulubi wal-asrur. Cahaya Allah adalah sebagai kendaraannya hati kita. Jadi kalau hati kita ingin bergerak menghadap kepada Allah, membutuhkan cahaya.
Jadi yang pertama bersihkan hati kita dari gambaran-gambaran dunia. Gambaran-gambaran makhluk. Kalau di dalam batin kita, dalam kolbu, dalam hati kita gambaran dunia dan makhluk.
Maka tidak akan bersinar hati kita. Cahaya Allah tidak akan masuk ke dalam hati seperti itu. Maka caranya adalah.
Kita harus mencoba dan berusaha, berupaya keras memalingkan hati kita dari dunia dan makhluk. Apa artinya? Bukan berarti kita menolak uang, menolak harta. Tapi pengertian dalam ilmu tasawuf adalah berpaling dari harta, berpaling dari dunia, berpaling dari makhluk. Artinya, dimana hati kita tidak mencintainya.
Harus tumbuh dalam hati kita kesadaran yang penuh kecintaan kepada Allah. Harta digenggam, perusahaan diminis dengan baik, jangan sampai masuk ke dalam hati. Sebab kalau semua masuk ke dalam hati, harta masuk ke dalam hati, perusahaan masuk ke dalam hati, benda-benda masuk ke dalam hati. Betapa hati ini tidak ada ruang untuk mencintai.
Allah subhanahu wa ta'ala Mencintai kebenaran Mencintai kebaikan Biarlah harta, biarlah jabatan Kita genggam, manage dengan baik Tapi hati bersama Allah subhanahu wa ta'ala Ini adalah cara merawat hati yang pertama Kalau hati banyak Gambaran-gambaran dunia Urusan-urusan dunia dan makhluk Maka hati tidak akan bersinar Contoh Bapak Ibu sekalian Tadi kita sholat asar Dari takbiratul ihram sampai salam, takbir, takbiratul ihram sampai salam, hati kita menghadap kepada Allah atau jalan-jalan. Ibu-ibu, coba kita introspeksi beberapa menit yang lalu ini, sholat asar saja yang baru kita tegakan. Kita takbir Allahu Akbar, kemudian selesai dengan salam, hati kita...
menghadap kepada Allah atau jalan-jalan. Nah ini PR besar kita Bapak Ibu sekalian. Sebab Allah jadikan kita sebagai manusia, misi besar kita adalah beribadah kepada Allah. Salah satu bentuk ibadah kita adalah sholat kepada Allah.
Sholat adalah munajatnya hamba kepada Allah. Sholat adalah mi'rajnya orang yang beriman. As-sholatu mi'rajul mu'min.
Sholat adalah... mikrajnya orang yang beriman. Kalau Nabi mikrajnya sampai ke Sidratul Muntaha. Orang yang beriman cukup lewat sholat, dia mikraj kepada Allah. Artinya hati menghadap kepada Allah.
Maka kalau kita sholat, kita sudah merasakan kehusuan. Kalau dalam sholat kita, hudurul qalbima Allah, merasa hadir bersama Allah, maka setelah sholat itu akan tenang adanya. Nabi kalau lagi menghadapi, Persoalan-persoalan besar. Kemudian memerintahkan kepada Bilal.
Ya Bilal, arihni bis sholat. Bilal, tegakkan sholat. Engkau ikomah. Supaya aku bisa istirahat.
Jadi ketika istirahat jadi rilek. Kenapa? Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil alam.
Capek Bapak Ibu sekalian di notaris. Banyak urusan. Pikiran kita panas ketika kita sholat, serahkan kepada Allah.
Sesungguhnya sholatku, manasiku, hidup dan matiku. Bukan sebatas satu urusan, dua urusan. Sholat dan matiku, lillah milik engkau. Jadi dalam sholat itu penyerahan total kita kepada Allah, hidup. dan mati kita kepada Allah SWT.
