Sebuah film berjudul The Convert tahun 2024 akan menceritakan tentang seorang mantan tentara kejam yang harus terlibat peperangan antar suku. Seseru apakah ceritanya? Langsung saja pasang handsfree, semitris ke pusat serbahan, kencangkan celana dalam, selamat menonton dan cekicron!
Berlatar pada masa ketika informasi tidak secepat sekarang dan generasi muda belum dikuasai oleh ponsel genggam, ada sebuah suku pedalaman bernama suku Maori yang selama lebih dari 500 tahun bertarung menggunakan senjata tajam, barulah pada sekitar tahun 1800-an mereka memperoleh senapan yang merupakan senjata modern yang dibawa oleh para penjajah asing dari negara maju. Inilah Tarian. XL, loh!
Dan inilah The Convert! Kisah diawali pada tahun 1830 di Laut Tasman ketika seorang pendeta tengah berlayar bersama para pelaut Pada malam itu terjadi badai yang cukup besar dan mengakibatkan satu kru kapal meninggal dunia. Kesokan paginya kapten dan kru kapal pun melakukan penghormatan terakhir untuk si kru yang sudah maut.
Yang mana sebagai seorang pendeta Thomas diminta untuk memanjatkan doa sebelum akhirnya mereka melepas jasadnya ke tengah lautan. Selain punya titel pendeta, Thomas juga punya hobi mendokumentasikan hal-hal yang baru dilihatnya, yang karena pada saat itu kamera belum ditemukan, apalagi kamera iPhone yang gabarnya jernih dan sering dipakai selfie sambil cerminan, Thomas menggunakan kertas dan pensil untuk... melukis objek yang menurutnya unik dan menarik. Kebetulan yang ia gambar adalah salah satu kru kapal si kapten yang bernama Unuku yang merupakan orang asli suku Maori.
Menurut si kapten, orang tuanya adalah pemimpin suku dari salah satu suku. suku Maori pedalaman yang sengaja dititipkan kepada si kapten untuk dilatih keahlian berlaut. Tak lama, mereka pun tiba di sebuah pulau besar yang dihuni oleh salah satu suku Maori, dimana si kapten memutuskan untuk berlabuh sebentar setelah menyadari ada bagian kapal yang harus diperbaiki. Di saat yang lain pergi ke daratan menggunakan perahu, Thomas sendiri menunggangi kuda putihnya yang hampir terlelep.
Namun hal itu malah membuat kapten dan krunya takjub dengan hal-hal out of the box yang dilakukannya. Sementara Kapten dan yang lain sibuk mencari kayu, Thomas sendiri terlihat berkeliling hutan sampai akhirnya tak sengaja bertemu dengan seorang wanita bernama Rangimaii. Yang merupakan wanita asli suku Maori, ia perlahan mendekat dan mengelus-elus kepala dan bulunya Thomas, maksudnya kepala kudanya si Thomas, sampai muncul suaminya Rangimaii. Si Kapten datang tepat waktu dan menjelaskan dengan bahasa suku Maori tentang tujuan mereka masuk ke hutan ini.
Karena kapal akan selesai besok, mereka berniat kembali ke kapal dan akan menginap satu malam. Sementara Thomas yang ingin mengenal lebih dekat dengan lingkungan baru pun minta izin untuk berkemah di daratan. Namun kapten yang dibayar dan ditugaskan mengantar Thomas sampai tujuan dengan selamat, melarang ia melekukannya dengan alasan terlalu bahaya, sendirian di dalam hutan.
Namun karena Thomas memaksa, si kapten pun tidak bisa berbuat apa-apa. Sendirian, Thomas akhirnya kembali ke dalam hutan dan tiduran di atas jejuk hutan sembari menikmati pemandangan asri dan angin sepoi-sepoi yang sangat menenangkan. Dimana setelah beberapa menit berlalu, Thomas tiba-tiba dibangunkan oleh suara ribut-ribut yang ternyata sedang terjadi peperangan antar suku maori yang berbeda kecamatan. Hey!
