Bagi banyak orang, negara Amerika Serikat adalah tanah impian. Tempat di mana peluang besar ada di setiap sudut kotanya. Pekerjaan dengan gaji tinggi, hunian yang nyaman, kehidupan yang layak. Itulah yang mereka inginkan.
Namun, bagi mereka yang hidup di perbatasan bagian barat Amerika Serikat, yaitu Arizona, mungkin impian itu ya, ya cuma jadi impian. Di sana banyak imigran tanpa dokumen resmi hidup dalam ketakutan dan selalu waspada terhadap setiap gerakan. Karena setiap langkah dapat menarik petugas imigrasi di sana yang siap untuk mendeportasi mereka.
Contohnya adalah mereka yang ada di film ini. Penasaran? Jadi begini ceritanya.
Di Kabupaten Phoenix, Arizona, banyak penduduknya adalah imigran gelap asal Meksiko, termasuk banyakkan siswa di sekolah Carl Hayden. Salah satunya adalah Oscar. Prestasinya di bidang militer sangat lagi milang. Namun saat ingin mendaftar menjadi tentara Amerika, berkas-berkasnya ditolak karena statusnya sebagai imigran tanpa akte kelahiran. Ditambah, petugas di sana bilang untuk tidak mencoba mendaftar di lembaga pemerintah manapun.
Karena jika ketahuan, petugas imigrasi di sana akan mencarinya. Dan tak segan-segan untuk segera mendeportasinya. Kabar buruk itu pun tak ingin didengar oleh ibunya.
Jadi ketika di rumah, ia berbohong. Kalau berkas-berkasnya sedang diproses oleh koramil sana. Oscar pun merasa bersalah telah berbohong pada ibunya.
Ditambah mimpinya untuk bikin story IG, Halo dek, pacarmu anak kuliah ya, mending sama aku aja. Iya, mimpinya itu telah sirna di telan realita. Di sisi lain, seorang pria datang ke sekolah Oscar untuk melamar kerja sebagai guru.
Pria itu bernama Pak Freddy. Namun saat di interview, dan iya, terungkap bahwa Pak Freddy memang tidak ada pengalaman untuk mengajar. Saat kepala sekolah mengecek CV-nya, gelarnya adalah seorang engineer, atau di kita biasa kita nyebutnya insinyur, yang mana dia sering berpindah-pindah tempat kerja.
Pak Freddy pun menjelaskan bahwa sebagai seorang insinyur tugasnya memang menangani sebuah proyek. Apabila telah selesai proyeknya, ia harus mencari pekerjaan pada proyek lain. Sang kepala sekolah pun merasa curiga dan bingung.
Kenapa seorang insinyur mau bekerja di sekolah para imigran ini? Karena tamu pusing dan sekolahnya memang membutuhkan guru IPA sementara, jadi Pak Freddy pun diterima bekerja di sana. Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan, Pak Freddy pun ingin pulang ke rumah.
Namun sepertinya mobilnya bermasalah. Lalu datanglah anak yang ingin membantu Pak Freddy dengan permasalahan mobilnya. Anak itu bernama Lorenzo. Lorenzo adalah siswa Carl Hayden yang tinggal bersama ayah dan adiknya.
Tugasnya di rumah? Hanyalah menjaga dan melindungi adiknya yang nakal. Lorenzo sering sekali memergokitas adiknya penuh dengan barang curian. Bukannya melapor, iya...
justru menutupi kesalahan itu agar sang ayah tak memarahinya. Meski Lorenzo sangat peduli pada keluarganya, ia sering merasa bahwa ayahnya lebih menyaingi adiknya ketimbang dirinya. Daripada musim mingkir nggak bisa bikin story IG sama nggak bisa menikahi bidan di daerahnya, Oscar menggunakan fasilitas sekolah untuk mencari kegiatan apa yang bisa ia kerjakan.
Dan sepertinya, kompetisi robotik bawah air adalah pilihannya. Oscar pun membawa brosur kompetisi itu kepada Pak Freddy, yang kini tugasnya sebagai pembimbing klub teknik di sekolah. Namun Pak Freddy menolak membantu Oscar, karena ia hanya guru pengganti sementara, yang tidak akan lama bekerja di sekolah itu. Dan juga Pak Freddy merasa jika Oscar serius, ini mungkin hanya akan berakhir sia-sia.
Oscar hanyalah seorang anak imigran, dan tidak punya modal apa-apa. Kalaupun Oscar masih terus ngotot mengikuti kompetisi itu, mereka akan tetap berakhir kalah. Setelah itu, palingan mereka akan bergabung dengan gangster atau bahkan berakhir menjadi gelandangan.
Jadi apa untungnya bagi dia? Namun, bukan berarti Pak Freddy memandangnya sebelah mata. Pak Freddy seperti itu karena dia tidak mau membuang waktu dengan anak yang memiliki tekat setengah-setengah. Mendengar hal tersebut, Oscar masih tak menyerah dan berkata kepada Pak Freddy. Jika ini permintaan dari orang yang sudah putus asa, Apakah bapak akan membantu?
