Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Teman-teman sekalian Pernah gak sih kebayang ketika dulu masih ada Imperium Romawi dan Imperium Persia Waktu itu Imperium Romawi Terbentang kurang lebih 5 juta Kilometer persegi di sebelah barat Dan Imperium Persia terbentang Kurang lebih 7,4 juta Kilometer persegi di sebelah timur Nah pada saat itu ada Suatu peradaban baru yang muncul Di tengah-tengah raksasa-raksasa itu Namanya peradaban Islam Ternyata kurang dari 100 tahun Intro Islam bisa mengalahkan peradaban Persi yang sudah dibangun selama ribuan tahun dan peradaban Romawi yang sudah dibangun lima ratusan tahun. Pertanyaannya, apa yang menginspirasi mereka? Apa yang menjadi dorongan-dorongan mereka?
Dan sekarang kita lihat justru Islam terpuruk dan tidak seperti pada dahulu kalau kita lihat dalam sejarah. Inilah yang saya coba jawab dan teman-teman bisa baca di dalam buku saya, Beyond the Inspiration. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, puji dan syukur Senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT Yang telah memberikan kita kembali lagi waktu Untuk menjalani puasa Ramadan pada tahun ini Pada tahun 2021 Dan Allah memberikan kita tidak hanya kesempatan Tapi juga keimanan Yang membuat kesemuanya itu menjadi mungkin Kekuatan, kesempatan, dan juga keimanan Dan kita memohon kepada Allah SWT mudah-mudahan Allah senantiasa berkenan untuk mengampuni dosa-dosa kita Dan kita berkusnudon kepada Allah SWT bahwasannya ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadan ini Allah terima dan Allah jadikan sebagai pemberat menuju kepada surganya Allah SWT Alhamdulillah teman-teman sekalian salat dan salam juga semoga Senantiasa tercurah dan terlimpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW Manusia mulia yang senantiasa kita muliakan dengan meniru setiap perbuatan-perbuatannya Dan juga melaksanakan setiap perkataan-perkataannya Maka kerinduan kita kepada beliau SAW mudah-mudahan senantiasa bisa kita sampaikan dengan mengikuti sunnah-sunnah beliau yang telah ditunjukkannya kepada kita.
Dan ini adalah salah satu pembahasan kita tentang Rasulullah yang mengajari kita bagaimana cara pandang terhadap mati. Dan kita sudah bahas ini semenjak episode yang ke-41, 42, 43, dan sekarang ke-44. Masih dibahasan buku Beyond the Inspiration di bab yang terakhir atau bab yang ke-7.
Jadi teman-teman sekalian, Cara pandang ini sangat penting. Kenapa? Karena bagaimana cara kita melihat kepada kehidupan, begitulah cara kita akan menjalani kehidupan. Apabila kita melihat kehidupan seperti orang-orang yang tidak beriman, bahwa dunia ini adalah segala-galanya, mereka pikir bahwa ini adalah tempat di mana kita merasakan kenikmatan, tidak ada lagi kehidupan setelah ini, maka wajar kalau mereka sangat ngoyo pada kehidupan ini saja, tidak pada...
pemikiran setelah kehidupan ini. Tapi ketika seseorang muslim, dia itu berpikir bahwa dunia ini bukan akhir daripada segala-galanya, maka dia akan berpikir tidak hanya untuk memaksimalkan hidup di dunia, tapi memaksimalkan hidup di dunia itu untuk mencapai sesuatu di akhirat. Ibarat gini, ibarat kalau ada orang yang merasa bahwa dunia ini adalah segala-galanya, kenikmatan hidup ini cuma ada di dunia, Maka kalau dia sengsara di dunia, dia pikir yaudah lah, saya akan bunuh diri aja.
Kenapa? Karena bunuh diri adalah penyelesai masalah. Di dalam Islam nggak pernah bunuh diri itu menyelesaikan masalah. Kenapa? Karena justru bunuh diri itu adalah satu masalah yang baru.