Perkenalkan, dia bernama Akatarewa atau biasa dipanggil Wawa, ketua dari salah satu suku maori kecamatan berbeda. Sekaligus... Ayah dari si Unuku.
Sama seperti yang biasa terjadi di setiap zaman, Wawa ingin merebut tanah milik Rangimaii dan suku kecamatannya dengan cara membantai habis mereka semua. Sehingga melihat ada kekerasan di depan matanya, Thomas merasa perlu untuk menghentikan kebiadaban ini. Tepat saat kapten muncul, Thomas pun melakukan kesepakatan dengan Wawa untuk menukarkan kudanya dengan nyawa Rangimaii dan suaminya. Namun karena kudanya hanya satu ekor, Maka Thomas hanya bisa menyelamatkan salah satu nyawa yaitu Rangimaii.
Sementara suaminya langsung dieksekusi saat itu juga. Thomas pun membawa Rangimaii bersamanya pergi menuju tempat tujuan, di mana Rangimaii diperlakukan tidak seperti budak, melainkan sama seperti manusia lainnya. Bahkan Thomas memberikan tempat tidur miliknya, meski Rangimaii tetap tidur di bawah. Tiba-tiba mereka di sebuah pulau yang menjadi tempat tujuan, Thomas disambut oleh orang-orang setempat yang merupakan orang Inggris yang sudah lama menetap di sini, yang inti daripada tujuan Thomas didatangkan ke tempat ini adalah sesuai permintaan mereka yang butuh sosok pendeta untuk memenuhi kebutuhan rohaninya.
Thomas mendapati rangimai mengalami demam akibat luka bekas insiden kemarin, sehingga tepat saat Thomas ikut makan malam bersama dengan para tetua, ia pun meminta seorang dokter, satu-satunya dokter di tempat ini untuk mengobatinya, namun beliau menolak permintaan tersebut dengan alasan keterbatasan stok obat yang mereka miliki. Pada akhirnya, Thomas pun menyadari jika... warga Inggris disini tidak terlalu suka dengan suku Maori atau ras lain yang berbeda dengan mereka tanpa sadar jika mereka menempati tanah yang sebenarnya milik suku Maori itu sendiri atau ada sebutan untuk yang tepat ya sebutan yang tepat untuk mereka para penjajah kalau bahasa ilmiahnya itu disebut apa ya tidak tahu diri itulah kata yang tepat untuk menggambarkan para penjajah asing Inggris ini meski si dokter menolak memberi bantuan beruntung ada salah satu warga bernama Charlotte yang dengan tulus mengobati Rangimaii sampai sehat, sehingga Thomas cukup lega dengan hal itu.
Suatu hari, lonceng desa pun dibunyikan atas kemunculan suku Maori yang dipimpin oleh ayahnya Rangimaii. Beliau membawa tiga orang dari suku kecamatan sebelah, yaitu pasukannya Siwawa yang diduga ikut terlibat dalam aksi pembantaian tempoh hari. Rangimaii! Setelah ayahnya Rangimaii menghabisi ketiganya, ia pun berbicara kepada Charlotte yang memang menguasai bahasa Maori. Beliau meminta izin untuk menitipkan Rangimaii putrinya.
Tetap tinggal di sini, memohon bimbingan Thomas agar mau mengajarinya agama, adab, dan sopan santun. Dimana si ayah juga mengutus satu anak buahnya yang paling muda, bernama kita panggil saja Tole, untuk menemani sekaligus menjaga Rangimaii di tempat ini. Kesokannya, Thomas terlihat berada di gereja, melakukan tugasnya sebagai pendeta dengan ditemani oleh Rangimaii dan Tole, di mana saat warga sedang berdoa dengan dipimpin langsung oleh Thomas, Rangimaii dan Tole hanya bisa pelangak-pelongo, pulahak-polohok, melihat kegiatan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Saat akan pulang melewati rumah-rumah warga itulah, Tole... diam-diam senyum dan naksir kepada seorang gadis bernama Bethany yang sepertinya memiliki perasaan yang sama.
