Bismillahirrahmanirrahim Kita teruskan siri bala waktu Quran kita Kita masih pelajari ma'anil istifham bil Quran dan terakhir yang kita pelajari yaitu At-Takhkir Istilham dimana At-Takhkir Mutakalim menganggap hina terhadap apa yang dibuat atau difikirkan atau dipyakini oleh Mokhotov. Yang ke-22, yaitu Al-Istiba'at Al-Istiba'at Daripada kalimat Al-Ba'id Makananya jauh Ba'id Jauh Memaksud Istiham al-istimah ini bermaksud mutakallim yang bertanya meyakini atau menganggap apa yang diberitakan oleh mukhotob sesuatu yang jauh berlaku atau mustahil berlaku ini latar belakang dia, background dia katalah A memberitahu sesuatu kepada B dan apa yang A beritahukan pada B ini B anggap Sesuatu yang mustahil berlaku, tak mungkin berlaku, di cara B memustahilkan apa yang dikatakan, yang disampaikan oleh A ini, berlaku dengan cara bertanya. Ini namanya istimaat Kita lihat contohnya Untuk memudahkan memahami Dalam surah As-Saufat Ayat yang ke-17 Surah As-Saufat Ayat yang ke-17 A'udhu Billahi Minash Shaitanir Rajeem A'idha mitna wa kunna turaban wa aizaman A'inna lamab'awthun Awa'aba'una'l-awwadun 16 dan 17 A'idha mitna maka apabila kami telah mati kata orang kafir wakunna turaban dan kami telah menjadi tanah waizoman dan kami telah menjadi tulang a'inna lam bab'awthuna adakah sesungguhnya kami sungguh akan dibangkitkan semula? awa'a ba'unal awalun dan adakah juga bapak-bapak kami yang dahulu pun akan dibangkitkan?
ini ucapan orang kafir Jadi sebelum ucapan ini, pertanyaan ini mereka luntarkan Mereka telah diberitahu oleh Nabi Jadi Nabi mula-mula yang jadi mutakalimnya Beritahu pada mereka bahwa seseorang itu nanti kelak apabila meninggal walaupun telah menjadi tanah dan jadi tulang yang reput mereka akan dibangkitkan dihidupkan semula untuk diambil, diminta pertanggung jawabannya ini Hai pemberitahuan yang Nabi beritahu pada mereka orang mati akan dihidupkan jadi disini Nabi sebagai mutakallim orang kafir sebagai mukhotob kemudian si kafir yang asal mukhotob menjadi mutakallim menjadi orang yang persperson memberitahu kepada nabinya kondabi yang menyampaikan Dan cara memberitahu kepada Nabi Apa yang disampaikan oleh Nabi itu Suatu yang jauh atau mustahil berlaku Ibstiba'at Menganggap Apa yang diberitakan oleh Nabi itu Sesuatu yang jauh Ba'idul buku atau mustahilul buku tidak mungkin berlaku dalam ayat ini bahkan haihata haihata lima tu'adud jauh jauh karena orang kafir menganggap apa yang disampaikan oleh nabi ini mustahil berlaku cara mereka menyatakannya dengan cara bertanya Adakah bila kami dah mati, kami telah menjadi tanah, kami telah menjadi tulang, adakah kami akan dibangkitkan? Jika benar, dan adakah juga Tuk Nenek Boyang kami dahulu pun akan dibangkit juga? Pertanyaan seperti ini memberi tahu kita bahwa yang bertanya, yaitu Mutakalim, memberitahu kepada muhkhotob bahwa apa yang muhkhotob sampaikan itu beritahukan itu benda yang mustahil berlaku istimewa jauh daripada perkataan baik menganggap ia sesuatu yang jauh laku, ba'idu luku, mustahilu luku.
Itu maksudnya. yakni ia'nun anahum akdam faba'atum ab'at wa'ab'tal mereka melihat bahwa hari kebangkitan sesuatu yang ab'at wa'ab'tal sesuatu yang mustahil berlaku dengan cara bertanya istifham bimanal istima'at Contoh yang lain dalam surah Ar-Ra'du ayat yang kelima Contoh yang lain dalam surah Ar-Ra'du ayat yang kelima 5 surah yang ke 13 ayat yang ke 5 mutfakalim Saya tadi istimewa ya mutakalim menganggap, meyakini apa yang disampaikan oleh mukhotob lawan bicara dia, mitra bicara dia, sesuatu yang mustahil. Wa in ta'ajab, dan jika engkau wa Muhammad merasa heran. Jika engkau merasa pelik, fa'ajabun, maka ada yang lebih pelik, yang lebih menghirankan. Qawluhum, yakni ucapan mereka.