Kenapa? Karena di waktu setelah dia nanti meninggal, dia nanti mati, ternyata masalahnya nggak selesai sampai di situ. Tapi justru dia akan diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang dilakukan pada diri dia. maka seorang muslim dia tidak hanya maksimal di dunia tapi dia juga maksimal maaf, dia tidak hanya maksimal di dunia tapi dia menjadikan kemaksimalan di dunia ini sebagai cara dia untuk bisa mendapatkan yang terbaik di akhirat kalau saya andaikan orang-orang muslim itu secara alamiah harusnya lebih semangat harusnya lebih perform, harusnya lebih maksimal dalam kehidupannya dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beriman kenapa?
karena orang-orang beriman tuh lebih panjang jarak tempuhnya, lebih jauh perjalanannya kalau lebih jauh perjalanannya tentu saja kita harus membekalkan diri lebih banyak kita harus punya bawaan lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang tidak begitu jauh Perjalanannya Dan hidup ini adalah sebuah perjalanan Dan kita sudah tahu kemarin kita sudah bahas Bahwa berapa lama kita hidup di dunia Ternyata gak lama Ternyata di dalam Al-Quran dikatakan Labisna yauman au ba'do yaumin Bahwasannya kami hanya berada di dunia Itu sehari atau setengah hari Kapan sehari dan setengah hari itu? Seperti waktu sore hari Seperti waktu pagi hari Atau seperti waktu siang hari Dan kita kemarin bahas Apabila kalau Manusia itu diandaikan, kalau di dalam Al-Quran, di dalam surat Al-Ma'arij itu disampaikan bahwa satu hari di situ, satu hari bagi malaikat sama seperti 50.000 tahun bagi manusia, maka satu hari di Yawmil Qiyamah itu Rasul katakan terbentang 50.000 tahun bagi kita, maka kehidupan kita di dunia yang sekarang mungkin 60-70 tahun itu mungkin ketika di bentangan Yawmil Mahsyar. Di bentangan Yawmil Qiyamah, itu hanya terasa kayak 2 menit 1 detik.
Jadi terasa sangat singkat sekali kita hidup di dunia ini. Maka kita sudah bahas bahwasannya ketika seseorang itu di dunianya, mungkin dia sulit dalam menaati Allah, mungkin dia sulit dalam melakukan kebaikan-kebaikan, sulit dalam mengumpulkan pahala, lelah dia di situ, dizolimi dia di situ, nggak ada masalah. Kenapa? Karena nanti dia akan mendapatkan bagian daripada apa yang dia usahakan. Kesulitannya, kelelahannya itu akan berakhir.
Sementara pahala yang Allah siapkan bagi dia itu tetap dan selama-lamanya. Jadi, Maksudnya adalah ketika kita berbuat sesuatu, kebaikan di depan itu akan menghasilkan kebaikan di belakang. dan kebaikan di belakang itu di akhir itu lebih bagus daripada kebaikan di depan sebaliknya kalau ada orang-orang bermaksiat kepada Allah dia mungkin akan merasakan kenikmatan dalam maksiatnya dia mungkin akan merasakan kesenangan dalam maksiatnya tapi kesenangan itu segera akan usai dan ketika dia kembali kepada Allah dia sudah tetap siksaan-siksaan ataupun kesengsaraan bagi dia.
Na'udzubillahiminzalik. Jangan sampai kita itu merasa bahwa kita itu mau untuk mengganti kenikmatan yang besar dengan kenikmatan yang sangat sedikit. Membeli kesengsaraan yang besar dengan kenikmatan yang sedikit.
Jangan sampai kita mau seperti itu. Yang sebaliknya harus kita lakukan adalah kita membeli kenikmatan yang besar dengan kesengsaraan yang sedikit di dunia. Jadi kita tuh harus senantiasa menasihati diri kita sendiri.
Andai kita susah dalam menjalani ketaatan kepada Allah di dunia, maka kita nasihatin sebentar aja kok. Cuma 2 menit 1 detik aja. Kalau seandainya kita sulit dalam kerudungan, yaudah gak apa-apa. 2 menit 1 detik aja.
Panas ketika memakai penutup power out, udah gak apa-apa. 2 menit 1 detik aja kok. Kalau kita sulit ketika kita masih harus mempertahankan keadaan single, tidak pacaran misalnya, tidak... tidak ikut-ikutan maksiat, diomongin homo luh, diomongin, wah kamu nggak normal, masa kamu nggak punya pacar, kamu nggak laku, nggak apa-apa. Itu semua cuma 2 menit 1 detik aja.
Tapi seterusnya, ketika kita bisa menahan itu semua di dunia, tidak melakukan kecuali ketaatan kepada Allah, maka mudah-mudahan Allah akan mengganjar kita dengan hal yang lebih baik setelah 2 menit 1 detik ini. Karena itulah, orang-orang yang bermaksiat kepada Allah, mereka nyesel. Semua dikatakan oleh Allah, mereka nyesel.
