Selamat malam. Kali ini kami dari Otsuka, Jepang ingin berbagi cerita tentang kesuksesan produk yang sangat populer di Jepang dan di Indonesia. Banyak hal yang menarik yang bisa kita saksikan.
Suatu hari di pabrik Otsuka Pharmaceutical di Tokushima, Jepang. Bagaimana? Lancar?
Iya, Pak. Akihiko Otsuka, cucu dari pendiri Otsuka Group, menjabat kepala pabrik Tokushima pada saat itu. Ayah Akihiko, yaitu Masahito Otsuka, adalah seorang pimpinan perusahaan yang karismatik dan telah menciptakan berbagai produk terkenal seperti obat oles Oronain H atau minuman Oronamin C sehingga perusahaan menjadi sangat maju. Saya pun pasti akan menciptakan produk yang belum pernah ada. Akihiko punya tekad untuk mengembangkan produk yang dapat menjadi pilar perusahaan dengan tangannya sendiri.
Ya, kalau begitu tolong ya. Eh, maaf pak. Oh, Pak Harimah, ada apa? Rokuro Harima, penanggung jawab pengembangan minuman.
Pria ini dijuluki ahli rasa di perusahaannya, dan juga yang menentukan rasa oronaminsi. Maaf pak, ini sebenarnya... Bukankah ini cairan infus produk kita, iya kan?
Bagaimana kalau cairan infus dijadikan minuman pak? Minuman cairan infus? Ya.
Maksud Pak Harima? Ehm, begini Pak. Saya pernah ke Meksiko beberapa waktu yang lalu, dan saya mendapatkan pengalaman yang mengkhawatirkan. Harima mengunjungi Meksiko untuk survei buah-buahan tropis dalam rangka pengembangan minuman terbaru.
Tetapi, Harima mengalami diare parah karena situasi pengadaan air bersih setempat cukup buruk. Dia terpaksa diopnam di sebuah rumah sakit kecil yang fasilitas medisnya terbatas. Supaya penyakit Bapak Lekas sembuh, silakan minum obat dengan air soda ini ya, Pak. Air soda?
Kenapa bukan air putih? Saat ini air putih di Meksiko kurang baik. Oh, iya, iya. Ya, baiklah. Ya.
Baiklah, Pak. Akan saya jelaskan. Air dan zat gizi tubuh berkurang secara drastis karena diare.
Kalau tidak menambah kadar air tubuh, akan terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan. Meskipun hal ini sudah kita lakukan, nantinya kita juga harus menambah gizi. Oh, ya. Kalau saja ada fasilitas infus di rumah sakit ini, masalahnya sudah selesai.
Pak Harima yang berpikiran seperti itu, tiba-tiba teringat kembali sebuah peristiwa. Saya pernah melihat seorang dokter minum cairan infus untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang setelah selesai operasi yang berjam-jam. Betul, ada baiknya kalau kami mengembangkan cairan infus sebagai produk yang layak diminum.
Cairan infus merupakan bidang yang perusahaan kami kuasai juga. Dalam bidang cairan infus untuk penggunaan di rumah sakit, Otsuka Pharmaceutical menguasai pasar domestik. Saya punya ide untuk mengembangkan cairan infus agar dapat diminum.
Cairan infus untuk diminum? Mungkin saat ini belum waktunya, Pak Arima. Belum waktunya. Tiga tahun kemudian, Akihiko menjadi Presiden Direktur Otsuka Pharmaceutical yang ketiga pada umur yang masih muda, yaitu 38 tahun. Permisi.
Harima mendatangi ruangan Presiden Direktur dengan membawa seorang staff. Permisi, Pak. Staff itu adalah Akihisa Takeiji, anak buah Harima, seorang peneliti muda.
Saya panggil Anda berdua karena ada permintaan. Iya, Pak. Iya, Pak. Pak Harima, Anda pernah berkeinginan untuk mengembangkan... minuman cairan infus, bukan?
Benar, Pak. Saya kira sekaranglah saatnya. Oh ya? Saya dengar belakangan ini banyak orang senang berjoging.
Itu buktinya kepedulian akan kesehatan makin meningkat. Pada saat itu, olahraga jogging sedang menjadi tren di masyarakat. Dan peralatan seperti alat olahraga lari sangat laris.
Maksud Bapak, mengubah rasa cairan infus supaya enak diminum? Tidak. Sebenarnya, saya ingin menciptakan minuman kesehatan.