Maka ketika sholat jadi tenang. Akimi sholat li zikri. Tegakkan sholat supaya hati zikir kepadaku.
Jadi lewat sholat menjadi relax. Tapi kalau setelah sholat masih bingung, masih gundah gulana, berarti ada yang salah dalam sholat kita. Salah satunya dimana hatinya tidak menghadap kepada Allah SWT. Ini sangat mendasar kita. Kita evaluasi sama-sama.
Bagaimana hati kita sudah menghadap kepada Allah? Apa masih jalan-jalan? Apa masih mikiran cicilan? Jangan sampai lagi sholat tapi ingatnya kepada cicilan motor.
Tidak akan berepek positif setelah sholat itu. Nah, Bapak, Ibu sekalian. Jadi, kita punya harta, punya kekayaan, semua Allah titipkan. Jangan dimasukkan ke dalam hati. Sebab kalau sudah dimasukkan ke dalam hati, otomatis hati itu kalmirah.
Seperti cermin. Maka yang ada dalam cermin itu adalah bayang-bayang dunia. Gambaran-gambaran dunia. Sehingga tidak akan bisa bersinar hatinya. Cahaya Allah tidak akan masuk ke dalam hati.
Maka kita harus berupaya mengeluarkan, berpaling hati kita dari dunia dan makhluk. Maka cukup digenggam. Kita punya harta, kita genggam.
Kita punya perusahaan, kita manage dengan baik. Tapi hati kita... Bersama Allah subhanahu wa ta'ala. Ini yang pertama. Supaya hati kita bersinar.
Supaya hati kita bercahaya. Sebab hati membutuhkan lentera. Hati membutuhkan kendaraan untuk bergerak menghadap kepada Allah.
Hati membutuhkan cahaya. Cahaya adalah kendaraan dari hati kita. Yang mengganggu hati kita berhubungan dengan Allah bukan berarti jabatan yang tinggi saja. Bukan berarti harta kekayaan yang banyak saja.
Bukan berarti perusahaan-perusahaan yang banyak saja. Bisa jadi yang mengganjal dalam hati kita hanya sebatas seekor burung. Hanya seekor ayam. Ada orang cinta burung.
Pagi dimandiin, sore dimandiin, dirinya pun belum mandi. Saking cintanya ke burung, hanya seekor burung. Tapi mampu membuat burung itu menggelapkan hati.
A dan magrim, ayam pelungnya belum masuk kandang. Bukan sholat, nyari ayam dulu. Seekor ayam, seekor burung. Atau hanya permainan-permainan duniawi membuat hati kita terhalang. Membuat gambaran dalam hati kita penuh dengan gambaran dunia dan makhluk.
Jadi yang akan menghalangi dunia yang menghalangi hati kita menjadi gambaran dalam hati kita bukan ukuran besar kecilnya. Bisa jadi hal sepele tapi membuat hati kita terhalang dari Allah subhanahu wa ta'ala. wa ta'ala Ini yang pertama Bapak Ibu sekalian. Jadi yang membuat hati kita tidak bersinar, membuat cahaya Allah tidak masuk ke dalam hati kita.
Terlalu banyak dalam cermin hati kita gambaran-gambaran dunia, gambaran-gambaran makhluk. Sehingga saat sholat pun hati kita terganggu oleh dunia dan makhluk tersebut. Kita keluarkan, kita kembalikan kepada Allah sebagai sang pemilik yang hakikinya.
Biar hati kita bening, biar hati kita bersinar, biar hati kita bercahaya. Sehingga kehusuan mudah diraih. Khususnya di dalam melaksanakan sholat.
Yang kedua, jaman sekalian. Bagaimana hati kita bisa berangkat menghadap kepada Allah. Dimana hati kita harus menuju kepada Allah. Ini banyak manusia Bapak Ibu sekalian tiap hari berkomunikasi dengan sesama manusia.
Betul gak? Gak ada siang, gak ada malam. Membangun komunikasi lewat internet.