Ada sesuatu yang Allah kata lebih pelik, lebih menghirankan, yakni ucapan mereka orang kafir. Ketika mereka berkata A'idha kuna turaban a'inna lafi khalqin jadid A'adakah ida apabila kuna kami telah menjadi turaban tanah A'inna adakah sunyak kami lafi khalqin jadid Sungguh akan berada pada ciptaan yang baru Pertanyaan mereka ini, Allah kata, Aja'bun, sesuatu yang ajaib, yang pelik, menghirankan, bagaimana ada manusia yang asalnya tidak ada, kemudian diadakan, tapi dia menolak keras, menafikan, sekeras-kerasnya. akan adanya hari kebangkitan menganggap berita tentang adanya hari kebangkitan itu sesuatu yang jauh istimad istimad jelas istimam bimana istimad dalam dua contoh ini dilakukan, diucapkan oleh orang kafir nyata sekali orang kafir yang mengucapkannya dengan ayat seperti ini sedikitpun tidak ada keyakinan akan adanya hari kebangkitan bukan sekadar meragui, tidak ada keyakinan sama sekali Kalau ragu itu mungkin masih ada keyakinan walaupun sekian peratus Ini langsung Tidak ada sedikit pun Ini sebagian umat yang dihadapi oleh Nabi saat itu Jauh Istiba'adun Yang ke-23 Istibham bimakna At-tahakkum wal-istihza'u At-tahakkumu wal-istihza'u Tahakkum dan istihza'u ini maksudnya sama yakni menjadikan sesuatu sebagai bahan ijikan menjadikan sesuatu sebagai bahan olok-olok istihza istahzaa yastahziu istihza menjadikan sesuatu sebagai olok-olok bahan ijikan sama dengan tahakum Artinya, mutakhalim menjadikan apa yang diyakini oleh mukhotob, apa yang diberitakan, diyang sampaikan, diyakirikatakan, dilakukan oleh mukhotob, tak lebih daripada sebagai bahan ketawah. sebagai bahan ketawa tidak patut diperlakukan melainkan hanya sebagai ejikan ban olok-olok bahasa kami dahulu dipondok dirinakan, ya istisakani sebagai lelucon itu hanya mendengar orang mengaji, dikata tok guru kata istisakani sebagai lelucon daripada lucu lah lucu sesuatu yang hanya dijarikan bahan lawak untuk lucu, ya ada lucun lah mutakalim saya katakan istiza atau tahkum ini mutakalim Menjadikan apa yang difikir oleh mukhotob Dikatakan oleh mukhotob Dibuat oleh mukhotob Apa sajalah berkaitan dengan mukhotob Tak lebih daripada bahan olok-olok Bahan ejikan, bahan lawak Tak ada nilai sedikit Tadi ada nilai yang baikkan sedikit pun Tak layak untuk didengar Tak layak untuk diambil berat Macam itulah Namanya bahan lawak sepenghinaan yang luar biasa sebagai contoh firman Allah SWT dalam surah Hud ayat yang ke-87 surah Hud ayat yang ke-87 Ketika penduduk Madian berkata, bercakap dengan Nabi yang Allah utus kepada mereka Su'ayb a.s Nabi Su'ayb tidak renti-renti menyeru mereka, mengajak mereka untuk menjadi hamba Allah yang paling patuh hamba Allah sebenar Eh mereka malah me...
berkata, kholu mereka berkata Ya Shu'aib, Wahai Shu'aib Tengok, panggil nabinya pun hanya dengan nama Eh Shu'aib, orang itu Ah Salat Tuka Adakah solatmu, adakah ibadahmu, adakah kepercayaanmu, adakah keyakinan kamu, adakah seruan dan ajakan kamu. Tak muruka yang menyuruh engkau. An-nats ruka supaya kami meninggalkan. Ma ya'budu aba'una, Tuhan-Tuhan yang bapak-bapak kami sembah.
Shuaib, kami nak tanya satu kepada mu Agama mu kah? Solat kamu kah? Kepercayaan kamu kah?
Yang menyuruh kamu Supaya kami meninggalkan Tuhan-Tuhan yang disembah oleh Bapak-bapak kami Lalu siapa Tuhan kamu? Boleh suruh kamu, kami tinggalkan Tuhan kami. Tuhan kami lebih kuat.
Ajaran kami, agama kami lebih lama. Agama kamu baru kemarin petang. Siapa kamu? Seolah-olah begitu lah. Siapa kamu?
Siapa agama kamu? Apa agama kamu? Siapa Tuhanmu?
Tuhan kamu kah? Agama kamu kah? Atau ibadah kamu kah? Yang suruh kamu supaya kami meninggalkan...
Apa? Tuhan-Tuhan yang disembah oleh Bapak kami Katakanlah ada orang nasihati seseorang Karena yang dinasihati ini tidak mau terima nasihat Bahkan merasa tidak layak yang menasihati itu menasihatinya Lalu kita, hei, awak sana tanya awak lah Bapak engkau yang suruh engkau nasihati aku? Siapa bapakmu? Siapa bapak kamu ini? Ayahmu kah yang suruh kamu jumpa aku nasihati seperti ini?
Sedangkan aku ini, ini, ini, ini, ini, ini Sebenarnya orang itu menghinalah ayah orang yang menasihati tadi Sebetulnya ayah kamu itu tak layak suruh kamu nasihati aku Ayah kamu itu layaknya hanya untuk dijadikan bahan lawak Bahan ijikan Dalam pandangan kami, ayah kami itu hanya sebagian daripada Itulah, lelucon Tak, tak lah ya, hanya untuk gelap orang Tak ada hak langsung, tak ada nilai langsung Siapa? Sekolah awak kah? Cikgu awak kah yang suruh awak nasihati saya ini? Awak ingat siapa cikgu awak?
Itu namanya istihza... Jadi si Mutakalim menjadikan apa yang dilaku, yang diucap, yang dipercayai, atau apa saja lah oleh muhotob hanya sebagai bahan ejekan, bahan Allah, tidak ada nilai sedikit pun Kaum Nabi Suhaib memandang, berkeyakinan, ajaran yang disampaikan oleh Nabi Suhaib Tuhan yang diperkan oleh Nabi Suhaib pada mereka itu hanya Hai bahan olok-olok tak payah didengar dengan cara bertanya Hai menjadikannya sebagai bahan ijikan dengan cara bertanya ah ah sholat tukar ah sholat tukar itu apa namanya adakah Tuhan kamu adakah ibadah kamu adakah ajaran kamu yang suruh kamu supaya kami tidak melakukan terhadap harta kami ikut kemauan kami Inna qala antar halimu rasyid Jadi pertanyaan ini bukan pertanyaan yang perlu dijawab, perlu dijawabkan bukan pertanyaan yang patut diambil berat karena pertanyaan ini yang dipertanyakan ijibkan jadi gimana nak menghadapi orang seperti ini susah sekali Susah sekali karena apa saja yang disampaikan oleh Nabi Su'aib Termasuklah keisan Allah SWT Tidak penting bagi mereka Bahkan ianya hanya istihzad Tak hakum Tak hakum Jadi, apa ya Tak ada nilai sama sekali lah Tidak layak justru Tertutup hatinya Itu istisak, bahakum. Yang ke-24, al-ikhbaru. Yang ke-24, al-ikhbaru. Ikhbar artinya Mutakallim Memberitahu kepada muhotob akan sesuatu Tujuannya bukan nak tanya Tapi tujuannya nak memberitahu Atau memberitahu dengan cara bertanya Sedangkan bertanya biasanya ingin tahu bertanya istifham tujuannya makna asal istifham yakni ingin tahu daripada yang ditanya tapi ini tidak istifham yang bertanya nak beritahu kepada yang ditanya Bukan terbalik itu Bila istigham seperti ini Namanya istigham Bimakna Al-Ikhbaru Ikhbar itu Menghabarkan Memberitahu Di dalam surah An-Nur Ayat 50 Di dalam Surah An-Nur Surah ayat yang ke-50 Surah yang ke-24 Ayat 50 Ketika Allah menceritakan sebahagian sifat Orang-orang munafiq Hai ah ah filafiqol biafiqulu bihim marot adakah di dalam hati-hati mereka ini ada penyakit Amir tabu Atau adakah mereka ini menjadi ragu?