Thomas juga mengajak mereka berdua pergi ke toko kelontong. Satu-satunya toko kelontong yang ada di tempat ini dimana sang pemilik toko dikenal sangat acuh-ta'acuh terhadap tetangga dan hanya memperdulikan usaha kecilnya tersebut. Dari sekian banyak orang Inggris di sini, tampaknya hanya Thomas dan Charlotte sajalah yang tidak pernah membeda-bedakan suku, ras, dan warna kulit.
Hal itu kembali dibuktikan ketika Charlotte dengan senang hati mengajarkan Rangimaii sebuah tarian-tarian. Tarian modern. Tarian. Sore harinya ketika Thomas sedang membereskan gereja, ia didatangi oleh para tetua yang ingin menyampaikan pesan penting agar Thomas... tidak melibatkan suku Maori dalam kegiatan peribadatan mereka, namun Thomas tetap pada prinsipnya yang ingin memperlakukan setiap manusia sama dan tidak dibeda-bedakan.
Malamnya ketika semua warga sedang berkumpul dan menari bersama, Bethany diam-diam keluar sendirian menemui Tole di dalam gereja, mereka benar-benar sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dan nekat melakukan hal terlarang di dalam tempat ibadah tersebut. Sementara di tempat lain, Rangimaii terlihat sudah selesai didandani oleh Charlotte setelah mengungkapkan keinginannya yang ingin ikut menari bersama warga lain. Setibanya mereka di lokasi, Thomas langsung didudut oleh Rangimaii yang menjadikannya sebagai pasangan menarinya. Selesai menari, Thomas dan Rangimaii pun langsung pulang ke rumah.
Namun alangkah terkejutnya Rangimaii saat melihat Tole sudah maut di dalam gereja dan kemungkinan besar... telah dibunuh oleh anggota keluarganya Bethany yang tidak setuju dengan hubungan terlarang mereka berdua. Belum selesai dengan kematian si Tole, esok paginya Thomas langsung dikejutkan dengan kabar para warga yang main hakim sendiri dengan menghajar.
Si pemilik toko sampai babak belur, mereka menuduh si pemilik tokolah tersangkanya yang padahal Thomas sebenarnya sudah bisa mendebak jika si pemilik toko hanya dijadikan sebagai kambing hitam oleh keluarga besarnya si Bethany. Tak ingin terjadi kesalahpahaman yang bisa menimbulkan peperangan, Thomas berniat untuk pergi ke dalam hutan mengembalikan jasa tole langsung kepada warga suku pedalamannya. Di menebetan yang merasa bersalah atas kematian pria idamannya pun, memberikan kuda miliknya sebagai bentuk bantuan agar Thomas bisa cepat sampai di tujuan. tidak salah paham atas masalah ini.
Beruntung, Sang Raja mau mengerti bahkan Thomas dan Charlotte diizinkan tinggal di sini selama beberapa hari sekaligus dipersilahkan untuk mempelajari budaya mereka yaitu budaya suku Maori. Pada paginya Thomas terlihat sedang melukis sang raja yang sedang sarapan. Karena beliau adalah raja, cara makannya pun berbeda dengan kebanyakan orang biasa. Yaitu harus disuapi menggunakan kokoer atau tongkat kayu kecil.
Yang memang hal itu sudah jadi tradisi di suku Maori ini. Tak lama Thomas pun mendengar suara tembakan dari dalam hutan. Ia dengan cepat pergi memeriksa dan meninggalkan bukunya di tempat tersebut.