Sampai lupa hati kita membangun komunikasi dengan sang pencipta kita. Yang menggenggam diri kita. Yang mengatur urusan makhluk-makhluknya di langit dan di bumi. Tidak ada ruang, tidak ada kesempatan dan waktu untuk membangun komunikasi dengan Allah SWT.
Maka oleh sebab itu, jamaah sekalian, karena hatinya tidak mau bergerak menuju kepada Allah. Hatinya hanya dari mahluk kepada mahluk. Dari mahluk menuju kepada mahluk.
Sholat karena si A. Saum karena si B. Membantu orang lain karena si C.
Dari makhluk ke makhluk. Tidak ada Allahnya. Bukan Allah yang dituju.
Bukan Allah yang diharapkan. Bukan Allah yang dicari. Banyak manusia capek mencari perhatian orang. Itu Bapak Ibu sekalian, anak-anak muda. Pakai kendaraan pespa.
Kendaraan pespa. Itunya ceper. Terus barang-barang botol bekas apa itu? Di apa itu namanya?
Di iket-iket. Dari pabriknya, pespa itu ada lampunya. Lampunya dihilangkan. Malam-malam menggaguh orang.
Dari Bandung ke Tasik nyampe. Bahkan ada yang setangnya begini, Pak. Jadi itu harus berdiri.
Bayangin dari Bandung ke Tasik, dia anteng aja. Dilihat asik banget ya. Kenapa? Dia senang mencari perhatian orang lain. Padahal kata orang Sunda, sesekelen ininya.
Tapi gak merasa sakit. Kehujanan, kepanasan, malam gelap-gelapan, bahaya di hadapannya. Gak merasa capek, dia merasa tenang aja.
Dia merasa asik. dengan tindakan seperti itu. Kenapa?
Karena hatinya asik diperhatikan orang lain. Padahal orang lain bukan senyum. Lihat seperti itu.
Pika kehulun. Betul gak Pak? Mudah-mudahan taubat nih kalau ada di sini. Iya orang yang lihat padahal. Gak seneng.
Lihat berlaku seperti itu. Membahayakan. Membahayakan dirinya dan membahayakan orang lain. Lalu apa? Apa yang membuat senang mereka?
Senang diperhatikan orang lain. Padahal orang memperhatikan bukan dengan kasih sayang. Justru dengan kebencian. Tapi dianya merasa pede saja. Merasa diperhatikan.
Orang senang dengan perhatian orang lain. Padahal cuma like, suka. Tapi gak mencari perhatian Allah SWT.
Padahal Allah yang memberikan rizki. Padahal Allah yang menggenggam diri kita. Padahal Allah yang mengatur urusan makhluk-makhluknya di langit dan di bumi. Kenapa kita tidak mencari perhatian Allah semata?
Disinilah Bapak Ibu sekalian. Kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah. Mengabdi kepada Allah.
Semestinya membangun komunikasi yang intens. Hati kita dengan Allah SWT. Kapan lagi hati kita? Membangun komunikasi dengan Allah. Membangun harmonisasi dengan Allah subhanahu wa ta'ala.
Maka bagaimana hati bisa pergi menghadap kepada Allah? Kalau hati kita dikuasai oleh hawa nafsu kita sendiri. Apa yang disebut dengan hawa nafsu? Ini yang masih kalian Al-Quran menyebutkan. wal-an'am, wal-an'am, wal-harf dhalika mata'ul hayati dunya Allah menghiasi manusia dengan sahwat apa sahwat?
kebutuhan biologis dan psikologis kita Allah yang menciptakan sahwat suka makan, suka tidur, suka bergaul Allah yang menciptakan sahwat Allah yang menciptakan hawa nafsu sukanya kepada apa? Mata ul hayat di dunia, kesenangan duniawi sesaat. Sehingga karakteristik dari hawa nafsu manusia tidak mau diatur.
