Baik bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudara sekalian. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, wassalatu wassalamu ala rasulullah, wa ala ahlihi wa ashabihi wa man wala. Malam ini...
Saya akan berbicara atau melanjutkan pembicaraan kita yang lalu tentang sholat. Kita akan bicara tentang sholat. Saya tidak ingin bicara soal apa itu rukun, sholat, saya kira kita semua sudah hafal itu. Kapan wajib itu sholat, apa syaratnya sholat, harus Islam, harus akil, harus balik, harus bersih dari ini.
Jadi kita masih perlu belajar banyak tentang sholat ini. Salah satu yang sering dipertanyakan orang tentang sholat adalah khusyuk dalam sholat. Itu yang paling sering. Kita dulu di pusat studi Al-Qur'an, saya masih ingat, Pak Adi Ibrahim.
Ada satu teman dari Kanada, Mark. Mark ini orang dari Kanada, istrinya orang Indonesia, dia masuk Islam. Dia kita ada kerjasama dengan dia pakar dalam bidang psikologi tapi muslim yang baik.
Dia kita ajak bekerjasama, dia punya bidang menyangkut mind management. Bagaimana Anda memanage pikiran Anda supaya bisa fokus. Waktu apa namanya, waktu sholat kita sholat. Dia sholat juga.
Ada satu teman berkomentar. Memang sholatnya dia lain dengan sholat kita. Dia berusaha betul fokus.
Dia berusaha. Kita kan sholat. Masih bagus kalau ada tumak nina. Ada kan yang tidak ada tumak ninanya. Ruku gini terus.
Itu tidak sah. Tumak nina itu sedemikian rupa sehingga anggota badan kembali. kepada posisinya yang semula. Menyangkut husuk begitu juga persis. Ada orang yang menuntut husuk yang menjadikan seseorang itu lupa diri.
Tidak tahu lagi apa yang di sebelah kiri dan kanannya. Itu kalau bisa begitu bagus, tapi tidak semua orang bisa begitu. Kalau sekali bisa begitu, dua kali bisa begitu, Nabi pun tidak selalu begitu. Saya dulu pernah memberi contoh sebentar saya akan kemukakan bagaimana pendapat seorang ulama.
Kita bisa setuju dengan pendapatnya, bisa tidak. Tapi yang saya beri contoh begini. Allah mengundang Anda untuk salat.
Ayo, kemari minta sama saya. Mau apa? Kita dikasih kesempatan 50 kali.
Dulu capek Tuhan 50 kali. Akhirnya 5 kali aja kan. Oke, baguslah.
Minta. Syaratnya ada. Lakukan syarat itu.
Nah, sekarang yang diundang, yang diminta untuk datang ini Sikapnya bermacam-macam. Saya ingin mengambil yang mudah deh dulu kita. Saya tidak mau sebut dulu pendapatnya Ibnul Qayyim yang saya anggap mungkin untuk masa kita sekarang ini agak repot. Allah berkata, ayo mari sholat.
Ada orang, apa sholat? Tidak perlu. Ada yang begitu.
Ada orang berkata begini, tidak enak ya diundang tidak datang. Dia datang, tapi dia tidak mengerti. Yang penting dia lihat, ini orang berdiri, ini orang duduk, dia ikut. Padahal dia tidak mengerti, dia hanya datang karena segen diundang.
Yang ketiga, ada datang, oh iya ini perlu saya datang ini. Dia datang dengan hati yang tulus untuk datang, tetapi waktu dia datang itu pikirannya macam-macam. Bisa begitu. Imam Abu Hanifah pernah kasih nasihat satu orang.
Dia kehilangan barang. Oh kamu kehilangan barang? Pergi sholat.
Bagaimana? Nanti setan datang sama kamu beritahu kamu itu orang. Jadi seperti orang masuk ke pameran lukisan diundang, dia datang, dia ngerti sedikit ini begini, baru dia ngobrol sama orang ini begini, ini begini. Dia bertanya, bagus sih.
Ada yang waktu diundang, wah saya dapat kehormatan nih diundang. Dia datang, dia ini pokoknya berusaha sebaik mungkin. Yang terakhir, yang tertinggi ini begini. Ya Allah, kehormatan saya dapat kamu undang saya.
Ya Allah, kamu minta saya bermohon kepadamu, saya ingin bermohon kepadamu. Banyak sekali yang saya minta, banyak keperluan saya. Waktu dia sujud, dia menganggap dirinya saya sekarang paling dekat sama Tuhan. Lama dia sujud. Kalau kita ibaratkan dengan lukisan tadi, dia sudah tenggelam dalam lukisan itu.