Apa salah jika mencoba sesuatu yang belum pernah kita lihat hasilnya? Dan apa salahnya mendapatkan kesempatan sekali saja? Akhirnya, Oscar menemui guru terdekatnya, yaitu Bu Gwen.
Ia bilang bahwa ia telah ditolak menjadi tentara. Dan fokusnya sekarang hanya ingin mengikuti kompetisi robotik. Jadi ia pun bertanya kepada Ibu Gwen, siapa kira-kira siswa yang cocok? untuk bergabung dalam kompetisi ini.
Bu Gwen pun berfikir sejenak, dan... Christian, atau kita sapa Chris? Seorang anak jenius dalam bidang perkodingan. Namun hidupnya tidak tenang, karena setiap harinya, ia menjadi korban bulian. Contohnya seperti yang satu ini.
Dan iya, dari anak yang mengejar dan ingin membulinya, kini Oscar tahu siapa Christian. Tanpa banyak bicara dan ia memang butuhkan Chris dalam timnya, jadi dia langsung menyodorkan brosur kompetisi kepadanya. Dan tidak butuh waktu lama, Chris pun tertarik dan setuju bergabung di dalam timnya. Dalam waktu singkat, Oscar yang dibantu dengan kejeniusan Chris berhasil menciptakan rancangan robot yang akan dipakai untuk kompetisi nanti.
Pak Freddy pun dibuat kagum dengan hasil mereka dan meminta segera membuat prototipe dari rancangan yang ada. Karena keterbatasan biaya, mereka terpaksa menggunakan bahan seadanya, gabus sebagai penyeimbang dan saklar sebagai pengendalinya. Karena merasa bahan yang dibutuhkan masih kurang, Oscar pun bergegas ke toko barang bekas, mencari sperfat bekas untuk melengkapi bahan yang tidak ada.
Di sisi lain, Pak Freddy nampak semakin serius menghadapi kompetisi. Ia bahkan lembur di sekolah untuk membuat software untuk robot mereka. Melihat hal itu, ibu Gwen yang seorang programmer handel datang menawarkan bantuan dan mengundang Pak Freddy untuk belajar coding di rumahnya.
Selain itu, Bu Gwen juga mengancam agar Pak Freddy terus membimbing anak didiknya sampai kompetisi selesai. Karena jika tidak, dia akan mendapatkan salam dari Bincai. Semua bahan yang dibutuhkan Oscar sudah dapatkan. Tak butuh waktu lama, prototip robotnya pun berhasil mereka rangkai.
Namun saat ingin mencoba... Dan iya, meski jenius, Chris ini cuma tahu bagian teori. Kalau masalah praktek, dia nggak terlalu menguasai.
Jadi mereka membutuhkan satu orang lagi yang ahli dalam hal praktek. Seketika Pak Freddy tersadar. Sepertinya, dia tahu siapa anak yang cocok untuk mengisi pekerjaan tersebut. Mengingat Lorenzo pernah memperbaiki mobilnya dengan sangat cepat, Pak Freddy pun berpikir, sepertinya dia anak yang tepat.
Akhirnya Pak Freddy pun mencarinya. Terlihat Lorenzo sedang asik membobol sebuah mobil. Dan demi bisa mendekati, Pak Freddy pun ikut membantunya.
Setelah berhasil membobol, ia pun langsung menawarkan bergabung bersama tim robotnya. Lorenzo menolak, karena dia tidak mau bergabung dengan tim aneh milik Pak Freddy. Tapi sepertinya Lorenzo tidak tahu mobil siapa yang ia bobol.
Pak Freddy yang tahu betul pemiliknya langsung terbesit sebuah ide cemerlang. Idenya itu adalah kong kali kong dengan kepala sekolah. Jadi ia segera membawa Lorenzo ke ruangan kepala sekolah. Jadi sang kepala sekolah pun tahu apa yang harus ia lakukan.
Jadi saat disidang, Lorenzo disudutkan dengan dua pilihan. Memilih untuk dipenjara atau memilih menuruti semua kemauan Pak Freddy. Rencana itu pun berhasil, dan Lorenzo tak punya pilihan lain selain bergabung dengan tim robotik sekolah.
Seperti yang diduga, mereka kagum melihat Lorenzo berhasil menyelesaikan prototip robot dari rancangan yang telah dibuat. Namun saat membayangkan versi aslinya, robot itu akan memiliki bobot yang sangat berat. Dan sepertinya mereka membutuhkan satu anak lagi dengan fisik yang sangat kuat.
Chris mengingat temannya yang bernama Louis, anak yang berbadan besar dan sering membantunya ketika dibuli. Menurutnya, Louis adalah orang yang paling tepat untuk mengisi kekurangan di tim robotiknya. Dengan bergabungnya Louis, kini tim robotik sudah lengkap dan siap menghadapi kompetisi.
Namun tantangan selanjutnya... adalah bagaimana mereka bisa membangun robot bawah air jika dana pun tidak mencukupi. Cukupi.
Pak Freddy pun mengingatkan bahwa sebagai pembimbing ia tidak boleh membantu memberikan dana. Karena hal itu bisa membuat mereka didiskualifikasi. Sebagai solusi, Pak Freddy memberi saran kepada Oscar untuk meminta donasi dari para pemilik usaha lokal di sana.
Akhirnya, Oscar memberanikan diri mendatangi berbagai pemilik usaha lokal. Satu persatu orang dia temui. Satu persatu permohonan ia ajukan, namun hasilnya tidak ada. Tidak ada satu pun memiliki usaha lokal di sana yang bersedia untuk memberikan donasi. Dan sepertinya ia pun mulai pasrah.
Namun saat termenung, ia melihat sebuah kejadian. Mengingat dirinya masih punya seragam tentara, ia pun punya ide. Dan kembali mendatangi para pemilik usaha lokal sekali lagi.
Oscar dan timnya berhasil mengumpulkan 652 dolar dari donasi. Mungkin cukup untuk membeli komponen penting untuk robot bawah air mereka. Namun ternyata uang itu jauh dari cukup.
Bahkan untuk membeli motor baling-baling saja tidak akan cukup sama sekali. Namun Lorenzo datang dan bilang, kalau yang terpenting adalah robot mereka bisa berjalan dengan baik, bukan apa komponen di dalamnya. Jadi Lorenzo menyarankan mereka mengganti dengan bahan-bahan yang lebih murah, tapi kuat dan juga sesuai kemampuan dan juga kebutuhan mereka. Sedangkan sisanya bisa mereka cari dari barang bekas.
Mereka pun memilih barang dengan cermat, memastikan setiap sen yang dipunya dapat digunakan dengan bijak. Namun saat dikasir, total belanjaan mereka ternyata lebih 134 dolar dari uang yang mereka punya. Mereka tahu, semua barang itu penting dan tidak dapat dikurangi.
Di tengah kebingungan, Pak Freddy pun maju dan memberikan bantuan untuk melunasi belanjaan mereka. Tapi Pak Freddy memberikan syarat, ini adalah rahasia kita dan jangan sampai ada yang tahu atau kita akan didiskualifikasi. Setelah pulang dari berbelanja, Oscar disambut ibunya dengan wajah penuh amarah.
Semuanya sudah terbongkar. Ibunya baru saja bertemu Ibu Gwen. dan mendengar semua kabar Oscar dari ibu Gwen. Ia bilang kalau dirinya sedih mendengar kegagalan Oscar masuk tentara, dan kini dia malah sibuk dengan tim robotiknya. Kekecewaan itu jelas terlihat di wajah ibunya.
Ibunya pun mulai membenak Oscar. Kau sudah sekolah berbulan-bulan, dan apa hasilnya? Membuang waktumu untuk membuat mainan itu, dan kau terima gagal menjadi tentara. Sekarang terserah, pikirkan sendiri apa yang ingin kau lakukan. Karena sekarang, masa depanmu sudah tidak terbayang.
Lanjutkanlah kau bermain-main dengan robot mainanmu itu. Oscar tak bisa membalas perkataan ibunya sama sekali. Tapi dirinya tidak ingin terjebak dalam kesedihan akibat perkataan ibunya. Oscar pun memutuskan untuk lebih serius.
Dia akan membuktikan bahwa robotika bukanlah sekedar robot mainan. Ia berjanji, melalui kompetisi ini, ia akan mengangkat derajat keluarganya. Oscar dan timnya pun mulai bekerja lebih serius untuk merakit robot bawah air mereka.
Namun saat mulai merakit, mereka menyadari ada beberapa bahan yang kurang. Karena dananya juga sudah habis, mereka pun memutuskan untuk mencari barang rongsokan di tempat pembuangan sampah. Berharap ada barang yang bisa mereka gunakan. Setelah berjuang susah payah, akhirnya robot itu selesai. Namun karena bau menyangat dari lem yang mereka gunakan, mereka pun menamainya Stinky.
Mengingat sekolah Carl Hayden adalah tempat para anak imigran yang sering membuat onar, para siswa dan guru di sana tidak menyangka. Bahwa mereka, orang yang sering diremehkan, dihina bahkan dipandang sebelah mata, berhasil membuat robot bawa air. Kini mereka tiba di motel milik paman Louis. untuk meminjam kolam renang sebagai tempat uji coba setinggi sebelum kepetisi. Setelah perjuangan panjang merakit robot itu, mungkin ada baiknya mereka bersenang-senang dulu sebelum melakukan uji coba setinggi di sana.
Kedekatan mereka pun makin terasa. Dan Louis yang melihat momen ini ingin mengabadikannya. Jadi ia meminta tolong Pak Freddy untuk memfoto mereka bersama dengan hasil karya besar mereka. Namun masalah pun muncul, robotnya kekurangan tenaga dan mesinnya tidak dapat berfungsi dengan baik. Mereka pun kebingungan dan segera memikirkan solusi untuk memperbaikinya.
Namun itu bukan tugas Louis, tugasnya hanya satu. Yaitu setiap hari mempelajari catatan yang diberikan tentang robotnya. Meski ia merasa bodoh dan lamban dalam memahami teori, namun Louis tetap berusaha lebih keras dari teman-temannya.
Agar dia bisa menguasai materi tentang robot mereka. Karena apapun itu, itu juga hasil karyanya bersama teman-temannya. Beberapa hari kemudian, mereka menemukan solusi untuk Stinky.
Jadi mereka memutuskan untuk memindahkan baterai menjadi satu dengan robotnya. Meskipun beresiko, tapi ini satu-satunya cara agar robot bisa berfungsi. Dengan berbekal box peralatan kedap air, mereka pun siap untuk melakukan uji coba ulang.
Dan saat Stinky dilepaskan, sesuai harapan mereka, Stinky dapat berfungsi dengan normal. Semuanya nampak senang, karena semua usahanya selama ini akhirnya terbayarkan. Namun sepertinya kebahagiaan mereka sebentar lagi akan sirna.
Karena kali ini, mereka akan menghadapi masalah satu persatu. Saat di sekolah, Oscar didatangi tentara dari tempat ia pernah mendaftar. Tentara itu memberi kabar bahwa petugas imigrasi telah menyita seluruh dokumen di kantornya, termasuk milik Oscar. Karena statusnya imigran gelap dan tidak punya akte kelahiran di Amerika, Tentu saja, Oscar akan menjadi sasaran empuk yang siap dideportasi dari negaranya. Mendengar hal itu, Oscar pun buru-buru berkemas dibantu ibunya.
Saat ini, tidak ada yang bisa Oscar lakukan selain pergi jauh dari rumah untuk sementara. Dan semenjak saat itulah, Oscar harus terpaksa menggelandang dan tidur di sebarang tempat, tak terkecuali toilet sekolah. Di sisi lain, Lorenzo dimarahi ayahnya, karena adiknya belum juga pulang.
Padahal itu tanggung jawabnya. Ayahnya menyuruh Lorenzo segera mencarinya. Lorenzo bergegas pergi ke tempat teman adiknya, dan mendengar informasi kalau adiknya sedang pergi untuk merampok minimarket. Mendengar hal itu, Lorenzo segera mengejarnya, bertekad mengagalkan perampokan agar adiknya tidak menjadi seorang kriminal.
Kita harus berjalan, kita harus pergi dari sini! Kita harus pergi dari sini! Dengan gelisah, ia memutuskan pergi ke rumah Pak Freddy dan menceritakan masalah yang ia alami.
Meskipun ia tak bersalah, Lorizo tahu, ayahnya akan tetap marah. Jadi dia berharap, Pak Freddy bisa membantunya berbicara dengan sang ayah. Saya tidak bisa melihatnya sendirian sekarang.
Akhirnya, Pak Freddy setuju menemani Lorenzo pulang ke rumah. Di sana dengan perlahan, Pak Freddy menjelaskan semua situasi yang sudah dilakukan adiknya. Namun sang ayah justru marah. Dia menyalahkan Lorenzo karena gagal menjaga adiknya.
Melihat hal itu, Pak Freddy pun tak terima dan membela siswanya itu. Ternyata perlakuan ayahnya kepada mereka sangat berbeda. Adik Lorenzo lahir di Amerika.
Memiliki akte kelahiran di sana dan memiliki masa depan yang baik bagi keluarganya. Sementara Lorenzo, tidak ada. Statusnya kini masih menjadi imigran gelap dan tidak memiliki akte kelahiran.
Dan lebih buruk lagi, Lorenzo dianggap alasan kenapa istrinya dideportasi. Jadi, akhirnya selalu bilang kalau Lorenzo harus menanggung beban atas semua kesalahan yang ada. Mendengar hal itu, Pak Freddy tak bisa berbuat apa-apa.
Dan sang ayah pun langsung mengusirnya. Tim robotik pun mulai kacau, karena masing-masing dari mereka sedang menghadapi masalah pribadi. Dan kondisinya semakin diperburuk ketika Chris menjelaskan sebelumnya ia tidak sengaja mendengar percakapan telepon Pak Freddy. Yang ternyata, dia telah menerima pekerjaan baru dan akan segera meninggalkan mereka. Mendengar hal itu, mereka dibuat makin marah dan kecewa.
Seolah-olah mereka dihanati oleh satu-satunya orang yang selalu mendengarkan dan memahami masalah mereka. Dan untuk ke depannya, mungkin mereka harus bersiap menghadapi segalanya. tanpa sosok yang selama ini menjadi panutan untuk mereka. Mengetahui kekacauan yang terjadi pada tim robotik, Bu Gwen langsung datangi rumah Pak Freddy dan langsung memarahinya. Ia mendegaskan bahwa mereka belum dewasa.
Mereka hanyalah anak-anak yang seharusnya butuh perlindungan. Namun saat Bu Gwen berbicara tentang para siswanya, pandangan Pak Freddy nampak kosong. dan tertuju pada satu foto di meja. Ketika ditanya, Pak Freddy menjelaskan dan mulai bercerita.
Itu adalah foto putriku. Dia meninggal ketika kecelakaan mobil saat istriku menerobos lampu merah. Dan kau tahu, usianya saat itu baru 3 tahun.
Aku tak bisa melupakan hal itu. Dan itulah alasanku pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Lalu aku datang ke sini tanpa sengaja bertemu dengan anak-anak itu. Kau tadi membahas soal perlindungan kan?
Sepertinya aku bukan orang yang tepat. Karena semakin mereka membutuhkanku, aku semakin khawatir. Apakah aku siap untuk ini? Apakah aku siap untuk membimbing mereka?
Atau apakah aku akan mengecewakan mereka? Karena soal putriku, anak kandungku sendiri, Aku sudah gagal untuk melindunginya. Mendengar itu, ibu gue menyakinkannya. Bahwa kini, mereka semua mempercayainya.
Kalau kau merasa bersalah dengan putrimu, tebuslah kesalahanmu. Tebuslah pada anak-anak itu. Mereka tidak tahu masalah lumu. Yang mereka tahu, kau selalu mendengarkan dan mereka percaya kepadamu. Karena kau...
adalah sosok yang mereka butuhkan. Sosok yang lama hilang dari diri mereka. Dan sosok yang sangat mereka butuhkan untuk saat ini bahkan ke depannya. Kalau kau tidak bisa menjadi guru yang bertanggung jawab, jadilah sosok ayah yang selalu mendorong anaknya untuk bisa menjadi lebih baik.
Seketika, Pak Freddy pun sadar. Dia sadar. kalau dia harus menyelesaikan apa yang sudah dia mulai bersama anak-anak itu. Besokan harinya, Pak Freddy mengumpulkan seluruh tim robotiknya. Dia meminta maaf dan dia menceritakan semua alasannya.
Kenapa dia datang ke sekolah itu, kenapa dia ingin membantu, dan kenapa dia ingin pergi dari sekolah itu. Setelah mendengar semuanya, Oscar dan kawan-kawan pun diam, tapi Pak Freddy tidak. Dia bilang mereka harus tetap mengikuti kompetisinya. Bukankah kekuatan terhebat datang dari orang yang sangat putus asa?
Itu kan yang kau bilang, Oscar. Sekarang, mari kita selesaikan apa yang sudah kita mulai. Dan aku berjanji, aku akan menemani kalian.
Tidak hanya sampai akhir kompetisi. Selama kalian masih di sini, dan terus berusaha untuk mencapai impian kalian. Dan akhirnya, mereka memutuskan berangkat. Menuju California, menuju kampus UCSB, tempat kepetisi robot bawah air diadakan. Setibanya di sana, mereka melihat antrian untuk kategori SMA sudah sangat panjang.
Oscar, Lorenzo, Chris, dan Louis pun menyarankan untuk mendaftar di kategori universitas, di mana antriannya jauh lebih singkat. Pak Freddy sempat skeptis karena apakah mereka sudah gila. Tapi Chris sepertinya punya alasan yang rasional.
Dia bilang lebih baik kalah dari anak kuliah daripada kalah dengan sesama SMA. Ya, setidaknya mereka tidak akan malu. Dan Pak Freddy yang mendengar itu sepertinya setuju dengan pendapat itu. Jadi mereka sepakat untuk mendaftar di kategori universitas. kategori universitas.
Mereka pun memasuki venue kompetisi dengan penuh semangat. Sebelum kompetisi dimulai, mereka memanfaatkan waktu untuk melakukan uji coba Stinky di sana untuk memastikan semuanya siap sebelum menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Namun saat Stinky mulai diceburkan...
Ternyata komponen listrik stinking mereka konslet karena ada celah 2 mm pada box mereka. Sehingga air masuk dan merusak bagian dalamnya. Mereka pun pusing, memikirkan bagaimana cara air tidak lagi bisa masuk.
Lorenzo meminta Louis untuk mencopot kos kakinya dan menyumpal di bagian celah itu. Tapi mereka sadar kalau kos kaki itu tidak akan cukup untuk menyerap banyak air dan menjaga komponen di dalamnya. Dan Chris yang jenius punya sebuah ide untuk menggunakan suatu barang yang bisa menampung lebih banyak air. Mungkin bisa dibilang cara yang bodoh tapi itu solusi yang terbaik.
Dan mereka semua pun setuju dan segera pergi untuk membelinya. Eh, mungkin lebih tepatnya Lorenzo yang harus membelinya. Menurut Chris, barang tersebut adalah tampon.
Barang yang dapat menyerap kurang lebih 80 cc air. Sekaligus solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan air yang masuk ke dalam kotak, yang isinya semuanya komponen listrik. Tapi masalah belum selesai. Banyak komponen di dalamnya sudah terbakar.
Sementara waktu untuk kompetisi semakin dekat. Oscar pun memutuskan untuk menemani Lorenzo Lembur untuk memperbaiki semuanya. Dan dari momen itu, kedekatan mereka semua semakin tumbuh. Sembari bekerja, mereka berbagi cerita tentang keluarga mereka.
Dan setelah mereka tahu, ternyata mereka tidak sendirian. Tidak semua keluarga sempurna, termasuk keluarga masing-masing. Tapi apakah mereka sedih?
Tidak. Mereka semua menertawakan hidupnya yang kurang beruntung. Namun mungkin, mereka beruntung bisa bersama seperti sekarang. Kompetisi yang mereka tunggu akhirnya tiba.
Banyak sekali yang datang, baik dari peserta ataupun penonton. Hal itu tentu membuat mereka semakin deg-degan. Tak lama dari itu, sang komentator memberitahukan bahwa juara dari kompetisi ini akan ditentukan berdasarkan perolahan poin. Nanti akan dibagi menjadi kategori praktek sebesar 70% dan 30% dari kategori wawancara dengan dewan juri.
Dalam ujian praktek, poin akan diberikan jika lonceng berbunyi. Dan jika mereka gagal, sirin lelah yang akan berbunyi. Dan akhirnya, kompetisi pun dimulai. Satu persatu tim melewati tantangan dan mengumpulkan poin demi poin.
Namun ternyata mereka semua kesulitan untuk mengatasi tantangan terakhir dari kompetisi tersebut, yaitu menyedot cairan dari galon. dan membawanya ke atas menggunakan sang robot. Hal itu karena kabel mereka tidak terlalu panjang. Namun, biarpun tidak bisa menyelesaikan tantangan akhir, poin mereka tetap berada di atas. Oscar, Lorenzo, Chris, dan Louis pun cemas melihat perolehan nilai para peserta.
Terlihat robot-robot mereka canggih dan futuristik. Sedangkan Stinky, ya cuma robot yang sederhana. Terdiri dari rangka peralon, gabus warna-warni, Boks peralatan bekas dan bahkan baling-balingnya berasal dari baling-baling perahu murah.
Apalagi ketika mereka melihat robot dari sang juara bertahan MIT, perwakilan dari kampus teknik paling bergensi di Amerika Serikat. Robot milik mereka nampak jauh lebih modern dan juga penuh dengan komponen yang mahal. Melihat kecemasan yang dirasakan muridnya, Pak Freddy pun menenangkan mereka dan mengingatkan untuk tetap fokus pada kompetisi.
Lalu, sang juara bertahan pun beraksi. Merasa gagal di bagian tantangan terakhir, tetap saja poin mereka ada di angka 85. Tim MIT pun datang ke Dewan Juri lalu mendegaskan bahwa tantangan terakhir kali ini dibilang saat mustahil untuk dilakukan. Hal itu karena kabel mereka semua tidak terlalu panjang. Akhirnya, tiba geleran Oscar dan teman-teman yang mewakili sekolah Carl Hayden untuk maju. Terlihat para penonton dan komentator di sana nampak ragu.
Itu karena mereka cuma anak dari pinggiran kota. Bahkan nama Carl Hayden saja tidak pernah sampai di kuping mereka. Jelas saja semuanya meragukan Carl Hayden dalam kompetisi ini.
Namun Oscar dan kawan-kawan tidak gentar. Mereka mengingat perkataan Pak Freddy, kalau mereka harus tetap fokus dalam kompetisi ini. Mereka mulai mengumpulkan poin demi poin, meski tak semua tantangan bisa mereka lewati.
Tapi tetap saja poin mereka tertinggal jauh. sampai mereka punya kesempatan terakhir, yaitu menyelesaikan tantangan terakhir, yang bahkan tim dari MIT pun tidak bisa menyelesaikan tantangan itu. Meski begitu, tim Carl Hayden harus tetap mencobanya. Namun Oscar dan kawan-kawan tidak mundur.
Itu karena mereka mempunyai kelebihan di bagian kabelnya, karena mereka menyantukan baterai di dalam robot mereka. Dan lagi, ini adalah satu-satunya jalan untuk mengejar poin yang tersisa. Dengan semangat dan juga keyakinan yang tinggi, mereka memutuskan untuk terus berjalan. Dan iya, tantangan yang dianggap mustahil bagi banyak orang berhasil mereka taklukan.
Penonton yang semula ragu kini bergemuruh penuh surakan. Seolah tak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Sorak-sorai itu menjadi bukti, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Tak peduli dari mana asalmu, atau bahkan siapa dirimu. Namun tetap saja, kekecewaan nampak di wajah mereka saat mengetahui kalau mereka ada di posisi 4. Dan poin yang mereka dapatkan, hanya 75. Pak Freddy yang melihat wajah-wajah muridnya lesu, langsung menghampiri dan memberinya semangat.
Dia mengingatkan kalau mereka mengikuti kompetisi pada kategori universitas. Biarpun tidak yang tertinggi, tapi mereka sudah mengalahkan beberapa universitas terbaik. Jadi seharusnya mereka bangga dan masih ada kesempatan lagi pada kategori wawancara. Jadi tetaplah semangat, karena jika ini berhasil, setidaknya kita bisa berada di posisi 3. Dan kita bisa membawa pulang piala perunggu.
Karena memang seharusnya mereka semua bangga. Mereka hanyalah sekumpulan anak SMA yang sering dipandang sebelah mata. Bahkan nama sekolah mereka tidak ada yang tahu.
Namun ketika kepala sekolah mendengar kalau mereka mendapatkan peringkat 4 di tingkat universitas, kepala sekolah sangat senang dan segera memberi kabar tersebut pada Ibu Gwen. Dengan semangat, sang kepala sekolah meminta Ibu Gwen untuk segera menemui mereka. Bahkan ia rela menggunakan tabungannya agar ibu Gwen bisa terbang ke sana, ditemani putrinya dan seseorang yang ia harapkan untuk datang. Dan seseorang itu adalah ayah Lorenzo. Di sana ibu Gwen menjelaskan bahwa anaknya yang selalu ia marahi sekarang berada di California dan sedang berjuang keras untuk membawa pulang kelar juara.
Hari wawancara dengan Dewan Juri pun tiba. Setiap peserta diminta menjelaskan tentang robot mereka. Mulai dari konsep material, cara pengoperasian, hingga biaya yang dikeluarkan.
Kebanyakan dari peserta menggunakan bahan-bahan terbaik dan juga premium. Dan kebanyakan dari mereka juga menghabiskan lebih dari 10 ribu dolar. Atau sekitar lebih dari 150 juta untuk satu robot.
Dan hal itu berbanding terbalik dengan tim Carl Hayden. Karahidan yang mereka keluarkan tidak lebih dari 800 dolar, atau sekitar 10 juta lebih sedikit. Mereka menjelaskan bahwa robot mereka terbuat dari barang-barang bekas dan juga barang-barang rongsokan. Bahkan mereka menggunakan pembalut untuk mencegah air masuk yang akan merusak komponen mereka.
Mendengar penjelasan dari tim Karahidan, para juri dibuat bingung, sekaligus terkejut. Akhirnya, tiba saatnya kompetisi robot bawa air mengumumkan pemenangnya. Dan yang pertama adalah pengumuman penghargaan istimewa bagi tim yang berhasil mengesankan para juri.
Dan tim itu adalah Carl Hayden. Dan mereka semua nampak kurang senang. Karena ini hanyalah hadiah hiburan.
Dan mereka pun merasa, kesempatan untuk mencapai tiga besar sudah tidak ada. Satu persatu pemenang diumumkan. Juara tiga jatuh kepada tim Cornell. Sementara juara dua adalah tim yang mendapatkan predikat sebagai juara bertahan di sana, yaitu MIT.
Sirna sudah impian mereka semua. Tim Carl Hayden pun seketika langsung mengubur impian menjadi juara. Tapi mereka juga bingung, kalau MIT saja juara dua, siapa juara pertamanya?
Di luar dugaan, tim Carl Hayden yang sebelumnya kecewa karena tak meraih juara 3, justru keluar sebagai juara pertama. Kabar gembira ini segera sampai ke kepala sekolah. Dan dengan bangga, menyebarkan berita ini ke seluruh penjuru sekolah. Iya, Carlos dan teman-temannya.
Anak-anak yang selalu diremehkan. Orang-orang yang selalu dihina tidak punya masa depan. Bahkan oleh keluarga mereka sendiri mereka direndahkan.
Gurunya pernah tidak percaya dengan mereka. Namun dengan momen ini, mereka berhasil membuktikan kalau semua orang berhak untuk bermimpi. Di momen kemenangan itu, ternyata ayah Lorenzo datang. Wajahnya tak bisa menyembunyikan keadaan ketika melihat anak yang selama ini ia remehkan, yang selama ini ia acuhkan, yang selama ini ia marahi, bahkan dia anggap tidak berarti.
Sekarang anak itu berdiri dengan bangga di tengah kerumunan orang. Dan sekarang, dia melihat anaknya itu adalah anak yang hebat dan memiliki potensi. Dengan penuh rasa bersalah, kali ini sang ayah tulus meminta maaf. Mengakui bahwa selama ini dia gagal memberikan kasih sayang yang pantas. Ia pun menangis dan memeluk anaknya dengan kaku.