Mereka mengatakan, andai saya bisa balik ke dunia. Mereka mengatakan, andai saya cuma tanah aja. Mereka mengatakan, coba dulu kami. Coba dulu kami. Tapi orang-orang yang beriman, mereka sebaliknya.
Mereka mengatakan apa? Ini yang dijanjikan oleh Tuhan saya. Ini yang diomongkan sama Tuhan saya.
Ini yang saya nanti-nantikan ketika Tuhan saya memenuhi janjinya kepada saya. Itu adalah... Perkataan-perkataan di dalam Al-Quran Nah ini semua dibungkus dalam keadaan apa? Dalam keadaan bahwa kita meyakini bahwa kematian adalah sesuatu hal yang pasti Allah SWT menyampaikan Kullu nafsin za ikotul maud Bahwasannya setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati Kalau translate atau arti secara letterlaks Kullu nafsin za ikotul maud Artinya adalah kullu setiap nafsin yang bernafas Jadi kulun nafsin za ikotul maut, pasti mereka akan merasakan kematian. Bahwasannya orang itu akan merasakan adanya kematian, itu sudah pasti.
Kulun nafsin za ikotul maut. Maka ketika saya pernah ditanya, apa ciri-ciri orang yang bakal mati? Karena katanya ada ciri-ciri ya, beberapa hari sebelumnya, kayaknya ciri-cirinya begini dan segala macemnya.
Mungkin iya, tapi ciri-ciri yang paling jelas bahwa manusia itu akan mati sebentar lagi adalah kalau dia bernafas. Jadi ketika dia bernafas, ya dia pasti akan mati. Itu tidak bisa kita elakkan. Mau apapun yang kita lakukan, setiap manusia itu sejatinya sedang melangkah sedikit demi sedikit menuju kematiannya.
Maka ketika ada orang yang ulang tahun, atau ada orang yang misalnya milat misalnya, itu dia harus sedih. Kenapa dia harus sedih? Karena dia selangkah lagi menuju kepada kematian.
Dia setahun lagi lebih dekat kepada kematian. Ini adalah cara Islam memandang. Gitu, artinya setiap hari berlalu itu semakin dekat ya dengan yang namanya kematian Kulunafsin za'ikotul maud Fa'idha ja'ajaluhum Dan ketika sudah datang ajal itu kata Allah Fa'layastakhiruna sa'ata wa layastakdimun Layastakhiruna sa'ata wa layastakdimun Maka dia tidak akan dapat memundurkannya barang sesaat Dan dia tidak pula dapat memajukannya barang sesaat Ajal itu ada dan ajal itu datang sesuai dengan catatan Allah SWT. Makanya dalam satu riwayat itu disampaikan kepada kita. Bahwasannya ajal sama rizki itu adalah dua makhluk yang Allah ciptakan.
Yang kalau sudah ngejar manusia nggak bakal bisa lepas. Jadi manusia itu senantiasa akan dikejar oleh dua makhluk. Yang kalau dia sudah ngejar nggak akan bakal lepas. Yang pertama adalah.
rezeki, yang kedua adalah ajal, dan Allah memerintahkan kepada ajal untuk nunggu di belakang rezeki jadi rezeki dulu masuk, dia ngejar manusia, dia nuntasin bahwa, dia nuntasin haknya terhadap manusia, setelah rezekinya habis, baru ajalnya masuk, maka Rasulullah itu pernah menyampaikan kepada kita, manusia itu seolah-olah dikepung oleh 99 macam kematian Ketika seluruh macam kematian itu tidak mengenainya, 99 itu tidak mengenainya, maka ada satu yang tidak mungkin luput, yaitu adalah usia tua. Maka saya sudah sampaikan pada teman-teman sekalian, kita lihat aja, orang-orang tua itu setiap hari semakin muncul tanda-tanda kematian. Mulai dari kulitnya yang berkeriput, tulangnya yang kemudian tidak berfungsi lagi, lalu kemudian keadaan skillnya balik lagi semula. Dia mulai kehilangan ingatan, dia mulai nggak bisa makan, dia mulai kehilangan giginya, dan seterusnya.
Setiap hari itu muncul tanda-tanda kematian. Ini adalah sesuatu yang pasti. Maka pengingat manusia yang paling jelas adalah bahwa dia pasti akan mati.
