Ini masalah nyawa, ya aku banyak dibully, dibilangnya my cashnya gak ngerti, kita masa distribusi, ya jadi saya distribusi dong, kalau kita punya 140 ribu, padahal butuhnya 280 ribu, mau distribusi gimana gitu. Kenapa di Malaysia harganya segini? Kok di Indonesia 3 kali lipat? kali lipat, saya bingung juga bilang, oh ini masalah pajak, oh pajak hitung saya, ingat-ingat itu PPN 11% gimana, enggak 300% gitu, kan pasti ada sesuatu yang lebih fundamental, ini bencir, hitungannya bagus 280 juta masa sih dikasih satu bangsa 12 ranjangnya jelek, kamar mandinya di luar, gimana 12 orang ngantri kamar mandi kalau mau ke belakang, nah itu yang kita atur, dan kita udah research cukup Bangsa ini harus bergerak ke depan dan harus melibatkan soal isu kesehatan di dalamnya. Begitulah tanggung jawab negara.
Kami di sini selalu menggunakan kata negara sebab ini adalah poin terbaik dari seluruh diskusi kita menyangkut bangsa ini hari-hari ini dan di rana kesehatan ada banyak isu di dalamnya saya kemudian harus mengejar orang yang paling bertanggung jawab dengan dunia kesehatan Kesehatan kita untuk hadir kesini Di antara kesibukannya luar biasa Telah hadir Bapak Menteri Kesehatan, Pak Budi Gunadis Hadikin Makasih banyak loh Pak Menteri Sama-sama Pak Asal tahu saja Berbulan-bulan Harus mengisi ruang publik Mengisi ruang publik Seperti yang saya sampaikan tadi Beberapa waktu dari saat kita Ngambil gambar itu ada Kontroversi yang muncul di Publik dan sudah selesai tampaknya. Karena ancaman mogok segala macam dari, saya berbicara tentang sivitas akademika khususnya Fakultas Kementerian di UNR Saya. Bagaimana mereka penolak kehadiran dokter asing pada saat Kementerian Kesehatan mengeluarkan belaid yang akan menghadirkan atau merekrut dokter kesehatan. Alam bahwa saya mengatakan bahwa ada informasi yang tidak cukup lengkap di sini.
Maka kemudian saya undang ke Pak Menteri. Sebenarnya prosesnya, kejadiannya, dan kasusnya seperti apa Pak Menteri? Jadi sebelum menjawab itu, tadi kan bukanya mengenai bangsa dan negara.
Jadi saya boleh promosi sebentar. Boleh dong. Jadi nih, Bang Akbar ya.
Kan Pak, dua presiden ini ingin 2045 jadi Indonesia emas. Saya sempat diskusi, Pak, Indonesia emas itu maksudnya apa sih? Apa warnanya emas? Apa banyak emas? Enggak, pengen jadi negara maju.
Sebagai seorang ekonom... Negara maju itu 13.800 Pak JNA per kapita. Kita 4.800.
Jadi bisa naik 3 kali lipat. Nah yang kedua. Dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia.
Itu semua negara atau bangsa bisa nembus. Itu high income country barrier limit yang 13.800. Itu pada saat puncak bonus demografi.
Karena namanya JNA itu pendapatan total penduduk di bagian populasi. Nah penduduk produktif paling banyak. Itu sebabnya karena Pak bilang jadi besar.
Aku bilang nih. Sekarang gimana caranya sebuah orang rata-ratanya gajinya 13.800 atau 15 juta bukan 5 juta. Supaya jenenggar maju. Cuma dua syaratnya.
Dia lebih sehat dan lebih pintar. Kalau dia nggak sehat nggak pintar. Maupun infrastrukturnya kuat.
Sumber daya alamnya hebat. Nggak bakal jadi 5 juta. Jadi kalau ditanya tadi bangsa masih sehat. Nomor satu memang sehat dan pintar. Kalau nggak nggak bisa jenenggar maju.
Saya argu kesehatan tuh. Itu lebih penting dari pinter. Kan boleh dong sebagai menteri kesehatan.
Kenapa? Menteri itu pendidikan ngurusnya. Sesudah 4 tahun anaknya. Baru program pendidikan masuk. Program kesehatan ngurusnya minus 9 bulan.
Pada saat ibunya hamil. Kalau dia kesehatan gak benar. Bisa gak cepat gak stunting. Bodoh anaknya. Jadi itu.
Nah itu pengantar pertama ya. Jadi kesehatan itu penting. Untuk mendukung negara kita di negara maju. Nah yang kedua Pak Ini mengenai yang Unair. Saya malamnya.
Itu lagi Zoom dan Luring juga. Sama profesor-profesor terkenal undang-undang. Ada bekas rektor yang namanya Profesor Puruhito.
Terkenal banget. Profesor Puruhito. Itu yang kita hormati.
Ada yang namanya Profesor Pak Tahalele. Itu betik AV ya, kepala kolegiumnya. Kita ngomong bagaimana meningkatkan jumlah bedah jantung.
Karena kurang kita di seluruh provinsi. Saya udah kasih alatnya. Akan datang dalam dua tahun ke depan.
Dokternya... Nggak ada di 34 provinsi, makanya saya datangkan yang dari Abar waktu itu di Medan untuk melakukan dan bedah jantung bagi anak-anak kita yang tidak tertangani, antriannya sampai 2 tahun, kemudian sekaligus juga mendidik. anak-anak kita.
Gak tau apa-apa besoknya keluar. Saya lagi terbang sama Pak Jokowi. Jadi saya di WA banyak kan.
Saya bilang, Pak Presiden ini tiba-tiba aku menjadi orang paling berkuasa di dunia. Kita bisa ngalahin pemenangnya rektor pemenangnya Nadiem. untuk memberhentikan dekan Ewa aku bingung juga kenapa bisa dipersepsikan seperti itu tapi kan jadi gak berani kita kontak rektor kan, jadi saya kontak ada apa sih itu pure masalah internal dan akhirnya terklarifikasi kan oleh beberapa event termasuk juga orang-orang dalam UNR sendiri menceritakan itu sebenarnya pure internal, gak ada hubungannya sama saya, kita aja terkejut jadi isu itu bukan soal mereka atau orang-orang yang pinter di di kedokteran itu menolak kebijakan Anda untuk memasukkan atau merekrut dokter-dokter asing.
Bukan sama sekali. Yang menolak kebijakan saya waktu undang-undang kesehatan jauh lebih banyak, lebih keras, dan lebih brutal dari ini. Itu aja saya gak masuk kuping kiri, kuping kanan. Jadi kalau orang bilang, Pak jadi dendam. Ya Allah, saya sih kayak gitu udah biasa sejak mahasiswa gitu ya.
Kita perbedaan pendapatan berargumentasi bahasa asing ada rasanya. Apalagi beliau kan nyampe ekannya santun. Profesor Budi ini kan nyampeinnya, ya saya nggak setuju. Saya rasa wajar lah sebagai orang kita beda pendapat.
Oke, kalau begitu, biarkanlah teman-teman, dan tampaknya memang sudah selesai ya. Tapi kita tetap bicara soal itu. Karena tampaknya itu juga masih ada di dalam ruang publik kita, Pak Menteri.
Apa benar Kementerian Kesehatan dalam alini negara akan merekrut dokter-dokter asing? Saya mencoba tadi malam untuk menghubungi beberapa kawan-kawan kita yang menurut saya menyangkut soal ini dan mengatakan tampaknya iya, tetapi tidak sesimpel itu. Salah satunya adalah yang akan direkrut itu adalah hanya merupakan technical assistant, bukan spesialisnya. Seperti itukah ceritanya?
Jadi Kementerian Kesehatan, sebenarnya bukan Kementerian Kesehatan ya. Itu udah selesai mengenai dokter asing. Pemerintah dan DPR sudah mengizinkan dokter asing masuk.
