Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat datang di MAPEL PAI Channel. Pada video kali ini kita akan kembali membahas materi PAI berdasarkan kurikulum sekolah penggarak atau kurikulum sekolah pusat keunggulan untuk kelas 10 tingkat SMA-SMK sederajat tentang memahami hakikat dan mewujudkan ketauhidan dengan syu'abul iman.
Adapun pembahasan materi ini meliputi 1. Definisi dan dalil nakli syu'abul iman 2. Macam-macam syu'abul iman 3. Tanda-tanda orang yang beriman 4. Problematika praktik keimanan di sekitar kita 5. Hikmah dan manfaat syu'abul iman Seperti biasa, sebelum kita melanjutkan ke pembahasan, jangan lupa tekan tombol subscribe dan aktifkan lonceng notifikasinya agar tidak ketinggalan video terbaru dari channel ini. Baik, kita masuk ke pembahasan yang pertama. yaitu definisi dan dalil nakli syu'abul iman. Iman berasal dari kata amanah yu'minu imanan, secara bahasa memiliki arti kepercayaan, keyakinan, ketetapan atau keteguhan hati.
Sedangkan, menurut Iman Syafi'i dalam kitabnya Al-Um, iman memiliki arti ucapan, perbuatan dan niat, di mana tidak akan sempurna salah satunya jika tidak bersamaan dengan yang lain. Iman memiliki enam pilar atau biasa dikenal dengan rukun iman, diantaranya iman kepada Allah SWT, iman kepada Rasul-Rasul Allah, iman kepada Malaikat Allah, iman kepada Kitab-Kitab Allah, iman kepada Hari Akhir, dan iman kepada Qadar dan Qadar. Ada pun definisi syu'abul iman, menurut Sheikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam kitabnya Komi'ut Tugyan ala Manzumati Syu'abul Iman.
Iman yang terdiri dari enam pilar memiliki beberapa bagian atau unsur dan perilaku yang dapat menambah amal manusia jika dilakukan semuanya, namun juga dapat mengurangi amal manusia tersebut apabila ditinggalkannya. Terdapat 77 cabang iman di mana setiap cabang merupakan amalan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman atau mu'min. 77 cabang itulah yang disebut dengan syu'abul iman.
Dalil yang menjelaskan tentang hal tersebut, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, an abihu rayurata radiyallahu anhu qala, qala Rasulullah SAW, al-imanu bid'u wasab'una, aw bid'u wasittu nasu'ubatan, fa'abdaluha qawlu la ilaha illallah, wa adnaha imatatul adha anittariki. walhayau syu'abatun minal iman ruahu muslim artinya dari abu hurayrah r.a berkata rasulullah s.a.w bersabda iman itu 77 lebih cabangnya yang paling utama adalah mengucapkan la ilaha illallah dan yang paling kurang adalah menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang di jalan dan malu itu salah satu dari cabang iman hadis riwayat muslim Selanjutnya pembahasan yang kedua yaitu macam-macam syu'abul iman. Terdapat beberapa ahli hadis yang menulis risalah mengenai syu'abul iman atau cabang-cabang iman.
Di antara para ahli hadis tersebut yaitu Iman Bayhaqi r.a. yang menuliskan kitab syu'abul iman, Abu Abdillah Halimi r.a. dalam kitab Hawaidul Minhaj, Sheikh Abu Malik r.a.
dalam kitab syu'ubu'l-iman Iman Abu Halimi radiyallahu anhu dalam kitabnya wasfu'l-iman wa syu'ubuhu Para ahli hadis tersebut menjelaskan dan merangkum ada 77 cabang keimanan yang terbagi menjadi 3 kategori atau golongan yang berdasarkan kepada hadis Ibn Majah dan Tobroni radiyallahu anhu Rasulullah SAW bersabda An'ali ibni Abu Talib radiyallahu anhu Qala Qala Rasulullah SAW al-imanu ma'rifatun bil-qalbi wa qawlun bil-lisan wa amalun bil-arkan. Ru'ahu Ibn Majah. Artinya, dari An'Ali bin Abu Talib r.a.
berkata, Rasulullah SAW bersabda, Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan, dan perwujudan perbuatan. Hadis riwayat Ibn Majah. Berdasarkan hadis tersebut, Keimanan terbagi menjadi tiga kategori atau tiga ranah, yaitu yang pertama, ma'rifatun bil kolbi, meyakini dengan hati, kedua, ikrorun bil lisan, yaitu diucapkan dengan lisan, Dan yang ketiga, amalun bilarkan, yaitu mengamalkan dengan perbuatan anggota badan. Dari ketiga kategori atau tiga ranah keimanan tersebut, maka syu'abul iman dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, cabang iman yang berkaitan dengan niat, akidah, dan hati.