Orang-orang berkata, semua itu tidak ada yang pasti kecuali satu, manusia pasti mati. Mau kemanapun dia, mau apapun yang dia lakukan, mau dia perawatan kayak apa aja, tapi mati pasti akan mengenainya sehari ini atau besok, lusa atau pekan depan, bulan ini atau tahun depan itu semua akan terjadi menghampiri manusia karena itulah Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita deketnya kematian ini dan kita itu kayak memandang itu masih jauh makanya orang-orang kita itu ya kadang-kadang suka menghindari membahas tentang mati Mereka merasa kalau menghindari membahas tentang mati, itu seolah-olah akan membuat mereka hidup lebih lama. Enggak juga.
Karena kenapa? Karena mati itu ya ajal, dan ajal itu sudah Allah tetapkan. Nah, kalau kita membahas tentang kematian ini, ya kita nggak perlu merasa bahwa ini adalah sesuatu yang tabu. Kadang-kadang lucu ya.
Saya pernah foto sama teman-teman saya, lalu dia bilang, Ustaz, ustaz, jangan di tengah. Kenapa? Nanti yang di tengah itu mati.
Jangan foto bertiga, nanti yang di tengah mati. Saya bilang, ya yang foto di tengah itu pasti mati. Yang foto di tengah pasti mati Yang foto di pinggir juga pasti mati Yang motoin aja pasti mati kok Yang gak foto juga pasti mati Lah kenapa?
Kulunafsin zaikotul maut Setiap manusia itu akan merasakan mati Dan kita itu masalahnya bukan matinya Jadi gini ya teman-teman sekalian Anda itu mesti khawatir terhadap sesuatu yang belum pasti Jangan khawatir terhadap sesuatu yang sudah pasti Contoh Matahari itu yang terbitnya dari sebelah timur Itu udah pasti, jadi jangan khawatir. Di Indonesia itu kalau sudah habis maghrib, di tempat lain juga, ya pasti gelap. Itu nggak usah khawatir.
Ngapain kita mengkhawatirkan dengan sesuatu yang sudah pasti? Yang kita harus khawatirkan itu adalah sesuatu yang belum pasti. Contoh, rezeki Allah itu sudah pasti.
Selama dia masih ada, kita masih hidup. Yang belum pasti apa? Yang belum pasti itu amal-amal kita, itu belum pasti. Maka yang harus dikhawatirkan amal-amal kita, bukan sesuatu yang sudah pasti. Pertanyaannya, mati pasti nggak?
Pasti. Lalu ngapain takut? Yang kita takutkan itu bukan matinya, Ustadz. Tapi bagaimana cara matinya?
Nah, itu betul. Nah, mati itu pasti. Cara matinya... Belum pasti, nah itu yang harus ditakutkan Matinya dalam keadaan husnul khotimahkah Matinya dalam keadaan tidak husnul khotimahkah Itu yang kita harus takut Tapi kalau matinya sendiri, ya ngapain ditakutkan?
Kalau matinya kita takutkan, kita salah Kenapa? Jangan pernah menakutkan sesuatu yang sudah pasti Yang kita bahas itu adalah yang belum pasti Nah, makanya Rasulullah SAW senantiasa mengingatkan Tentang kematian ini Misal, Rasulullah menyampaikan kepada kita Tentang penyakit-penyakit manusia Dan penyakit diantara yang paling parah adalah Penyakit namanya panjang angan-angan Rasul katakan begini Jadi gini, Rasul menggambarkan di sebuah tanah Jadi suatu waktu Rasul itu ngambil kayu Lalu menggambarkan di pasir Ketika itu Rasul gambarnya begini Rasul gambarkan satu garis, alif gitu Jadi Rasul katakan ini adalah manusia Jadi ini adalah manusia, gambar kayak alif gitu Lalu kemudian Rasul mengelilingi alif tadi itu dengan kota dan ini adalah kematian yang mengelilingi dia dan ini adalah ajal yang mengelilingi dia jadi kalau tadi ada alif yang Rasul gambarkan kemudian Rasul gambarkan kota mengelilingi alif tadi lalu kemudian Rasul katakan ini adalah manusia dan ini adalah kematian yang mengelilingi manusia lalu Rasul katakan tapi sebelum dia mencapai ajal yang pasti akan datang itu maka dia bisa jadi akan kena ajal yang lain di garis-garisin tuh tengah-tengah kota itu Jadi ini adalah manusia dan ajalnya dan dia dikelilingi oleh kematian. Kemana pun dia, dia pasti akan kena yang namanya mati.
Tapi sebelum ajal tua bisa jadi itu, namanya ajal tua, kota itu, sudah pasti ada umurnya, maka manusia bisa jadi akan kena dengan beberapa ajal-ajal yang lain yang mendahului ajal tua itu. Ketabrak mobil, lalu kemudian kena COVID kayak sekarang, lalu kemudian kena penyakit, bisa jadi karena ada kriminal, bisa jadi karena... Ya apapun itu, mudah banget kok bagi Allah untuk mengantarkan kematian.
