Transcript for:
Perjuangan Hui dan Anak-Anak Jalanan

Pria ini bernama Hui Dulunya dia adalah atlet MMA Pemegang gelar juara se-Asia Tapi gara-gara pernah berantem sama pelatih dan masuk penjara Karirnya jadi hancur Kini di usia yang sudah 43 tahun, demi bisa bertahan hidup, Hui membuka bisnis proyek pertambangan pasir. Malam itu, waktu lagi ngirim pasir, tiba-tiba truk pasir Hui dihadang jebakan batu. Karena sadar ada perampok, Hui bersiap membela diri. Eh, pas para perampoknya muncul, ternyata mereka semua bocil. Akibat dipukul batu, Hui pingsan.

Besoknya setelah berobat ke rumah sakit, teman Hui sekaligus manajer proyek bernama Feng bilang para karyawan mengancam akan mogok kerja karena udah 6 bulan gaji mereka belum dibayar. Akhir-akhir ini kita juga jarang dapat pesanan pasir. Jika terus begini, pertambangan kita bisa bangkrut. Mendengar itu, demi menyelamatkan bisnisnya, Hui berencana pergi menemui teman lamanya yang bernama Jing Fu untuk meminjam uang.

Jing Fu adalah pengusaha sukses. Di pabrik, ketika bertemu, sambil udut bareng, Hui cerita soal masalah bisnisnya. Jingfu bilang dia bisa minjemin uang asalkan Hui mau kerjasama membuka klub bela diri MMA.

Jingfu terlihat serius. Dia ngasih duit segepok dan memberitahu kalau sekarang bisnis di sektor olahraga lagi naik daun. Jika kita investasi di bidang olahraga, pasti untung besar.

Tugas Hui cuma perlu ngumpulin anak-anak terus dilatih bela diri. Soal modal biar semua dia yang urus. Karena lagi butuh banget uang, mau gak mau Hui setuju. Esok paginya di gudang pasir, saat Hui sedang mengurus pembayaran gaji karyawan, Feng datang membawa anak-anak, calon murid sesuai permintaan Hui. Pas ngeliat bocahnya culun semua, Hui lemes.

Dia lalu dapet ide. Siang hari, Hui, Feng, dan anak buahnya pura-pura mengirim pasir untuk menangkap bocil-bocil yang kemarin merampoknya. Setelah berhasil menangkap 8 bocil, meski tujuannya bisnis, tapi Hui tetap memperlakukan mereka dengan baik. Waktu semua lagi makan, Hui mengancam, kalau nggak mau dilaporin polisi, kalian harus mau jadi muridnya. Daripada ngerampok, mending latihan bela diri dan dapat duit halal.

Mereka pun nurut. Di tengah obrolan, salah satu anak yang bernama Mahu bilang, dari kecil mereka nggak pernah sekolah jadi nggak bisa baca tulis. Mendengar itu, Hui terdiam kasian.

Di kantor saat melihat medali emasnya, seketika Hui teringat masa lalunya. Malamnya anak-anak menginap di gudang. Karena ini pertama kalinya tidur di kasur empuk, mereka berharap bisa tidur di sini selamanya. Meski sadar cuma dimanfaatkan Hui demi bisnis, tapi mereka tetap bersyukur.

Satu minggu kemudian, subuh-subuh, hari peresmian pun tiba. Setelah memastikan semua siap, Hui lalu menunggu kedatangan Jing Fu. Namun sudah berjam-jam lamanya menunggu, dia bingung kenapa Jing Fu masih belum datang juga.

Waktu ditelepon, ternyata Jing Fu ketangkep polisi gara-gara jualan obat palsu. Di penjara, waktu bertemu, Hui minta Jing Fu tanggung jawab. Jika dipenjara, terus sekarang siapa yang akan mendanai klubnya?

Dengan santai, Jing Fu bilang, semua uangnya sudah disita polisi. Daripada repot, mending klubnya dibubarin aja. Toh murid-muridnya juga cuma bocil-bocil miskin gak penting.

Telantarin aja lagi ke jalanan. Mendengar itu, Hui istighfar. Malamnya, sepulang ke pertambangan, Hui mengumumkan, mulai sekarang klubnya dibubarkan.