Bagian kedua, cabang iman yang berkaitan dengan lisan atau ucapan. Dan bagian ketiga, cabang iman yang berkaitan dengan seluruh anggota badan. Baik kita akan membahas bagian pertama yaitu cabang iman yang berkaitan dengan niat, akidah, dan hati.
Iman merupakan keyakinan yang menitikberatkan pada jiwa atau hati karena pusat dari keyakinan seseorang adalah hati. Orang yang beriman yaitu orang yang di dalam hatinya, di setiap ucapannya, dan pada segala tindakannya adalah sama. Sehingga dapat diartikan bahwa orang yang beriman adalah orang yang jujur, memiliki prinsip, pandangan, dan sikap hidup yang teguh.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa iman sejati adalah iman dengan keyakinan penuh yang terpatri di dalam hati, tidak ada perasaan ragu sedikitpun, serta akan selalu mempengaruhi orientasi dan arah kehidupan, sikap, dan aktivitas dalam kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Quran Surah Ibrahim ayat 27, A'udzubillahiminasyaitanirrojim, Bismillahirrahmanirrahim Yuthabbitullahu alladhina amanu bilqawli thabiti filhayati dunya wa filakhirah wa yudillullahu zolimin wa yaf'alullahu ma yasha'Artinya, Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zolim Dan Allah berbuat apa yang dia kehendaki. Ada pun cabang iman yang berkaitan dengan niat, akidah, dan hati.
Di antaranya adalah 1. Iman kepada Allah SWT 2. Iman kepada malaikat Allah SWT 3. Iman kepada kitab-kitab Allah 4. Iman kepada rasul-rasul Allah 5. Iman kepada takdir baik dan takdir buruk Allah 6. Iman kepada hari akhir 7. Iman kepada kebangkitan setelah kematian 8. Iman bahwa manusia akan dikumpulkan di Yawmul Mashar setelah hari kebangkitan 9. Iman bahwa orang mu'min akan tinggal di syurga dan orang kafir akan tinggal di neraka 10. Mencintai Allah SWT 11. Mencintai dan membenci karena Allah SWT 12. Mencintai Rasulullah dan yang memuliakannya 13. Ikhlas Tidak ria dan menjauhi sifat munafik 14. Bertaubat, menyesal, dan janji tidak akan mengulang suatu perbuatan dosa 15. Takut kepada Allah SWT 16. Selalu mengharapkan rahmat Allah SWT 17. Tidak berputus asa dari rahmat Allah 18. Syukur nikmat 19. Menunaikan amanah 20. Sabar 21. Tawakal 22. Kasih sayang termasuk mencintai anak-anak kecil 23. Ridho dengan takdir Allah 24. Tawakal 25. Meninggalkan sifat takabur dan menyombongkan diri 26. Tidak dengki dan iri hati 27. Merasa malu 28. Tidak mudah marah 29. Tidak menipu, tidak suuzon dan tidak merencanakan keburukan kepada siapapun. 30. Menanggalkan kecintaan kepada dunia, termasuk cinta harta dan jabatan. Selanjutnya bagian kedua, yaitu cabang iman berkaitan dengan lisan.
Islam mengajarkan kepada setiap Muslim untuk menjaga lisan, agar lisan senantiasa dipergunakan untuk sesuatu yang baik dan tidak bertentangan dengan kehendak Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, Lisan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Sehingga ketika ia hendak berbicara, terlebih dahulu ia akan kembali ke hati nuraninya.
Apabila pembicaraannya bermanfaat baginya, maka ia berbicara, dan apabila dapat berbahaya, maka ia akan menahan diri. Sementara hati orang yang bodoh terletak pada mulutnya, dan ia berbicara apa saja sesuai yang ia kehendaki. Hadis Riwayat Bukhari Muslim Ada pun cabang iman yang berkaitan dengan lisan. Di antaranya, 1. Membaca kalimah tayyibah atau kalimat-kalimat yang baik.