Lagi sholat dan seterusnya. Nah, ketika itu terjadi kata Rasulullah, ini manusia, alif. Lalu kemudian, ini kan adalah kematian yang mengelilingi dia, kota. Lalu ini adalah ajal yang bisa jadi kena dia kapan-kapan saja.
Lalu Rasul gambarkan di atas kota ajal itu. Dan ini adalah angan-angan manusia. Jadi angan-angan manusia itu melebihi daripada ajalnya manusia. Apa itu angan-angan manusia?
Merasa dia masih banyak waktu. Waktu padahal dia sudah nggak punya waktu sama sekali. Apa angan-angan manusia? Adhan berkumandang, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Lalu kemudian dia bilang, ah nanti aja masih lama kok. Ah nanti aja masih ada waktu kok. Angan-angan tuh seperti apa? Persis ketika kita melihat bulan Ramadan. Sadar nggak sih?
Di awal-awal Ramadan kita merasa, ah waktu masih banyak. Di pertengahannya kita mikir, ya masih ada waktu kok. Tapi di akhirnya kita baru merasa, ternyata kita sudah mau ditinggalkan Ramadan.
Sadar nggak sih, hampir setiap tahun kita mikir kayak gitu? Setiap penghujung Ramadan kita berpikir, andaikan Ramadan bisa diulang lagi. Kita nggak tahu ke depan masih dapat atau tidak. Kita nggak tahu ke depan itu kita masih merasakan Ramadan atau tidak.
Dan kita nyesel di ujungnya, kita sudah sampai di terakhir. tapi kita gak maksimal sama sekali. Bukankah begitu? Dan coba lihat berapa banyak di antara kita yang kemarin masih kita lihat mereka untuk sholat id bareng-bareng kita tapi tahun ini gak bisa id bareng kita lagi.
Atau bahkan kita juga gak bisa tahu apakah kita masih bisa id atau tidak. Panjang angan-angan. Panjang angan yang merasa bahwa saya akan bisa begini, saya akan bisa begitu, dan ini yang membuat kita gak pernah konsentrasi.
pas sholat. Kenapa kita nggak pernah konsentrasi pas sholat? Kita merasa setelah sholat itu masih ada lagi kehidupan.
Kita merasa setelah sholat itu kita masih bisa ngerjain tugas. Kita merasa abis sholat itu kita masih bisa untuk hidup dan melakukan aktivitas-aktivitas yang lain. Maka kita nggak pernah konsentrasi sama sholat kita. Kenapa?
Seolah-olah sholat itu yang terakhir. Padahal kuncinya justru ada di situ. Apa yang Allah sampaikan misalnya? Sesungguhnya sholat itu adalah perkara yang sangat berat.
إِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاسِئِينَ Kecuali kepada orang-orang yang khusyuk. Bagaimana bisa khusyuk kepada Allah? أَلَّذِينَ يَذُنُّنَا أَنَّهُمْ مُلَكُ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَجِعٌ Siapa yang bisa khusyuk?
Adalah mereka yang yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan saya dan kepada saya mereka akan dikembalikan setelah mereka mati. Orang baru akan khusyuk kalau dia tahu itu adalah sholat dia yang terakhir. 2009 saya pernah dapat gambar Mujahid yang lagi sholat untuk terakhir kalinya Jadi mereka tuh sholat untuk terakhir kalinya Yang mereka yakin banget itu adalah sholat untuk yang terakhir kalinya Karena mereka harus berjihad Dan jihad tuh kayak gak make sense Jadi mereka cuma bersenjatakan yang sangat sederhana Sementara mereka menghadapi Israel dengan kekuatan yang sangat luar biasa Secara hitungan di atas kertas Maka mereka pasti kalah Mereka pasti terbunuh Maka mereka sholat untuk yang terakhir kalinya Allahu Akbar Coba anda bayangkan, ada satu sahabat Rasulullah yang juga mengalami kondisi Seperti itu. Jadi sebelum dia ingin dieksekusi, dia dikatakan sama dia, kamu mau minta apa sebelum kamu mati?
Maka kemudian sahabatnya bilang, persilahkan saya sholat dua rokaat. Maka dia sholat itu lumayan lama. Ketika dia selesai sholat itu, dia bilang sama orang yang mau eksekusi dia, kalau andaikan saya itu tidak khawatir, kalau anda ngira saya sholat lama-lama, karena saya takut mati, saya akan sholat lebih lama lagi. Tapi karena saya tidak mau kamu...
