Transcript for:
Amanah dalam Kehidupan Dunia dan Akhirat

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdul Wa ala alihi wa sahbihi wa man ikhtafa amma ba'ad Yang kami hormati Pak Rizal Owner dari Fleischer Pernium Fidahullah Ta'ala Jemaah sekalian Barahadidin, Barahadirat Dan juga sekalian penengah Serta pemirsa Rahimani wa rahimakumullah Sekarang kita hidup di alam dunia. Dan nanti setelah kita mati, kita akan pindah ke alam barzakh. Habis dari alam barzakh, kita akan pindah ke alam akhirat.

Alam barzakh. Bisa juga dimasukkan ke dalam alam akhir. Sehingga kalau mau diringkas, kita akan menghadapi berapa alam? Dua alam.

Alam dunia dengan alam akhir. Apa bedanya antara alam dunia dengan alam akhir? Nah, bekar.

Bagus. Sementara. Oke, ada yang lain? Apa?

Masya Allah. Berarti alam akhirat? Masya Allah. Ada yang lain? Bagus.

Masya Allah. Betul. Ya. Berarti? Di akhirat?

Masya Allah. Betul. Fali yawma. Amalun bila hisab, waghadan hisabun bila amal Hari ini, hari ini maksudnya apa?

Saat kita di dunia, itu adalah waktunya beramal dan belum ada hisab Belum ada namanya? Hisab Wagadan besok, besok itu maksudnya? Di akhirat, hisabun bila amal. Waktunya hisab dan tidak ada waktu untuk beramal.

Sehingga saat kita di dunia ini, inilah waktu kita untuk beramal, menambah pahala, menghindari dosa, dan seterusnya. Kenapa demikian? Karena nanti kalau kita sudah pindah ke alam akhirat, maka tidak ada lagi kesempatan untuk berakhir. Salah satu yang harus kita perhatikan ketika kita hidup di dunia, dan itu pasti akan kita pertanggungjawabkan nanti di akhirat, adalah urusan amanah. Kenapa?

amanah amanah yang Allah berikan kepada kita untuk kita kerjakan dan kita tunikan seandainya amanah yang Allah berikan kepada kita kita tunikan sebaik mungkin maka kita akan menuai buah manisnya di dunia dan di akhir tapi sebaliknya seandainya amanah yang Allah bebankan kepada kita saat kita hidup di dunia, kita sia-siakan maka akibatnya akan dirasakan bukan hanya di dunia, tapi juga di akhir dalam sebuah hadis yang direwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda ما من عبد يسترعيه الله رعية يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمُ اللَّهُ عَلِيْهِ الْجَنَّةِ Siapapun yang diberi amanah oleh Allah untuk mengurusi rakyat mengurusi apa? rakyat kemudian dia mengkhianati amanah tersebut dan mati dan mati saat dia masih berkhianat maka Allah pasti mengharamkan surga untuknya Maka Allah pasti mengharamkan surga untuk Kita ulangi ya Barang siapa diberi amanah oleh Allah Untuk ngurusi rakyat Kemudian dia berkhianat Mengkhianati amanah tersebut dan mati dalam keadaan dia masih berkhianat alias belum tobat, maka Allah pasti haramkan surga untuk. Pertanyaannya, apakah hadis ini berlaku hanya untuk pejabat?

Alhamdulillah Ustadz, saya bukan lurah. Alhamdulillah Ustadz, saya bukan bubati. Alhamdulillah Ustadz, saya bukan gubernur. Alhamdulillah Ustadz, saya bukan presiden. Berarti aman Ustadz.

Betul? Betul? Karena namanya ngurusi rakyat, itu nggak cuma yang sekupnya luas, termasuk yang sekupnya kecil. Nopo. Keluar, anak istri rakyat bukan?

Rakyat bukan? Rakyatnya siapa? Rakyatnya kepala rumah. Jadi jangan berpikir aman Ustadz, aman.

Saya nggak dimaksud oleh hadis ini. Makanya kata Nabi SAW, Ma min abdin siapapun. Kenapa? Siapapun. Jadi hadis ini bukan hanya tertuju kepada sinden, pejabat, publik, semua orang yang mendapatkan amanah, siapapun dia.