Am ya khafun ayya hayf, ayya hayf Allah alaihim wa rasuluh? Atau adakah mereka takut? Allah mau...
Apa itu? Allah meng meniayai mereka, mereka dan Rasulnya bahkan orang-orang itu mereka lah orang yang zalim, ada tiga pertanyaan dalam ayat ini, pertanyaan pertama afiqulu bihim marad satu kedua Am irtabu, ay am a irtabu, bahkan adakah, a-nya telah dibuang, tidak perlu disebut lagi. Asalnya am, bahkan a, adakah irtabu mereka yang jadi ragu?
Pertanyaan ketiga, am, bahkan a, ya khofun, adakah mereka takut? Allah menganyanya mereka. Artinya, orang-orang munafiq yang bila diseru oleh Allah melalui Rasulnya untuk berhukum dengan hukum Allah sebagai melalui Allah nyatakan dalam ayat 48 sebelumnya Ayat 48 sebelumnya, apabila mereka diseru, diajak, dipanggil, kembali kepada Allah dan Rasulnya supaya Allah memberikan keputusan, menghukum antara mereka إِذَا فَرِيكُمْ مِنُهُمْ مُؤْرِدٌ tiba-tiba satu kumpulan mereka berpaling Nah, orang-orang munafik yang sentiasa berusaha memalingkan diri, mengelak, melarikan diri, bila disuruh kembali pada Allah, berhukum dengan Allah, dan suruh-suruhnya, ada sebabnya.
Ada sebabnya, ada puncanya. Sebab itu ialah Allah Maha Tahu kenapa mereka tidak mau terima Allah, tidak mau terima hukum Allah. Setiap kali Nabi tawarkan, mereka ikhrat. Puncanya Allah Maha Tahu sebab mereka ciptaan Allah. Sebab yang pertama yakni dalam hati mereka ada penyakit.
Tentu Atau bahkan mereka ini ragu Tidak yakin bahwa Allah itu maha adil Mereka meragukan keadilan Allah Sehingga yang ketiga, tengok Mereka takut Allah dan Rasulnya menganiaya Ketiga-tiga ini, penyakit yang ada dalam hati mereka, keraguan yang ada dalam hati mereka, kekhawatiran, ketakutan mereka, Allah akan anyaya mereka. Tiga perkara ini, tiga benda ini, tiga sebab ini, Allah beritahukan. dengan cara bertanya kan itu pertanyaan afillah jadi tidak perlu jawab afillah afi afi kulubihim marad lalu kita ajak naam fi kulubihim marad tidak perlu ini bukan tanya ini memberi tahu Adakah dalam hati mereka itu penyakit?
Ya tidak perlu, iya ada penyakit. Oh tidak. Jadi jawaban iya atau tidak, tidak timbul. Sebab memang tujuan mutakalim bukan nak tahu.
Tapi tujuan mutakalim nak bagitahu. Nah istifham yang tujuannya makna nak bagitahu itulah namanya istifham ikhbari. Namanya istifham ikhbariyun atau istifham bimanal Ikhbar Memberitahu Subhanallah Dicara Allah Memberitahu baik sekali Tukhbiranil munafiqin Aduh memberitahu kepada kita tentang orang-orang munafiq Ana amrahum la yakhruju Bahwasanya perangai mereka yang suka menolak, yang setiap kali diajak menolak hukum Allah itu berpunca daripada tiga ini.
Ya ayyakuna fikulubi marad, hatinya berpenyakit atau mungkin hatinya berlagu, tidak ada keyakinan segitipun, iman tidak pernah ada. Atau mereka takut Khawatir ya khufun Ayyahu ayyajurallah Wa rasuluh alihim fil hukmi Fil hukmi Dan banyak lagi dan banyak lagi Tujuannya Nak beritahu Al-Ghawasiah pun nak beritahu Hal atakah hari suluh Ghosiah? Terjemahan, hal atakah hadisul ghosyah?
Adakah telah datang kepada engkau perkhabaran tentang ghosyah? Sesuatu yang menutupi, mana hari kiamat, ghosyah yaksyah? Tidak perlu dijawab iya ataupun sudah ataupun belum Sebab tujuannya Nabi Allah beritahu Telah datang kepadamu Perkhabaran cerita tentang hari kiamat Allah memberi tahu kepada kita, kepada Nabi kita, dan kepada kita bahwa cerita perhabaran tentang hari kiamat itu telah tiba atas tapi dengan cara bertanya al-atakah hadisul wassalam dan banyak lagi, dan banyak lagi hanya perlu kathratul itla' Caranya untuk mengenal pasti perbezaan mana istifham yang sebanyak ini karena istifham satu saja tapi mempunyai makna yang sebanyak ini caranya ya ini kasratul itla banyak mentela tanpa itu tidak ada Baca Al-Quran, setiap kali jumpa uslub istigham diberi tanda Beri tanda, beri tanda, beri tanda, beri tanda, beri tanda, beri tanda Setelah semua tahu yang diberi bertanda itu istigham Lalu cari jawaban Yang ini untuk apa ya Itu aja cara dia Kasratul itlak Namanya Tak ada cara kedua, tak ada cara ketiga, tak ada cara keempat Itu satu-satunya Cara Ya Kemudian amar pula Amar untuk apa ini Setiap baca Al-Quran Setiap kali jumpa usul amal bagi tanda Satu, dua, tiga Amar, amar, amar Setelah baca lima muka surat Semua bertanda Usul amal yang bertanda Lalu cari, ini amal untuk apa Hanya itu saja Bukan sekali, kasroh Kasroh itu berulang kali Mungkin membaca sekali belum tahu jawabannya Masih silap, oh silap nih Mesti untuk ini Hanya itu saja, tidak ada cara lain Tidak ada cara lain, tidak ada air penawar Tidak ada, ini saya main air biasa bukan terang Jalan shortcut tidak ada Jalan shortcut tidak ada Imam Shafi'i yang berotak cerdas, luar biasa, berhati terang, beliau memberi ingatan pada kita. Lelukan ilmu yudraku bilmunah.