Anak-anak pun kaget. Salah satu anak bernama Sumu terus memohon agar mereka dibolehkan tinggal dan belajar bela diri di sini. Ia janji akan jadi anak baik.

Namun dengan berat hati, Hui terpaksa tetap mengusir mereka semua. Tak lama kemudian, saat Hui lagi beres-beres, mendadak pemilik pertambangan lain datang memberitahu kalau barusan ada gerombolan bocil habis ngerampok di wilayah pertambangannya. Awalnya Hui pura-pura nggak kenal, tapi ternyata pas ngerampok, para bocah itu kompak teriak ngaku-ngaku kalau mereka muridnya Hui.

Hui pun kaget, karena melawan Hui disetrum hingga pingsan. Sebagai ganti rugi, stok pasirnya diambil paksa. Akibat kejadian semalam, besoknya Hui mengantar anak-anak pulang menemui orang tua mereka.

Waktu sampai di dekat rumah, Hui, Mahu, dan Sumu lanjut jalan kaki, sementara Feng dan anak-anak lain menunggu di truk. Sesampainya di rumah, Hui kasihan melihat kondisi kakak mereka yang lumpuh. Saat ngobrol berdua, waktu tahu adiknya bikin ulah, kakak minta maaf. Sudah lama mereka ditelantarkan orang tua dan hidup serba kekurangan. Bisa makan kentang aja udah bersyukur banget.

Dengan gemetar kakak janji dia akan berusaha mengganti kerugian Hui. Karena tak tega, Hui malah ngasih uang terus pergi. Esok paginya di pertambangan, Hui mengumpulkan anak-anak.

Ia menunjukkan surat perjanjian sambil memberi tahu, mulai sekarang kalian boleh tinggal dan makan gratis di sini, tapi syaratnya nggak boleh ngerampok lagi. Kalian juga harus disiplin latihan bela diri agar bisa dapat uang halal. Yang setuju, silahkan cap jempol di surat perjanjian. Tanpa fikir panjang, anak-anak langsung mencap jempol mereka.

Siangnya, Hui pergi ke bar menemui teman lamanya. Waktu udut bareng, Hui bilang dia mau ngajak kerjasama. Karena kebetulan barnya sepi, gimana kalau kita bikin pertunjukan MMA?

Berantemnya cuma bohongan aja kok, jadi nggak akan ada yang terluka. Hui yakin anak muridnya pasti bisa menghibur para pelanggan. Mendengar ide brilian itu, temannya setuju.

Keesokan harinya, selesai latihan, Hui nunjukin anak-anak video rekaman pertarungan atlet MMA sambil menjelaskan nanti mereka akan bertarung seperti di video. Tapi bedanya berantemnya cuma bohongan. Hui lalu menyuruh dua orang maju buat jadi contoh.

Eh, karena aktingnya jelek. Biar paham, Hui nendang mahu. Pas si mahu kesakitan, Hui nyuruh contoh ekspresinya. Akting bukan cuma pukul-pukulan doang, tapi juga harus pake ekspresi.

Beberapa hari kemudian, setelah berlatih, Hui membawa anak-anak ke bar. Malam itu, Mahu dan Sumo yang akan tampil menghibur penonton. Pernah kelihatan banget bohongan seluruh penonton kecewa.

Dengan emosi, Hui teriak nyuruh mereka berdua berantem beneran. Selesai pertunjukan, tubocah berdua bonyok. Ketika sedang dipijat, Sumu curhat.

Dia ingin jadi atlet sungguhan seperti Hui. Bila nanti juara dan bisa keliling dunia, Sumu pengen banget ngajak kakaknya pergi kemanapun yang dia mau. Sumu lalu bertanya, apa suatu saat nanti mimpinya bisa terwujud?

Hui hanya terdiam. Keesokan harinya, biar semangat latihan, Hui membelikan anak-anak sepatu baru. Mereka pun senang.

Hari demi hari, latihan demi latihan, dan pertunjukan demi pertunjukan, terus anak-anak jalani. Terima kasih. Hingga suatu hari, karena klub bela dirinya semakin terkenal, Hui dapat tawaran menghibur di salah satu bar ternama di kota besar. Tanpa fikir panjang, Hui menerima.