Sehingga di dalam hadis lain yang diruayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim juga, Nabi SAW menjabarkan lebih lanjut contoh-contoh orang-orang yang diberi amanah oleh Allah SWT. Hadith yang sering kita dengar adalah Kullukum ra'in wa kullukum mas'ulun an ra'iyyatih Ketahuilah, semua dari kalian adalah penanggung jawab Semua Ustadz, kalau anak belum punya istri, belum punya anak Masih? Masih?

Jom belum? Apa juga termasuk penanggung jawab? Kullukum roin.

Semua kalian adalah penanggung jawab. Bukankah saya enggak? Ngurusi apa usah dong? Nikah aja belum. Penanggung jawab itu kemana?

Penanggung jawab apa? Bagus. Bertanggung jawab kepada dirinya.

dan semua dari kalian akan ditanya oleh Allah Azza wa Jalla tentang tanggung jawab berarti rakyatnya hidup lu apa? ya apa? matanya apalagi? telinganya apalagi? Mulutnya Apalagi tangannya Utik-utik apa enggak Kakinya Itu rakyatnya Wah berarti semua dari kita Semua dari kita itu akan Dituntut dihadapan Allah Azza wa Jalla Seberapa kita Menunaikan tanggung jawab Itu dengan baik Makanya kemudian setelah Nabi SAW menyebutkan tentang hal ini secara umum siapapun orang itu, Nabi SAW kasih contoh, mulai dari amanah yang paling tinggi, yang paling luas jangkauannya, yang paling berat, sampai amanah yang dianggap kecil oleh banyak orang.

Apa kata Nabi SAW? Dan seorang pejabat publik. Yang mendapatkan amanah untuk ngurusi orang banyak Dia akan ditanya di hadapan Allah Tentang amanah yang Allah berikan kepada dia Pejabat publik itu presiden dong Presiden dong Termasuk?

Lura Termasuk? RT Ada Pak RT disini? Mana Pak RT? Hati-hati, aneh ada orang rebutan apa?

Jabatan, ngeri loh jabatan itu, pertanggung jawabannya berat, gak main-main. Ada seorang, kalau gak salah Umar, kalau gak salah Umar atau, ya kalau gak salah Umar. Umar bin Khattab atau Umar bin Abdul Aziz, saya lupa. Andaikan ada keledai, kepleset di ujung wilayah kekuasaan beliau. Jauh gitu.

Saya takut nanti di hari kiamat akan ditanya oleh Allah SWT. Kok ada keledai yang kepleset. Bikin jalannya gimana sih? Ngeri dong. Sekarang coba berapa orang kepleset.

Coba berjalan yang belum benar banyak atau sedikit? Hah? Itu baru ngomongin?

Belum ngomongin diri? Orang lain? Ngeri loh, serem. Urusannya nggak gampang.

Urusannya pejabat itu, tanggung jawabnya adalah bagaimana rakyatnya baik secara urusan duniawinya dan yang lebih penting dari itu baik secara urusan akhiratnya, urusan ikhrawinya, itu tanggung jawabnya islahud dunia wad-din berutaha untuk memberikan yang terbaik buat rakyatnya dalam urusan agama dan urusan dunia, itu beratnya dan itu semuanya akan dipertanggung jawabkan nanti dihadapan Allah subhanahu wa ta'ala rakyatmu ada yang gak sholat ngeri Rakyatmu ada yang mabok, rakyatmu ada yang judi, rakyatmu ada yang berlinak. Dan kenapa kamu nggak menutup lokali? Kenapa bandar-bandarnya belum ditangkep sampai sekarang? Kenapa yang ditangkep yang kroco-kroco? Berat.

Tidak ada dengan Allah. Itu baru ngomongin urusan agama. Urusan akhirat. Belum urusan dunia.

Nah itu ada orang kelaparan. Urusan dunia makan. Apa lagi urusan dunia? Itu ada orang mati karena sakit.

Dan tidak bisa mendapatkan obat. Kesehatan. Urusan dunia. Itu ada orang mau belajar nggak bisa karena UKT-nya terlalu mahal.

Itu tanggung jawab. Berat tanggung jawab tersebut. Itu ada rakyat yang nggak punya pekerjaan, nggak bisa nyari nafkah karena nggak ada lapangan pekerjaan. Sehingga menjadi pejabat publik itu bukan sesuatu yang seharusnya diperbutkan.

Bukan sesuatu yang seharusnya dijadikan alat untuk sikut, sikutan, bukan cuma sikut-sikutan, apa, tendang-tendangan. Maka yang pertama yang dikasih contoh oleh Nabi SAW, fal amiru, penguatak pejabat publik, akan ditanya oleh Allah SWT nanti di hari kia. Selanjutnya Nabi S.A.W. ngasih contoh yang kedua.

dan seorang bapak. Ada bapak di sini? Semuanya. Wajah-wajah orang sudah berkeluarga. Warodilu dan bapak.

Dia bertanggung jawab atas keluarganya. Siapa keluarganya? Anak-anak dan istri-istri. Atau anak-anak dan istri?

Oh anak dan istri. Memang wajahnya wajah satu-satu. Mirip kayak yang ngomong. Dan seorang bapak bertanggung jawab atas istri-istri dan anak-anak. Dan dia akan ditanya oleh Allah Azza wa Jalla nanti di hari kiamat.

Bagaimana dia menunaikan amanah untuk istri dan anak. Sama tanggung jawabnya. Urusan dunia dan urusan akhirat. Punya istri dinafkahin atau tidak. Itu urusan apa?

Dunia. Nafkah yang primer. Apa nafkah yang primer?

Makan, minum, pakaian, tempat tinggal. Itu yang primer-primer. Sudah ditunaikan atau belum? Ada sebagian orang, subhanallah.

Na'udzubillahiminaillahi'l-mahyar. Fisiknya sehat, kuat. Yang perlu kerja di apa? Dia ngapain?

Mancing. Kalau di berbalik gitu ada istilah ternak teri. Apa ternak teri?

Ngantar anak, ngantar istri. Habis itu apa? Mancing.

Kalau nggak mancing, mainan? Apa? Turuk.

Kalau nggak di rumah, mainan? HP. Subhanallah.

Bapak yang bertanggung jawab itu kepala rumah tangga. Itu yang bertanggung jawab. Kecuali kalau dia memang sakit, itu lain masalah ya.

Sakit berat, setruk, itu lain cerita. Enggak, ini sehat olahriat. Buktinya masih bisa? Mancing. Buktinya masih bisa?

Mainan merpati. Itu berarti kan sehat. Tanggung jawab itu diharapkan Allah. Ada sebagian orang nggak bertanggung jawab. Itu secara dunia.

Apalagi yang berkeluarga, punya istri dua, tiga, empat, tanggung jawabnya lebih berat. Yang diperhatikan cuma Mahmud terus. Hai Mama mood berarti kalau Mahmud Mama muda lama mah tua apa Marmud yang kalau belum mampu yang nggak usah kalau mampu yang munggung yang penting tanggung itu urusan Hai Tuhan Yang lebih berat dari tanggung jawab urusan dunia adalah urusan agama.

Anak belum sholat sampai lebih dari 10 tahun. Itu tanggung jawab kita nanti dihadapan Allah SWT. Bapak-bapak yang punya anak umurnya sudah lebih dari berapa?

10 tahun. Kok belum sholat? Tanggung jawabnya nanti dihadapan Allah SWT.

Sudah diajak atau belum? Lain cerita kalau misalnya kita sudah maksimal di dalam menunaikan kewajiban. Ngajari anak sholat, didik anak sholat, ngajak anak sholat, mengingatkan anak sholat. Itu lain cerita.

Kalau kita sudah menundaikan, kok anak ini belum dapat hijaya. Yang penting kita sudah maksimal. Seperti Nabi Sintan. Nabi Nuh AS.

Yang anaknya meninggal dalam keadaan kufur. Seperti Nabi. Siapa yang istrinya gak beriman? Nabi Lut alaihissalam Para nabi tersebut Mereka gak akan dituntut dihadapan Allah Azza wa Jalla Kenapa?

Karena sudah maksimal berusaha Lain cerita dengan orang yang Gak maksimal dalam berusaha Akan dituntut nanti dihadapan Allah Azza wa Jalla Akan dituntut nanti di akhirat Anakmu sudah sekian tahun Bahkan sudah 17 tahun, kok belum sholat? Kamu sudah ingatkan atau belum? Itu baru urusan sholat, belum urusan akhidat.

Anakmu belum tahu akhidat yang benar, sudah dididik atau belum? Ini semuanya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan. Anakmu setiap hari dolanan HP terus, main game terus, main PS terus, waktunya habis untuk hal yang tidak bermanfaat.