Kalaulah ilmu ini boleh didapati, diperoleh, dicapai hanya dengan hangan-hangan. Hanya berhangan-hangan jadi pandai, berhangan-hangan dapat itu, maka ayam kofil bariatri jahil Niscaya tidak ada orang bodoh di muka bumi Ya udah Tidak ada orang bodoh di planet bumi Kalaulah ilmu boleh didapat dengan Wah pandai Berhayal aja pandai Tak ada sekolah mulai dari tadika hingga menerak gading Sebab hanya perlu berhangan-hangan Syakautu ila waki'in su'a hifdi farasyadani ilam tarkil ma'asi Wahbarani bi'ani ilma nurun wa nurullahi layuhu dali'asi. Kata beliau.
Aku pernah mengadu kepada guruku. Namanya Sheikh Wakiyah. Salah seorang guru Imam Shafi'i namanya Al-Wakiyah.
Tok guru Wakiyah. Tuan guru, kenapa ya saya ini begitu susah sekali menghafal. Hafalanku sangat lemah. Sangat lemah mengingati hadis lemah, mengingati Al-Quran sangat lemah.
Walhal bilau sudah hafal Al-Quran ketika umurnya sembilan tahun. Ketika berguru hadis kepada Imam Malik, gurunya karena Imam Malik adalah pakar hadis oleh kitabnya Muatak, menunggu asalnya tidak dilayan oleh Imam Malik karena lambat datang, Imam Malik dah buka kelah tunggu, sampailah dapat peluang untuk berguru setelah lama Sudah sampai di diri Imam Malik ditanya Setelah berkenalan, maukan dirinya Kamu apa? Oh kamu nak belajar hadis kepada Tuhan Apa yang kamu tentang hadis daripada aku?
Oh, aku telah menghafal hadis Tuhan, Al-Mu'adhtar Dia nak belajar hadis, tapi hadis yang tadi sudah dihafalnya Lalu apa yang tadi pelajari? Ya tentu maksudnya Orang yang seperti ini dia masih mengaku apa namanya lemah hafalannya ya dan Imam Asafi'i baru dapat menghafal hadis dan tidak akan lupa Takkan hilang, setiap hadis itu dihafal, dibacanya 40 kali Melekat dan hingga mati, takkan Mana bangun tidur, suruh baca, terus ingat Itu maknanya hafal Kalau disuruh menghafal tapi masih ingat, itu belum menghafal. Orang secerdas itu masih merasa, masih lemah. Lalu aku tanya pada guruku, apa punjanya?
Fa'arsha dani illa tarkil ma'asi. Syekh wakil memberi nasihat padaku supaya aku meninggalkan maksiat. Walaupun maksiat yang paling kecil.
fa akhbarani bi anna ilma nurun dia memberitahu aku bahwa ilmu itu adalah cahaya wa nurullahi layuhda lil'asi dan nur Allah tidak akan diberikan pada orang melakukan maksiat sebab itu kasratul itla itu sangat penting dan beliau menyatakan itu sebabnya kalaulah ilmu boleh dapat hanya dengan angan-angan tak ada orang bodoh Hai di planet bumi filbariyah tidak ada di planet bumi tidak ada orang buruk sebab hanya perlu untuk pandai hanya peluhan anak-anak dan beliau memberi nasihat dalam bukunya banyak tentang ta'limul mut'alim kathratul itla' itu sangat bayangkan ingin belajar hadits kepada Imam Malik setelah ditanya apa yang kamu tahu tentang hadis aku, aku sudah menghafal kitab Tuhan tapi aku ingin tahu maksudnya hanya setakat menghafal kan belum tentu tahu artinya apalagi hadis satu dengan yang lain, bagaimana nak istimbatkan bagaimana nak mengambil hukum dari hadis itu jadi bukan bukan sembarang orang semuanya maafin, luar biasa sangat luar biasa 9 tahun sudah hafal Quran, sudah hafiz Tapi masih merasa belum kuat ingatannya Dia kata masih payah Sehingga untuk mengingat Menghafal hadis dan tidak akan lupa hingga bila-bila Minimum beliau membacanya 40 kali setiap satu-satu hadis Ya sudah tidak Lupalah seperti mana kita baca Gual wahadah tak akan lupa kan Macam itulah bangun tidur pun suruh baca insyaallah yang lain masih kejap-kejap tunggu seratu, tunggu basuh muka dulu itu mana belum hafal memang tidak mudah tetapi setiap kita sebenarnya diberikan potensi yang sama, itu aja yang mengembirakan setiap manusia diberikan potensi yang sama Hanya saja kita telah mendaya gunakan potensial itu ataupun belum Mendaya gunakan Mesti kita berdayakan dan kita gunakan Kalau tidak ya Bangku membuat iadi ya, kita sebenarnya kebanyakan kita ini hanya merupakan orang-orang yang punya bakat terpendam, itu saja lah Dan tidak ada keistimewaan bagi orang yang hanya punya bakat terpendam, bakat tidak harus dipendam ya itu bukan gelaran yang baik itu bukan predikat yang hebat oh dia rupanya mempunyai segudang bakat terpendam apa terpendam dan memang manusia diberi itu kita disuruh mendaya gunakan terbiah dalam bahasa Arabnya Tarbiyah itu pendidikan roba yurabi tarbiyah mendidik maknanya mengembangkan jadi kalau ikut Al-Quran sebenarnya pendidikan ini bukan memasukkan yang luar ke dalam tapi mengembangkan yang ada di dalam itu itu terbiar setiap insan sudah ada potensi tinggal kembangkan saja yang ada tidak perlu dimasukkan benda yang lain mungkin malah bercanggah dengan potensi yang ada Yang ke-25 dan yang ke-26 Yang ke-25, yaitu Al-Inas Al-Inasu Apa makna Inas? Kita lihat dulu ayatnya Surah Tauhah, ayat 17 Surah 20, ayat 17 Al-Inaas Surah 20 Ayat 17 Kisah ini, cerita ini, ya ini cerita yang sebenarnya bermula daripada ayat yang ke-9 Ayat yang ke-9 Jadi saya ringkaskan sampai di arah 9 Hal ataka hadithu Musa Bermula daripada itu Idh ra'a naran faqala li ahlihim kutu Ketika Musa melihat, nar ra'ah melihat Api, lalu dia berkata pada ahli keluarganya, Um Kutub, kamu tinggal di sini ya, aku nampak api di sana tuh. Sejuk, ini kita kena cari api, ini gelap, kita kena carilah tempat menginap malam ini, kita tinggal sini Ini anastunara Luar biasa Tengok Ini penting nih dari segi ayat ini, pelajari Ketika Allah cerita, memulakan cerita Bahwa Musa pada malam hari itu Dalam perjalanan balik dari Madian ke Mesir Malam itu gelap belita, sejuk, kesejukan, kambing yang dibawa sebagiannya pun dah lari kesana kemari Dalam keadaan sejuk itu Allah ceritakan ketika Musa melihat api Ini cerita yang Allah sampaikan, melihat ketika Allah cerita Allah gunakan roa, Musa roa Kemudian ketika Musa sendiri menceritakan ketika Allah menceritakan apa yang diucapkan oleh Musa Tengok Musa kata, ini anastunara Sesungguhnya aku melihat juga kan. Anastu melihat. Anasa melihat.