Ngira saya takut mati, maka saya selesaiin sholat saya. Bayangkan kalau ini adalah sholat teman-teman yang terakhir. Setelah setelah selesai sholat itu, teman-teman tidak akan pernah sholat lagi, maka apa yang teman-teman akan lakukan dalam sholat itu? Seperti apa teman-teman akan mengucapkan, Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Ar-Rahmanir Rahim, Maliki Yawmiddin, Iyaka Na'buduwa, Iyaka Nastain, dan seterusnya.
Lalu seperti apa teman-teman akan sujud? Seperti apa teman-teman akan ruku? Seperti apa teman-teman akan salam? Setelah salam seperti apa? Bisa jadi kemudian kita akan berdoa.
Bisa jadi kita akan kemudian zikir. Bisa jadi kita akan istighfar terus-menerus. Kenapa?
Karena kita yakin sebentar lagi kita bakal mati. Andaikan kita yakin bahwa itu adalah sholat yang terakhir, pasti kita menjalani dengan cara yang berbeda. Kenapa kita itu banyak nggak khusyuknya? Karena kita panjang angan-angan. Merasa setelah itu kita bakal masih hidup lagi.
Maka kata orang, panjang angan-angan itu temennya ada dua. Apa yang pertama? Hubut dunia.
Dia terlalu cinta dunia, maka dia panjang angan-angan. Dia merasa dia nggak bakal mati. Yang kedua adalah, dia itu merasa bahwa dia... Sorry, selain pertama dia hubut dunia, dia itu bodoh dalam kehidupan dia. Kebodohan hamba merasa bahwa hidup itu masih panjang.
Yang kedua, hubut dunia wakarohiatul maut. Dia cinta dunia dan dia benci sekali dengan yang namanya mati. Maka dia jadi panjang angan-angan, padahal belum tentu. Contoh misalnya, bagi hidup saya secara pribadi, saya nggak tahu hidup teman-teman sekalian, tapi saya yakin Allah pasti mengirimkan hidayah-hidayah pada teman-teman sekalian, sehingga teman-teman itu meyakini bahwa bisa jadi hidup saya itu singkat.
Saya secara pribadi, kejadian itu pada tahun 2011, Gozi baru lahir, nggak sampai 5 hari, saya ingat banget pada saat itu, Gozi itu lahir kalau nggak salah 28 Juli. Jadi 28 Juli atau 26, saya lupa, nanti coba cek lagi. 26 atau 28 Juli. Tapi yang jelas, pada saat itu, teman-teman sekalian, Ramadan pertama itu jatuh pada tanggal 1 Agustus. Pada tahun 2011. Dan saya ingat banget, Gozi baru lahir di rumah sakit, belum boleh pulang karena harus dirawat di rumah sakit, istri saya harus setiap hari nganterin asli ke situ, lalu kemudian pagi-pagi subuh-subuh pada tanggal 31 Juli itu, saya harus...
Pergi untuk ngisi kajian subuh di daerah Bintara Ngisi kajian subuh Saya bilang sama istri saya, D, Abi pergi ya Istri saya tuh masih agak ngantuk, capek Karena harus bolak-balik rumah sakit Dan barusan selesai melahirkan Dia bilang, dia bilang, iya Abi Pergi aja, bismillah mudah-mudahan gak ada masalah Di jalan itu teman-teman sekalian Pas mau kajian sholat subuh itu Mobil saya kebalik di jalan Jadi mobil saya dua kali koprol di jalan, di jalan tol, kemudian jatuh dalam keadaan ringsek habis dan nggak bisa diperbaiki lagi casisnya. Tapi alhamdulillah saya selamat. Tapi ada di situ kemudian yang saya rasakan apa?
Ya Allah, Allah masih ngasih saya injury time. Allah masih ngasih saya waktu tambahan. Dari situlah kemudian saya berpikir, bukan saya berpikir, dari situlah saya merasakan itulah Ramadan paling indah dalam hidup saya.
Kenapa? Karena saya benar-benar merasa dekat mati. Saya benar-benar merasa kalau andaikan ada yang salah, kepala saya bisa jadi hancur, bisa jadi kemudian kepala saya patah, bisa jadi kemudian saya kecelakaan dan kemudian nggak bisa lihat lagi. Dan waktu kecelakaan itu sendiri, apa yang saya pikirkan ketika koprol-koprol di jalan kayak gitu?