Tidak mau diatur. Nafsu itu inginnya bebas, sebebas-bebasnya. Coba bapak-bapak yang sudah usia, ibu sudah usia 40 tahun ke atas. Kalau duduk, apalagi di pengajian, gampil kena penyakit encoknya.
Asam urat, tinggi asam uratnya. Tapi kalau lihat sepak bola, anteng aja. Tapi kalau di depan pengajian, kaki itu cepat kena encoknya, kena asam uratnya.
Kata dokter, jangan makan petai, jangan makan jengkol. Tapi hawa nafsu, nafsu makan, pinginnya dengan itu. Gak didengar apa yang disampaikan oleh dokter.
Itu contoh, nafsu makan. yang gak mau diatur. Islam hadir bukan membunuh nafsu kita, ya mati. Tapi Islam mengatur bagaimana kita jihadun nafsi mendidik dan mengatur keinginan nafsu kita. Maka kita harus penuhi kebutuhan, jangan memenuhi keinginan.
Keinginan itu dari nafsu gak ada batasnya. Tapi kalau kita memenuhi kebutuhan, itu ada batasnya. Nah maka dengan sahum ini luar biasa Bapak Ibu sekalian. Kamakutiba alaladzina minkoblikum. Puasa itu syariat yang pernah dibelakukan kepada orang-orang terdahulu.
Saruman Koblana yang disyariatkan sebelum kita. Para nabi yang lainnya pun mendapatkan syariat sahum. Kenapa?
Karena begitu efektif untuk jihadun nabsi menunduk. Bukan hawa nafsu kita. Saum al-imsak.
Menjaga. Dari terbit pajar sampai terbenam matahari. Lapar, haus.
Bukan tidak ada makanan. Banyak makanan. Tapi kita menjaga. Dari yang membatalkan saum.
Melati. Di samping yang membatalkan saum. Kita pun menjaga. Dari hal yang membuat pahala saum kita hilang.
Jadi saum kita bukan sebatas menahan lapar dan haus. Tapi kita menahan dari hal yang membuat pahala saum itu hilang. Nabi bersabda, Betapa banyak orang yang saum, dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja. Halanya gak dapat.
Kenapa? Tidak menjaga panca indranya. Mulutnya dibiarkan begitu saja.
Mengumpat. Gibah. Mengumpat atau gibah. Dusta.
Mulutnya gak dijaga. Matanya gak dijaga. Telinganya gak dijaga.
Maka membuat pahala saum kita tidak didapatkan. Hanya dapat lapar dan haus semata. Maka oleh sebab itu, Saum yang efektif untuk menundukan hawa nafsu kita, Saum yang menjaga dari yang membatalkan, Saum yang menjaga dari hal yang membuat pahala kita hilang. Itulah Saum beserta panca indera kita. Kita latih panca indera kita.
Jangan sembarang melihat, Jangan sembarang berbicara, Tidak sedikit banyak orang, Asal bicara, asal bunyi, kata anak sekarang asbun. Membuat di penjara. Betul gak? Asal bunyi.
Padahal panca indera kita amanah dari Allah. Tidak akan kita gerakan salah satu panca indera kita. Kecuali untuk kebaikan. Dan memberikan warna kemanfaatan bagi kita. Mudah-mudahan ini bakti sosial kita.
Bukan bulan Ramadan saja ini. Kita jalankan, kita laksanakan. Di luar bulan-bulan yang lain. Sibukan. Waktu.
kehidupan dunia ini dengan yang bermanfaat, maka tidak ada peluang untuk berbuat jahat. Tapi kalau banyak peluang untuk berbuat jahat, maka kita tidak akan bisa menolak ajakan kejahatan itu. Kita aktifkan, kita sibukkan detik-detik kehidupan dunia ini dengan bentuk kemanfaatan, dengan bentuk kebaikan, sehingga tidak ada ruang untuk berbuat buruk, tidak ada ruang untuk berbuat jahat. Bapak Ibu sekalian, jadi yang kedua, bebaskan hati kita dari cengkraman hawa nafsu.