Roa melihat. Lain kan. Roa tadi sangat-sangat. Allah menceritakan pada kita.
Roa naron itu cerita Allah. Ketika Musa melihat api. Kemudian Musa berkata kepada keluarganya.
Ungkusu. Apa sebagian yang dikatakan oleh Musa pada ahli keluarganya? Pertama, Umm Kuthu. Yang kedua, ini Anas Tunaro. Dia tidak lagi kata ini Ro'ay Tunaro.
Anasa dengan roa walaupun ada persamaan, ada perbezaan Persamaannya sama-sama bermakna melihat secara umum Perbezaannya, anasa melihat disertai dengan hati suka, dengan perasaan suka, seronok Melihat sesuatu, memandang sesuatu disertai dengan seronok, suka, gembira, berharap Nah itu anasah Jamaah haus Katanya sedang haus, haus, haus Cari sana, mesti lah Nah aku bilang inginkan air lah Tengok kanan salah puas, pergi sana Nanti tak jumpa, tiba-tiba Adalah bunyi Tung, teng, tung Tung, tung, tung Ice cream lah itu Hahaha Ice cream, air Oh ini masih konek tuh Eh betul rupanya ada stall disana orang jual aiskrim Kan seronok kan Seronok karena Kita melihat orang jual air tadi seronok Karena kita sedang haus Kalau kita tidak sedang haus Ya tentulah hanya roa Kita tidak sedang haus Jangan kan tengok orang jual air Tengok banjir pun tak kisah Nah, karena musai ini sedang sejuk Kesejukan malam itu Kegelapan, gelap pula, bingung pula Nampak api Jadi Anas itu Aku seronok, aku tengok Karena ada harapan Ini daripada anas ini lah, tiba-tiba kena inas itu Inas, kan ada inas tuh Jadi, memberi tahu sesuatu Atau melihat sesuatu dengan Rasa gembira Atau memberi Kalau anas yuk nisu Memberi tahukan sesuatu Yang mengembirakan Kalau saya katalah anasak, saya melihat sesuatu dengan resembira. Kalau orang buat saya, memberitahu kepada saya sesuatu yang mengembirakan saya, anamnya inas. Orang memberi tahu sesuatu kepada saya yang menggembirakan saya Pembuatan orang itu namanya Inas Sebab saya akan melihatnya dengan anasa Bapak lagu waktu begitulah cerita dia Sekarang bagaimana anak saya? Saya baca kan terus ya Ini anakku melihat apa?
Aku melihat api dan seterusnya Kemudian sampai ayat 11 Lalu Allah panggil Musa Ayat 12 Allah memperkenalkan zatnya Aku ini Tuhanmu Dan Musa disuruh oleh Allah untuk tanggalkan kasutnya Karena ia berada di lembah yang suci Tua nama lembah itu Ayat 13 Allah memberitahu Musa bahwa Musa dilantik menjadi rasulnya Aku pilih engkau Dan bermulalah Allah Menyampaikan wahyunya Kepada Musa Ayat 14 Wahyu itu pertama Yang ini tentang akidah Tauhid Aku ini Allah Tiada Tuhan selain aku Sembalah aku Dirikan sholat karena mesti aku Ayat 15, Allah menyatakan pada berita-berita Musa bahwa kiamat itu sesuatu yang pasti. Pasti. Bukan mungkin, tapi pasti. Kiamat sesuatu yang pasti karena Allah tidak memberikan balasan pada tiap-tiap seorang sesuai dengan amalnya.
Ayat 16, sebab itu ayat 16, jangan sekali-kali ada orang yang tidak meyakininya, orang yang mengikuti hawa nafsunya, memalingkan engkau, waimusa, daripada keyakinan kamu akan kepastian adanya kiamat. Siapapun orangnya, apapun, jangan ia mempercaya, mempengaruhi engkau daripada keyakinanmu terhadap hari kiamat. Artinya, jika seluruh dunia menafikannya sekalipun, kamu hendaklah tetap yakin yang kiamat itu pasti. Ayat 16. Nah, selepas dalam keasikan ini, asian bermunajat ini, Allah nak memberitahu kepada Musa sesuatu yang mengembirakan Musa nah ini yang menariknya Allah nak memberitahu kepada Musa sesuatu yang mengembirakan Musa, itu namanya Ines Ines, daripada Anasa tadilah dengan cara bertanya Kalau mutakalim nak memberi sesuatu, memberi tahu sesuatu pada mukhotob, setakat memberi tahu saja, namanya ikhbar.
Tadi kan istifham gimana ikhbari kan sudah ya. Karena sebelumnya itu gimana ikhbari tadi. Hanya memberitahu tujuannya.