Penasaran dengan yang dikerjakan Thomas tadi, Sang Raja pun meminta anak buahnya untuk ambilkan buku tersebut dan sungguh ia benar-benar terkejut saat melihat isinya yang penuh dengan gambar sadis pembantaian yang entah apa maksudnya. Thomas sendiri sudah sampai di lokasi yang ternyata merupakan tempat latihan menembak Mereka mendapatkan senjata-senjata api ini dari para penjajah dan warga peradaban maju yang dibarter Dengan sumber daya alam, dimana Thomas sebenarnya cukup miris dengan fakta ini Namun karena sudah terlanjur, ia pun sekalian mengajarkan mereka cara mengisi peluru dan menembak yang benar Hingga membuat Rangimaii dan kawan-kawan memintanya untuk mengajari mereka semua Malamnya, Thomas dan Charlotte diminta untuk menghadap Sang Raja terkait buku berisi gambar sadis yang ia buat. Sang Raja hanya ingin meminta klarifikasi Thomas perihal di mana dan kapan ia membuatnya.
Beruntung Sang Raja adalah orang yang bijak, ia menganggap Thomas sedang melakukan penebusan dengan cara menyebarkan kebaikan dan itu patut diapresiasi karena apa yang dilakukannya adalah sebagai bentuk penyesalan atas perbuatannya di masa lalu. Kesokan paginya Thomas dikejutkan oleh kemunculan si kapten dan krunya yang membawa barang kiriman berupa senjata api Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya Mereka menukar senjata-senjata tersebut dengan sumber daya alam suku Maori Seperti ternak, sandang, pangan dan sumber daya alam lainnya yang sangat berharga Tanpa sadar jika senjata api itulah yang sudah menyebabkan peperangan antar suku termasuk Insiden yang menewaskan suami Rangimaii di adegan awal tadi Terima kasih Dengan niat baik ingin menghentikan perselisihan antar suku Raja dan suku Wawa, Thomas pun bertekad akan pergi ke wilayah suku Wawa dan berbicara langsung dengan Wawa, asalkan Raja mau berdamai dengannya dan tidak ada lagi pertumpahan darah di antara kedua suku tersebut. Sebagai perwakilan raja, ayah Rangimaii pun mengatakan bahwa mereka siap mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Thomas apabila ia benar-benar bisa membuat kedua suku berdamai sehingga ini menjadi motivasi kuat untuk Thomas bisa memujudkan hal yang baik. tersebut. Thomas pun ikut menumpang di kapal si kapten yang juga akan pergi ke Sukawawa untuk menawarkan senjata apinya kepada mereka, dimana Thomas dikejutkan oleh kemunculan rangimai yang ternyata diam-diam ikut di kapal demi membalaskan kematian suaminya.
Tiba di wilayah Sukawawa, Thomas dan kapten langsung disambut oleh Unuku, putra dari kepala di mana mereka dipandu menuju markas utama Sukawawa yang letaknya berada di perbukitan. Tiba di sana, yang dipersilahkan masuk duluan adalah Thomas yang dianggap sebagai pria terhormat. Tanpa banyak basa-basi, Thomas langsung mengutarakan niatnya datang ke sini adalah sebagai perwakilan dari sukunya si Raja yang ingin mengajak berdamai sebagai bentuk ketulusannya.
Thomas pun memberikan hadiah titipan si Raja berupa senjata tradisional yang dianggap sebagai benda berharga dalam tradisi suku Maori. Dan apa tanggapan Wawa? Ya, beliau tetap menginginkan perang karena menurutnya hanya itulah satu-satunya cara untuk menempuh kedamaian sehingga ya mau bagaimana lagi Thomas akhirnya harus pulang tanpa mendapatkan hasil apapun. Tepat saat Thomas sedang menghampiri kudanya, kini giliran Wawa menemui si kapten yang bermaksud menawarkan senjata apinya, yang karena harga barternya semakin naik, yaitu 1 senjata api setara 15 ekor babi dan 200 keranjang kentang, Wawa yang kecil.
Gersal pun langsung menghabisi si kapten dan semua anak buahnya. Gara-gara hal itu juga Thomas yang seharusnya sudah pulang malah kena imbasnya. Beruntung ada rangimai yang datang tepat waktu dan berhasil menyelamatkan nyawanya.
