You see, before Raffles came to Singapore, he actually spent a period of his life as the Lieutenant Governor of Java. This is Kenny Ting, salah seorang direktur di Asian Civilizations Museum Singapura yang tengah menjelaskan lukisan Thomas Stamford Raffles. Banyak orang percaya bahwa lukisan tersebut menggambarkan latar kisah Raffles sebagai seorang statesman asal Inggris dengan Singapura. Namun... Detail lukisan yang menunjukkan beberapa relief Hindu dan Buddha di latar belakangnya itu sebetulnya menunjukkan relasi Raffles dengan Jawa.
Ya, Jawa adalah kunci. Berasa pernah dengar kalimat itu gimana ya? Anyway, yang jelas Raffles yang merupakan founder dari Singapura itu adalah bukti bahwa Indonesia yang dulunya Hindia Belanda sempat dijajah oleh Inggris untuk...
beberapa saat, terutama di Pulau Jawa, tepatnya antara tahun 1811 hingga 1816. Jadi, buat yang berandai-andai, akan seperti apa Indonesia kalau dijajah oleh Inggris? Well, kita sebenarnya pernah dijajah Inggris. Semua tentu tahu bahwa tak ada kolonial yang baik Hampir semuanya diwarnai oleh konflik dan pertumpahan darah Waktu Inggris di Indonesia pun sekalipun dalam waktu yang sangat singkat Dianggap buruk bagi masyarakat kala itu Rakyat dibebani punggutan dan banyak manuskrip Serta peninggalan kebudayaan dari keraton Serta tempat-tempat lainnya yang diambil secara paksa Duh, emang yang namanya penjajah gitu kali ya Pertanyaan lanjutannya adalah Apakah kalau dijajah oleh Inggris dalam waktu yang lebih lama kita akan menjadi lebih baik nasibnya katakanlah seperti Singapura atau Malaysia dan benarkah jajahan Inggris lebih baik daripada jajahan Belanda let's find out on the desk Sebelum bicara tentang what if Indonesia dijajah oleh Inggris, mari kita sedikit melihat wajah Inggris alias British Empire di tahun 1800 yang disebut-sebut sebagai the modern version of Kekaisaran Romawi, tapi dengan luas wilayah yang mencapai 7 kali lipat dibandingkan Romawi. Bahkan, British Empire menjadi kekaisaran dengan wilayah terluas sepanjang sejarah manusia. Wilayah kekuasaan kerajaan ini meliputi hampir seperempat permukaan bumi.
Wilayah ini juga menjadi tempat berdiam lebih dari seperempat populasi dunia kala itu. Bisa dibilang super duper amat sangat luas. Sejak abad ke-16, Inggris memang telah membangun koloni-koloninya di berbagai belahan dunia seiring menguatnya angkatan laut negara tersebut yang sudah kita bahas. di video sebelumnya.
Makanya, gak heran jika negara tersebut kemudian berubah menjadi penguasa dunia yang wilayahnya ada di mana-mana. Nah, seperti yang sudah disinggung di awal, awal tahun 1800-an, Inggris sudah mulai menghitung peluang untuk menjaga kekuasaan dunia. untuk menyerbu Hindia Belanda.
Inggris sendiri sebetulnya sudah punya kekuasaan di wilayah Hindia Belanda sejak tahun 1685, tepatnya di daerah bernama British Benckulen. Yes, itu adalah Bengkulu. Ini benderanya ya.
Jadi teknikali orang-orang Bengkulu pernah mengalami dijajah oleh Inggris untuk waktu yang lama. Hmm, that's interesting. Adapun, Rathle sendiri memang sejak tahun 1805 telah bertugas di Penang. Karena pecah perang Napoleonik yang dikobarkan oleh Napoleon dan Belanda kemudian jatuh ke tangan Perancis, Inggris yang kala itu berperang melawan Perancis kemudian ikut memerangi kekuasaan Perancis di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Singkat cerita, melalui sebuah perencanaan yang dilakukan di Penang, disusunlah rencana penyerbuan tanah Jawa oleh Raffles bersama John Casper Leiden.