Jadi secara legal udah terbuka. Apakah masuknya begitu saja? Enggak Ada aturan-aturannya seperti itu. apa.
Bahwa itu hanya asisten saya tegaskan tidak benar. Jadi dokter spesialis lah yang kita arah untuk masuk. Oh boleh dokter spesialis. Justru dokter ahli yang kita masuk. Cuma saya ingin memberikan konteks kenapa kita buka Pak Akbar ya.
Itu masalahnya bukan karena dokter kita tidak mampu. Bukan karena ini akan mengambil lahannya mereka. Ini masalah menyelamatkan nyawa. Ya kan saya masuk saya lihat kan. 300 ribu orang meninggal karena stroke setiap tahun. 250 ribu jantung.
Kenapa? Karena akses ke dokternya kurang. Pak gak ada alatnya.
Nah saya bagi ini alatnya sekarang kan. Cat lab untuk jantung dan stroke. Tadi hanya ada di 44 dari 511 kabupaten kota.
Iya jelas aja. meninggalnya banyak kan ya, saya bagi naik saya udah 230an dalam 18 bulan gak ada dokternya, 130 begitu gak ada dokter kita bingung kan didik dokternya gak ada sekolahnya, gak ada tempatnya gak ada bangkunya, bangkunya BTKV itu, Bedatora Kadioparkula yang saya ngomong dengan Pak Puruhito dan Pak Pak itu hanya ada di Unr dan UI itu paling berapa sih? 15, 20, 1 angkatan gimana kita mau menin 514 sampai berapa puluh tahun, nah ini meninggal Meninggal setiap tahunnya 250 ribu.
Jadi kita nunggu kan meninggal. Akhirnya saya cari sampai ke Cina, ke Jepang, sama ke India. Supaya bisa train orang-orang Indonesia.
Hands on. Dapat 100. Tetap kurang. Nah buat saya.
Aduh saya ini takut kan. Begitu saya meninggal. Nanti ditanya sama Tuhan. Eh kamu udah jadi menteri powerful.
Itu 250 ribu. Kamu ngapain aja? Pak saya takut dibully pak di sosial media. Jadi saya gak berani mengembalikan. Masuk ke teraka saya.
Saya mendingan. Saya mendingan. Pak, saya dibully. Enggak, Pak Yang penting lebih takut nanti masuk neraka karena saya punya ponang enggak datengin orang buat nyelam peti nyawa. Artinya, Pak Menteri, publik ingin sebuah ketegasan bahwa per hari ini, per situasi ini, kita masih kekurangan dokter spesialis.
Sangat. Sangat. Sangat kekurangan. Kita ada sedikit data ini, Pak Menteri. Ciri khas kita di sini.
Coba kita lihat. Jumlah provinsi yang kekurangan spesialis itu memang ternyata hampir di semua provinsi ya Dalam catatan kami di sini, hanya ada tiga daerah yang cukup tersedia dokter spesialisnya. Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Oke, so ada data yang lain? di Indonesia setiap tahun 12 ribu dari 117 faktor sekretoran di Indonesia saya interupsi sedikit, waktu saya masuk itu cuma 92 dan itu di moratorium gak boleh nama, jadi saya bilang Nadiem kita kurangnya tuh 100 120 ribuan dokter.
Sekarang lu setuju 12 ribu. Kenapa di moratorium? Katanya permintaan dari teman-teman di sektor kesehatan.
Jadi itu sesudah saya minta kemenangan di muka. Untuk informasi Pak Akbar. Tahun 2022 itu di moratorium. Nggak boleh nambah. Kehadirannya atau pendirian sebuah faktor kedokteran.
Itu sampai saya ngomong sama Pak Bedanya Muhammad Dia. Dia bilang Pak Kemenkes bantu. Akhirnya saya bantu. Ini kok baru kita tahu. Memang kita beberapa kali.
Kalian mendengar bahwa memang agak ada kesulitan bagi lembaga pendidikan untuk menghadirkan apotos kedokteran. Di moratorium. Karena mahal segala macam. Kalau boleh tahu Pak Menteri, waktu itu kenapa di moratorium?
Aku tanya Pak Nadiem, kenapa di moratorium Pak Nadiem? Ini kurangnya masih by far. Kita setara dengan Tonggai, Yemen, dan Bangladesh.
Jumlah dokter kita jauh di bawah Tim Tim, di bawah Filipina, di bawah Thailand, di bawah Vietnam. Oh katanya permintaan dari sektor kesehatan. Yang dimaksud dengan sektor kesehatan itu apa Pak Menteri?
Kita masih. Si bicaranya nanti Pak Akbar Faisal Mas mengundang podcast. Tapi akhirnya dibuka sama Pak Nadiem akhirnya dibuka.
Karena begitu tunjukin datanya kan boleh lihat. Dalam, Pak Menteri, sorry, mohon maaf. Saya terbiasa dengan data ya.
Yang nanti kalau podcast ini keluar, pasti nanti ada komen-komen yang marah. Saya rasa iya. Tapi kan kita sudah terbiasa dengan itu, Pak Menteri.
Organisasi kedukteran, Id, saya nggak ngerti. Id sekarang sudah nggak ada ya? Ada.
Masih ada Itunya Kementeriania Tidak se-powerful itu untuk memubarkan Organisasi Kemarin-kemarin yang ribut-ribut dengan menteri sebelumnya Oh iya biasa Artinya ID masih ada Dengan kewenangan yang sama Kewenangannya sebagian sudah dialihkan ke Nah hubungannya dengan yang tadi itu Bahwa menurut ID itu kita sebenarnya Oversupply Oversupply untuk dokter Seperti yang kita bicarakan Yang benar yang mana Pak Menteri? Pak yang benar kalau saya ngomong kan biasa Bapak google aja atau tanya chat GBT gitu kan bisa dilihat rata-rata ke dokter di Indonesia nanti keluar tuh 1,76 per seribu jadi kalau Indonesia 280 juta hitung aja Pak kita butuhnya mungkin sekitar 400 ribu dokter Bapak kan tau ada catatan kita berapa ini coba lihat Pak ini lagi-lagi kita bermain data ya sebarang dokter di Indonesia ada dari 38 provinsi tadi saya sudah sebutkan Jakarta, Jogja, dan Bali memang di Gorontalo itu beberapa jenis spesialisasi itu juga lebih dari target rasio. Boleh juga nih Gorontalo ini.
Ya kan? Oke. Meskipun memang penduduknya sedikit ya.
Provinsi yang hampir semua spesialis kekurangan apalagi ini nih. Ini di daerah timur ya. Nah coba kita lihat yang di sebelah kanan ini.
Rasio dokter dibanding dengan pasien. Nah itu berarti 1,76 ribu. Iya makanya. Nah. Nah.
Begini loh Pak Menteri. Google Pak, lihat di laporan WHO Tapi kan menterinya ada di depan saya Maksud saya adalah Ini perlu kesepakatan Informasi kita, agar jangan Kemudian kita publik ini dibuat Menjadi kebingungan, ini sebenarnya Orang-orang yang dedicated untuk itu Kenapa berbeda informasinya Di satu sisi menterinya sebagai Otoritas penuh mengatakan sangat kurang Disampaikan barusan, tetapi ada Organisasi kurokteran yang dulu kita Dengar Sangat powerful itu, itu mengatakan lebih. Sebenarnya bukan organisasi. Ada beberapa oknum yang tidak bisa menerima fakta bahwa WHO bilang begini, World Bank bilang begini. Saya kan meeting dengan Menteri Kesehatan G7, G20, APEC.
Nggak ada satu Menteri Kesehatan yang bilang kita tidak kekurangan dokter. Jadi kan, kalau kemudian kita bilang, kita cukup, masalahnya distribusi. Dari mana angkanya?
Dari mana angkanya? Denialability-nya tinggi sekali dan kasihan publik. Karena publik tidak akan mendapatkan... Akses, orang datangnya ke dukun Nanti, gak ke dokter Karena dokternya gak ada Ini masalah nyawa Aku banyak dibully Dibilangnya my cashnya gak ngerti Kita masalah distribusi Ya jadi saya distribusi dong Kalau kita punya 140 ribu Pada butuhnya 280 ribu Mau distribusi gimana Dikasih ke siapa Orang paling pinter sedunia juga Belum tentu dia berhasil mendistribusinya. Bahkan kalaupun distribusinya pas, atau tercukupi, atau sesuai dengan yang diharapkan, kan kemudian problem lainnya sudah mengikuti Pak Menteri.
Katakanlah misalnya soal alkesnya. era itu. Saya ini orang kampung Pak Menteri. Saya gak ngerti kalau Pak Menteri orang kota mungkin ya.
Saya orang kampung beneran gitu ya. Dimana kemudian fasilitas itu menjadi sangat terbatas di sana. Bagaimana pemerintah dalam hal ini meyakinkan kita soal itu?
Ini transisi bicara ke fasilitas ya. Pak Akbar tahu standar dokter boleh praktek di berapa tempat di Indonesia? Surat izin praktek. Udah pernah dengar.
Itu tiga. Di luar negeri, satu. Jadi satu dokter di sini boleh kerja di tiga perusahaan.
Di luar negeri, hanya boleh di satu perusahaan. Fakta itu artinya apa? Artinya jumlah dokter kita cuma sepertiga dari yang dibutuhkan. Jadi kalau dikaliin Jadi semua fasilitas kesehatan Jadi Bang Akbar kalau manggil ya Selain kita bicara dengan dokternya Panggil dirut-dirut rumah sakit Kamu gampang apa mudah cari dokter Itu kan banyak Pak Ertanjung mau bikin rumah sakit Yusuf Kala mau Mau bikin rumah sakit semua mau bikin rumah sakit Cari dokternya gimana Itu kan the best Supaya fair Ya kalau saya bilang SIP nya 1 banding 3 Luar negeri 1 banding 1 artinya dokter kita Cuma sepertiga dari yang dibutuhkan Nah kalau dikali 3 Nah kira-kira pas emang akarnya Ini pertanyaan ini Menjadi berkembang kalau bagian ini Pak Menteri sekaligus saya mau protes sebenarnya Kenapa di Indonesia Dokter itu bisa berpraktik Di banyak tempat katanya sudah tidak lagi Jadi Tapi tampaknya masih terjadi Masih 3, SIP nya 3 Nah itu yang sensitif Kalau mau diturunin 2, bisa rame Jadi saya bilang yaudah dibanyakin dulu aja jumlah dokternya Atau nanti dengan demikian Akan lebih terpopulasi Rumah sakit bisa memilih Nggak usah ngambil dokter yang udah praktek di tempat lain Kadang luar negeri, satu tempat praktek Umumnya, satu yang resminya Nah jadi balik lagi sekarang Memang kalau kita kejar Ini kan isu sensitif nih Jumlah dokter untuk se-se-se sekelompok profesi nanti dibilang, ya alatnya gak ada, gimana kita bekerja nah Kementerian Kesehatan mulai tahun ini membagikan ribuan alat canggih ke seluruh pusat 514 kabupaten kota, RSUD, 34 provinsi, upgrade langsung, udah dapet tinggal kita diplo aja, jadi misalnya Pak, cancer paling banyak payudara payudara darah itu kalau deteksi dini ketahuan stadium 1, 90% bisa sembuh.
Ketahuan stadium 3, 90% wafat. Nah untuk periksa kanker payudara butuh alat namanya mamografi. Saya masuk, 3200 rumah sakit yang punya mamografi cuma 300. Ya patut, gak terdapat alat. Sekarang aku bagi ini 500 514 kabupaten kota dengan mamografi. Masing-masing kabupaten ada?
Satu kabupaten ya. Gak cukup harusnya Cuma setidaknya kita cover dulu kan Masih-masih ada Penyakit paling banyak meninggal Fakta nomor dua Stroke 300 ribu setahun Jantung 250 ribu setahun Setengah juta Padahal Pak Akbar tau kan Pengalaman di Covid Kalau yang dicatat resmi Setengah juta Aslinya mungkin satu setengah Covid juga begitu Nah Ini meninggal satu juta Saya tanya ke ahli jantung sama stroke Kalau dia terketahuan Dan di treatment Empat setengah jam Dalam empat setengah jam Misalnya dari Door to Itu balloon. Di balloon dipasang ring. Atau trombectomy coiling. 90% survive.
Kalau lebih dari itu turun. 70%. Nanti di bawah 12 jam turun lagi.
Akhirnya meninggal atau cacat. Nah ini alat yang ada. Karena kalau 4 jam. Nggak bisa orang suka bumi. Di ke Bandung dong.
Harus di kabupaten kota. 514. Yang ada cuma 44. Bentar dulu Pak Menteri. Ini saya jadi agak kebingungan ya.
Karena gini. Ini Mas Budi itu jadi Menteri tahun 2000. 20-23 Desember Ngurusin COVID Jadi menteri bukan menteri 2020 ya Artinya baru sekitar 3 tahun yang lalu ya 3 tahun yang lalu Pertanyaannya tuh begini Sekarang berapa APBN untuk kesehatan Sekarang sekitar 90 triliun Saya jadi menteri turun terus 2021 250T 2022 130 2023 90 Sekarang 80an Kalau itu jangan dikeluhkan Pak Menteri Semua teman-teman Cuma saya turunnya 250 dan saya gak komplain Karena masih banyak Komplain juga boleh kok Masih banyak bisa dieffisien Maksudnya begini Ini sedikit agak gister usinya nih Menyangkut dengan pengadaan Alkes. Catatan di KPK itu, itu banyak sekali kasus yang sedang mereka tangani, termasuk di Kejaksaan, itu menyangkut dengan industri atau bisnis Alkes. Saya jadi bingung bahwa ternyata, katakanlah mamografi namanya tadi ya, mamografi untuk cancer payudara.
itu bahkan hanya ada berhadapan di kabupaten, segala macam gitu ya lah selama ini memang apa pengadaan alat kita itu seperti yang dikatakan orang dong apa itu bahwa banyak orang di rumah sakit yang kebingungan tiba-tiba di Berikan alat yang canggih Tapi belum pernah ada pelatihan untuk Itu bahkan dokternya tidak ada dan seterusnya Kesimpang siuran informasi Seperti ini Pak Menteri loh Bahwa tata kelola Pengadaan alat kesehatan Sangat harus Diperbaiki, saya setuju Karena saya kan, ini kan bangkir kan Jadi semua yang punya rumah sakit Temannya saya kan, jadi saya nanya tuh Oh rumah sakit saya beli harga Segini misalnya dulu kan Disana beli berapa, kan bedanya jauh Pak ini bener belinya di e-katalog. E-katalog kita tuh udah termasuk buffer buat ini, buffer buat itu, buffer buat ono gitu kan. Jadi harga yang resmi dipakai di e-katalog itu kan bisa berapa persen 20-40 persen lebih tinggi daripada yang di sana.
Itu tata kual itu mesti diberesin. Dan saya udah pastiin sekarang itu diberesin. Gak ada lagi.
Karena kita bisa beli lebih banyak kan untuk melayani rumah sakit-rumah sakit. Yang kedua, ini emang CKDNX selalu orang bilang, jadi banyak debatnya 6 bulan karena ini Alkes dulu, orangnya dulu. Dia bilang, ini... Nggak kerja.
Itu akibatnya 70 tahun nggak selesai-selesai masalahnya. Jadi saya bilang, oke. Alkesnya aku kasih.
Sekarang udah kasih misalnya cath lab dari 44 udah jadi 200. Dokternya nggak ada, 130 kan. Cari dokternya. Pak, butuh mahal.
Aku kasih beasiswa. Ngomong ke Ibu Ani, LPDP dikasih 2 ribu. Aku kasih, nih 2 ribu. Kan kita cuma nyari 100. Masa nggak bisa sih tahun ini dapat 100? Masalah gitu kan.
Nggak ada tempatnya. Bangkunya nggak ada, sekolahnya nggak ada. Yang tadi itu. Kirim ke luar negeri.
Aku bilang, 100. 100. Dibayar penuh oleh negara. Sekarang saya sudah dapat 15 di Jepang, 90 di Cina, 40 di India, 15 di Malaysia. Kirim dokter-dokter kita. Dulu kan kalau dokter kita belajar di sana, pulang nggak boleh praktek. Sekarang kan izin dari saya.
Jadi sudah boleh praktek. Sekarang sudah boleh? Sudah boleh.
Karena gini, saya pernah dapat kasus ini Pak Menteri. Saya berkunjung ke St. Petersburg itu di Rusia. Itu saya ditemui oleh anak-anak.
Saya fokus ke dokteran di sini. Terus apa masalahmu? Saya pulang nanti nggak bisa jadi dokter loh. Saya bilang kenapa?
Ini sudah bisa. Udah bisa ya? Udah bisa. Sekolah-sekolah tentu. Jangankan yang di St. Petersburg.
Saya punya teman. Misalnya lulusan Harvard Medical School. Belajar di Mas.
Mau balik? Ya susah juga. Informasi bagus nih. Sebenarnya kenapa ya?
Ada kebijakan itu. Ya dulu sulit diterima gitu. Karena? Karena ya.
Terlalu pintar atau? Mungkin salah satu pernah bilang. Di Amerika kan gak ada malaria. Jadi gak diajari.
Di sini ada malaria. Kita lebih advance. Jadi mesti 2 tahun dulu di Papua belajar.
Siapa yang mau? Harvard Medical School. Belajar di banyak klinik. Oh, saya senang informasi ini, Pak Lucu-lucu itu ada. Setidaknya kalau saya misalnya ditanya oleh adik-adik kita yang ada di luar, sudah punya jawaban bahwa Menteri Kesehatan secara resmi di depan saya mengatakan bisa.
Bisa Bisa ya? Bisa Ada proses adaptasi ya, tapi bisa. Dan jelas adaptasi ada ini. Oh, oke.
Di undang-undang sudah masuk. Nah oke kita masih bicara tentang dokter Jadi Pada isu dokter ini sebenarnya Pak Menteri Anda sudah 3 tahun Jadi Menteri itu Problem utama yang harus Anda pengen sharekan ke publik itu apa? Ini satu Jadi ini cerita Ekonom dulu Karena saya orang ekonomi Orang sehat kenapa pengen sehat? Pengen usia panjang kan? Gak ada orang sehat yang pengen mati cepat kan?
Jadi saya ukur tuh usia sebagai target. Amerika itu rata-rata 79 tahun. Dia mesti keluarin biaya kesehatan 11 ribu dolar per kapita. Itu sama dengan Panama dan Kuba yang 79 tahun, dia ngeluarinnya 1.900. Saya udah bercanda sama Menteri Amerika.
Gue kalau udah 70 tahun, pindah Panama, Kuba. Kenapa? Umurnya sama, tapi spend kesehatan 20% dari yang di Amerika.
Nah, itu beda-beda. Jepang, 84 tahun. Hanya 4.800.
Paling hebat Singapura. 84 tahun, 3.000 dolar. Kenapa itu bisa terjadi Pak?
Ini yang paling penting. Strategi kesehatan nasional yang harus dilakukan oleh seluruh Menteri Kesehatan, bukan hanya saya, adalah menjaga orang tetap sehat. Bukan mengobati orang sakit. Pak, Fakultas Kementerian mendidik kita untuk mengobati orang sakit.
Yang harus dilakukan. Kukan Menteri Kesehatan adalah menjaga tetap sehat. Pak Akbar, sebagus-bagusnya kamar tidur rumah sakit, saya yakin Pak Akbar lebih senang tidur di kamar tidur Bapak yang lebih jelek daripada rumah sakit. Jadi, nah ini promotif preventif lebih penting dari kuratif. Puskesmas posyandu lebih penting dari rumah sakit.
Bukan rumah sakit aku bilang nggak penting, cuma jangan salah ya. Tapi prioritas harus diberikan ke puskesmas posyandu. bukan hanya ke rumah sakit selama ini. Harus diberikan ke kader perawat bidanya Ani Puskesmas, bukan hanya dokter spesialis. Harus diberikan ke screening, bukan hanya pengobatan.
Nah itu yang sekarang KMNK selakukan. Kita lakukan ini, sepi dari publikasi, karena ini di kotomi publik nggak rame. Ini rame kan, karena ini elit kan. Ini yang menyentuh ratusan juta masyarakat, ini nggak rame. Orang sakit jantung, cancer stroke, itu penyakit kronis.
Artinya apa? Itu gak ujuk-ujuk Bapak Itu 10 tahun Bapak gak disiplin Kalau Bapak ketahuinya 10 tahun sebelumnya Bapak hidupnya akan terus sehat bisa hindari Jadi kita lakukan apa? Contoh ya, promotif preventif cuma 2 Imunisasi sama screening Imunisasi kita naikin dari 11 sampai 14 Ini orang sepi nih, salah satunya apa?
Yang paling rame sebenernya, di dunia dipuji Itu HPV Itu cancer cervix, membunuh nomor 2 Wanita di Indonesia Ratusan ribu man mati. Ini ada imunisasinya, kayak COVID. 7 tahun pilot project yang dijalankan. Sudah jalan?
Sekarang jalan tahun lalu. Contoh yang nomor 2. Kematian ibu anak banyak yang meninggal. Itu komplikasi pada saat lahir. Aku tanya, apa nggak kelihatan di USG? Ya kelihatan.
Bayi ada berapa sih lahir? 4,8 juta. Jadi kita 1 tahun Singapura. 1 Singapura lahir.
Lahirnya di mana? Puskesmas Emang? Kenapa nggak di USG aja? Pak, di Puskesmas 10 ribu, yang ada USG cuma 2.200.
Oh, jadi kalau ada ibu... Ibu hamil di USG di Indonesia istrinya bangga-bangga, itu 22% elit wanita hamil Indonesia. Karena yang 70% lagi-lagi kembali ke situ ya ternyata.
Ditebar sama saya 7.800. Pak, selesai udah 18 bulan. Misalnya nimbang bayi stunting.
Screeningnya kan preventif itu immunization and screening. Jadi screening itu bisa screening gula. Kalau kita kan biasanya screening gula, screening ini. Bisa juga screening apakah itu? Kayak tadi ibu hamil pakai USG.
Bisa juga screening gisi. Biasanya pakai alat antropometri di timbang. Itu kenapa kita stunting.
Nimbangnya di posyendu. Timbangnya pakai alat kuno banget yang namanya dacin. Itu bisa meleset setengah kilo.
Udah jadi stunting jadi gak stunting. Akhirnya kita bagi 300 ribu timbangan. Itu aja yang kita simpel-simpel.
300 ribu posyendu selesai dalam 2 tahun. Itu gak populer, gak berisik. Tapi itu menyentuh masyarakat.
Kenapa gak populer? Karena bukan isunya elit-elit. kelompok ini, padahal justru ini Pak kalau ditanya paling penting apa? Pak tugas Menteri Kesehatan menjaga masyarakatnya tetap sehat bukan hanya mengobati yang sakit, ini anggaranya harus lebih besar, waktu yang lebih besar karena siapapun manusia Indonesia kalau bisa jangan sampai sakit atas nama publik Mas, Pak Menteri kalau Anda mau bicara tentang yang barusan seperti ini tidak di tempat lain, datang ke sini tak kasih tempatnya, karena Menurut saya, saya juga kaget sendiri nih Oh ternyata sampai besi itu ya Problemnya Kalau tidak soal elit, ya kita tidak bicarakan Bicarakan Saya kasih contoh nih Kan penyakit paling banyak meninggal stroke sama jantung Jadi kalau dua ini diberesin Aku yakin Temennya Bang Akbar pasti sudah ada Yang kena stroke, kena serangan jantung Pasti ada yang maaf Stroke sama jantung itu kan kronis Jadi gak ujuk-ujuk, pasti 10 tahun Itu cuma diperiksa 3 hari Kalau mau, bener ya Dia harus diatur dua Makan, mesti ikut Kata Nadiem, berhenti sebelumnya Dua, BAU bilang Olahraga 30 menit sehari Lima hari seminggu Sampai kita wafat Olahraga mau main bola, volley, segala macam Nah, diukurnya cuma tiga Jadi ini udah kita lakukan atau kita gak lakukan Ukuran tiga, tekanan darah Mesti di bawah 130-85 Dua Gula darah Harus di bawah 200. Atau bagusnya HbA1c di bawah 5,7.
Tiga, lemak darah. Kolesterol harus di bawah 200. Atau bagusnya LDL di bawah 100. Ini Pak, kalau Bapak ukur 3 bulan sekali. Hasilnya di atas. Itu obatnya gratis di pusul.
Jadi datang ke pusul kelas, dah tinggi. Dikasih tuh, upload di pin. Gula dikasih metformin.
Kalau ini Bapak lakukan. Insya Allah Bapak gak akan kena serangan jantung stroke. Usianya minimal. sama dengan rata-rata Indonesia 22 tahun, syukur-syukur kayak Ratu Elizabeth.
Nggak pernah sakit, 95 tahun, besoknya langsung wafat. Ini terpesona saya lihat seorang banker yang alumni nuklir bicara sedetik ini. Terpesona saya.
Karena banyak yang Gurunya banyak Saya terima kasih Pak Budi soal itu Sungguh-sungguh sering kita dengarkan ya Tetapi kadang-kadang kita tidak awas soal itu Dan kita tidak action dan tidak jadi Tidak Tidak menjadi isu ya gitu. Ada ini yang lebih penting. Oke, saya kembali ke alur kita tadi.
Bahwa saya lagi-lagi mohon maaf. Lagi-lagi harus mewakili publik dengan berbagai pertanyaan yang ada. Kembali pada soal dokter tadi. Itu adalah soal basi sebenarnya.
Tapi akan sangat bagus kalau menterinya yang menjawab. Soal pelayanan dokter. Berikut dengan fasilitas. Beberapa waktu terakhir ini isu tentang berobat ke luar negeri. Terutama Malaysia ya.
Bahkan. kan sekarang sudah berpindah nih dari Malaysia, pindah ke Bangkok gitu ya. Bahwa kemudian memang pelayanan rumah sakit kita, CQ dokternya memang ada yang bermasalah, ya meskipun kebetulan dokter-dokter yang merawat saya, itu teman-teman semua jadi enak lah gitu ya. Tapi seperti ini, apa yang dilakukan oleh kementerian?
Saya ini tahu ini isu sensitif ya, tapi saya mau cerita begini, ini dari perspektif normal, tanpa main. Itikat menjelek-jelekan. Ada profesi-profesi yang punya kode etik. Misalnya nih, dokter punya kode etik dokter.
Bank punya kode etik perbankan. Wartawan punya kode etik jurnalis. Kenapa sih Pak profesi ini punya kode etik di mata pengamatan saya sebagai orang? Karena mereka profesi ini bisa hidup Karena ada trust Masyarakat ke dia Contoh ini kan ngomong Wartawan ini kayak media Dulu wartawan pakai koran kan Kalau orang ternyata lebih percaya podcast daripada koran apa yang terjadi?
bisnis koran sampai dia turun kan jadi ini masalah kepercayaan bisnisnya, sama Bang Kir Bang Kir gak kepercayaan sama Bang Kir, dia mau apa pun gak ada bisnisnya, dokter juga sama nah yang saya agak khawatir dokter kita bagus-bagus cuma sudah terjadi itu pergeseran trust dari publik Ke Singapura, dulu orang-orang kaya. Ke Malaysia, dulu orang-orang kaya. Yang saya hati-hati dengan apa? Sekarang turun ke orang menengah loh.
Yang pergi tuh gak semua orang kaya. Orang menengah sudah mulai geser. Ke Malaysia, ke Thailand. Ini yang saya sebagai penduduk kesehatan worry. Jangan sampai publik.
Itu kemudian... menurun kepercayaannya ke sistem kesehatan kita Nah ini yang saya mati-matian sekarang mengajak. Yuk kita introspeksi diri. Gak mungkin kita bisa memperbaiki kalau kita always feel that we are the smartest, we are the best, we are always uber ales.
Kita hanya bisa memperbaiki kalau kita stay hungry, stay foolish lah kata Steve Jobs. Aku kan menterinya selalu dibilang sama profesor-profesor yang terkenal. Menteri dungu, menterinya tolol.
Menteri emang saya dungu sih, tapi dengan dungu saya mau belajar gitu kan. Lebih baik. Lebih baik menurut saya daripada kita gak belajar, gak mau lihat. Padahal negara lain udah maju.
Karena sekarang orang jadi pindah. Jadi pindah. Itu yang buat saya khawatir. Itu tugas saya untuk mengangkat.
Ada data Pak Menteri soal ini. Pemirsa, saya tiba-tiba terhenyak nih. Kalau dulu kan memang kelas atas ya.
Orang berapa dia dirawat di Singapura. Kemudian pindahin juga awal-awalnya. Oh sekarang sudah bergeser ke kelas menengah ya? Kenapa?
1 juta orang. orang kan yang pergi ke sana. Dan buat saya gampang.
Saya kalau datang, saya kan terima WA kan. Saya terima WA dari orang, Pak komplain kan. Saya di sini bayar segini. Kemarin yang harga obat itu kan. Ini kan orang menengah.
Kalau orang kaya kan mana komplain harga obat. Itu kan. Kalau Bang Akbar kan mana komplain harga obat. Cat bapak pun dibayar ada duitnya. Kalau yang komplain harga kan orang menengah.
Pak, kenapa di Malaysia harganya segini? Kok di Indonesia 3 kali lipat? 4 kali lipat?
Saya bingung juga. Bilang kan masalah pajak. Pajak hitung saya ingatnya itu PPN 11%.
Gimana? Enggak 300%. Pasti ada sesuatu yang lebih fundamental. Ini bencir.
Hitungannya bagus. Pajak sampai 3 kali. 3 kali 11, 33%. Bedanya ini bedanya kok sampai 200%, 300%. Pasti ada masalah lain selain pajak.
Itu kan orang menengah yang ngomong menenang harga. Banyak Pak yang BIA ke saya ngeluh. Layanan di rumah seksanya kok lebih murah.
Diagnosa lebih benar, harga lebih murah, orang kaya nggak bakal... Apa yang Mas Budi lakukan untuk kemudian... Kita tidak bisa menghalangi orang untuk mencari pengobatan yang terbaik. Tapi setidaknya harus ada perbaikan dong. Nah, itu sebabnya saya bilang.
Saya mengajak, karena saya nggak mungkin melakukan perbaikan ini sendiri. Semuanya mesti ikut. Tapi saya ingat, yuk kita sama-sama sadar.
Saya tuh disini pengen bilang, saya mungkin ngomongnya nggak terlalu mengenakan. Tapi lebih baik kita rendah diri. danah hati gitu kan, daripada enggak kalau mereka lebih bagus kenapa mereka lebih bagus, alat gak ada aku kasih alat dokter kurang, yuk kita tambah jumlah dokter jangan kemudian terus-terus dinayan bilang, enggak, jadi perdebatan abis energi, padahal orang itu makin lama makin banyak yang kerja di luar, karena gak bisa akses dokter, dokter kita kan yang bagus-bagus ada, cuman dokter yang bagus itu prakteknya udah sampai jam 2, jam 3 per pasien udah 5 menit 4 menit, ya orang-orang ada yang Mau ke sana ya orang yang punya akses kan dibilang Aduh saya pengen yang 10 menit, 30 menit Dia kemudian pindah keluar Nah ini yang kita masih sama-sama perbagi Nah sebagian udah mulai memahami sih Bahwa niatnya Menteri Kesehatannya itu seperti ini Dan merubah ini emang gak mudah Mas Budi, makanya saya tanya tadi Id itu masih ada gak?
Ada Saya ubah pertanyaannya deh Saya bisa mengatakan lebih jauh dari itu Pak Menteri Tapi saya ubah pertanyaannya deh Apakah Id masih menjadi kontrapartnya teman-teman? di kesehatan? Masih loh. Semua organisasi profesi itu selalu kita undang kalau ada kita kepentingan apa-apa. By the way ya, Ketua ID itu nggak pernah ada yang diajak Menteri Kesehatan ikut World Health Assembly.
Ini kayak World Bank Menteri gitu ya. Dia ya. Satu-satunya Ketua ID yang pernah diajak ya, jamannya saya. Kenapa sampai saya bertanya seperti itu? Sebab kami melakukan riset juga.
Tampaknya memang itu tadi. Lagi-lagi... kita kembali ke diskusi awal kita tadi bahwa tampaknya ada memang perbedaan cara pandang antara otoritas kesehatan dalam hal ini kementerian Pak Menteri dengan teman-teman di organisasi itu.
Wajar dan saya orangnya terbuka saya memahami ini nama organisasi profesi. Dia kan membawa perspektif anggota profesinya yang 240 ribu atau berapa saya kan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ditunjuk oleh Pak Jokowi Pak Jokowi kan membawa mandat dari 280 juta rakyat ya Jadi kalau saya membawa perspektifnya 280 juta masyarakat, ini membawa perspektif 240 ribu dokter, ini ya pasti ada perbedaan. Tapi buat saya perbedaan itu kita diskusikan. At the end of the day, kalau di agama saya, agama Bapak juga, manusia yang terbaik adalah yang bermanfaat bagi sesama manusia.
Jadi aku bilang yaudah kita cari jalan tengahnya supaya manfaatnya paling banyak buat masyarakat. Oke, sebuah jawaban yang bijaksana menurut saya. Meskipun saya tahu... Tahu arah kemana. Pak Menteri, kita agak maju sedikit.
Waktu kita terbatas. Soal Kris. Kelas rawat inap standar. Yang dari 12 tempat tidur menjadi 4 tempat tidur.
Logikanya ini menjadi lebih baik ya. Lebih baik. Naik.
12 orang dalam satu ruangan tiba-tiba menjadi 4. Harusnya memang kulit saya jadi lebih baik. Tetapi kan... efeknya ada.
Salah satunya dalam piatatan saya ini adalah rawat BpjsJS itu pasti ada pengaruhnya di situ. Ini bahasa Anusi sebenarnya bahasa parlemen ya. Apa penjelasan Pak Menteri menyangkut soal ini? Sebab ternyata ada tudingan di sini.
Tudingannya agak ngeri-ngeri sedap nih. Ini pasti lobinya perusahaan asuransi nih kalau kayak gini. Oke. Aku baru dengar.
Boleh juga tuh. Oke. Seperti apa jawabannya Pak Menteri? Jadi nomor satu ya Pak Ini memang membuat saya tidak populer di rumah sakit Jadi emang jadi mankas ini susah juga Kalau kita mau mikirin Mau lihat 280 ribu Atau mau lihat 3200 rumah sakit Kalau begitu pindah ke Menteri aja Nanti dulu Saya mau jelasin Iya Pak itu bukan hanya tempat tidur Jadi tempat tidur kita minta empat Ada satu lagi WC di dalam Itu kita gak pernah denger Selama ini kan memang di dalam WC nya share, bapak di luar WC di dalam Ada pembatas kerten Jangan kayak barek-barek aja Dibatasin ini aja Kalau ada yang meninggal jangan sebelahnya lihat Atau kalau ada ini mau ganti celana Dikasih supaya lebih privacy Kalau gak salah AC kita minta Nah ini tujuannya apa?
Supaya lebih manusiawi Buat masyarakat yang dapat BpjsJS Karena ini kan orang-orang yang miskin Ya kan? Bukannya orang-orang Aku tahu beberapa orang-orang kayak jadi nggak suka gitu atau pengusaha. Tapi kan 280 juta masa sih dikasih satu bangsa 12 ranjangnya jelek, kamar mandinya di luar.
Gimana 12 orang ngantri kamar mandi kalau mau ke belakang? Nah itu yang kita atur Dan kita udah research cukup Tempat tidurnya cukup Saya kan bangkir Kita tau ebit dan margin Seuntungnya bagus Tapi kan harga akan naik Pak Menteri Harga akan naik kan? Apa?
Harganya? Enggak, kita udah hitung bisa Kita udah pilot project kan Dengan iuran BpjsJS yang sekarang Oh, artinya tidak ada kenaikan harga? Enggak Pelayanan?
Enggak ada Wow Tergantung ya, kalau tanya 250 juta Mungkin teman-temannya Bang Akbar tuh, aku gak ngerti ya Tapi coba tanya rakyat yang BpjsJS Senang gak dari 12 jadi 4 Kamar mandi di luar jadi Harus senang dong gitu kan Kita mau belain mana Belainnya sini belain sana Aku sih belainnya 280 juta Yang ini ngomel-ngomel dikit gak apa-apa Tapi gak boleh bangkrut Kalau jumlahnya saya pasti senang semuanya Tapi hanya soal harga saja Bapak tidak ada kenaikan harga itu sudah jawaban yang bagus Iurannya tetap Iurannya tetap Yang Chris itu iurannya sekarang Wahai teman-teman di DPR sana inilah jawabannya Tapi aku mesti kasih ini ya Bahwa iuran BpjsJS Semur hidup tidak akan naik Nggak benar juga. Bang Akbar kan ngerti kan. Tapi yang kita naikkan ini nggak ada hubungannya dengan kenaikan premium BpjsJS.
Premium BpjsJS akan naik kalau memang secara keuangan aktuaria kita hitung ada gap. Betul. Tapi pada bagian ini tampaknya memang ada pekerjaannya Pak Budi yang harus terus-menerus dilakukan. Dan ini gugatan publik nih.
Banyak, tidak boleh saya katakan semuanya rumah sakit. Banyak rumah sakit itu menomor tujukan yang namanya pengguna BpjsJS. Bpjs sekarang ini.
Saya pernah jadi korbannya bahkan Akbar Faisal loh. Sampai saya harus ngamuk disitu. Oh mohon maaf Pak Tapi ini tampaknya akan menjadi pekerjaan yang tidak akan selesai-selesai sampai kemudian negara betul-betul bertindak sangat tegas bagian ini Pak Menteri. Apa jawaban Anda? Pak, ini karena Abarr kan juga punya pentan ekonomi kan.
Kenapa Amerika bisa 11 ribu Outcome-nya 79, Singapura 3.300, Australia 84. Pak, karena layanan kesehatan itu pricing-nya punya masalah besar dua. Satu, di seluruh dunia kecuali India, selama 20 tahun terakhir... Pertumbuhan biaya kesehatan per kapita selalu lebih tinggi dari pertumbuhan GDP per kapita. Bahasa awamnya. Bang Akbar gajinya naik pendapatan 10% per tahun.
yang Mbak Akbar minta jatahnya dia naik 20% per tahun. Nggak bakal cukup. Urusannya di ujung cari suami baru. Itu yang terjadi.
Nah kenapa ini terjadi? Gapnya bisa beda banget Singapura sama Amerika karena informasinya asimetrik. Saya kasih contoh. Di perbankan ada money changer jual dolar 16 ribu. Ada yang jual 20 ribu.
Apa kita beli? Nggak bakal kita beli. Karena semua publik tahu dolar itu 16 ribu.
Di kesehatan, sunat misalnya. Di puskesmas misalnya, 500 ribu. RSUD 1 juta. Bedanya udah 100 persen. Rumah sakit swasta 5 juta.
Bedanya 1000 persen. Harga obat sama segala macam. Kenapa?
Karena informasi tidak simetris. Misalnya usus buntu, mesti di CT scan. Pasiennya disuruh gitu, dia lakukan juga.
Karena dia nggak ngerti. Nah ini yang menyebabkan bahwa kontrol harga itu penting. Karena selama ini publik tidak memiliki akses informasi yang simetris. metris berbeda dengan sektor-sektor lain.
Beli McDonald's, beli apa, kita tahu. Nah, itulah gunanya asuransi. Jadi saya kalau ditanya, BpjsJS memang gunanya untuk mengontrol supaya health expenditure ini, ini jangan abusive. Jangan naiknya gila-gilaan.
Jadi saya bilang kalau di rumah sakit, pasti komplain saya mengenai BpjsJS. Aku bilang gini, kalau di BpjsJS itu dipuji, disenangi oleh seluruh rumah sakit, dia gagal. Dia gagal.
Setuju saya. Kalau di BpjsJS, BpjsJS itu tidak ada mau rumah sakit yang kerja sama-sama dia saking pelitnya dia dia gagal. Tapi dirut BpjsJS akan berhasil kalau semua rumah sakit cari-cari BpjsJS tapi kesel sama BpjsJS.
Dan dia gak aduh ke Abarng Akbar Faisal mengenai BpjsJS. Jadi benci tapir itu bersatu disitu. Saya suka jawabannya Pak Menteri.
Nah ada satu isu nih yang tampaknya ini akan tidak menyenangkan buat Anda nih. Soal Bpjs POM Seharusnya kan Ada pihak yang mengawasi atau si pengawas tidak satu rumah dengan yang diawasi. Kir seperti itu ya. Kenapa Kementerian Kesehatan seperti atau tampaknya tidak ingin Bpjs POM diratifikasi? Ini sebenarnya bukan hanya kebijakan Kementerian Kesehatan.
Tapi di pemerintah kita melihat ini Pak Jumlah badannya ada itu jauh lebih banyak dari kementerian. Jumlah badannya lebih banyak dari kementerian? Seperti apa saja? Saya nggak ingat ya mungkin misalnya Bp, BEPOM, BRID. Itu kan badannya pakai B.
Badan pangan nasional, badan apa. Itu tuh mungkin jumlahnya saya nggak hafal. Mesti tanya Pak Az. Nanti bisa dipanggil Pak Soeranas. Bisa diajak interview.
Mungkin 150-an. Semua badan ini ada undang-undangnya. Sehingga pada saat presiden terpilih ingin melakukan restrukturisasi atau pemerintah ingin melakukan efisiensi dan restrukturisasi, prosesnya panjang saling, lupa undang-undang. Sehingga dengan diwikian pemerintah, dan saya sebagai bagian dari pemerintah memahami dan sangat setuju, ini kan ranahnya eksekutif. Harusnya itu dikontrol oleh pemerintah.
Dalam hal apa? Dalam hal PP. Nah itu sebabnya sekarang bukan hanya Bepom, badan-badan lain disimplifikasi oleh pemerintah, dan kita atur dalam bentuk PP. Dan sudah ada PP-nya, Bepom. Udah benar.
Jadi dia diatur dalam bentuk PP. Teman-teman di DPR itu protes. Ada 80% dimnya itu belum dibahas tapi kemudian sudah dimasukin. Seperti apa peristiwanya?
Sebenarnya memang ini kan inisiatif dari DPR tahun 2019-2020. Tertunda, Tunda-tunda sehingga dalam masa tunda ini keluar Undang-Undang Cipta Kerja. Oke.
Yang semua izin-izin itu masuk ke sini kan Undang-Undang Cipta Kerja. Keluar Undang-Undang Kesehatan. Yang semua regulasi. Masuk ke sini.
Jadi begitu undang-undang Bepom ini keluar, ini kan sudah lama didiskusikannya. Itu sudah 100% masuk di undang sini, sini, sini. Jadi kan nggak mungkin kita bisa, dan undang-undang omnibus Pak Akbar tahu kan, nggak bisa di-overrule gitu dengan undang-undang lain, kecuali dia ganti undang-undang omnibusnya.
Jadi secara teknokrasi, teknokratik penyusunan undang-undang, ini akan, apa yang dimasukkan itu sudah tercantum di undang-undang lain. Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja dan Undang-Undang Omnibus Kesehatan. Tapi kenapa teman-teman DPR protes?
Sebab harusnya kan dibahas dulu baru. Katakanlah misalnya kalau ada DIM yang tidak setuju gitu ya. Ini kok langsung 80% katanya itu?
Enggak, Bang Abar kan pernah di DPR kan. Kan DPR kirim. Kita kirim juga kan respons kita.
Baru pembahasan terjadi. Ya itu sekarang di situ. Jadi DPR kirim begini. Kita lihat Pak, ini udah ada semuanya di dalam. You can't do it.
Yuk kita bahas sama-sama. Jadi benar kita akan bahas. Dan sekarang sedang berjalan pembahasannya. Bukannya kita nggak dibahas. Ini sekarang akan dibahas.
Tapi posisi kita semua yang diajukan itu sebenarnya udah ada di Undang-Undang Cita Kerja. Dan Undang-Undang Kesehatan. Dan akan sangat sulit loh kita cantumkan lagi kan.
Nggak bisa kan secara teknikal kan nggak bisa. Itu jawabannya untuk mekanismenya ya? Dan isinya, subsansinya.
Itu sumber jawaban yang menurut saya perlu Pak Blit dengarkan. Tapi lagi-lagi tentang Bpjs POM Pak Jawabannya. Menteri, ada banyak isu di situ.
Ada banyak isu tentang bagaimana mekanisme kerja Bpjs POM, relasi orang per orang dengan perusahaan farmasi dan segala macam itu. Itu sebenarnya seperti apa modal pengawasannya agar kemudian itu nggak terjadi karena berbahaya sekali. Ini kan Bpjs POM pengawas nih.
Tapi kalau dia terlibat permainan cinta dengan produksi obat itu, itu public nantinya ya. Itu memang yang harus Dilakukan Buat saya bukan hanya Bepom ya Terus terang juga apakah Kemenke 100% Besi dari itu kan saya mesti dengan rendah Hati bilang enggak Tapi kan mekanismenya ada Yang sekarang tanpa perlu menambah yang baru Misalnya Pak BpjsK ngodit Udah ada BpjsKP meliksa udah ada Parlemen ngawasin Itu kan udah ada Kemudian apalagi KPK kalau perlu Mau ada yang korupsi segala macam udah ada Semuanya itu sudah ada Cara pengawasnya tinggal Kita laksanakan aja dengan Indonesia kan Sebenarnya udah kebanyakan aturan Nanti kita bingung Ini masalah eksekusinya aja Yang masalah kan Bukan dengan menambah aturan Ini akan menyelesaikan masalah. Udah banyak kok lembaga-lembaga yang mengawasi yang harusnya memang tinggal kita sempurnakan aja ini ya eksekusinya.
Artinya ya Pak Menteri ingin mengatakan bahwa dalam konteks Bpjs POM itu... Peristiwa-peristiwa yang mengancam publik dengan relasi yang tidak sehat tadi itu, itu tidak akan ada lagi. Harusnya bisa dihindari dengan menggunakan mekanisme pengawasan. regulasi pengawasan yang ada sekarang cuma dilakukan dengan lebih baik.
Yang paling ekstrim dari undang-undang atau aturan main yang baru ini apa menyangkut dengan yang kita bicarakan? Saya terus terang gak ingat ya. Tapi yang di mata kami di mata pemerintah, kita kan bertujuh saya sebagai ketuanya waktu itu posisi pemerintah adalah Bepom tetap sebaiknya dalam atur regulasinya diatur oleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, fleksibilitas Fasilitas pemerintah sebagai eksekutif untuk bisa memperbaiki, mengembangkan, mengubah, kalau perlu menutup suatu saat, kita nggak tahu kan rencana pemerintah kedepannya seperti apa.
Itu ada di tangan pemerintah. Itu aja sebenarnya. Artinya...
Pak Menteri mengatakan bahwa undang-undang BpjsPM tetap berada di dalam undang-undang Kementerian Kesehatan. Dan undang-undang Cipta Kerja. Karena izin-izin Cipta Kerja.
Kalau misalnya itu kita tempatkan dia otonom. Itu bagus nggak bagi kita? Atau malah sebaliknya?
Saya bilang, sekarang pun dia sudah relatif otonom. Sudah sangat otonom. Aku nggak ngerti ya, kalau otonom definisinya. adalah lapor ke otonom adalah punya undang-undang sendiri aku bilang dia udah laporannya kan ke presiden melalui saya sama seperti BpjsJS kan udah ke presiden melalui saya anggaranya udah juga ke DPR lah langsung kan. Anggarannya beda dengan saya.
Betul. Maksud saya gini, otonomnya itu begini. Kan Kementerian Kesehatan kita buat menjadi bahasanya sederhana.
Dipahami oleh penonton kita di sini. Menyangkut dengan obat-obatan. Kir gitu ya.
Kemudian ada lembaga pengawas yang bernama Bpjs POM untuk soal itu ya. Maka kemudian di pikiran orang alangkah baiknya kalau misalnya dalam otorisasi Kementerian Kesehatan menyangkut obat-obatan ini lebih bagus diawasi oleh sebuah lembaga yang tidak berada atau satu rumah dengan yang diawasinya. Itu kira-kira lembaga. logikanya begitu.
Dan saya bilang Bepom sekarang sudah tidak satu rumah dengan kepentingan kesehatan. Sudah tidak lagi ya. Anggarannya beda sendiri Pak Kalau anggaran sih iya, tapi kewenangan?
Organisasi beda sendiri, kewenangan beda sendiri. Cuma kewenangan dia adalah pengawas. Pengawas. Regulasi di kita. Karena memang regulator dengan operator pengen dibedakan.
Jadi regulasi di kita pengawasnya Bepom. Bepom bisa mengawasi semua pemain-pemain apakah mereka mengikuti regulasinya Kementerian. Dan Kementerian tidak bisa mengawasi mereka.
Itu batasan itu. Ada apa itu? Chinese world nya itu jelas ya Menurut saya sih kalau saya lihat sudah jelas Mungkin ada apalah Ego pengen ini Biasa dimana-mana Normal manusia Senang saya mendengarkan jawaban-jawaban Pak Menteri Terakhir Pak Menteri ini ada video Teman kita ini Bertanya di ruang ini Dan kalau saya tidak seruskan Saya nanti dianggap bahwa Saya menyembunyikan atau Tidak meneruskan permintaan mereka Selamatkan nasib 532 bidan D4 pendidik Yang sudah lulus P3K 2023 Namun karena katanya ada kesalahan Dari pemerintah dibatalkan Tidak dikeluarkan SK 532 di seluruh Indonesia Ini dalam kewenangan Kementerian Kesehatan?
Kementerian Kesehatan dan BKN Apa, Jho? Ini balik lagi di masalah eksekusi. Jadi aturan udah dibikin.
Yang ngerekrut bidan itu kriterianya seperti ini. Datang dikasih ke BKN. Sama BKN juga udah.
BKN itu apa sih? Di bawah menpan RB. Oh, iya. Badan, ini nadir badan juga.
Mas Anda datang ke sini dong. Nanti bisa undang-undang. Jadi udah. Eh, yang di daerah-daerah biasa kan, teman-teman di daerah itu bisa melakukan sesuatu yang nggak sesuai dengan yang diatur kan.
Begitu di daerah kut-kut-kut-kut-kut, dia minta kan, sama BKN ditolak. Kenapa? Nggak sesuai dengan aturannya kita. Itu kan jadi ya. Eh ribut yang sini.
Padahal dia udah rekrut duluan. Nah itu kejadiannya. Harusnya kan dia gak boleh rekrut.
Karena kriteriannya udah ditaruh BKN berdasarkan kita. Jadi kementerian kesehatan itu bilang ke BKN. Kalau merekrut bidang gini-gini syaratnya.
BKN kemudian keluarin aturan. Dia keluarin aturan daerah rekrut. Ini rekrutnya beda dengan yang ini. Jadi waktu mau diresmikan sebagai ASN Pegang Negeri.
Kan ditolak. Iya kejadian di lapangan kejadian kayak seperti itu kah? Banyak penjelasan dari pementer, tapi pertanyaan terakhir ini saya nggak tahu. Tapi apa salahnya? Saya terancang.
Siapa tahu saya beruntung. Ini kan akan berakhir pemerintah nih Akan berakhir 20 Oktober Ini kira-kira Mas Budi kemana nih? Saya?
Saya akan berhenti jadi menteri Hahaha Pasti dong Kalau berhenti di Kementerian Kesehatan Geser kemana kira-kira? Kenapa? Saya punya pilihan macem-macem Yang pertama, apakah mau buka podcast Kayak bakal apa Cocok itu, saya dukung gitu Enak juga kan kerjaannya waktunya Oke ini. Kayaknya saya bisa deh jadi podcast sudah ikut berapa kali. Saya tahu arahnya kemana.
Pak Menteri, terima kasih ya sudah memberikan kita informasi yang tampaknya tidak cukup detail di banyak tempat. Kalau Pak Menteri, ini forum ini memang kritis. Kadang-kadang pertanyaannya itu menjengkelkan. Tetapi menurut saya, kita sudah harus mulai berdiskusi sampai pada level di mana kita saling memahami bahwa memang ada banyak yang harus kita perbaiki.
Dan jawaban dari pemerintah ini setidaknya menjawab, saya lihat itu lebih dari setengah pertanyaan publik menyangkut dengan domain dari kewenangan dari Kementerian Kesehatan. Pak Menteri, Mas Budi, terima kasih sekali lagi. Sama-sama, Pak Akbar. Pemirsa, itu percakapan kami. Anda lihat bagaimana banyak sekali ternyata yang bahkan saya tidak tahu.
Dan hari ini mendapatkan jawabannya, itulah pentingnya kita bercakap-bercakap. Dan ya memang hanya soal waktu saja. Apapun namanya.
Wahai Indonesia, kita harus saling bercakap-bercakap. Terima kasih telah menyaksikan acara ini.