Eeeh, minuman kesehatan? Kalau berkeringat, elektrolit seperti ion natrium atau ion kalium ikut keluar dari tubuh bersama air. Saya ingin menciptakan minuman yang komposisinya sama dengan keringat sehingga menambah elektrolitnya. Oh, begitu ya. Lalu, konsep rasa pun disampaikan secara jelas.
Rasa yang tidak membosankan. Walaupun diminum setiap hari, harus terasa enak ditenggorokan. Enak ditenggorokan? Minuman kesehatan, kata-kata dirut menarik juga ya, tapi enak ditenggorokan itu seperti apa ya pak?
Takaiji, itulah tugasmu walau akan memakan waktu yang lama. Hah? Saya serahkan pengembangannya kepada kamu.
Kepada saya? Iya, lakukan seperti yang kamu mau. Iya, baiklah pak.
Harima menyerahkan pengembangan minuman kesehatan kepada Takeichi agar dapat membina peneliti muda tersebut yang akan memikul masa depan perusahaan. Takeichi langsung menuju ke sebuah tempat, yaitu sauna. Takeichi berpikir untuk menciptakan minuman kesehatan.
Pertama harus memahami keringat itu apa. Asing banget. Lalu Takeichi berjalan-jalan di sekitar perusahaan dan mengambil sampel keringat yang merembes dari kulit. Takeichi mengadakan analisa tentang komposisi dua keringat yang diambil di sauna dan saat berjalan-jalan.
Benar dugaan saya. Takeichi ingin memeriksa konsentrasi ion natrium, yaitu kadar garam, yang menjadi sebab asinnya keringat. Nilai konsentrasi sampel keringat di sauna jauh lebih tinggi.
Keringat itu bukan hanya satu jenis. Setelah mandi di sauna atau berolahraga yang berat, konsentrasi kadar garam dalam keringat menjadi tinggi. Sedangkan konsentrasi kadar garam dalam keringat sehari-hari rendah.
Minuman yang ingin kami ciptakan adalah minuman untuk menambah kadar air tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kalau seperti itu, kami lebih baik mengambil patokan pada keringat dengan konsentrasi kadar garam yang rendah. Takaichi langsung membuat minuman uji coba dengan persis mengikuti komposisi keringat saat berjalan-jalan. Pak Harima. Oh, Takaichi.
Ini minuman yang dibuat dengan komposisi keringat. Mohon dirasakan. Iya, iya.
Oh, sudah jadi. Silakan, Pak. Ya, baiklah.
Rasanya pahit, susah sekali untuk ditelan. Tapi, walaupun rasanya pahit, kalau memang baik untuk kesehatan, bukankah orang-orang mau meminumnya? Dalam komposisi keringat, selain zat ion natrium yang menimbulkan rasa asin, terkandung juga zat kalium atau magnesium yang menimbulkan rasa pahit.
Rasa pahit seperti ini tidak bermasalah kalau diminum sebagai obat. Tetapi, apa yang ingin kami ciptakan ini adalah minuman ringan. Jadi, jangan lupakan itu. Harima, seorang ahli rasa, yang dapat langsung menilai akan diterima atau tidaknya oleh konsumen, walaupun hanya secicipan. Meyakinkan beliau bukanlah hal yang gampang.
Dari pagi hingga malam, masalah penelitian tak pernah terlepas dari pikiran Takeichi. Pada hari libur pun, Takeichi membenamkan diri dalam penelitian. Dan akhirnya, terlintas ide untuk menambah zat pemanis alami untuk menghilangkan rasa pahitnya.
Bagaimana, Pak? Pahitnya memang berkurang. Hanya keseimbangan rasanya tidak tepat. Karena rasanya masih terlalu manis.
Tapi, untuk menghilangkan rasa pahitnya... Dengarkan saya. Apa yang ingin kami ciptakan bukan minuman jus, tetapi minuman kesehatan. Maka kadar gulanya semestinya ditekan serendah mungkin. Dan ingat, konsentrasi kadar gula harus di bawah 10%.
Kamu paham, kan? Baik, Pak. Saat itu, minuman ringan pada umumnya mengandung kadar gula lebih dari 12 persen.
Dan minuman yang laris adalah minuman yang manis. Akan tetapi, Harimau menyuruh mengembangkan minuman yang tidak terlalu manis. Minuman yang tidak terlalu manis tanpa rasa pahit.