Namun suatu malam, ketika Mahu dan Sumu sedang menghibur pelanggan, tiba-tiba ada pereman datang mengganggu. Para pereman menyuruh bubar. Mereka sudah tahu kalau... Berantemnya cuma bohongan, tapi karena melawan, Mahu dan Sumu digebugin. Di sisi lain, saat dapat kabar, Hui bergegas menolong.

Saat terpojok untungnya Feng muncul tepat waktu mengalihkan perhatian. Mereka bertiga pun bisa kabur. Akibat kejadian itu, Feng dan para preman ditangkap polisi. Keesokan harinya, Hui datang menjenguk.

Hui minta maaf. Ia janji akan segera mengurus dokumen pembebasan Feng. Hui juga cerita karena kebohongan sudah terbongkar. Sekarang bisnis pertunjukan mereka tutup.

Feng yang khawatir dengan nasib anak-anak menyarankan kenapa Hui tak coba melatih mereka untuk jadi atlet sungguhan. Mahu dan Sumu juga kelihatannya ada bakat. Ia yakin salah satu di antara mereka pasti bisa juara. Mendengar itu, Hui mulai merenung. Esok hari, Hui memutuskan pulang ke rumah ibunya.

Sudah bertahun-tahun lamanya, dia tak pernah pulang. Ibu sekarang tikun parah, bahkan sudah tak mengenali Hui lagi. Waktu bertemu ibu, dada Hui terasa perih. Tiba-tiba dia teringat hari ketika karirnya hancur.

10 tahun lalu, saat berhasil meraih juara, gara-gara ketahuan pakai doping, Hui terpaksa didiskualifikasi. Ibu di situ terus memohon dan meminta panitia melakukan tes ulang. Ia yakin putranya tak berbuat curang. Sayangnya keputusan tak bisa dibatalkan. Karena tak terima, Hui menyalahkan pelatih, lalu menghajarnya habis-habisan.

Akibat kejadian itu, dia dipenjara. Setelah teringat dosa masa lalunya, Hui menangis menyesal dan meminta maaf pada sang ibu. Demi menebus kesalahannya, akhirnya Hui memutuskan akan mendedikasikan sisa usia yang dia miliki untuk melatih anak-anak hingga menjadi atlet profesional.

Intro 10 tahun kemudian, terlihat Hui baru aja sampai di bandara untuk menjemput Mahu dan Sumo. Kini mereka berdua sudah dewasa dan sekarang sedang mengikuti kejuaraan MMA tingkat nasional. Selama di perjalanan pulang, mereka berdua cerita panjang lebar tentang semua pertandingan hingga lolos ke babak penyisihan. Mendengar cerita itu, Hui bangga.

Sesampainya di klub, Hui kaget kenapa ada banyak warga miskin memohon agar anaknya dilatih bela diri. Dengan senang hati, Hui menerima. Meski klubnya sudah jadi klub besar, Tapi karena kebanyakan muridnya berasal dari warga miskin, dia tak memungut biaya sama sekali. Makanan dan tempat tinggal juga gratis.

Tak hanya melatih bela diri, Hui juga mempekerjakan guru les agar anak-anak bisa belajar. Setelah merayakan keberhasilan mahu dan sumu di babak penyisihan, Hui pergi ke sekolah swasta. Ketika bertemu kepala sekolah, dia memohon agar pihak sekolah mau menerima anak-anak miskin dari klubnya agar bisa berjaya. bisa sekolah gratis. Mendengar permintaan itu, kepala sekolah menolak.

Kalau mereka mau sekolah di sini, minimal Hui harus membayar uang bangunan. Hui pun lemas. Malamnya sepulang ke klub, waktu melihat Sumu masih berlatih, Hui menghampiri.

Sumu bilang dia yakin pasti akan masuk final dan jadi juara. Ia pasti bisa membawa medali emas. Sumu juga berterima kasih, berkat Hui kini hidupnya berubah. Mendengar itu, Hui tersentuh. Karena udah lama gak latihan, Hui ngajak Sumu latih tanding.

Beberapa hari kemudian, saat babak penyisihan akan dimulai, Hui dapat kabar kalau video rekaman pertunjukan Mahu dan Sumu semasa kecil dulu viral di Youtube. Nama mereka berdua pun terpaksa dicoret sementara dari daftar peserta kejuaraan. Waktu menemui ketua panitia, Hui terus memohon agar muridnya tetap diizinkan ikut bertanding. Tapi karena tingginya protes publik, ketua terpaksa menolak.