Dalam benak Raffles, Jawa adalah tanah harapan yang memiliki segudang harta karun. Saat tentara Inggris berhasil mendarat di Batavia, digambarkan bagaimana tegangnya suasana ketika kapal-kapal Inggris berlabuh di pantai Cilincing dan dengan cepat menjatuhkan kota ini tanpa perlawanan berarti dari pihak Belanda. Ini misalnya ditulis oleh Tim Hannigan dalam bukunya yang berjudul Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa.
Kendati kawasan kota tua telah diduduki oleh Inggris, perang masih berlanjut hingga terus ke selatan di Walter Freden, hingga ke Benteng Mr. Cornelis yang merupakan babak paling sengit. Saat Belanda akhirnya menyerah kepada Inggris, petualangan Raffles di Tanah Jawa dimulai. Well, ada yang bilang Inggris penjajah yang lebih baik. Namun kenyataannya, lima tahun di bawah Raffles, yang melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak dilakukan Belanda di Jawa. Di samping menuliskan buku tebal History of Java yang dianggap sebagai mahakarya pada zaman itu, Rafales mendobrak kesopanan yang mengakar di keraton-keraton Jawa, menjara pusaka-pusaka, menuliskan korespondensi berambisi yang akhirnya membuat pertumpahan darah di Palembang, dan serangkaian reformasi aturan yang akhirnya membuat kehidupan di Jawa dipenuhi kisah nestapa.
Ini misalnya terjadi pada peristiwa di Yogyakarta, di mana pada 16 Juni 1811, atas instruksi dari Raffles, pasukan Inggris yang terdiri dari tentara Eropa dan India menyerbu keraton Yogyakarta. Raffles Yasmiinkan Keraton menyerah saat itu juga. Tapi Sultan Hamengkubwono II balik menuntut meminta Inggrislah yang menyerah. Perundingan buntu, perang pun pecah.
Inilah peristiwa yang dikenal sebagai Geger Satehi yang diwarnai dengan dinamika internal di Keraton sendiri yang berujung pada lahirnya Paku Alaman. 11.000 prajurit Jawa ditambah seratusan ribu warga mati-matian mempertahankan kedaulatan Yogyakarta. Tapi meski unggul di jumlah, pasukan Jawa kalah strategi, belum lagi ditambah pengkhianatan dari dalam.
Kemenangan Inggris atas Yogyakarta semakin mendongkrak ambisi Raffles menguasai tanah harapan. Pasca kemenangan tersebut, banyak benda pusaka dan manuskrip dari Kraton Yogyakarta yang diambil dan dibawa ke Inggris. Pada tahun 2010 misalnya, disebut ada sekitar 7.000 manuskrip Kraton Yogyakarta yang masih ada di Inggris.
Selama nyaris 2 abad Belanda berada di Jawa, mereka belum pernah melakukan sesuatu yang sedemikian berani seperti yang Raffles lakukan. Belanda menghindari penyerbuan secara langsung terhadap Kraton. Kemenangan Inggris atas Jawa sebenarnya bukan ditujukan untuk memperoleh kejayaan, tetapi uang.
Inggris kemudian menetapkan aturan sewa tanah yang sangat tinggi, hingga banyak petani yang terlirik hutang karena hasil panennya tidak cukup untuk memenuhi biaya produksi. Sebagai gubernur, Raffles tidak menjaga dirinya dari sisi argon dan agresif kolonialisme Inggris. Justru ialah yang menjadi pelopor sisi itu. Setelah Belanda terbebas dari cengkrama Napoleon dan memperoleh kemerdekaannya, Inggris pun mengembalikan Jawa kepada Belanda pada tahun 1816. Raffles membawa pulang sedikitnya ada 20 ton harta kekayaan berupa pusaka-pusaka dari Jawa ke Inggris dan setumpuk benang kusut masalah yang dibiarkan mengakar di tanah Jawa.