Ada yang tepuk dia dan tidak rasa lagi. Nah itu... Tingkat tertinggi dari khusyuk.
Nabi tidak selalu seperti itu. Buktinya ada anak menangis, dia masih dengar anak menangis, dia percepat sholatnya. Cucunya datang di punggungnya naik kuda.
Lama dia sujud. Waktu selesai sholat, Wahai Nabi kali ini sholat agak panjang nih. Kenapa? Dia iya saya punya cucu.
Cucu ini keluar orang punya cucu. Yang penting, hemat saya sekarang, Anda datang dan berusaha belajar. Jangan berkata, waduh saya tidak mau datang. Sholatlah, sama dengan yang tadi ini, saya segen saya dipanggil. Yang masuk di pameran, ya kita datang.
Berusaha belajar, oh ini kenapa begini, ini kenapa begitu. Untuk tahap pertama sudah cukup. Itu Buya Hamka ada beri contoh saya kira bagus.
Beliau berkata begini, orang yang berhubungan dengan Allah itu pada mulanya sulit. Beliau beri contoh seperti orang yang mencari stasiun radio. Dia harus gelombang, dia harus putar pelan-pelan. Terkadang suaranya kecil, ada storing. Kalau dia berhenti memutar, begitu terus.
Harus pelan-pelan sampai akhirnya itu tepat dan dia akan mendengar suara apa yang dia inginkan. Stasiun radio yang dia cari. Begitu katanya sholat. Yang penting usaha terus sampai Anda akan mendengar suara ini saya, kau mau apa. Itu contohnya Bia Hamka bagus sekali.
Kita lihat ulama dulu nih, bagaimana dia punya gambaran tentang bagaimana itu shalat. Ada tingkat-tingkatnya. Dia bilang yang pertama itu ada orang shalat, tetapi dia tidak menyempurnakan wudhuknya. Dia tidak menyempurnakan syarat-syarat shalat.
Ini shalat juga, tapi wudhuknya nggak benar, tidak sempurna. Kalau di dalam mazhab syafi'i itu kan... Air harus membasahi semuanya, sampai mata kaki.
Tapi oke deh, tergantung apa mazhab Anda. Yang penting jangan kurang. Rukunya kurang.
Bininya kurang. Orang ini, menurut Ibnul Qayyim, itu dinamai mu'aqad. Orang ini.
Terancam mendapat siksa. Karena dia tidak sempurna. Yang kedua, rukunnya bagus. Syaratnya bagus. Semuanya bagus.
Tetapi dia tidak berusaha untuk menolak waswasatu syaitan. Gangguan-gangguan syaitan. Itu kata ulama.
Itu syaitan bermacam-macam. Ada syaitannya wudhu. ragu ini airnya bersih atau tidak.
Pindah lagi cari ini lagi. Sudah itu. Ada itu spesialis dalam bidang wudhu. Setan itu punya spesialisasi.
Ada setannya waktu takbir. Allah, Allah. Itu setanan.
Dia tidak berusaha untuk menampiknya. Nabi mengajarkan tampik itu. Sampai-sampai Nabi berkata apa, itu dia datang, dia berbisik pada kamu bahwa kamu keluar angin.
Pergi butuh lagi, kembali lagi, pergi butuh lagi. Itu setan, tampik itu. Sehingga kata Nabi, kalau kamu tidak mendengar suara, tidak mencium aroma ini, lanjutkan. Nah ada orang yang sudah bagus semuanya ini, tapi keraguan ini.
Gangguan setan terlalu banyak. Salat begitu. Datang lagi, oh ini bisnis saya bagaimana nih. Ya kan begitu.
Dan dia terbawa oleh itu. Orang yang semacam ini menurut Ibnul Qayyim itu dinamai muhasab. Muhasab itu artinya akan dimintai tanggung jawabnya. Kalau yang tadi terancam disiksa, ini kenapa kamu begitu? Mungkin ya Allah, saya ada kenal satu orang, itu kalau mau sholat ya Allah lamanya.
Wuduknya berapa? Itu setan. Karena itu, untuk menampi itu dalam konteks apapun, ada rumus, keyakinan, tidak bisa dibatalkan oleh keraguan. Tadi saya sudah wudhu Yakin Ini sekarang saya sudah batal atau tidak?
Masih ada wudhunya atau tidak? Masih karena Anda yakin Tadi ini berapa rakaat? Empat atau tiga? Apa yang Anda yakini?