Ketua memberikan kartu nama klub lain lalu menyarankan satu-satunya cara agar bisa ikut kejuaraan adalah murid Hui harus pindah klub. Berita tentang kasus Hui yang ketahuan pernah mengeksploitasi anak di bawah umur pun semakin viral. Saya tidak bisa menahan mereka di sini.

Tunggu, Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu.

Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu.

Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu.

Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu.

Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu. Tunggu, Tunggu.

Tunggu, Tunggu. Hingga akhirnya pihak kepolisian memaksa Hui menutup klubnya sementara waktu selama masa penyelidikan. Hui cuma bisa pasrah.

Beberapa hari berlalu karena tak punya pilihan lain demi bisa mengikuti kejuaraan tanpa sepengetahuan anak-anak, Hui menemui pemilik klub lain. Pemilik klub janji dia pasti akan melatih Mahu dan Sumu sepenuh hati. Setelah negosiasi, Hui pun sepakat menyerahkan kedua murid hebat yang telah dia latih 10 tahun lamanya. Malam hari, Hui mengajak anak-anak makan-makan. Ketika makan, Mahu bilang meski sekarang klubnya ditutup, tapi apapun yang terjadi kita semua akan tetap berada di sisi Hui.

Bagi kami, Hui sudah seperti ayah sendiri. Namun di tengah obrolan, tiba-tiba Hui memberitahu kalau dia sudah menandatangani kontrak pemindahan Mahu dan Sumu ke klub baru. Sedangkan untuk anak-anak yang lain, kalian bisa pulang ke rumah masing-masing.

Mendengar itu Mahu protes, kenapa membuat keputusan sendiri main-main. main pindahin gitu aja tanpa diskusi terlebih dahulu. Kita juga punya hak memilih. Demi kebaikan mereka, Hui marah-marah.

Pokoknya mulai malam ini, klubnya dibubarkan. Sambil menahan sedih, dia mengusir anak-anak dan berkata jangan pernah muncul di hadapannya lagi. Satu tahun kemudian, kini terlihat Hui sudah membuka pabrik sutra.

Dari hasil bisnisnya, sebagian dia sedekahkan untuk pendidikan anak kurang mampu, terutama anak-anak miskin mantan muridnya. Pagi itu, saat sedang ingin pergi ke sekolah, Feng memberitahu tadi ada wartawan mencari Hui lagi. Wartawan terus berusaha minta waktu untuk wawancara soal masalah video viralnya tahun lalu. Namun Hui menolak.

Berita itu udah basi dan gak ada lagi yang perlu diwawancarai. Baginya anak-anak miskin bisa sekolah, serta bisnis barunya berjalan lancar aja udah alhamdulillah. Siang hari, Hui mampir ke rumah kakak Mahu dan Sumu.

Berkat bantuan Hui, sekarang kakak bisa hidup lebih layak. Kakak disitu cerita, Sumu sering mengirim surat kabar. Waktu dibaca, awalnya Hui senang mantan muridnya sudah jadi atlet sukses. Namun saat melihat semua perangku suratnya sama persis, dia sadar Sumu berbohong.

Karena penasaran, Hui pergi ke alamat pengirim surat untuk menemui Sumu. Ketika menabrak mobil di depannya, Hui bingung kenapa berhenti di tengah jalan. Ternyata mobil itu sedang dirampok dan perampoknya adalah Ma Hu.

Setelah berhenti, Hasil mengejar, Hui minta penjelasan. Dengan sedih mau bilang dia terpaksa melakukan ini. Semenjak Hui meninggalkan dia dan Sumo, kita berdua tak punya masa depan lagi.

Kita kehilangan sosok ayah dua kali. Sekarang Sumu mengalami cidra lutut parah hingga tak bisa berjalan. Demi mengobati saudaranya, dia tak peduli meski harus kembali merampok seperti dulu. Mendengar cerita Mahu, hati Hui begitu perih.

Ia kecewa sekaligus merasa bersalah. Keesokan harinya, ketika menjenguk dan melihat langsung keadaan Sumu yang hanya bisa terbaring di kasur, Hui berusaha menahan sedih. Namun sebaliknya, Sumu tak kuat menahan air matanya. Ia menangis malu.