Hmm, oke, jadi gimana? Masih yakin lebih baik dijajah oleh Inggris? Lalu apa benar?
Kita akan jadi lebih maju jika dijajah oleh Inggris dalam waktu selama penjajahan Belanda seperti yang dibilang oleh Pak Irman Gusman yang mantan ketua DPD dan pernah diciduk KPK itu. Well, jawabannya tentu saja tidak semudah itu berkesimpulan dan kian. Yang jelas, kalau dijaga oleh Inggris dalam jangka panjang, orang Indonesia mungkin akan lebih fasi berbahasa Inggris. You know, English is the language of money.
Kemudian, bisa saja negara ini akan berbentuk federasi dan tentara kita mungkin akan ada yang ikut berjaga di Istana Buckingham. Kita juga akan jadi bagian dari Commonwealth atau negara-negara persemakmuran Inggris. Kemudian, Hukum kita bisa saja berhaluan common law dan bukannya civic law seperti sekarang ini. Lalu bahasa Indonesia mungkin akan lebih banyak menyerap kata dari bahasa Inggris ketimbang dari bahasa Belanda. Tak akan ada kata om dan tante, mungkin juga berbagai kata lainnya yang diserap dari bahasa Belanda.
Soal nasib? Well, banyak juga kok negara-negara bekas jajahan Inggris yang miskin, seperti di Afrika. Banyak koloni Inggris di Afrika yang dulu penduduknya diperdagangkan sebagai budak.
Mungkin kalau soal korupsi masih bisa kita perdebatkan lagi lah argumentasinya. Tapi semuanya bergantung pada masyarakat dan pemimpin negara-negara bekas jajahan tersebut. Jadi, soal apakah Indonesia bisa jadi lebih baik jika dijajah oleh Inggris merupakan hal yang tak akan ada habisnya?
diperdebatkan. Apalagi wilayah British Empire juga ada yang disebut Dominions, misalnya Kanada dan Australia, yang sekalipun dulunya koloni, namun dibangun juga untuk tempat tinggal bagi orang-orang yang memilih mencari penghidupan di luar Inggris. Hal yang membuatnya cenderung maju dibanding negara-negara bekas jajahan Inggris lainnya.
Yang jelas kalau lihat 5 tahun kekuasaan Inggris di Indonesia yang tujuannya adalah untuk uang semata dan sekalipun membuat dokumentasi terhadap peninggalan kebudayaan di Indonesia mereka nyatanya juga membawa banyak barang berharga keluar dari negara ini. Kemudian belum lagi soal pajak tanah yang juga bikin rakyat sengsara. Nah, sebelum mengakhiri video ini, jika kalian tertarik untuk bergabung dengan membership Pintar Politik, jangan lupa untuk klik tombol join di bawah ini ya.
Edisi kali pertama untuk konten eksklusif kali ini adalah alasan Raffles menjara banyak manuskrip dan peninggalan kuno dari Indonesia. Ada yang bilang itu gara-gara kasus Raja Gila lho. Hmm, oke. Lalu bagaimana menurut kalian?
Kalian ada di tim mana lebih baik dijajah oleh Inggris atau lebih baik dijajah oleh Belanda? Berikan pendapatmu. Terima kasih telah menyaksikan video ini. Jangan lupa untuk di rumah aja patuhi protokol kesehatan dan rajin-rajin cuci tangan kalian.
Jika kalian punya saran atau masukan untuk konten-konten selanjutnya, jangan lupa untuk tinggalkan di kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa juga untuk like, subscribe, dan nyalakan lonceng notifikasinya, serta ikuti terus PinterPolitik.com untuk dapatkan informasi seputar fenomena politik di Indonesia. Bye-bye.
Hmm...