Kesulitan Mendapat Kerja: Banyak job listing di portal pekerjaan tapi sepi diterima.
Fenomena Sosial Media: Platform seperti LinkedIn diisi oleh profesional dengan IQ tinggi, minim komentar toxik, namun kurang terbuka untuk ruang keluhan pekerja.
Hipotesa: Ketakutan akan blacklist oleh HR dan perusahaan menyebabkan ketiadaan sambat (keluhan terbuka).
Tantangan di Tahun 2024
Ekonomi Lesu: Faktor ekonomi yang mempengaruhi job market termasuk layoff, penurunan gaji, mundurnya investor, AI, dan konflik perang.
Penurunan Daya Beli: Turun sampai 57%, menyebabkan deflasi dan efek siklus pada margin keuntungan perusahaan.
Lowongan Fiktif: Perusahaan mempertahankan eksistensi meski mengalami layoff, serta memperoleh data kandidat untuk tujuan tertentu.
Kritik terhadap LinkedIn dan Lowongan Pekerjaan
Fenomena Lowongan Fiktif: Banyak lowongan yang tetap terbuka berbulan-bulan meski tidak ada penerimaan kandidat.
Data Cuma-Cuma: Kandidat seringkali memberikan data pribadi secara gratis untuk lowongan yang tidak ada.
Masalah dalam Proses Rekrutmen
Take Home Test (THT): Dinilai sebagai sia-sia bagi kandidat berpengalaman.
Kerugian Kandidat: Memberi effort besar untuk THT tapi tidak dibayar layak, proses bisa memakan waktu 3-5 hari.
Tidak Imbangnya Usaha dan Hasil: Banyak energi yang terkuras pada politik kantor bukan kompetensi teknikal.
Kenyataan Pahit Dunia Kerja
Kultur Kantor: Pekerja yang loyal dan 'penjilat' lebih dihargai dibanding yang cerdas dan teknikal.
Dampak Sosial: Banyak lulusan baru sulit mendapatkan kesempatan kerja meski sudah belajar mati-matian.
Seruan untuk Perubahan: Ajak manajer dan profesional untuk lebih memperhatikan junior dan calon pekerja.
Posisi Penulis
Whistleblower: Berani bersuara untuk memecah kesunyian dan kesadaran publik mengenai masalah ini.
Resiko: Siap dihujat karena membawa fakta dan bukan mimpi indah.
Kesimpulan
Pemateri mengajak semua profesional untuk lebih kritis dan berani menyuarakan ketidakadilan di lingkungan kerja.