Sangat malu. Dengan tegar Hui memberitahu semalam Mahu ditangkap polisi dan dipenjara. Sambil menangis akhirnya Sumu menceritakan semuanya.

Dulu saat bergabung dengan klub baru. Dia dipaksa pemilik klub untuk meminum doping. Tapi karena sumu menolak, dia dipukuli dan ditendangi sampai lututnya cedera parah.

Mendengar cerita itu, Hui yang tak terima langsung pergi menemui si pemilik klub. Intro Cuma sendirian, Hui kalah. Si pemilik klub bilang Mahu dan Sumu sudah terikat kontrak dengannya, jadi Hui nggak berhak ikut campur. Jika ingin mengambil mereka lagi, Hui harus bayar denda.

Sebelum mengusirnya, si pemilik klub menginjak bahu Hui hingga patah. Persis seperti yang dia lakukan pada Sumu. Minggu depannya, Hui memutuskan menerima undangan wawancara TV. Dalam wawancara itu, para penonton menyorakinya dengan sebutan manusia sampah.

Presenter lalu bertanya sebenarnya apa tujuan Hui menampung dan melaksanakan. Huy menjawab, Ya, dia memang menipu mereka. Tapi dia menipu mereka. agar punya masa depan yang lebih baik. Menipu mereka agar berhenti mencuri.

Menipu mereka agar bisa jadi juara dan meraih medali emas. Apa masyarakat pernah peduli dengan anak-anak miskin itu? Selama ini semua anak miskin jalanan selalu dianggap seperti sampah masyarakat. Jangankan membantu agar bisa sekolah, cuma sekedar memberi makan aja tak ada yang mau peduli. Mendengar ucapan Hui, seluruh penonton terdiam merenung.

Di sisi lain di rumah sakit, sebelum menjalani operasi lutut, Sumu, Feng dan kakaknya juga menonton wawancara Hui. Sumu pun menangis. Jerit hati seorang anak jalanan terwakilkan oleh ucapan Hui.

Beberapa bulan berlalu, setelah sembuh dari operasi, Sumu datang menjenguk Mahu di penjara. Melihat saudaranya bisa berjalan lagi, Mahu senang. Sumu cerita berkat wawancara Hui yang viral, masyarakat jadi mendukung. Dan membantu membebaskan kontrak kita dengan klub. Bahkan perbuatan si pemilik klub yang selama ini memaksa murid-muridnya memakai doping juga ketahuan.

Dan klubnya dibubarkan. Sekarang kita sudah sepenuhnya bebas. Kita bisa kembali bersama Hui seperti dulu lagi. Sambil menangis terharu, Mahu minta Sumu membuktikan pada Hui kalau kita bisa jadi juara.

Buatlah ayah kita bangga. Dua tahun kemudian, setelah melewati berbagai pertandingan dan memenangkan banyak kejuaraan, kini terlihat Sumu telah menjadi petarung MMA terkenal. Hari itu, Sumu menantang atlet juara dunia asal Brazil. Hui dan kakak juga hadir menyaksikan.

Ketika semua siap, ronde pertama pun dimulai. Kena jatuh di sana Kena jatuh di sana Akibat terkena pukulan bertubi-tubi, Sumu terpojok. Beruntung bel ronde pertama berbunyi. Di tempat lain, Feng juga menyaksikan jalannya pertandingan lewat TV. Sementara di penjara, Mahu mendengarkan kabar terbaru lewat radio.

Mereka khawatir apakah Sumu bisa membalikan keadaan melawan juara dunia itu. Tak lama kemudian, bel ronde kedua berbunyi. Let's go!

Jangan lupa like, share, dan subscribe ya! Lagi-lagi Sumu terpojok Ketika ingin menyerah Sumu teringat momen-momen saat Huy melatihnya hingga di titik ini Di sisa waktu 30 detik sebelum ronde berakhir, Sumu akhirnya berhasil lolos dari kuncian lawan. Dengan sekuat tenaga, dia membalas menyerang. KAAA!

Sumu berhasil menang KO. Dari kejauhan, Hui terlihat sangat bangga. Anak jalanan miskin yang dulu tak punya masa depan itu, kini telah menjadi juara dunia.

Hui pun keluar gedung pertandingan untuk menikmati sebatang cerutunya.