Maka Nabi bersabda, orang yang bahagia itu orang yang menjadikan hatinya sebagai raja. Dan menjadikan hawa nafsunya sebagai tawanan. Orang yang bahagia.
Jadi orang yang bahagia itu bertindak dengan hatinya. Maka hatilah yang dijadikan raja. Hatilah yang dijadikan rajanya.
Sementara hawa nafsunya jadi tawanan. Tawanan itu hanya tunduk saja. Mengatur kebutuhan hawa nafsunya.
Sementara orang yang celaka adalah orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai raja. Sementara hatinya menjadi tawanannya. Ketika akan berbuat jahat, kata hatinya jangan. Tapi napsunya begitu laju besar. Kalah hatinya.
Hatinya jadi tawanan hawa napsu kita. Itulah orang yang celaka. Nah, maka oleh sebab itu, ya mas sekalian, kita harus mampu hati kita jangan sampai dikuasai oleh hawa napsu kita. Maka kita harus perang.
dengan hawa nafsu kita. Nabi menyebutnya jihadul akbar. Jihad terbesar kita adalah melawan hawa nafsu kita. Coba Bapak Ibu sekalian, setelah kita buka, kadang-kadang bukanya ini kebanyakan.
Giliran sholat maghrib, aduh kata orang Sunda, enggak. Giliran tarawih, berat. Kenapa?
Karena nafsu makannya yang tinggi, enggak diatur. Maka bebaskan hati kita dari cengkraman hawa nafsu kita. Justru hawa nafsu kita yang kita atur oleh hati kita.
Maka hati seperti itulah akan bergerak menghadap kepada Allah SWT. Yang ketiga. Kepada yang ingin menerima hadrat Allah. Bagaimana hati kita akan antusias menghadap merasakan hadirnya Allah.
Sementara hatinya belum bersuci dari junub kelalaian. Hati yang lalai dari Allah, hati yang tidak zikir kepada Allah ini ibarat junub. Artinya hatinya tidak suci, hatinya kotor.
Maka harus dibersihkan kelalaian hati kita dengan al-yakdoh. Bangkit hati kita menghadap kepada Allah. Bangkit kesadaran kita.
Coba Bapak Ibu sekalian kita introspeksi diri. Dari bangun tidur tadi sampai sekarang hati kita banyak ingat kepada Allah atau lalai dari Allah. Ingat kepada Allah atau lupa kepada Allah. Kayaknya setuju ini. Banyaknya lupa kepada Allah ini.
Mudah-mudahan diberikan kemampuan membersihkan hati kita dari kelalaian. Kira-kira kalau banyak lupa kepada Allah, kira-kira ingetnya kemana ini? Ke uang? Ke HP?
Ke HP ternyata? Ya Allah. Ada orang yang seperti marmot, duit, Padahal duitnya gak punya.
Dia tertipu dengan dunia. Uangnya gak ada, tapi di hatinya. Duit, duit, duit.
HP, Bayangkan waktu yang Allah berikan. Kesempatan yang mahal. Walas demi masa. Tapi masa waktu kita biarkan begitu saja. Tapi waktu diisi dengan sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagi kita.
Kerugian bagi diri kita. Maka hati yang lalai dari Allah harus kita bersuci. Sucikan kelalaian hati kita. Dengan bangkitkan kesadaran.
Jadi hati yang sadar. Tindakan kita harus berdasarkan kesadaran. Solat kita harus berdasarkan kesadaran hati kita.
Saum kita harus berdasarkan kesadaran hati kita. Ya Rabb, aku berpuasa pada hari ini karena engkau ya Rabb. Niat dari malam seperti itu. Aku berpuasa untuk hari esok karena engkau ya Allah. Aku laksanakan solat ini karena engkau ya Allah.