Ragu tidak bisa membatalkannya Supaya Anda tenang dalam sholat Anda punya pegangan. Tidak ini, tidak muhasab ini istilahnya. Ada yang ketiga, yang ketiga ini semua sudah bagus tetapi dia berjuang untuk mengenyahkannya.
Berjuang untuk mengenyahkannya. Orang semacam ini dinamainya mukaffaranhu, diampuni kesalahannya. Karena Anda sudah berjuang. Berhasil atau tidak, soal belakang.
Yang penting Anda berjuang. Yang keempat, dia sempurna semuanya. Dia tinggalkan semua ewas-wasa dan berusaha sekuat kemampuannya untuk mengenyahkannya sehingga tidak hinggap lagi dalam hatinya rasa ragu orang yang semacam inilah yang dinamai Musawwib, orang yang dapat pahala.
Tinggal-tinggal kan? Kita bisa ukur diri kita ini bagaimana. Yang terakhir itu... Orang yang sudah tidak ada lagi, sudah tenggelam, ini tadi yang sudah tenggelam, dia tidak ada lagi ingat sesuatu selain dari Allah. Cinta Allah, hadir di hadapannya Allah.
Saya pernah dengar, saya punya guru saya, Habib Abdul Gadir, di Malang, saya masih nyantri di sana. Dia bilang begini, ada satu orang sholat Allah. Allah setelah tiga kali baru dia berkata Allahu Akbar. Setelah sholat ditegur oleh orang sampingnya.
Kamu kok tadi sampai tiga kali Allahu Akbar. Dia bilang kamu berbahagia sekali aja sudah bisa. Saya setelah tiga kali baru saya lihat Kaabah di depan saya. Setelah tiga kali baru. Ini orang tingkat tinggi ini.
Dia sudah, ini, kakak ada di depan saya. Jadi sudah tenggelam dia di dalam sholatnya sehingga dia sudah lihat itu. Ini mukarram orang yang didekatkan kepada Allah. Itu khusyuk. Tapi yang penting sekali lagi kalau kita ukuran kita sekarang, yang penting Anda mau Anda sholat lima kali sehari.
Itu minimal. berusaha dari saat ke saat menyempurnakan sholat anda. Nanti sedikit demi sedikit, Insya Allah kalau sudah makin tua makin mantap.
Oke? Ada bahasan ulama bagaimana khusyuk bisa kita dapatkan. Itu dalam Al-Qur'an ada dikatakan begini. وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَىٰ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَشِّرِ Kalau kita bicara dalam konteks doa, ayat ini menyebut dua hal.
الصبر والصلاة Mintalah bantuan. استعينوا عون itu bantuan. Mintalah bantuan untuk meraih apa yang kamu inginkan dengan sabar dan sholat.
Anehnya ini, bahasa Al-Qur'an ini anehnya, dia katakan innaha, itu menunjuk tunggal sesungguhnya dia. Itu tunggal menunjuk sabar atau menunjuk sholat. Kalau keduanya, dia mestinya berkata, fa'innahuma.
Iya kan? Ini yang belajar bahasa Arab. Tapi dia katakan, fa'innaha. Ulama menjawab, itu keduanya.
Tetapi sholat tidak bisa sempurna kecuali kalau Anda sabar. Dan sabar tidak bisa Anda peroleh kecuali dengan meminta bantuan Allah. Jadi dia harus menyatu. إِنَّا أَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا أَلَا الْخَشِئِينَ Itu berat.
Kecuali orang yang khusyuk. Nah, siapa yang khusyuk? Kita lihatlah ini.
Lanjutan ayatnya. أَلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُوا رَبِّهِمْ Orang yang khusyuk itu adalah orang yang menduga keras. bahwa dia akan bertemu dengan Allah. Itu lantas begini dikatakan. Kira-kira kalau diumumkan ada keputusan, besok jam 8 anda akan digantung.
Kan mati kan? Terus anda diminta, mintalah permohonan terakhir. Anda minta apa kira-kira? Tidak, harus digantung. Minta apa?
Kalau saya kira-kira, biar saya sholat dulu deh. Iya? Oke.
Sholat orang yang merasa akan segera mati. Kiri-kiri khusyuk atau tidak? Oh, udah. Jadi, bayangkanlah waktu Anda sholat, bahwa itu sholat Anda yang terakhir. Itu sebabnya biasa orang tua-tua kita sebelum sholat itu nasihatnya sholatlah sholatnya orang yang mau mengucapkan selamat tinggal, saya sudah akan berangkat.
Oh itu pasti khusyuk. Itu di Quran kita ambil. sholatlah sholatnya orang yang akan berangkat.