Kejadian ini jadi ajang kesempatan untuk Wawa menyerbu suku si Raja dimana mereka mengambil alih kapal semilik si Kapten yang dilengkapi dengan meriam dan berbagai senjata modern lainnya. Tepat saat Wawa dan pasukan sedang dalam perjalanan Thomas dan Rangimaii pun dengan cepat melakukan perjalanan darat untuk memperingatkan si raja yang setelah satu hari melakukan perjalanan darat, sampailah mereka lebih dulu di sana sehingga tanpa banyak cincang-cincong bertele-tele, raja segera mengerahkan prajuritnya. untuk bersiap melakukan perang besar-besaran. Tak lama setelah semua persiapan selesai, munculah wawadan pesukanya yang datang dengan sangat otokoh alias oper semangat. Bahkan mereka melakukan tarian khas sebelum berperang sebagai bagian dari tradisi turun-menurun.
Dan ya, perang pun pecah di antara dua kubu yang notabene masih merupakan satu bangsa dan satu tanah air di mana mereka menggunakan senarai. senapan sebagai senjata utamanya sehingga inilah yang terjadi Peperangan berlangsung sangat cepat, kurang dari setengah jam akibat dari minimnya pengetahuan Wawa akan strategi perang. Dimana hasilnya sudah jelas, dimenangkan oleh suku si Raja berkat bantuan dari Thomas, sang mantan tentara.
Yang menggunakan strategi asap untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Nahas, di detik-detik menjelang perang berakhir, Charlotte harus maut akibat terkena satu tembakan. Sehingga melihat orang terdekatnya jadi korban jiwa-jiwa brutal dalam diri Thomas. Thomas pun akhirnya muncul lagi dan menghabis sisi penembak dengan cara yang sangat membabi buta pada akhirnya yang tersisa hanyalah Wawa dan putranya Unuku dimana saat ayah Rangimaii meletakkan senjatanya pertanda ajakan damai Wawa tetap pada prinsip kuatnya untuk mati sebagai ketua perang sehingga mau bagaimana lagi karena itu maunya ayah Rangimaii pun terpaksa memberikannya Giliran si Unuku, Rangimai yang kasihan pun meminta ayahnya untuk memberi ampunan termasuk mengajaknya untuk berdamai dengan cara mengkompakan satu sama lain sebagai bentuk persaudaraan dan cinta tanah air.
Empat tahun berlalu, Rangimaii dan Unuku akhirnya menikah dan resmi menyatukan kedua suku kecamatan yang berbeda menjadi satu. Bahkan saat ini, Unuku menjadi raja baru suku Maori yang disegani oleh semua orang di pulau ini. Pada hari itu, mereka kedatangan tamu yang merupakan jenderal utusan Inggris.
Tujuan mereka datang ke sini adalah untuk membuat kesepakatan baru dalam hal perdagangan, ekspor, dan impor. Sama seperti pemerintahan modern yang ribet dan banyak aturan, jenderal ingin mendirikan pusat. pajak dan bea cukai agar perdagangan bisa terkontrol dan terawasi dan bisa ada jatah untuk kantong pribadi. Kayaknya tadi kurang R ya. Kotrekonti.
Gapapalah. Namun karena ini adalah tanah suku mauri, Unuku dibantu penasihat barunya yaitu Thomas pun menolak kesepakatan tersebut kecuali ada keuntungan di kedua belah pihak. Tamat, ending yang sangat mengbeacukaikan.
Pesan yang bisa kita ambil dari film ini adalah, perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan, melainkan dengan pengertian. Ingat, jika ada pajak penghargaan, orang yang adil akan membayar lebih dan orang yang tidak adil akan membayar kurang pada jumlah penghasilan yang sama. Saya John Mwakili, jajaran direksi yang bertugas mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa di video selanjutnya.
Adios. Korekuping Dewa Jeus.