Sudah kamu ingatkan atau belum? Sudah Ustaz. Berapa kali? Sekali. Gak cukup.

Terus menerus. Coba dengan bayangkan ya ketika Rasulullah SAW nyuruh kita kepala rumah tangga. Untuk mengingatkan anak sholat, ngajak anak sholat itu dari umur berapa tahun?

7 sampai 10, 7, 9, 10, 7, 9, 10. Berarti berapa tahun? 3, 3 tahun. Berapa kali itu berapa?

Sehari 5 kali. Setahun 360 hari, kali 3, berapa? Mana guru matematika? Tiga?

Banyak. Ribuan. Berapa?

Ribuan kali. Itu yang dari umur tujuh sampai? Sepuluh.

Yang sepuluh ke anak sana. Tetap kita punya kewajiban untuk ingat. Yang punya anak perempuan, sudah balik belum?

Belum. Nutup aurat. Yang punya istri juga sama gitu.

Ada sebagian orang membiarkan istrinya keluar rumah nggak pakai. Jadi Pak, itu semuanya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Maka menjadi kepala rumah tangga juga bukan sesuatu yang ringan. Bukan sesuatu yang gampang.

Tapi jangan putus. Jangan pesimis. Kita minta bantuan dari siapa? Dari Allah Azza wa Jalla Contoh yang ketiga Yang pertama mengapa? Penguasa Contoh yang kedua?

Orang tua Contoh yang ketiga Dan istri Kenapa? Istri juga bertanggung jawab atas siapa? Anak-anak. Jadi ketika suami keluar dari rumah, maka tanggung jawab istri adalah mengurusi anak-anaknya. Mengurusi urusan dunia atau termasuk urusan agama?

Urusan dunia itu apa tuh? Ganti popok. Apalagi masak, apalagi mana bersih-bersih, bersih-bersih rumah, itu urusan dunia.

Urusan akhirnya, ngajari anak baca Quran, menemani anak belajar, mengingatkan sholat. Bersih-bersih, rumah, itu urusan dunia. Itu semuanya adalah tanggung jawab seorang istri.

Hingga secara khusus, Nabi kita Muhammad SAW menyebutkan istri. Karena memang rumah tangga itu nggak mungkin kalau istrinya tidak aktif. Saya tanya sama jenengan, ketika jenengan pulang kerja, rumah masih berantakan, enak. Jawab, enak enggak? Enak.

Buka tudung saji, adanya piring kosong. Enak? Enak. Pulang sampai rumah, anak-anak belum pada mandi.

Kamar masih berantakan. Cucian, numpuk, jemuran. Belum diangkati, masih di luar.

Itu enggak enak. Suasana hati itu enggak nyaman. Sehingga secara khusus Rasulullah SAW menyebutkan wanita.

Dan betapa banyak ulama-ulama kita yang dilahirkan oleh wanita-wanita hebat. Imam Syafi'i, Imam Malik, dan Imam-imam yang lainnya. Dilahirkan oleh wanita-wanita hebat.

Mereka yang bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya. Luar biasa. Sehingga jangan merasa, wah jadi ibu rumah tangga kok kayaknya. Hina sekali, ada seorang mahasiswi ditanya sama dosennya, nanti kalau kamu sudah tamat kuliah mau jadi apa?

Dijawab apa? Dijawab? Jadi ibu rumah tangga.

Hah? Kuliah? Tinggi-tinggi?

Jadi apa? Ibu rumah tangga. Kok kayaknya apa?

Hina sekali. Loh, ilmu yang dimiliki oleh seorang ibu itu, hak nomor satu didapatkan oleh siapa? Mana? Lu sekarang ada orang belajar tinggi-tinggi, anaknya dididik sama siapa? Pembantu.

Yang orang? Sekolah. Sedangkan ibunya, Masya Allah berbagi ilmu, banyak kemana-mana. Lu anaknya sendiri kok gak dididik?

Jadi mau enek. Dididik sama pembantu yang cuma dalam tanda kutip tamatano kok. Istiq.

Subhanallah. Gak hina. Menjadi Irmur, atau gak adalah sebuah kemuliaan. Ketika terlahir dari rahimah jenengan. Dari didikan jenengan para ulama besar.

Orang-orang hebat. Berapa pahala yang akan didapatkan? Kayak Imam Malik, kayak Imam Syafi.