Aku membantu yang yatim, yang miskin. Karena engkau ya Allah. Karena engkau ya Allah.
Karena engkau ya Allah. Itu gambaran hati yang bangkit. Hati yang sadar.
Jadi beribadahnya itu, beraktifitasnya itu, dengan kesadaran hati yang lilah. Karena Allah subhanahu wa ta'ala. Itulah gambaran hati yang bebas dari kelalaian.
Yang ketiga. Yang keempat, yang terakhir. Bagaimana hati bisa merasakan dalamnya misteri rahasia kegaiban. Sementara hatinya belum tobat dari dosa-dosa di masa lalunya.
Ini Bapak Ibu sekalian. Dosa-dosa kita di masa lalu, gambaran hati kita itu seperti kaca yang bening. Itu bayi dalam keadaan pitra hatinya, suci.
Lihat wajahnya. Tapi kalau mulai dewasa, jatuh kepada dosa, jatuh kepada kemaksiatan. Membuat berubah wajahnya.
Kenapa? Karena hatinya akibat perbuatan dosa itu seperti noda hitam. Jadi gelap. Nah hati yang gelap karena dosa-dosa di masa lalunya tidak akan merasakan dalamnya misteri kegaiban yang Allah datangkan ke dalam hati. Maka Bapak Ibu sekalian, Nabi bersabda, Ittaku pirosatal mu'min.
Hati-hatilah dengan pirasat orang yang beriman. Pa'innahu yan zurubinurillah. Orang yang beriman, benar beriman kepada Allah melihatnya dengan mata.
Cahaya Allah. Akan terjadi sesuatu, Allah kirim sinyalnya. Allah kirim asror rahasia-rahasianya. Sehingga orang tersebut akan mempersiapkan diri. Bahkan yang terhebat adalah, Al-istidadu lil mawad qablanu zuliha.
Sebelum kematiannya tiba, Allah persiapkan. Tidak mati mendadak. Tetapi, Saat-saat, sebab ini momentum yang terakhir dalam kehidupan dunia ini adalah kematian. Sebelum datang kematian, Allah persiapkan, dipersiapkan, diingatkan, disadarkan hatinya untuk mempersiapkan diri.
Itu adalah salah satu rahasia yang Allah berikan kepada hamba-hambanya. Dia wasiat terlebih dahulu. Membereskan urusan-urusannya terlebih dahulu.
Urusan dengan Allah, urusan dengan keluarganya, urusan dengan rekannya, urusan dengan tetangganya. Dibereskan terlebih dahulu sebelum ajal kematiannya tiba. Ini adalah salah satu hati yang diberi rahasia oleh Allah SWT.
Mudah-mudahan hati kita mendapatkan Dakoikul Asrar Misteri kegaiban yang Allah berikan ke dalam hati kita. Hadirin wal hadirat rahimakumullah. Inilah empat hal untuk merawat hati kita.
Jadi yang pertama merawat hati itu, keluarkan gambaran dunia dan makhluk. Jabatan harus punya, kita punya perusahaan, kita punya usaha, genggam, manage dengan baik, jangan masukkan ke dalam hati. Yang kedua, jangan hati kita dikuasai oleh sahwat nafsu kita. Yang ketiga, sucikan. Kelalaian hati kita supaya bangkit kesadaran hati kita.