Ini tidak, bukan memberi sekarang memberitahu. Memberitahukan, mutakalim memberitahu sesuatu pada mukhotob yang mengembirakan mukhotob. Sebab berita yang diberitahukan oleh mutakalim belum tentu mengembirakan mukhotob.
Saya nak bagi tahu awak berita yang bagus. Ya, ini bagus sekali. Kereta awak di luar itu dipecahkan orang.
Takkan macam itu, Inas. Nah, ini nak beritahu awak. Saya baru dapat berita dan ini boleh dipercayai. Sebab orang beritahu itu kawan saya dan orang yang berkuasa.
Jadi, awak rupa-rupanya terpilih. Hai nah berdiri mendapat cabutan bertuah daripada BSN jadi a nomor ikon awak keluar jadi awak dapat hadiah basmini kereta biasa basmini kan bagus maka berita namanya Inas memberitahu sesuatu yang mengembirakannya yang langsung tak terfikir sebelumnya memang langsung tak ada yang tak terlintas langsung dalam pikiran mukotak Terima kasih. Apa dianya?
Tuh ayat yang selepasnya, yang ke-17 tuh Wa ma tilka biyami nikaya Musa Ingat, yang berfirman ni Allah Yang bertanya ni Allah Bagaimana mungkin Allah tidak tahu Yang bertanya Allah Yang ditanya Musa Jika Allah tanya pada Musa Mana mungkin Allah tidak tahu Tentu tujuannya nak memberi tahu Dan apa yang Allah Nak beritahu pada Musa ini Sesuatu yang amat-amat Mengembirakan Ingat tadi Musa sudah dilantik Dinubatkan, diisytihar Ditabalkan jadi utusannya Ayat 13 Selepas jadi utusan, maka berkewajiban menyampaikan risalah Allah. Risalah Allah telah sampaikan. Ayat 14, ayat 15, ayat 16. Itu risalahnya.
Nanti pastilah kaumnya akan minta bukti. Pasti. Yang awak tiba-tiba menghilang sepuluh. 10 tahun kami kendaki nyawa awak bah kemana awak lesap 10 tahun dibila datang ke Mesir mendakwa jadi Nabi apa buktinya? nanti mereka akan minta bukti minta tanda kerasulan kamu tanda kerasulan inilah namanya mucizat Musa langsung tidak terbayang sama sekali yang rupa-rupanya tungkat yang di tangannya itu akan menjadi, Allah akan menjadikan ia mu'jizat jadi, khabar gembira atau khabar yang mengembirakan inas, dengan cara bertanya ma tilka biyami nika Musa, apa yang ada di tanganmu?
saya ulangi, tidak mungkin Allah tidak tahu Walaupun dia yang bertanya, apa tak lagi yang di tangan Musa itu tongkat, takkan tongkat pun tak tahu. Musa tahu itu tongkat, tapi yang Musa tak tahu yang ada di sebalik tongkat. Dan tentulah mengembirakan sekali. Inas.
Allah memberi tahu sesuatu yang mengembirakan muhatab. Walaupun, ini menariknya cara Allah memberitahu ini Yang menariknya, walaupun berita ini, perkara ini mengembirakan Musa Tetapi pada mulanya, pada awal-awalnya, Musa ketakutan Musa ketakutan Untuk menghilangkan rasa takut, dia mesti yakin seratus peratus kepada apa? Kepada Allah.
Bila seorang takut dan khawatir, untuk menghalau takut dan khawatir tidak ada cara lain, melainkan mesti meningkatkan keyakinannya pada Allah. Tidak boleh ragu walaupun sedikit. Tidak boleh berburuk sangka, jauh sekali. Contohnya ayat ini. Setelah Musa menjawab, Kholah ya'asaya, Ini tongkatku ya Allah.
Tanpa ditanya, Musa bagi panjang-panjang jawabannya. Dengan tongkatku ini, aku bersandar kepadanya. Bila aku naik bukit, Atau menurun ke lurah, Ini tongkat ini yang berguna, yang berfayda untuk mempastikan. tubuh badanku seimbang ya, macam tongkat komando lah kan macam jendela Jepang di mafram pun kemana bawa tongkat kecil aja tongkat dia, dikepit dan masih banyak lagi ya Allah manfaat tongkat ini Musa ya, menjawab apa adanya lah Ini fungsi tongkat, faedah tongkat dari si Sunnatullah Tidak salah Karena memang begitu Tongkat bagi Musa, faedahnya untuk itu, tidak salah Tapi rupanya ada sesuatu yang lebih Tongkat tadi berfungsi lebih daripada itu Hai tapi Musa kena yakin pada Allah kola alkiha Allah Bema Musa kalau itu buang aja tungkaku alkiha Musa itu buang Hai jadi kan timbul rasa keraguan ke cemana aku udah kata tungkak nih penting untuk ini untuk itu tapi kenapa Allah suruh tapi semuanya Allah nak bagi sesuatu yang mengembirakan aku nih Sebab tadi datanya, dia tanya matil kabiaminika Masya Allah kalau kita belajar nanti mungkin Lama lagi ke tidak ya Oh dalam ini searah tengok Allah bertanya dalam ini tengok keindahan bahasa Wamatil kabiaminika Wahai jika tidak ada tilkah pun Sudah betul itu Katalah Mabiaminik Mabiaminik ya Musa Ya Musa, Mabiaminik Musa, apa yang ada di tanganmu itu Kan sudah Betul kan Kenapa masih ada tilkah Satu. Keduanya, antara Allah dan Musa saat itu sangat hampir.
Karena Musa, Allah subhanahu wa ta'ala berkata, tanpa perantaraan. Kallamallahu Musa taklimah. Maka Musa dengan Allah subhanahu wa ta'ala amat-amat-amat hampir.
Walaupun kehampirannya tidak boleh diukur dengan jarak. Kan? Bila hampir, qaidah Al-Quran, seperti mana ketika Allah bercakap dengan Nabi Adam, ketika Adam masih hampir dengan Allah di surga, Allah kata, la takroba hadihi sajarah jangan dekat dengan pokok ini, ini, ini bila Allah gunakan pokok ini, maknanya antara mutakarim dan mukhotab sangat dekat ketika Adam melanggar, selepas Adam melanggar, larangan Allah Allah kata, alam akulakuma, alam akulakuma alam anhakuma antil kumashajarah Woi Adam, bukankah aku telah beritahu kamu berdua Antil kumas sajarah Dari pokok itu Allah kata dari pokok itu Maknanya Makom Adam sudah Tidak Ini lagi pelik Musa sangat hampir dengan Allah Kenapa Allah tidak kata Ma Hadihi biaminika Kenapa mesti tilkah bagi isim?