Waktu kan berjalan lambat. Saya selalu mikir begini, wah ini Gozi jadi anak yatim ini. Istri saya jadi janda ini.
Ini Ali lah nggak punya abi lagi nih. Ini kayaknya Koko juga nggak punya abi lagi. Kenapa? Ya tadi, karena kita merasa mati itu dekat. Tapi kalau kita merasa mati itu jauh, kita merasa bahwa ajal itu jauh, maka disitulah pintu kemaksiatan terbuka.
Ketika kita merasa setelah ini bisa taubat. Kita merasa setelah ini kita bisa melakukan perkara-perkara yang lain. Padahal berapa banyak di antara kita, kita melihat bahwa mati tidak ada hubungannya dengan sakit dan tidak ada hubungannya dengan tua. Kadang-kadang kita merasa kayak gitu kan ya, karena tadi virus panjang angan-angan tadi. Kita melihat, ah saya masih muda, kan mati kan kalau sudah tua.
Ah saya sehat, kan mati kan kalau sakit. Antum mau berapa kali diingetin ketika COVID ini ada orang sehat tiba-tiba dua hari kemudian hilang. Orang-orang pada bilang apa?
Nggak nyangka, kan gitu kan ya. Nggak nyangka itu kan nggak adalah kata-kata yang sering kita dengar ketika kita takziah kepada orang. Antum pernah takziah nggak sih? Ketika kita takziah pada orang, kata-kata paling apa yang kita sering dengar, kata-kata tadi, gue nggak nyangka loh, kemarin.
Barusan sepedaan bareng. Kemaren. Barusan kajian bareng. Berapa banyak kita dengar kayak gitu? Nggak nyangka.
Nggak nyangka. Ya Allah masih muda. Kasus kemarin ketika kapal selem. Siapa yang nyangka? Bahwa dalam menjalankan tugas tiba-tiba kemudian mereka mendapatkan ujian kayak gitu.
Yang kemudian harus mengirim mereka untuk lebih dulu berjumpa dengan Allah. Bagaimana keluarganya? Ketika keluarganya diwawancara. Apakah ada firasat-firasat ataupun apakah ada pikiran-pikiran. Dan.
Gak nyangka sama sekali. Makanya ketika saya keluar dari rumah itu, saya pastikan biasanya saya keluar dari rumah gak dalam keadaan ribut sama istri saya. Gak dalam keadaan marah sama istri saya.
Kenapa? Saya khawatir itu adalah hari yang terakhir saya ngeliat dia. Kenapa saya khawatir?
Karena kalau saya keluar dalam keadaan ribut dengan istri saya, dalam keadaan saya gak ridok dengan istri saya, maka bisa jadi saya yang gak pulang, atau ketika saya pulang, dia yang sudah gak ada. Kan sudah pasti. Saya bilang sama istri saya, kalau kita lagi ribut, di mana kalau ini adalah waktu yang terakhir, terakhir yang Allah kasih bagi kita. Kalau ini adalah waktu yang terakhir yang Allah kasih bagi kita, mau nggak sih kita tuh pisah dalam keadaan kamu nggak ridok dengan saya atau saya nggak ridok sama kamu?
Mau nggak ini adalah terakhir kali yang kita ingat? Kalau andai kan saya pergi dalam keadaan marah sama istri saya, maka ketika saya pergi, saya nggak balik lagi. Bagaimana? Bagaimana perasaan dia? Ketika itu adalah yang terakhir dia ingat daripada saya.
Wajah saya masem, kemudian saya bentak dia. Kemudian saya kemudian berbuat kasar kepada dia, dia juga lagi nggak mau ngomong sama saya, dan seterusnya, mau kayak gitu. Atau saya pulang, dia sudah nggak ada. Apa yang kemudian itu yang mau saya ingat dalam kehidupan saya?
Bahwa saya tidak sempat memaafkan dia, atau bahwa saya tidak sempat mengajari dia dengan cara yang baik. Nggak, saya nggak mau. Maka ketika saya pergi dari rumah, saya pastikan saya tidak marah sama istri saya. Saya nggak ribut sama istri saya. Saya bilang, D, jangan-jangan ini adalah yang terakhir.