Yang terakhir adalah Kita bertobat kepada Allah SWT supaya hati kita merasakan dalamnya misteri kegaiban yang Allah berikan ke dalam batin atau hati kita. Baik ya masakalian, sebelum berdoa kepada Allah SWT, mari kita pejamkan kedua matanya, hadirkan hatinya. Khudu wa tazalul dihadapan Allah, Allah menyaksikan kapanpun dan dimanapun berada. Allah mengetahui kianatnya ke depan mata kita dan apa yang dirahasiakan dalam hati kita tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah termasuk dosa-dosa kita semuanya nampak jelas di hadapan Allah SWT jam sekalian waktu mumpung masih ada ruh sebelum ditenggorokan sakarotil maut sebelum tiba Allah berikan kesadaran di sore hari ini berkah bulan Ramadan Mari bangkitkan hati kita selama-lamanya Isi waktu demi waktu yang Allah berikan ini Untuk kemanfaatan kita Dunia dan akhirat kita Sebab kalau sudah kematian tiba Maka pintu taubat ditutup oleh Allah SWT Walaupun kita menjerit Walaupun kita menangis Maka akan tertolak Bentuk taubat kita kepada Allah SWT Hari inilah Sore hari inilah kesempatan terbaik kita Untuk memperbaiki diri kita.
Untuk taubatan nasuhah. Sebelum ajal kematian menghampiri kita. Sebab kematian adalah kepastian.
Bukankah kita hampir setiap hari mendengarkan kematian orang lain. Pasti besok atau lusa pengumuman kematian itu akan menyebutkan nama dan identitas kita. Disitulah kita akan kembali kepada Allah. Tubuh kita akan terkujur selama-lamanya.
Tubuh kita akan dimasukkan ke tanah. Dan akan menjadi makanan cacing dan belatung. Ruh kita yang menghadap kepada Allah.
Hati dan amalah yang akan dibawa pulang kepada Allah. Periksa hati kita, periksa amal kita. Apakah amal-amal kita sudah ikhlas karena Allah? Atau hanya ingin dapat pujian dari manusia? Allah tidak akan tertipu dengan amal hamba-hambanya.
Yang hanya karena Allah lah. Amalan yang diterima oleh Allah. Bekal kita di alam barjah.
Bekal kita di akhirat yang abadi. Mari angkat kedua tangan kita. Ya Rabb, ampuni seluruh dosa-dosa kami. Ya Rab, ampuni seluruh kezoliman-kezoliman kami yang kami perbuat. Kezoliman yang diperbuat oleh mata kami, mulut kami, tangan dan kaki kami.
Ya Rab, ampuni dosa kedua orang tua kami. Ibu yang telah mengandung, yang telah melahirkan dan merawat. Ayah yang telah menabkahi.
Dan ada di antara kami orang tua yang sudah ke alam barja. Kami belum banyak berbuat kebaikan kepada mereka. Justru kami sering melukai perasaan mereka, Ya Rab.
Yarob jadikan alam barjahnya Rodotun Mendriadiljana Taman-taman surga yang membahagiakan mereka Yarob bersihkan hati kami Dari seluruh penyakit-penyakit hati Yarob bangkitkan kesadaran hati kami Selama-lamanya Supaya kami bisa menjalankan ketangatan Engkau berikan hari demi hari Kami isi dengan ketakuan Atas namamu karena engkau Yarob Yarob ajal kematian pasti akan datang Menghampiri kami Persiapkan kematian kami Yarob Jadikan kematian kami kematian husnul khotimah. Mampuhkan lisan dan hati ini mengucapkan dan memaknai kalimah. La ilaha illallah.
Ya Rabb jauhkan kematian kami dari kematian suul khotimah. Ya goni agnina bifadlika aman siwak. Ya Rabb limpahkan rizki yang berlimpah.
Rizki yang penuh keberkahan. Rizki yang menjadi bekah dan sahabat kami dalam beribadah. Rizki yang membuat mampu menolong orang lain.
Rizki yang benar-benar memberikan kemanfaatan besar bagi kami dalam kehidupan dunia ini. Rabbana hablana min azwajina. Wa durriyatina kurrota'ayun. Wa ja'alna lil muttaqina imama. Subhanarabbika rabbil izzati amma yasifun.
Wassalamun ala al-mursalin. Walhamdulillahi rabbil alamin. Demikian Bapak Ibu sekalian mudah-mudahan memberikan manfaat yang besar bagi kita sekalian. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.