Isyarah yang jauh. Saya yakin, kita mungkin belum sampai ke sana kita berpikir selama ini. Wah disitu rahasia dia, itu yang rahasia inasnya disitu Artinya ada Fungsi tongkat yang Musa langsung tak terfikir Karena itu jauh daripada Bukan sekedar Tidak difahami, memang Tak terlintah Yang tak terlintah itulah Allah kata tilka Jadi jika Allah tanya matilka Yang ditanyakan oleh Allah bukan yang dijawab oleh Musa tadi Kalau yang dia oleh Musa, ya Allah ini tungkat untuk pukul uloh. Untuk pukul, itu bukan tilkah. Yang tilkah itu yang...
Nah ini yang Musa langsung tidak terpikir. Mesti ada apa-apanya yang Musa tidak terfikir, terlintas tentang tongkatnya. Itu pertanyaan ada tilkah. Saat tadi, jika tidak ada tilkah pun, ayat itu sudah betul.
Kalau ia pun nak bubuh isim isyaroh, hadihilah kan Musa sedang dekat dengan Allah. Jadi tilkah disitu bukan menunjukkan jauhnya makam Musa daripada Allah Tapi menurutkan ada sesuatu dalam tungkat yang tak terlintas langsung dalam fikiran Musa Sedangkan itu yang paling mengembirakannya Kalau jemaah punya tungkat, kata Allah, terbuat daripada emas Dan boleh dijual dengan harga yang mahal Itu pun mana tongkat itu dah Benilai kan Lebih benilai Mana yang lebih benilai Nilai harganya yang sekian juta ringgit Atau tongkat itu boleh membelah lautan Mana yang jamaah boleh pilih? Tongkat terbuat dari emas harganya berjuta ringgit Nilai yang mahal itu Atau fungsinya yang boleh membelah lautan, membelah bukit Bukan membelah bukit bukan? Sehingga nilai yang berjuta itu menjadi tidak ada artinya Nah yang boleh membelah lautan itulah yang ditanyakan oleh Tilka Yang Musa tidak pernah terlintas Itu namanya jauh itu Tilka, Tilka Jadi cara Allah menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang wow, fantastik sungguh sangat-sangat di luar, di luar, apa namanya sebab itu, kalau Quran karangan Nabi Muhammad, bagaimana Nabi Muhammad boleh bercakap dengan gaya bahasa yang berbeza Sebab antara gaya bahasa Al-Quran dan hadis Nabi Tidak sama Sebab itu Musa bingung Ketika juru campak Ya sih, mana aku campak Sebab tak ter Gita Ya, tapi karena Allah dah tanya seperti itu Lagi pula Allah dah filanti dari Nabi Lagi pula tidak ada Tuhan lain melainkan dia Ya yakinlah bahwa Allah tidak akan menganyai Tidak ada perintah Allah yang akan menjunuskan hamanya Tidak ada larangan yang daripada Allah yang akan mencelakakan hamanya Karena keyakinan itu Musa pun campak Ayat 20 Setelah dicampak tiba-tiba tungkat jadi Kan tak berlintah Langsung tak terpikir Bila anda nampak ulas Sebagai manusia biasa, larilah Eh, perintahnya datang lain pula Khudha Ayat 21 Tangkap lah mustah, itu ulas Tangkap Latakhof, jangan takut Tangkap aja Kalau aku lari, mungkin selamat Mungkin Tapi kalau aku tangkap Nampaknya kena daripada lari mungkin selamat tapi menerhaka pada Allah elok aku tangkap walaupun aku yakin aku kalah tapi kan tidak menerhaka pada Allah inilah yang yang diyakini oleh Musa setelah ditangkap semula itu akan oleh Allah dikembalikan jadi Bentuknya ayat yang asal Jadi tongkat balik Barulah, Masya Allah, ini rupanya Ia gembira lah Apa yang ia khawatirkan Tidak berlaku Kan takut kehilangan senjata.
Kan buang tongkat, mana buang kehilangan senjata. Nyawa tinggal separuh. Tongkat itu nyawa kedua. Takut dimakan di ular bila tangkap.
Eh, tak berlaku. Oh, rupa-rupanya, andean-andean yang tidak baik bila menunaikan perintah Allah itu hanya andean saja. Itu semisikan hawa nafsu. Keburukan yang diandaikan oleh kita akan menimpa kita bila patuh kepada perintah Allah itu hanya bisikan setan. Iya, sebenarnya tidak ada jika orang itu buat saja dahulu.
Tapi sebelum buat masih berandai-andai, tapi kalau buat nanti tak iya, sambil hanya tapi, tapi, tapi. Buat dahulu baru tahu apa kebaikan di sebaliknya. Tak perlu berteori berpanjang-panjang, tak perlu diseminarkan, didiskusikan.