Percobaan Takeichi dalam menciptakannya mengalami maju-mundur. Hampir 3 tahun berlalu, sejak pengembangan minuman dimulai. Mohon dicoba. Presiden Direktur Akihiko Otsuka pun telah melakukan uji coba beberapa kali.
Masih tetap ada rasa pahit. Iya benar, Pak. Minuman uji coba yang dibuat oleh Takeichi sudah mencapai lebih dari seribu jenis. Permisi.
Saat itu, seorang karyawan masuk ke ruangan. Dia ingin Presiden Direktur Akihiko menguji minuman serbuk instan yang sedang dikembangkannya. Minuman ini juga masih sangat jauh dari sempurna. Lalu kemudian...
Maaf, Pak. Mau diapakan? Dua-duanya belum sempurna.
Bagaimana kalau dicampur? Ini baru enak. Hah?
Kalian boleh coba juga. Oh, benar. Sekarang rasa pahitnya hilang.
Minuman serbuk instan ini rasa apa? Minuman serbuk instan rasa jeruk. Oh begitu.
Mungkin rasa pahit yang khas dari jeruk dapat menutupi rasa pahit yang tidak enak. Begitu ya. Berkat apa yang dilakukan Presiden Direktur Akihiko yang tak terduga, pengembangan minuman kesehatan maju satu langkah.
Kok baru pulang? Kenapa beli buah sebanyak itu? Tidak apa-apa.
Tolong siapkan pisau, papan potong, dan juga gelas sebaik mungkin ya. Iya, iya, baik. Buah-buahan yang lebih cocok itu apa? Kita mulai. Takeichi membeli beberapa jenis jeruk dan mencampurnya dengan minuman kesehatan, lalu dicoba minum.
Ini bukan. Intro Ini juga bukan Ini dia Ah Salah satu jenis jeruk menunjukkan efek luar biasa untuk menutupi rasa pahit. Buah apa itu sebenarnya? Hal itu merupakan rahasia perusahaan Otsuka Pharmaceutical sampai sekarang.
Takeichi semakin mendalami penelitiannya hingga akhirnya berhasil membuat minuman dengan konsentrasi kadar gula di bawah 10%. Takeichi menyeleksi dua jenis minuman untuk uji coba pada tahap akhir. Yang ini dengan konsentrasi kadar gula 6,2 persen, sedangkan yang ini adalah 7 persen. Untuk memperoleh tanggapan yang objektif, Harima menyuruh peneliti-peneliti lain untuk ikut mencobanya.
Terus terang, saya merasa lebih enak yang konsentrasi kadar gula 7%. Betul, yang lebih encer terasa kurang sesuatu, Pak. Para peneliti menyukai yang manis secara mutlak.
Namun Harima, ahli rasa, punya suatu ide. Beberapa hari kemudian, sesudah uji coba di laboratorium, Harima mengajak peneliti bawahannya untuk mendaki gunung dalam kota Tokushima. Pak, kenapa tiba-tiba kita mendaki gunung? Tidak usah banyak tanya, pokoknya ikut saja. Setibanya di puncak gunung, Harima mengatakan.
Mari sekarang kita minum. Harima menyuruh para peneliti untuk mencoba dua jenis minuman A dan B. Sebenarnya minuman ini sama dengan minuman yang dicoba di laboratorium beberapa waktu yang lalu. Yang A sedikit kemanisan. Saya merasa B lebih enak.
Saya juga merasa seperti itu. Yang A manis dengan konsentrasi kadar gula 7% dan B kurang manis dengan konsentrasi kadar gula 6,2. Padahal waktu dulu yang manis dengan 7% terasa lebih enak. Kenapa ya Pak? Saat berkeringat yang kadar gulanya lebih sedikit terasa segar dan lebih enak.
Dan ini kan minuman kesehatan. Nah, makanya harus terasa enak dikalo waktu beraktivitas. Ini dia.
Rasanya bagaimana, Pak? Ini yang kuinginkan. Baik, dengan rasa ini saja.
Hari ini, saya ingin mengajak Anda untuk mencoba minuman baru yang kami kembangkan. Pada hari itu, kebanyakan direktur pertama kali mencoba minuman kesehatan yang dikembangkan bertiga oleh Presiden Direktur Akihiko, Harima, dan Takeichi. Bapak Direktur, terus terang saya merasa rasanya kurang enak. Karena rasanya tawar. Terus terang ini tidak enak.
Siapa yang mau minuman seperti ini? Rasa asin seperti ini tidak bakal laku. Iya.
Betul kan? Iya, iya. Saya pikir tidak akan laku. Para Direktur Senior yang mempertahankan Otsuka Pharmaceutical dalam rentang waktu yang panjang memberi tanggapan negatif terhadap rasa itu. Saya pikir kita akan kesulitan dalam soal masalah.
Rapat Direksi pun menjadi ricu. Lalu kemudian... Saya mengerti tanggapan Anda.
Tetapi, Anda saat ini meminumnya di ruangan rapat. Cobalah meminumnya setelah berkeringan. Dan dipersilahkan minum berulang kali.
Dengan demikian, Anda baru akan mengerti hebatnya produk ini. Saya putuskan, perusahaan kita akan menjual minuman ini. yakin pada kepekaan rasa dirinya dan harimah. Akhirnya, penjualan minuman diputuskan.
Produknya diberi nama Pocari Sweat, yaitu kata Pocari yang memiliki kesan menyegarkan digabung dengan kata Sweat yang memiliki arti keringat dalam bahasa Inggris. Pada bulan April tahun 1980, penjualan Pocari Sweat dimulai. Karyawan marketing dan semua karyawan lainnya mengunjungi toko Toko pengecer, agar Pocari Sweat dipajang di lebih banyak tempat walaupun masing-masing hanya satu kaleng.
Kepala tim marketing Jiro Tanaka juga mengunjungi pengecer langganannya. Selamat siang, saya Tanaka dari Otsuka. Hari ini saya ingin menawarkan minuman baru yang diluncurkan oleh perusahaan kami.
Wah, seperti apa itu? Pocari Sweat namanya. Silahkan dicoba, silahkan.
Ini tidak enak Kalau begini Tidak bakal laku Tolong jangan berkata begitu Tolong dipajang dua atau tiga kali saja Tidak apa-apalah Untuk percobaan Tidak, saya yakin ini tidak laku Rasanya tanggung Asin tidak, manis juga tidak Saya bingung bagaimana cara menawarkan kepada konsumen Ah Begitu ya? Begitu juga di toko pengecer lain. Kalau rasanya seperti ini, tidak akan laku. Nggak manis. Maaf ya.
Untuk mencoba menawarkan kepada konsumen secara langsung, dibukalah kios di berbagai event dan menjualnya dengan harga 10.000 rupiah. Tetapi, Aduh, minuman apa ini, Nar? Rasanya aneh, nggak jelas. Masa minuman kayak gini suruh bayar? Maafkan kami.
Kayak gini disuruh minum, kurang aja. Reaksi konsumen sangat buruk. Sebagaimana yang sudah dicemaskan oleh direksi.
Maaf, Pak. Sepertinya memang ada masalah dengan rasanya, Pak. Benar, Pak.
Penjualan Pocari Sweat disambut sangat buruk oleh konsumen. Pak Direktur? Saat itu, Presiden Direktur Akihiko mengeluarkan keputusan yang mengagetkan.
Bagikan dengan gratis. Hah? Kita bagikan Pocari Sweat secara gratis agar diminum setiap orang di setiap tempat dan dalam jumlah yang besar.
Pak, berapa yang harus dibagikan? Tak terbatas. Keunggulan Pocari Sweat tidak bisa dirasakan kalau tidak diminum berulang-ulang.
Jumlahnya tidak terbatas. Kita lakukan. Secara tuntas. Kalau begitu, kerugian kita semakin bertambah, Pak. Benar, Pak.
Jangan pikirkan... Pocari Sweat terasa paling enak saat berkeringat. Para staff marketing saling mengajukan ide di mana tempat paling efektif untuk membagikan produknya.
Dengan demikian dimulailah operasi pembagian gratis Pocari Sweat secara besar-besaran di seluruh Jepang. Tanaka, kepala tim marketing, menuju ke lapangan baseball. Hei! Hei!
Mari sebentar! Ayo! Nah anak-anak, kalian haus kan?
Haus! Tunggu sebentar ya. Nah ini, ini silahkan minum.
Dingin dan enak. Nah ini, ini silahkan. Ini untukmu, ini untukmu. Ayo silahkan diminum.
Silahkan. Bagaimana rasanya? Enak! Enak kan?
Rasanya tidak biasa. Tapi bisa langsung diteguk. Betul, itu benar. Itu karena tubuh kalian mengeluarkan keringat. Jadi membutuhkan kadar air.
Nah anak-anak, tubuh kita 60%-nya terdiri dari... Bukan hanya ditawarkan menu, melainkan juga memberikan penjelasan konsep Pocari Sweat secara detail. Staff marketing lainnya kemudian membagikan kepada konsumen yang baru selesai mandi.
Tapi enak diminum, begitu ya? Bu, maaf bu. Iya?
Apa ibu haus? Karena kelihatannya berkeringat. Apa? Silahkan minum ini. Gratis nih.
Tentu saja, silahkan. Ada juga staff marketing yang memberikan langsung kepada orang yang sedang berkeringat. Bagaimana? Minuman apa ini?
Rasanya aneh. Tetapi enak juga sih. Terima kasih. Berkat pelaksanaan operasi pembagian gratis yang ditargetkan di tempat-tempat di mana orang muda berkeringat, sedikit demi sedikit Pocari Sweat mulai berkembang. Terima kasih ya.
Saya membagikan sampel pada anak-anak di lapangan baseball. Mereka semuanya minum dan bilang enak. Rupanya, sudah mulai disadari. Pokari Sweat itu seperti apa. Bagus kalau begitu.
Tapi Pak Direktur. Iya, ada apa? Karena membagikan tanpa batas, jumlah dibagikan gratis mencapai lebih dari 30 juta kaleng. Oh iya?
Pokari Sweat yang dibagikan secara gratis telah mencapai sebanyak 400 miliar rupiah. Kalau seperti ini terus, kerugian akan melonjak. Apakah lebih baik dihentikan saja pembagian minuman gratisnya?
Tidak apa-apa. Lanjutkan saja sepanjang tahun ini. Yang penting adalah...
Bukan keuntungan sekarang, tapi masa depan. Kalau sekarang menyebarkan benihnya, pasti akan berbuah banyak di kemudian hari. Satu tahun kemudian, pada tahun 1981, penjualan pokari sweat tetap sama saja seperti tahun sebelumnya. Terasa panas ya.
Tahun ini panas sekali ya. Musim hujan baru saja selesai. Dan musim panas untuk tahun kedua hampir tiba.
Halo, ini bagian marketing Otsuka. Hah? Stok Pokari Sweat habis. Ya, tolong cepat kirim Pokari Sweatnya, Pak. Stoknya sudah habis!
Mengherankan, Pocari Sweat tiba-tiba mulai lari secara drastis pada musim panas di tahun kedua penjualan. Dengan cara operasi membagikan produk gratis, konsep dan rasa telah dimengerti oleh konsumen dan hasilnya berbuah pada musim panas tahun kedua. Pada musim panas tahun kedua, penjualan Pocari Sweat melonjak sekitar 3 kali lipat dari tahun sebelumnya dan mencapai 2,6 triliun. Pak, akhirnya kita berhasil. Berkat usaha keras kalian.
Terima kasih. Keyakinan Presiden Direktur Akihiko akhirnya berbuah. Di Indonesia dikenal ada bulan Ramadan, dan diadakan yang namanya aktivitas promosi saat Ramadan. Orang-orang yang beragama Islam pada bulan Ramadan tidak boleh makan dan minum dari subuh sampai maghrib. Namun, kalau matahari sudah terbenam, baru boleh makan dan minum.
Nah, pada saat itulah, Pokares Sued dibagikan secara gratis. Di sini juga dibagikan secara gratis ya? Benar. Saking lapar dan haus, rasanya jadi enak sekali. Nama Pokareswet tersebar cepat dari mulut ke mulut dan larisnya luar biasa.
Melihat peluangnya, sangat luar biasa. Betul sekali. Iya, benar sekali.
Ada satu lagi cara pemasaran yang efektif di Indonesia. Cukup banyak orang yang tertular demam berdarah, penyakit tropis, dan diopnama di rumah sakit. Iya, benar sekali.
Lalu pembagian gratis diadakan di rumah sakit. Seperti itulah. Memang pembagiannya pun secara strategis dan telah dipikirkan di mana sebaiknya dibagikan agar keunggulan produk manfaatnya paling bisa dirasakan.
Pemirsa, itulah kisah sukses perjuangan. Pokari Sweat, sampai jumpa.