Ketika saya pergi keluar kota, saya tahu bahwa apapun bisa terjadi Saya bilang sama istri saya, Dik kalau ini adalah yang terakhir, Abi minta maaf ya Kalau Abi ada salah, Dik kalau ini adalah perjumpaan yang terakhir Dik kalau ini adalah perjumpaan yang terakhir Lama-lama dia pintar, lalu kemudian dia bilang gini Ketika saya bilang, Dik kalau ini yang terakhir, apakah ini yang mau diingat dari kita? Apa yang mau diingat dari kita? Lalu kemudian istri saya bilang, ah Kemarin juga Abi bilang begitu Ternyata juga pulang baik-baik saja Tapi saya bilang, iya betul, tapi akan datang satu hari Ingat baik-baik, akan datang satu hari nanti Ketika saya pergi Lalu saya bilang, D, bisa jadi ini pertemuan yang terakhir Dan benar saya nggak akan balik-balik Percaya nggak?
Yakin nggak? Kan bukan kita sudah tahu bahwa mati itu pasti Akan datang satu masa Dimana seorang suami atau seorang istri Melihat suaminya atau melihat istrinya pergi Dan dia nggak akan pernah balik lagi Pertanyaannya adalah Kalau kita sudah tahu itu sudah pas Pasti apa yang mau kita lakukan selama masih ada. Bapak dan ibu kita itu.
Itu suatu saat nanti pasti mati. Pasti. Kalau kita nunda-nunda amal-amal baik kita, kita bakal nyesel. Kenapa?
Karena ada satu masa nanti ketika kita nggak sempat cium tangan dia lagi. Ketika kita nggak sempat untuk membahagiakan dia lagi. Maka bagi orang-orang yang masih punya ayah, saya bilang layani bapaknya.
Minimal untuk bisa membersamai bapaknya itu sudah bagus. Kenapa? Akan datang satu masa dimana kita nggak bisa ketemu dia lagi.
Itu sudah pasti. Hang on. Pasti hukumnya. Pasti jadinya. Kita pun juga sama dengan anak-anak.
Akan ada satu masa kita nggak bisa lihat mereka lagi. Akan ada satu masa mereka nggak bisa lagi untuk konsultasi ke kita. Selama masih ada waktunya, manfaatin dengan baik.
Ini yang kemudian energi yang diberikan oleh seseorang yang yakin dia bakal mati. Dia akan memaksimalkan setiap detik. yang Allah kasih pada dia seolah-olah ini adalah yang terakhir gimana kalau ini adalah sholat kita yang terakhir gimana kalau ini adalah life kita yang terakhir gimana kalau ini adalah ketemu teman kita yang terakhir gimana kalau ini adalah sedekah kita yang terakhir gimana ini kalau ini adalah Ramadan kita yang terakhir Antum mungkin ngeramehin, enggak bisa jadi ada Ramadan ke depan mau berapa banyak lagi kasus sehingga Antum tahu mau berapa banyak lagi pelajaran yang Allah berikan sehingga Antum paham bahwa Ramadan itu bisa jadi ini yang terakhir. Orang tua-orang tua mungkin yang lebih paham. Kenapa?
Mereka punya list tuh. Anto merhatiin gak sih orang tua-orang tua tuh? Mereka punya list nama teman-teman mereka.
Dan setiap list itu, saya punya teman orang tua, dia punya list. Jadi list teman-teman dia yang masih ada, masih hidup, dan itu udah dicoretin satu per satu tuh listnya. Coretin satu per satu.
Kenapa? Ini udah meninggal, ini udah meninggal, ini udah meninggal. Dan dia udah tau pasti sedikit atau banyak, sedikit atau banyak.
cepat atau lambat dia akan dicoret di list itu kulun nafsin zaikotul maut maka cukuplah mati sebagai pengingat bagi hamba-hamba yang beriman kepada Allah SWT InsyaAllah kita lanjutin besok teman-teman sekalian semoga mati ini menjadi pengingat bagi kita dan kita juga gak tau bisa jadi ini live saya yang terakhir bisa jadi kemudian ini adalah ngisi kita yang terakhir berapa banyak orang-orang yang kaget ketika Sheikh Ali Jabir kemudian kemarin wafat berapa banyak yang kaget ketika ulama-ulama kita banyak meninggalkan kita itulah maksud saya bahwa kita nggak tahu kapan kita mati mati itu pasti dan itu nggak usah dikhawatirkan yang perlu kita khawatirkan apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi kematian itu amal-amal terbaik apa yang kita bisa persembahkan pada bapak kita, pada ibu kita, pada istri kita, pada suami kita, pada anak-anak kita, pada dakwah kita hingga ketika nanti kita menghadap kepada Allah, kita menghadap dengan sebaik-baiknya Insyaallah kita akan lanjutkan pembahasan kita mudah-mudahan bermanfaat Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh