Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Saudara mahasiswa, selamat datang di pembelajaran modul 4 dengan materi kalimat dasar.
Pada perkembangan ini, saudara diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menggunakan kalimat dengan benar. Ada pun pokok bahasa yang perlu saudara kuasai. untuk mencapai-capai pembelajaran tersebut adalah 1. Hakikat kalimat 2. Pola dasar kalimat Saudara mahasiswa yang kami banggakan mari kita mulai pemahaman kita dengan definisi kalimat Apa yang dimaksud dengan kalimat?
Masih ingatkah saudara? Ketika membahas modul 1, saudara melihat tampilan di layar berupa jerarki satuan bahasa. Mulai dari yang terkecil fonen sampai tingkat yang paling kompleks adalah wakcana teks atau karakter kalimat berada di antara gelosa dan alger.
Fonen, morfem, kata. frase, klausah, kalimat, paragraf, wacana, teks, atau kata. Kalau dilihat dari hirarki satuan bahasa, maka kalimat adalah gabungan klausah atau terdiri dari satu klausah dan memenuhi indikator kalimat.
Kalimat menurut definisi Aumi diartikan sebagai satuan bahasa terkecil dalam tulisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh, diucapkan dengan suara naik turun ketika tulisan, dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda ikannya seru dalam tulisan. Artinya kalimat itu merupakan pengungkapan pikiran yang utuh. Jadi artinya kalimat itu maknanya harus dijelaskan.
Tidak ada makna kalimat yang menggantung. Ibu memakan tidak berperima karena tidak jelas apa yang dia makan. Inilah yang dimaksudkan.
Ketika kalimat diucapkan dalam peragam lisan, maka penanda kalimat itu berakhir adalah intonasi final. Intonasi final dalam kalimat ada naik, ada turun. Intonasi naik itu untuk menyerukan sesuatu dalam tulis berupa tanda seru.
Intonasi turun untuk menanyakan sesuatu dalam ragam tulis ditandai dengan tanda baca, tanda tanya. Sementara intonasi datar. diwakili oleh tanda titik. Kalau dalam ragam tulis, kalimat itu di samping dia harus memiliki makna yang utuh, kalimat ditandai dengan di awali huruf kapital, di akhiri tanda baca, titik, tanya, atau seru.
Jadi tidak ada koma untuk mengakhiri kalimat, tidak ada tanda titik dua untuk mengakhiri kalimat. Enidat dan Hermanto juga mengungkapkan bahwa kalimat dalam situasi resmi harus menggunakan ragam buah. Jadi kalau menulis kalimat untuk kepentingan akademis, karena akademis salah satunya merupakan bentuk dari situasi formal dan resmi, mereka harus menggunakan ragam buah.
Kebapuan itu dilihat dari diksi atau kosa kata yang diperlukan. Ketiga, kalimat itu memiliki unsur-unsur pembentuk. Unsur-unsur itu dalam kajian linguistik disebut dengan fungsi. Fungsi subjek, fungsi predikat, fungsi objek, pelengkap, dan ketara.
Kemunculan fungsi-fungsi ini dalam kalimat tergantung pola yang digunakan. Apakah semuanya harus muncul dalam satu kesatuan kalimat? Tidak harus.
Lo opornia adela. pola kalimat yang sedang digunakan. Unsur-unsur kalimat tersebut membantu pembaca atau pendengar untuk memahami kalimat dengan baik jika unsur-unsur itu disusun dengan aturan dan teratur. Apa aturannya? Pola dan teratur berarti kalimat itu harus jelas, mana fungsi subjek, predikat, objek, lengkap, atau...
atau keterangan jika ada. Pada modul 4 ini, kita sepakat bahwa definisi kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam ujung tulisan dan tulisan yang melengkapkan pikiran yang utuh. Kalau dilihat dari segi hirarki bahasa, satuan bahasa terkecil adalah fonem.
yang mampu membedakan arti dengan tifonem tidak memiliki makna yang utuh. Kalau kalimat dalam konteks linguistik, dia haruslah mengungkapkan pikiran yang utuh seperti yang dijelaskan pada slide sebelumnya. Kalimat diucapkan dengan suara naik dan turun memiliki intonasi final kalau dialisan Dan kalau dia tulis di awal huruf kapital dan intonasi final itu diwakili dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Mari kita cermati tiga contoh berikut.
Perkuliahan dari, maksudnya daring ya, perkuliahan daring memerlukan kuota internet. Apakah kalimat? Bukan kalimat.