Sebab orang-orang munafik pun Tidak sedikit yang secara penampilan lahiriyahnya mempertontonkan rajin beribadah dan berbuat baik. Sedangkan terdapat pertentangan dan kontradiksi dalam batin mereka karena apa yang diperbuatnya tidak didasari oleh ketulusan untuk menggapai ridho dari Allah SWT. Orang yang beriman akan selalu memandang bahwa ketetapan Allah SWT adalah yang utama. Jika dihadapkan pada persoalan-persoalan real dalam kehidupan tanpa berat hati, berpura-pura dan pamrih untuk mendapatkan kesan baik di hadapan manusia, maka ia akan menentukan pilihan yang mendahulukan ketauhidan di dalamnya. Oleh karena itu, dalam syuabun iman, para ulama telah memilah ada 40 cabang yang berhubungan dengan perbuatan dan anggota badan sebagai cerminan keimanan seseorang.
Di antaranya yaitu 1. Bersuci atau toharo, termasuk di dalamnya kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal. 2. Menegakkan sholat, baik sholat fardu, sholat sunnah, maupun mengkodo sholat. 3. Bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, membayar zakat fitrah dan zakat mal, memuliakan tamu, serta membebaskan budak.
Menjalankan puasa wajib dan sunnah. 5. Melaksanakan haji bagi yang mampu. 6. Beri etikab di dalam masjid, termasuk di antaranya mencari Lal Qadar. 7. Menjaga agama dan bersedia meninggalkan rumah untuk berhijrah beberapa waktu tertentu.
Menyempurnakan dan menunaikan nazar. 9. Menyempurnakan dan menunaikan sumpah. 10. Menyempurnakan dan menunaikan kafarat. 11. Menutup aurat ketika sedang sholat maupun ketika tidak sholat.
Melaksanakan kurban. 13. Mengurus perawatan jenazah. 14. Menunaikan dan membayar hutang.
Meluruskan muamalah dan menghindari riba. 16. Menjadi saksi yang adil dan tidak menutupi kebenaran. 17. Menikah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan haram.
Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat serta hak hamba sahaya. 19. Berbakti dan menunaikan hak orang tua. 20. Mendidik anak-anak dengan pola asu dan pola didik yang baik. 21. 22. Taat dan patuh kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama 23. Menegakkan pemerintahan yang adil 24. Mendukung seseorang yang bergerak dalam kebenaran 25. Menaati hakim atau pemerintah dengan catatan tidak melanggar syariat 26. Memperbaiki hubungan muamalah dengan sesama 27. Menolong orang lain dalam kebaikan 28. Amar ma'ruf nahi munkar 29. Menegakkan hukum Islam 30. Berjihad mempertahankan wilayah perbatasan 31. Menunaikan amanah termasuk mengeluarkan 1 per 5 harta rampasan perang 32. Memberi dan membayar hutang 33. Memberikan hak-hak tetangga dan memuliakannya 34. Mencari harta dengan cara yang halal 35. Mencari harta dengan cara yang halal Menyedekahkan harta, termasuk juga menghindari sifat boros dan kikir 36. Memberi dan menjawab salam 37. Mendoakan orang yang bersin 38. Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain 39. Menghindari permainan dan sunda gurau 40. Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu di jalan Pembahasan yang ketiga, yaitu tanda-tanda orang yang beriman Ada pun tanda-tanda orang yang beriman, diantaranya adalah 1. Bila mendengar nama Allah SWT disebut, maka bergetar hatinya.
Dan jika dibacakan ayat-ayat Al-Quran, maka bergejolak hatinya untuk segera mengamalkannya. 2. Senantiasa bertawakal setelah bekerja keras dan berdoa kepada Allah SWT. 3. Selalu tertib dalam menegakkan dan menjalankan sholatnya, karena seberapapun sibuk dengan aktivitas, dan urusan duniawi, seorang mu'min akan senantiasa memprioritaskan ibadah dan sholat untuk menjaga kualitas imannya. 4. menafkahkan sebagian rezeki dan hartanya di jalan Allah SWT.
Seorang mu'min memiliki keyakinan bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan wujud implementasi keimanan untuk pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi kesenjangan yaitu antara yang kaya dan yang miskin. 5. Menghindari perkataan yang tidak berguna. Orang yang beriman akan selalu mempertimbangkan sesuatu sebelum ia mengucapkannya.