Hal yang tidak pernah dia berikan kepada anaknya seumur hidupnya. Namun sebagai ayah, dia melihat anaknya berhasil, dia pun mencoba menjadi ayah yang baik dan memberikan kedekatan yang telah lama hilang dan menyembuhkan luka lama dengan penuh kehangat. Mencapai impian seperti yang kita harapkan mungkin terdengar ambisius. Tapi gak ada salahnya kan kita berharap. Dengan kesungguhan dan kerja keras, percayalah.
Tuhan akan mendengar dan menjawab doa dan kerja kerasmu. Seperti pada film ini. For your info, film ini berdasarkan kisah nyata.
Menceritakan tentang 4 anak emigren yang ingin mewujudkan mimpi mereka. Setelah mereka memenangkan kompetisi robotik bawah air dan mengalahkan MIT yang dulu disebut sebagai Raja Bertahan, di tahun berikutnya, mereka kembali lagi dan sekali lagi mereka mengalahkan MIT. Dan dinobatkan sebagai juara dunia. Bayangin, anak SMA melawan universitas terbaik di Amerika. Dan setelah itu juga, kehidupan mereka berubah 180 derajat.
Christian mendapat beasiswa di Gateway Community College, berkuliah di jurusan teknologi desain industri. Lorenzo sekarang menjadi seorang chef, dan Louis pendirikan perusahaan catering bersama dengan Lorenzo. Sementara Oscar, ia berkuliah di Arizona State University, dan lulus pada tahun 2009. Setelah mendapat ijasa, ia menyerahkan diri kepada pihak imigrasi, dan dideportasi ke Meksiko.
Selama 11 bulan di Meksiko, ia bekerja di toko masin. Tapi perjuangan Oscar tak berhenti sampai di situ. Ia mengejar impiannya sejak kecil, yaitu menjadi tentara. Dan impian itu berhasil ia dapatkan. Ia pun berhasil bertugas di Afganistan pada tahun 2011. Dan dia resmi menjadi warga negara Amerika.
Dan itu diakui banyak orang, termasuk Presiden Amerika Serikat. Dan setelahnya, dia hidup bahagia bersama keluarganya. Dan Pak Freddy sendiri, dia menempati janjinya. Pak Freddy terus mengabdikan dirinya pada klub robotik dan juga pendidikan di sekolah Craydon. Karena dia merasa kalau semua anak punya kesempatan yang sama.
Dan dia akan selalu mencoba mimpi mereka semua. Menjadi seseorang yang kurang beruntung ya memang bukan hal yang mudah. Ya kita semua gak bisa minta kita lahir dari siapa dan dimana. Gak sedikit dari kita juga seringkali merasa tidak dianggap. Diremehkan, dikucilkan, ataupun dipandang sebelah mata.
Apa yang kita lakukan seolah gak ada artinya dan perlakuan seperti ini sering datang dan itu bukan hanya dari guru, bos, rekan kerja, teman atau tetangga. Tapi juga dari orang terdekat, iya keluarga. Tapi kan saya lagi, kita gak bisa memilih hal itu. Tetapi kita bisa memilih untuk mengubahnya. Jadi jangan hiraukan perkataan orang lain.
Teruslah berjuang. Dan jangan biarkan halangan menghentikan langkah kalian. Kalian tidak perlu membuktikannya kepada orang lain. Tapi buktikan pada diri sendiri bahwa kalian kuat dan kalian mampu. Sedangkan pengakuan dari orang lain, itu hanyalah bonus dari usaha yang sudah kita curahkan.
Karena yang terpenting adalah tentang bagaimana kalian bangga pada diri kalian. Saya Gongon dan sekedar tim Pusat Rapid Glory mengucapkan terima kasih. Terima kasih buat yang sudah menonton video ini sampai habis.
Terima kasih buat yang sudah memberikan like. Terima kasih buat yang sudah memberikan komen. Terima kasih buat yang sudah men-subscribe.
Dan juga terima kasih buat yang sudah memencet tombol thanks-nya. Karena apapun yang kalian lakukan untuk... Untuk channel ini.
Sudah membantu channel ini. Untuk berkembang. Karena yang lebih baik. Amin.
Dan juga membantu Lai Bagung. Untuk. Aduh Lai. Mau beli apa lagi.
Kamu itu aneh-aneh aja. Hmm. Sempak macan tutul.
Wulai. Tontonanmu apa tuh aneh. yaudah saya akhiri video ini dengan sebuah pesan yang sepertinya biasa kalian dengarkan kalau kalian lagi ada banyak masalah dan itu berat banget yang tenang, yang tenang gak usah buru-buru duduk, tarik nafas buang tengah kopinya, ambil koreknya dan sebatin aja dulu