Kelasannya. tidak diakhiri oleh intonasi final. Harusnya ada tanda baca titik, tanya, atau seru. Sesuai dengan konteks kalimat satu, tanda baca yang tepat adalah tanda titik. Kalimat yang kedua, perkulian selama pandemi COVID-19 dilaksanakan melalui LFS Universitas, yaitu e-learning.
Bukan kalimat. Kenapa? karena tidak diawali oleh guru gadita. Inilah yang dimaksud dengan aturan dan keteraturan dalam merumuskan kalimat.
Yang ketiga, mahasiswa yang sering menjadi orator demo yang osannya di jalan gajah tujuh, bukan kalimat. Kenapa? Karena maknanya belum utuh. Yang disampaikan pada penitian barulah subjek, belum ada predikatnya. Ngapain?
Apa yang dilakukan oleh mahasiswa yang orang top demo yang kosannya di bedah tidur tersebut? Belum jelas, belum utuh, belum dapat berdiri sendiri. Jelasannya kenapa bukan kalimat. Poin ketiga, bisa menjadi kalimat kalau ditambahkan fungsi predikat ataupun mengikuti fungsi objek di belakang predikat.
Mahasiswa yang sering menjadi orator demo, yang kosannya di Jalan Gajah 7, adalah teman saya. Nah, menjadi kalimat. Seorang mahasiswa yang kami banggakan, dalam kalimat bahasa Indonesia, ada unsur-unsur yang membentuk kalimat tersebut. Unsur ini disebut dengan fungsi. Fungsi subjek, fungsi predikat, fungsi objek.
fungsi keterangan, fungsi pelengkap. Sekali lagi, kami tegaskan bahwa tidak harus seluruh fungsi ini hadir dalam kalimat. Kehadirannya tergantung pola kalimat yang sedang digunakan oleh penulis kalau dalam ragam tulis, atau pola kalimat yang sedang digunakan oleh seorang pembicara dalam ragam tulis. Sebagai mahasiswa, kalimat dasar dalam bahasa Indonesia artinya adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu kausa atau satu predikat di dalamnya. Kalau kalimat itu sudah memiliki dua kausa, dua predikat, ditandai dengan adanya konjungsi di dalamnya, maka Kalimat itu sudah disebut dengan kalimat majemuk, tidak lagi kalimat dasar.
Pemahaman yang baik tentang kalimat dasar akan sangat membantu saudara terampil dalam merumuskan kalimat majumat. Oleh karena itu, seriuslah dalam memahami modul 4 kalimat dasar. Predikat dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri yang pertama, jawaban atas pertanyaan mengapa.
Mengapa? Makan. Mengapa?
Bermain. Bagaimana? Cantik. Bagaimana?
Ganteng. Jadi, jika bisa dijawab dengan mengapa, apa, atau bagaimana, maka fungsi itu adalah kredikal. Berupa kata kerja kukulah adalah ialah merupakan dan sebagai dapat diingkari dengan tidak atau bukan.
Mahasiswa yang berbaju merah muda itu bukan orator demo pekan lalu. Dapat didahului keterangan aspek, hak-hak sudah sedang selalu hampir. Yang kelima, dapat didahului keterangan modalitas, sebaiknya, seharusnya, seriobianya, meski, selayaknya, dan sebagainya.
Yang keenam, Predikat dapat berupa kata atau kata sebenda, kerja, sifat, atau bilangan. Ada pun pola dasar kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Ada enam pola dasar kalimat merujuk pada pendapat alami. Yang pertama, subjek predikat. Subjek predikat objek.
Subjek predikat lengkap. Subjek, predikat, keterangan. Subjek, predikat, objek, lengkap. Subjek, predikat, objek, keterangan.
Jadi kalau ada kalimat yang di luar ini, berarti dalam konteks bahasa Indonesia belum memenuhi struktur kalimat yang lain. Karena struktur kalimat yang dasar dalam bahasa Indonesia ada enam. Dan nanti... Bisa berkembang P-nya menjadi dua, sehingga P-nya juga menjadi dua, K-nya menjadi dua, karena P-nya juga dua, O-nya menjadi dua, karena P-nya juga dua. Berarti sudah berkembang menjadi kalimat macemut, tidak lagi kalimat dasar.
Contoh kalimat dengan pola SP, subject predikat, mahasiswa berdiskusi. Itu diawali oleh huruf kapital, diakhiri tanda bacaan. Mahasiswa S berdiskusi menduduki fungsi predikat. S, P, dan O.
Anggi meraih IPK tertinggi. Belum kalimat karena tidak ada tanda titik. Jika diberi tanda titik, ini adalah contoh kalimat S, P, O. Anggi meraih IPK tertinggi.
Lalu SP dan PEL. Materi MKU Bahasa Indonesia dijelaskan di dosen. Materi MKU Bahasa Indonesia menurut fungsi subjek, dijelaskan menurut fungsi predikat dosen pelengkap. Kenapa pelengkap? Karena sebelumnya berupa kata kerjanya pasif.
Sehingga di belakang kata kerja pasif ada pelengkap, tidak objek. Apa perbedaan objek dan pelengkap? Agar lebih memahami perbedaan objek dan pelengkap, silakan saudara baca modul pada halaman modul 4 tentang topik kalimat biasa.
Poin keempat, S, P, dan K. Kuliah Bahasa Indonesia sebagai S dilaksanakan P di e-learning K, keterangan. Jadi di belakang predikat tidak harus objek.
Bisa juga pelengkap, bisa juga keterangan, tergantung jenis predikatnya, tergantung jenis aktivitas yang dikenaki predikatnya. Butania membelikan mahasiswa donor adalah contoh kalimat yang memiliki unsur fungsi S, P, O, dan P. Butania menuruti fungsi S, membelikan menuruti fungsi P, mahasiswa menuruti fungsi O, donat menuruti fungsi pelengkap.
SPOK, mahasiswa melaksanakan demonstrasi di depan kantor DPRD Padang. Mahasiswa menuruti fungsi S, melaksanakan menuruti fungsi P, demonstrasi menuruti fungsi O, di depan kantor DPRD Padang. di unsika. Sekarang, mari kita temukan apakah ada unsur S, P, O, P, dan K dalam kalimat berikut.
Mahasiswa yang melaksanakan orasi pekan lalu di depan kantor DPRD Padang merupakan aktivis dari Universitas Negeri Padang. Kita lihat dari segi indikator kalimat sudah memenuhi syarat sebuah kalimat. Di awal huruf kapital bermakna untuk, tuntas, dan diakhiri dengan intonasi final berupa tender kitty. Sekarang pekerjaan kita adalah menentukan fungsi-fungsi yang ada dalam kalimat ini. Mahasiswa yang melaksanakan orasi tegang lalu di depan kantor depan ini pada menuduki fungsi subjek.
Mahasiswa sebenarnya subjek utama di perluas. dengan adanya yang yang berfungsi untuk memperluas. Bisa yang diperluasnya subjek, bisa yang diperluasnya fungsi yang lain. Biasanya kebanyakan orang terkecoh dengan bentuk perluasan subjek. Mereka akan mengatakan mahasiswa subjek yang melaksanakan predikat karena kata kerja.
Ini adalah pemahaman yang keliru. Subjek di sini berupa subjek yang telah mendapatkan perluasan dengan mengisipkan konjungsi yang mahasiswa yang melaksanakan orasi pengawal di depan kantor DPRD pada. Predikatnya kata kerja kopula merupakan di belakang kata kerja kopula tidak akan hadir objek.
Kenapa? karena dia tidak bisa diubah menjadi kalimat fasil. Di belakang kata kerja populer adalah merupakan ialah itu adalah pelengkap.
Jadi aktivis di sini pelengkap dari Universitas Negeri Padang. Jadi, setelah mengetahui pola dasar kalimat dalam bahasa Indonesia, memahami definisi kalimat, memahami definisi kalimat dasar. Semoga saudara bisa mengembangkan pemahaman ini dan bisa merumuskan kalimat yang tepat sesuai dengan pola dasar kalimat bahasa Indonesia. Berlatihlah dengan baik dalam memahami pola dasar kalimat bahasa Indonesia karena pemahaman yang baik tentang pola dasar kalimat bahasa Indonesia akan sangat membantu saudara. dalam mengembangkan keterampilan, memulis kalimat majemuk, kalimat yang lebih luas dalam bahasa Indonesia.
Demikian modul 4, silakan dilanjutkan kegiatan pembelajaran melalui LMS, e-learning kita, dengan mengisi daftar hadir, menyelesaikan tugas terlampir, dan berkomentar di laman diskusi jika ada. Semoga bermanfaat. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera. untuk dikasih uang