Jika ucapannya bermanfaat, maka ia akan melanjutkan perkataannya namun jika mendatangkan maudorot maka ia akan menghindarinya 6. Memelihara amanah dan menepati janji Seseorang yang beriman akan senantiasa memegang amanah dan menepati janji yang telah dibuatnya serta tidak akan berkhianat kepada siapapun yang mempercayainya 7. Berjihad di jalan Allah SWT dengan jiwa dan harta yang dimiliki Jihad dalam hal ini adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah SWT Baik dengan harta, benda maupun nyawa yang dimilikinya Sebagai contoh, jihadnya seorang pelajar yaitu kesungguhannya menuntut ilmu Sedangkan jihadnya seorang guru yaitu kesungguhannya dalam mendidik siswanya Berikutnya, pembahasan yang keempat Problematika, praktik keimanan di sekitar kita Menurut Abu Bakar bin Lal Dalam kitabnya Makari Mungakhlak, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya, dari Anas bin Malik r.a. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, setiap mu'min dihadapkan pada lima ujian, yaitu mu'min yang menghasutnya, munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, nafsu yang menentangnya, dan setan yang selalu menyesatkannya. Hadis riwayat Ad-Dailami.
Berdasarkan hadis tersebut, Terdapat lima ujian keimanan yang dihadapi oleh orang-orang mu'min saat ini, yaitu 1. Mu'min yang saling mendengki Sebagian masyarakat yang iri dan dengki jika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan merupakan sumber munculnya sikap hasud. Kemudian mereka melakukan berbagai cara agar kenikmatan yang diperoleh orang lain tersebut menjadi hilang dan berpindah kepadanya. Sifat hasud juga timbul dari kesombongan, yang dimiliki oleh seseorang, sehingga ia akan merasa khawatir jika ada orang lain yang lebih hebat dari dirinya. Tidak jarang, banyak orang yang menciptakan fitnah dan adu domba untuk menjatuhkan mu'min lainnya.
Kaum kafir saling tolong-menolong satu sama lain untuk memerangi kaum mu'min. 4. Tipu muslihat setan yang selalu menyesatkan Sebagai kaum mu'min, kita harus selalu waspada setiap saat terhadap ancaman dan tipu daya setan. Tipu daya setan tersebut menguasai diri seorang mu'min dalam bentuk ketidakberdayaan kaum mu'min untuk mengendalikan diri, menahan amarah, mengendalikan nafsu, sifat takabur, kikir dalam bersedekah, dan sifat-sifat buruk setan yang lainnya.
Orang yang beriman hanya percaya kepada Allah SWT. Jika Allah berkehendak memberikan pertolongan, maka tidak ada kekuatan apapun yang mampu menghalanginya. Begitupun sebaliknya, jika Allah berkehendak menimpakan bencana, maka Tidak ada kekuatan apapun yang sanggup menahan bencana tersebut.
Iman mampu menghilangkan perilaku syirik, percaya terhadap kesaktian benda-benda keramat, tahayyul, khurafat, dan lain sebagainya. 2. Iman menanamkan sikap tidak takut menghadapi kematian. Orang yang beriman meyakini sepenuhnya bahwa kematian adalah hak prerogatif Allah, sehingga berani mengatakan kebenaran meskipun terasa pahit, bahkan beresiko menghadapi kematian sekalipun.
Tiga, iman akan membuat seorang mu'min memiliki jiwa yang tenang. Orang yang beriman akan cenderung bersikap tenang atau sakinah dan tentram, mutmainnah dalam menghadapi masalah. Kedekatan dan tawakalnya kepada Allah akan menumbuhkan sikap penyerahan diri kepada Allah dan senantiasa sabar dalam kondisi seberat apapun. 4. Iman mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.
Kehidupan yang baik bagi seorang mu'min, yaitu kehidupan yang senantiasa berisi hal-hal yang baik. Iman menuntun seseorang untuk menyeleksi perbuatan baik yang patut dilakukan dan perbuatan buruk yang harus dihindari. 5. Iman menumbuhkan sikap ikhlas. Keyakinan terhadap Ridho Allah SWT akan mempengaruhi seseorang untuk senantiasa melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan.
Sehingga, dengan sistem keamanan dan pengendalian diri yang baik, akan mencegah datangnya penyakit, baik penyakit jasmani maupun penyakit rohani. Baik, cukup sekian pembahasan materi PAI tentang memahami hakikat dan mewujudkan ketauhidan dengan syu'abul iman. Kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Tekan tombol like jika menyukai video ini dan share sebanyak-banyaknya. Jangan lupa, tekan juga tombol subscribe dan aktifkan lonceng notifikasinya agar tidak ketinggalan video terbaru dari channel ini.
Jazakumullah khairan khasir. Terima kasih banyak yang sudah menonton video ini. Kita tutup dengan membaca doa kafaratul majlis.
Bismillahirrahmanirrahim. Sampai jumpa di pembahasan materi berikutnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.