Meninggal, oh itu tergambar, kalau digambarkan ini sebentar lagi, oh itu sujudnya pasti panjang itu. Iya kan? Itu sholat.
Ada hal lagi saya ingin kembali kepada kita punya kenyataan. Saya terkadang, atau bukan terkadang, seringkali lihat orang itu habis sholat langsung berdiri. Coba lihat, hari Jumat. Langsung berdiri ya.
Wah ini orang keraduan. Ya duduk sebentar. Kalau tidak bisa baca 33 kali, subhanallah. Baca 11 kali.
Tidak bisa 3 kali berapa menit. Saya yakin itu karena tidak tahu. Kita disuruh duduk.
Mintalah itu banyak. Itu doa-doa yang diajarkan Nabi bagaimana itu. Allahumma inni ala zikrika wa syukrika wa husni ibadatika Allahumma anta salam wa minkas salam Apapun, yang penting doa.
Karena Allah kecewa kalau Anda tidak berdoa dong. Berdoa lah. Itu saya diajar oleh guru saya.
Saya ingin menyampaikan, jangan tidak baca. Ayat Quran di surat Al-Aqaf ayat 15. Nanti bisa dilihat ayatnya. Ini yang dibaca. Jangan tidak baca itu.
Itu pesannya pada saya. Doa itu, ayat itu, menggambarkan bagaimana bak... seorang anak kepada orang tuanya ketika anak itu telah mencapai usia kesempurnaan usia 40 tahun.
Dia berdoa, doanya, رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكُ أَلَّذِي أَنْ أَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ Ya Allah Anugerahi saya kemampuan untuk mensyukurimu atas nikmatmu yang engkau limpahkan kepada aku dan nikmat yang engkau limpahkan pada orangtuaku. Karena aku tidak jadi seperti ini kalau bukan orangtuaku. Kita punya ayah, kita punya ibu yang membesarkan kita.
Dia yang membanting tulang. Dia yang berkorban untuk kita. Dia cari rezeki untuk menyekolahkan kita.
رَبِّ أَوْزِنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّذِي أَنْ أَنْكَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَىٰ Ini lagi. Dan, أنُقْرَحِلَا سَيْكَ مَمْكُوَانٍ Untuk beramal salih yang kamu ridai. Bukan yang saya suka. Ada amal salih yang kita suka diterima Tuhan. Tapi belum tentu Tuhan ridai.
Bila itu puas. Saya beri contoh. Kita pergi umrah itu, kalau tulus diterima Tuhan atau tidak?
Insya Allah diterima Tuhan. Tapi daripada kita gunakan uangnya untuk itu, kita bantu orang miskin. Yang mana lebih suka itu.
Itu sebabnya dulu saya pernah terangkan di sini, ada yang dinamai pilihan waktu beramal. Oh ini waktunya untuk beramal sekarang ini. Bukan yang itu.
Ini lebih penting. Jadi ada prioritas. An'a amal salihan.
Tardah. Baru apa? Wa aslihli fi zurriyati.
Jadikan kebaikan itu mengalir kepada anak cucuku. Ini doa untuk diri anda, untuk ayah anda, ibu anda. Untuk.
keturunan Anda, komplit. Baru, Itu saya dipesan, jangan tidak baca itu. Supaya sholat kita yang tadi, sholat khusus ini dengan bentuk-bentuknya itu tadi, kita akhiri dengan sholat yang bersifat umum, yaitu permohonan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Itu sholat.
Itu baru kita dekat. Jadi tidak seperti sholat kita selama ini. Satu hal yang saya ingin tambahkan lagi. Satu hal bahwa Tuhan menghendaki kemudahan. Mungkin kita sekarang, kita sekarang itu terkadang repot ya.
Bagaimana nih? Mau berhenti, mau sholat, macet jalan, mau turun, tidak bisa. Tuhan menghendaki kemudahan.
Hormati aja waktunya Gak bisa sholat Berdiri kan Gak bisa sholat berdiri Gak ada air Sholat Sebagaimana adanya anda bisa Duduk di mobil Sholat di mobil Sholat duduk Tayamu Selesai Karena inna shalataka'anat alal mu'mininat kitabam maukulta. Kewajiban yang tetap ada waktunya yang pasti. Jadi jangan hilangkan waktunya. Kalau perlu jamak, jangan tidak shalat.
Jangan sampai malaikat naik melapor, oh, tidak shalat ya Allah. Saya kira itu, itu. Banyak sih yang bisa kita bicarakan tentang sholat.
Sekali lagi kita perlu merenung sholat kita ini sudah benar atau tidak. Kita mesti belajar lebih banyak tentang sholat.