Buat saja Ini ulau nih, ulau nih Allah suruh tangkap Kejap ya lah, kami nak Musawarat dahulu Pindahkan apa yang patut kami buat Tangkap ulau kan Atau kita lari Ya kena suara ramai, suara ramai Masya Allah Malaikat Allah kata Lambat, aku suruh sekarang Kejap, kejap, kejap, mana boleh, mana boleh Kena bincang dahulu Bila udah buat saja, nantikan baru tahu hikmah di sebelahnya Lah, rupa-rupanya keburukan itu hanya kekhawatiran kita Ia tidak akan berlaku dan kita tahu selepas kita melakukannya SUNGUH Perintah dalam Allah seperti itu Itu inas yang pertama Ini yang kedua tangannya boleh menjadi Apa? Keluarkan cahaya Itu namanya inas Jadi Allah memberi tahu kepada Musa Sesuatu yang Menggembirakannya Tetapi sesuatu yang menggembirakannya Ini tak pernah di Fikir langsung Tak pernah terlintas langsung Oleh muhatab Dan cara Allah menyampaikannya dengan istighfah Bu Isa sangat menarik, ayat ini paling menarik sekali Daripada sekian banyak ayat, yang lain menarik tapi ini paling menarik Kalau kita fahami setiap kalimat dalam cerita Musa ini Luar biasa, sangat-sangat luar biasa Maklumat yang terkandung dalamnya Tapi kalau tidak ya, ya kita hanya dapat mulat, Musa dapat tungkat, Tuhan jadi ular tau Bukan ketuk-ketuk jadi ular Walhal pengajaran di sebalik pemilihan kosa kata, susunan, uslub, wow, fantastik Hai dan yang terakhir karena hanya ada 26 setakat yang saya tahu Hai jamah mungkin tanya pada guru yang belajar bahasa Arab khas sampai bahasa Arab mungkin jadi 37 mana tahu saya tahu 26 saja faedah maani dalam Quran at-ta'zim Ta'zim itu maknanya mengagungkan Mengagungkan Artinya apa? Si Mutakalim memberitahu pada Mukhotob Bahwa dirinya itu maha agung Yang lain maha kerdil dan kecil Itu tujuannya Jadi ini bukan sombong Bukan sombong Jadi, mutakalim yang berkata, yang bercakap, memberitahu pada mukhotob bahwa dirinya itu maha agung. Cara memberitahunya dengan bertanya, mengagungkan ta'zim itu.
Ya, ini dalam ayat kursi Al-Baqarah 255. Allahulah. La ilaha illa wal hayyul qayyum, la takhudhu sinatun wala naum. Lahuk. Ma fissamawati wa ma filat man lalladhi yasfa'u indahu illa bi'idnih itu pertanyaan loh man lalladhi yasfa'u indahu illa bi'idnih siapalah yang boleh memberi syafa'at di sisinya yang mandeh-mandeh Berani nak menolong orang lain di hadapan Allah tanpa izinnya Bermakna yang berfirman ini maha agung Karena tak ada siapa pun yang boleh menolong memberi pertolongan tanpa izinnya Tidak ada sesiapa yang dibenarkan masuk ke ruangan ini kecuali dengan perkenan beta So, maknanya beta itu mesti agung lah Siapapun orangnya Siapapun daripada kamu tidak boleh menyentuh makanan ini Melainkan selepas peta perkenankan Yang berucap itu mesti orang hebat Siapa yang berani Itu namanya ta'zim Man thal-lazi yasfa'un dahu ila bil-li Jadi, bukan sekadar Allah nak beritahu bahwasannya tidak ada siapa yang boleh bagi syafaat Dia ada barangkali kecuali dengan izinnya Tapi Allah memberi tajuh pada kita Akan keagungan zatnya Surah Al-Ahzab 17 contohnya Lagi satu surah Al-Ahzab 17 Surah 33 Ayat yang ke-17 Ketika Allah cerita tentang orang yang takut mati Orang yang takut mati.
Kemudian dia melarikan diri daripada kematian. Disuruh perang, dia tak nak perang. Sebab mereka-mereka kalau perang pasti mati.
Dan jika tak ikut perang, umur panjang. Kalau tak pergi perang, umur panjang. Kalau perang, umur aja pendek.
Jadi kepada orang-orang seperti ini, Allah ingatkan dalam ayat 16. Bahwasannya melarikan diri, kematian itu sia-sia. Kemudian ayat 17 Kul katakanlah Man laladhi ya'asimukum minallah Siapakah yang dapat melindungi kamu dari ya'ni siksa Allah In aradabikum su'an Jika Allah menghendaki dan menimpa keburukan atas kamu Coba siapa Siapa yang boleh melindungi dirimu daripada siksa Allah jika Allah menghendaki keburukan atas kamu A'u ar-radabikum rahmah siapa yang boleh menghalang dirimu Daripada Allah, jika Allah menghendaki, nak bagi kamu rahmat. Bukankah menurutkan bahwa Allah itu maha agung.
Karena tidak ada sesiapa yang boleh menghalang kehendaknya, ima ketika ia menghendaki su' wa ima dia menghendaki rahmat. Man laladhi, man laladhi. Uslub istifak ini bimanan ta'zi.
Itu biasanya orang-orang alim membaca istifham yang untuk tazim ini, dia akan kata Allah Akbar. Man dhaladhi ya'asimukum minallahi in'ara dabikum su'ad. Allah Akbar. Sebab dia dapat merasakan, Allah sedang memberi tahu keagungan zatnya.
Takkan kita. kita bila Allah memberitahu tentang keagungan zatnya makhluknya Allah menyedarkan kita memberitahu kita yang kita ini lemah Hai lemah tidak berdaya tidak bermaya kecil kerdil yang Gerak pun dia yang menggerakkan Ya ucapan yang paling sesuai Paling tidak Allahu Akbar Allahu Akbar Lahaulalahu ta'ala billah Itu Yang terakhir Daripada yang pertama Semuanya Dalam Al-Quran Istifham dalam Al-Quran Mempunyai 26 makna Selain daripada makna yang asal Selain daripada makna yang asal Sebab makna yang asal kita tahu istifham yakni Pertanyaan kan Talabul istifham lah, talabul maklumat Talabul khobar Istibhamkan tolabu khobar Ma laisa indak Inginkan sesuatu Menginginkan Ingin tahu akan sesuatu yang kita tak tahu Tolabul fahmi Itu istibham Makna asal Dan Dengan huruf-huruf yang Dengan apa Huruf yang macam-macam itu yang itulah kita Pelajari dahulu Khuruful istibham Atau adatul istibham Yang ini untuk ini yang itu itu untuk itu Hamzah untuk apa yang serumum ada usaha terbagi menjadi tiga betul ada usaha yang juga untuk tasidik dan tasawur sekali ada disambil guna untuk tasidik saja ada guna untuk tasawur sahaja ada tiga aja terbagi menjadi secara umumnya lah tidak ada empat tidak ada lima hanya tiga Itu uslub istigham, selesailah sudah, Alhamdulillah. Selepas tiga siri, akhirnya selesai. Cukup istigham, cukup belajar tiga kali, sudah habis.
Tapi tentang kalam insya'i belum habis Kalam insya'i belum habis Sebab masih ada yang lain Wallahu'alam