Kira-kira ibunya dapat pahala atau tidak? Loh mereka yang didik kok. Masa gak dapat? Nah, ini yang keberapa?

Ini yang ketiga. Contoh yang keempat. Wal abdu ra'in ala mali sayyidihi.

Wa huwa mas'udun anhu. Dan hamba sahaya. Kenapa?

Hamba sahaya. Dia bertanggung jawab untuk ngurusi harta majikannya. Dan dia akan ditanya oleh Allah Azza wa Jalla tentang tanggung jawab tersebut. Hamba sahaya. Ustadz, udah gak ada sekarang hamba sahaya.

Yang gak cuma hamba sahaya. Pembantu masuk gak? Pembantu masuk gak? Masuk.

Karyawan masuk gak? Masuk. Prajurit masuk gak?

Masuk. Pokoknya semua yang di level itu masuk dalam hadis. Nggak cuma hamba saya saja, nggak cuma budak saja, termasuk karyawan, pembantu.

Dia bertanggung jawab atas harta yang diamanahkan oleh majikannya kepada dia. Sehingga ketika belanjaannya, suruh belanja sama majikannya, kembaliannya kembali ke mana? Itu dipertanggungjawabkan nanti di arah Allah. Karyawan suruh belanja, minta nota?

Kosong. Abis itu diapain? Diisi sendiri. Itu ada nggak pertanggungjawabannya di arah Allah? Ada.

Dinas di luar. Dinas di mana? Luar kota. Minta? SPJ.

Ternyata yang berangkat sekeluarga. Padahal seharusnya cuma satu orang saja. Itu ada pertanggung jawabannya semua di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala. Sehingga jangan pernah berpikir bahwa apa yang kita kerjakan itu enggak ada pertanggung jawabannya. Ada.

Maka siapapun yang mendapatkan amanah mengurus apapun. Maka hati-hati. Jalani amanah itu dengan sebaik mungkin. Setelah Nabi SAW kasih empat contoh, satu apa?

Penguasa, dua? Bapak, orang tua, suami, yang tiga? Istri, yang keempat? Hamba sahaya.

Nabi SAW tutup, ala fakullukum ra'in wa kullukum mas'ulun amran. Ketahuilah semua dari kalian adalah penanggung jawab dan akan ditanya tentang tanggung jawab tersebut. Pertanyaan, kenapa Nabi S.A.W. ulangi kalimat ini di akhir? Karena Nabi S.A.W. ingin ngasih tahu kepada kita bahwa empat itu cuma contoh. Bukan berarti selain yang empat itu, nggak ada tanggung jawabannya di akhir.

Jadi yang empat itu cuma contoh saja. Berarti kepala sekolah masuk nggak? Masuk.

Komisaris masuk? Masuk. Jadi komisaris gak cuma ongkang-ongkang toh.

Menteri masuk gak? Masuk. Apa lagi yang belum masuk?

Komandan, komandan, masuk. Masuk. Kulukum. Itu fungsinya Nabi tutup dengan kalimat tersebut.

Jadi nggak cuma empat saja. Tapi semua dari kali ya. Karena kalau cuma disebutkan empat saja.

Oh saya bukan pejabat publik. Oh saya bukan. Apa tadi?

Kepala rumah tangga. Oh saya bukan hamba sahaya. Enggak. Semua yang punya tanggung jawab. Besar, kecil, bahkan.

Tanggung jawab kita kepada diri kita sendiri. Punya mata. digunakan untuk apa? Punya telinga digunakan untuk apa?

Punya mulut digunakan untuk apa? Punya tangan digunakan untuk apa? Punya kaki digunakan untuk apa? Itu semua akan dipertanggungjawabkan nanti dihadapan Allah subhanahu wa ta'ala.

Semoga kita bisa menunjukkan tanggungjawab apapun sebaik mungkin. Amin. Ada pertanyaan? Kalau tidak ada, Alhamdulillah. Hai bonggo alaikum salam masya Allah masya Allah Kampung-kampung itu, setiap RT itu agar sholat dan maklumat.

Itu pakai, itu harus dihidupkan. Itu suaranya keras. Hai ngomong tanya lihat gimana ada tuh orang-orang itu pada sotak tapi mendengar suara agama yang terakhir selain aja tak dirokam tidak segera berbunuh-bunuh masuk orang seperti itu itu termasuk gulungan Itu golongan apa itu? Golongan Islam. Kan sholat.

Kenapa kok mereka tidak ke masjid? Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, karena mereka pikir berangkat ke masjid tidak wajib. Karena mereka pikir sholat berjamaah di masjid, hukumnya apa? Tidak wajib.

Ada orang berpendapat seperti itu? Ada. Mereka berpendapat pergi ke masjid hukumnya sun? Sun. Itu kemungkinan yang pertama.

Walaupun pendapat yang lebih kuat itu adalah pendapat yang mengatakan hukumnya wajib. Tapi memang ada ulama berpendapat seperti itu. Yang kedua kemungkinannya, karena sedang M.

Sedang apa? M Males Sedang ma? Males Kalau sedang males gimana usat sikap kita? Menasihati Menasihati mereka Memotivasi mereka Terutama keluarga kita sendiri Sehingga semua itu diawali Dari diri kita dan Keluarga kita Jadi misalnya Masing-masing dari kita berangkat ke masjid, berikut dengan keluarga kita, anak kita.

Maka insya Allah lama-lama masjid itu akan ramai. Makanya kalau kita pengen meramaikan masjid, dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Jangan-jangan tahu ya, saya di kampung. Awal-awal datang merintis pondok di kampung itu. Yang sholat di masjid itu cuma satu orang.

Kerja borongan betul. Ya adzan, ya komat, ya imam, ya makmum. Borongan kanan.

Iya. Sekali ada ya kesebelasan. Kesebelasan.

Cuma dua orang. Dan itu bertahun-tahun, Pak. Bertahun-tahun. Jadi nggak cuma sebulan dua bulan bertahun-tahun bertahan yu'adhan, yu'qomat, yu'imami, yu'sholat jadi ma'am ya sudah bismillah tapi alhamdulillah setelah sekian belas tahun ramai, alhamdulillah jadi harus ada yang mau merintis itu masjid pas awal datang itu ya Allah kotor Adhan itu cuma terdengar di waktu maghrib. Maghrib.

Duhur jangan pernah, jangan harap. Dengar apa? Ada orang sholat.

Makanya begitu awal datang gitu kan. Adhan, duhur pada. Apa ini? Sekarang Pak. Sahut, menyahut.

Di semua masjid, musholat terdengar adhan. Alhamdulillah. Ini pertanyaan yang pertama. Pertanyaan yang kedua, mereka masuk surga atau tidak, Ustaz?

Selama mereka Muslim, akan masuk surga? Selama mereka apa? Muslim. Kecuali kalau dia nggak sholat sama sekali, itulah yang cerita. Kalau orang sholat, tapi sholatnya di mana?

Di rumah. Dia Muslim. Dia Muslim. Yang tidak muslim itu kalau dia enggak sholat sama sekali, belas di rumah, enggak di masjid, apalagi.

Itu baru bukan muslim. Selama dia masih sholat, walaupun sholatnya di rumah, dia masih muslim. Cuman apakah akan masuk surga langsung?

Nanti akan ditimbang sama Allah SWT. Antara dosa sama apa? Pahalanya lebih berat mana? Barang siapa yang amal solehnya Imbangannya lebih Berat daripada Dosa-dosanya Maka dia akan masuk Kedalam kehidupan yang Sangat diridui Maksudnya masuk kemana?

Berarti kebalikannya Walaupun yang terakhir Begitu ditimbang ternyata lebih berat dosa-dosanya. Maka kembalinya ke dalam hawiyah. Taukah kalian apa itu hawiyah?

Narun hawiyah. Masuk ke nerah. Begitu ditimbang-timbang antara...

dosa dan pahalanya lebih berat dosanya, apakah masuk neraka? Tapi apakah masuk neraka akan seterusnya? Tergantung dia Muslim atau bukan. Kalau dia Muslim, maka ada saatnya dosanya sudah bersih, akan dikeluarin dan masukin ke surga. Tapi kalau dia kafir, maka Khalidina Fiya.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْدُ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا Orang-orang kafir dari kalangan Ahlul Kitab maupun orang-orang musyrik, maka mereka akan masuk ke dalam neraka, خَالِدِينَ فِيهَا Kekal selama-lamanya. Itu kalau orang kafir. Kalau orang Islam, akan masuk surga.

Ya, akan masuk surga. Tapi bukan berarti gampangin ya. Loh nggak apa-apa masuk neraka, ntar juga masuk.

Nggak apa-apa. Apa-apa. Oh nggak apa-apa. Apa-apa, neraka tuh panas banget. Mungkin kita kena lilin aja nggak kuat loh.

Lilin. Coba jadikan nyalain lilin, terus tangannya diapain? Dideketin.

Kuat. Lilin tuh nggak ada apa-apa. Neraka itu 70 kali lipat panasnya api dunia.

Kalau jadikan pernah melihat api biru itu. Yang katanya panas banget itu, itu gak ada apa-apanya. Apalagi lilin, itu masih 70 kali lipat lagi. Alhamdulillah, gak akan kuat kita.

Makanya jangan, gak apa-apa. Paling cuma sehari. Sehari itu sama dengan? Seribu tahun. Seribu tahun, bayangkan.

Ngeri banget. Makanya jangan gampangin. Jangan gak? Gampang. Ya, silahkan.

Masya Allah Menikmati berita miling tentang konteks sampel. Meskipun prosentasenya berbandingkan sumber konteks sampel yang ada di Indonesia kecil, tapi sebetulnya itu beretek pada pandangan orang awam terhadap konteks sampel. Bagaimana? Mengupayakan sinergi yang baik antara orang tua dengan kondor, karena terkandang ada orang tua yang cuek, tidak aktif dalam memantau anaknya di kondor, atau sebaliknya kondor yang tidak aktif.

Tidak mau menjaga kekuatan dari orang tua dan tidak mau menambah kekuatan dari masyarakat. Kemudian kami sebagai orang tua, kami hanya ingin bahwa itu tanggung jawab dari berat pendidikan anak. adalah ada di bunda orang tua. Maka, kami tidak menganggap pondok itu sebagai bombilis. Nah, itu bagaimana sinerginya.

Jadi, kadang kami sebagai lantau sedang aktif memantau, tapi tidak pondok. tidak mau mendengarkan atau meningkatkan kualitasnya. Bagaimana tiga pita?

Ketika kita berusaha untuk memberikan masukan kepada pesantren, ternyata pesantren tidak mau mendengar masukan kita dan tidak meningkatkan kualitas. Bagaimana tiga pita? Pertama, kita harus mengedepankan husnudhan. Kenapa?

Apa husnudra? Berbaik sangka, berprasangka. Jadi jenengan, kalau tahu, kalau pernah terjun di dunia pesantren, jenengan akan tahu betapa kompleksnya pesantren. Mulai dari pendidikan anak sampai ngurusi kamar mandi. keran yang bocor kamar mandi yang bocor apa namanya ini ya embernya itu dari hal yang tetek kecil-kecil itu sampai diurus jadi ketika suatu saat kita merasa sudah memberikan masukan ke pesantren kok kurang di respon kedepankan husnudar mungkin saja di pesantren itu Ada hal-hal yang sedang diprioritaskan, sehingga masukan dari kita mungkin masih dicatat dulu, masih ditampu.

Maka, apa yang mesti kita lakukan? Kita ingatkan lagi. Kita ingatkan lagi. Karena bisa jadi, kayak WA lah ya.

WA itu pernah nggak jenengan dapet WA, terus ketumpuk-tumpuk-tumpuk-tumpuk-tumpuk. Akhirnya nggak sempat kebuka. Pernah.

Sering. Saya pernah jawab WA sebulan yang lalu. Baru ketahuan ada WA masuk.

Jadi masalah di pesantren itu kompleks. Kadang-kadang mau nyelesaikan masalah ini datang masalah baru. Mau nyelesaikan ini datang masalah baru. Banyak banget yang diurusin.

Dan ketahui lah, satu anak masalahnya kadang-kadang gak cuma satu. Padahal ada berapa anak. Ada ratusan anak-anak. Jadi, yang pertama kedepankan apa?

Yang kedua, tadi sudah saya katakan, diulangi lagi. Diulangi lagi, diulangi lagi. Dan jangan bosan mengulangi masukan.

Saya ngasih masukan ke pondok tempat anak saya. Itu setiap datang saya kasih masukan. Setiap datang saya kasih masukan.

Sampai kemarin terakhir saya kasih masukan lagi. You sabar. Sabar.

Dan dengan berbagai cara. Dan ketika ngasih masukan, jangan sambil marah. Marah. Kenapa Ustaz?

Ya orang lagi udah capek-capek dimarah-marahnya gimana? Cengker. Nanti psikologisnya akan terganggu.

Kalau psikologisnya terganggu, nanti yang kenas ya Pak? Sadu. Makanya juga caranya yang baik. Caranya yang baik.

Itu yang kedua. Jadi yang pertama apa? Husnulon. Yang kedua?

Sabar untuk mengulang-ulang Masukkan. Dan yang ketiga caranya harus Dengan yang baik Begitu menyikap Mohon maaf, silahkan Assalamualaikum Waalaikumsalam Selamatkanlah dirimu dan keluarga-mu dari api neraka. Kemudian sebelum taruh lah, sebelum dapat ilmu tuh, menikah dengan istri kafir.

Kemudian anak-anaknya mempunyai keturunan dan tidak mengikuti agama bapaknya. Kemudian selanjutnya kita sudah tahu apakah kita wajib. Mencari istri sebelah kita berusaha untuk mengembangkan sehatnya atau bagaimana? Terima kasih. Terima kasih atas pertanyaannya.

Sebelum tahu ilmu agama, sebelum ngajilah ya, nikah dengan wanita kafir, dan anak-anaknya kemudian ikut agama ibu. Itu gimana? Pertama, wanita kafir yang dimaksud di sini itu apa? Kan kafir kan macam... Coba Anda perhatikan ayatnya Allah sendiri juga membagi orang kafir ada Ahlul Kitab, ada Mushrik Mushrik berarti non-Muslim Mushrik berarti non-Ahlul Kitab Ahlul Kitab itu siapa?

Yahudi sama Nasrat Jadi banyak ulama kita itu mengatakan seorang laki-laki muslim boleh menikah dengan wanita ahlul kitab. Boleh nikah dengan apa? Wanita ahlul kitab.

Wanita ahlul kitab tadi siapa? Yahudi sama Nasrat. Ayatnya ada.

Ayatnya ada. Oke. Boleh. Boleh itu berarti dianjurkan atau tidak?

Ya tidak. Namanya boleh itu ya. Ya boleh. Bukan dimotivasi. Emang gak ada muslimah apa?

Boleh. Pertanyaannya, kalau dibalik boleh gak? Dibalik itu gimana coba?

Istrinya yang muslimah, laki-lakinya yang? Kafir, ahlul kita. Boleh.

Ini tidak boleh. Kenapa kok seperti itu? Kok diperbolehkan dalam agama kita?

Karena biasanya laki-laki itu lebih dominan daripada wanita. Sehingga harapannya wanita ahlul kitab ini akan menjadi muslimah. Karena yang lebih dominan di rumah tangga, si suami. Tapi Ustaz, Qadar Allah wa masya'afa'al.

Ternyata, malah kebawa ibunya itu gimana yuk tanggung jawab bapaknya itu resiko resiko nikah dengan wanita ahlul kitab itu seperti itu, anak bisa ngebawa agama siapa? ibu makanya gak dianjurkan tidak dianjurkan yang dianjurkan nikah dengan muslimah bahkan gak cuma sekedar muslimah Muslimah yang soleh. Jadi nggak sekedar Muslimah. Maka terus bagaimana sudah terlanjur. Ya harus berusaha sekuat tenaga untuk mengajak istri dan anaknya masuk ke dalam Islam.

Sekuat tenaga. Itu kalau ngomongin ahlul kitab. Kalau kafir bukan ahlul kitab. Ya berarti mushrik. Yang beragama dengan agama selain agama.

Yahudi dan Nasrani Maka tidak boleh menikah Berarti kalau sudah kejadian gimana? Ya berpisah Kalau diajak masuk Islam tidak bisa Ya berpisah Kenapa? Karena tidak ada izinnya dari Allah Azza wa Jalla Menikah dengan musyrikah Tidak ada izinnya dari Allah Azza wa Jalla Kalau yang kita biar Wanita kita masih ada izinnya dari Allah Subhanahu wa ta'ala Walaupun itu tidak dianjurkan Cukup ya, jam 6 ya. Terima kasih atas perhatiannya, menonton segala kekurangannya. Kita akhiri dengan doa ke Faradul Majlis.

Subhanakallahumma wa bihamdika asyadu an la ilaha illa anta. Astagfirullah wa atuhu ilaih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.