Transcript for:
Dampak Konten TikTok pada Persepsi Hubungan

Ketika kalian buka TikTok, kehidupan seperti apa yang sering kalian saksikan di sana? Pasangan yang romantis, rumah tangga yang ideal, petua kehidupan yang terdengar bijak, dan berbagai konten lain yang menunjukkan betapa sempurnanya kehidupan umat manusia di FBP TikTok. Tapi ketahui lah teman-teman, semua itu bohong. Semua hal yang kita tonton di TikTok, semua konten-konten romantis dan kapok, goals yang seringkali membuat kita iri, itu sudah disetting segenikian rupa untuk tujuan tertentu. Bisa jualan produk, dapat endorse, atau segedar efek dopamine dari like dan komentar yang dihasilkan. Sayangnya makin kesini banyak sekali orang-orang yang menganggap itu real dan menjadikan semua konten-konten bohongan itu sebagai standar hidup mereka yang akhirnya melahirkan banyak sekali kasus-kasus perceraian hanya karena standar TikTok. Seringnya konten-konten seperti ini muncul di FGP orang-orang Indonesia yang FOMO dan LATA Ini membuat banyak orang meyakini bahwa pernikahan itu harus sempurna, pasangan itu harus romantis Penghasilan pasangan itu harus sekian-sekian-sekian Yang akhirnya membuat hidup orang yang awalnya baik-baik saja Jadi merasa ada yang salah dengan rumah pangga mereka Ada yang kurang dari pasangan mereka Dan ketika menghadapi masalah yang kecil sekalipun Dengan dorongan yang kuat dari konten-konten yang menormalisasi perceraian sebagai bentuk self-love akhirnya mereka jadi berpikir bahwa perceraian adalah solusi terbaik tiktok ini makin kesini seolah membentuk budaya baru tentang bagaimana orang lain itu harus menjalankan rumah tangganya gitu dan dengan validasi yang kuat dari konten-konten yang menormalisasi perceraian akhirnya orang-orang bodoh yang suka mendramatisir hidupnya ini jadi kepancing untuk mengambil solusi yang singkat dengan harapan bisa menemukan kebahagiaan mereka sendiri setelah perceraian yang justru seringkali malah jadi awal dari kehancuran hidup mereka sendiri. Di TikTok itu banyak banget teman-teman konten kode-kode atau petua-petua hidup yang sekilas memang kelihatannya baik-baik aja, perdengar bijak bahkan. Dan nggak ada yang salah dengan konten-konten seperti ini, orang tuh bebas lah ngupload apapun di sosial media mereka gitu, termasuk TikTok. Tapi masalahnya, Banyak sekali orang-orang yang menelan mentah-mentah apa yang mereka baca tanpa mau memahami konteks yang jelas. Terutama yang berhubungan dengan percintaan, rumah tangga, dan perceraian. Itu kuat banget tuh pengaruhnya. Contohnya kayak quotes yang satu ini deh. Ketika pasanganmu sudah tidak bisa menghargaimu, tidak ada lagi yang perlu dipertahankan, tinggalkan, dan ikhlaskan. Segilas memang terdengar bijak sekali quotes ini. Tapi orang tuh sering lupa konteks menghargai disini ini bisa beda-beda loh. Bisa jadi yang dimaksud oleh penulis dengan tidak bisa menghargai itu kayak KDRT, menelantarkan anak, selingkuh, dan lain-lain pokoknya hal-hal yang serius lah. Sementara yang dialami oleh si pembaca, mungkin cuman sesepele dicuekin suaminya doang karena capek kerja, nggak diambilin minum atau makan karena lagi sama-sama capek, lupa ditanya kabar. bar dan lain-lain pokoknya yang sepilih lah tapi karena quotes ini terdengar relate dengan apa yang dialami oleh si pembaca akhirnya konten-konten yang seperti ini jadi mendorong si pembaca yang notabene adalah seorang SDM rendah ini untuk mengambil keputusan yang besar dalam waktu yang singkat tanpa pertimbangan yang matang orang itu suka lupa kalau hidup setiap orang itu gak pernah sama Perasaannya mungkin bisa sama, tapi penyebab atau konteksnya ini loh yang beda-beda. Apalagi dengan kecahian algoritma TikTok yang selalu merekomendasikan konten yang kita like, komen, dan tonton sampai habis. Ini yang bikin konten-konten quotes kayak gini jadi pembendaran bagi mereka yang problematik. Karena keresahannya divalidasi terus dan disodorkan terus konten-konten yang relate dengan apa yang dirasakan. Akhirnya apa yang bodoh merasa bijak? yang salah merasa benar dan sorry to say orang-orang yang banyak kemakan sama standar-standar dan quotes bodoh ini sorry banget, ini kebanyakan cewek ya memang gak semua cewek kemakan sama standar tolol ini tapi yang kemakan sama standar tolol ini hampir semuanya cewek gue emang gak punya datanya karena belum ada badan riset yang resmi melakukan survei untuk memvalidasi tolol ini Dan itu murni pendapat gue, jadi silahkan dihujat kalau kalian gak terima. Karena yang gue temukan di TikTok, itu banyak sekali konten-konten yang membesarkan ego seorang cewek. yang akhirnya membuat mereka menuntut pasangannya atau cowoknya dengan tuntutan yang berlebihan, nggak penting, dan merepotkan. Konten-konten romantis, konten patriarki, derajat wanita jauh lebih tinggi daripada pria, cowok kalau nggak effort gede-gedean untuk ngasih kejutan itu berarti nggak sayang. Ini yang kemudian memperkenuk keadaan dengan tuntutan-tuntutan yang tidak terlalu penting, yang akhirnya merusak keberlangsungan masa depan rumah tangga. Percayalah teman-teman, semua konten-konten romantis yang lu lihat di sana itu settingan. Mereka tuh nyari angle dulu sebelum bikin konten. Mereka briefing dulu, nanti lu ketok pintu terus peluk gue ya. Nanti kita masak bareng terus lu cium gue ya. Begitu kamera nyala, beraktinglah mereka layaknya pasangan yang sempurna. Sampai kameranya mati, mereka terus biasa lagi. Di kehidupan nyata, pasangan-pasangan yang kelihatannya kapal. Apogos yang kelihatannya sempurna tapi ternyata dibaliknya itu rumah tangganya berantakan. KDRT selingkuh itu banyak sekali teman-teman. Dan bodohnya banyak banget cewek-cewek yang kemakan sama konten-konten kayak gini. Yang akhirnya menuntut cowoknya melakukan hal-hal yang tidak penting dan merepotkan. Sementara mereka lupa kalau suaminya itu punya beban yang jauh lebih berat. Punya hal yang jauh lebih penting untuk dipikirkan. Yaitu memastikan anak dan istrinya baik-baik saja Gue bukan maksud menjelek-jelekan cewek teman-teman Sekali lagi gue bilang banyak kok cewek-cewek di luar sana yang baik-baik Yang gak kemakan standar tiktok bodoh ini Yang mau ngertiin pasangannya Saling bantu gak kemakan patriarki tolo di luar sana Itu masih banyak sekali teman-teman Dan mungkin salah satu dari cewek baik itu ya kalian yang sedang nonton ini Nah Cuman masalahnya cewek-cewek tolo yang menyuarakan patriarki, menyuarakan wanita jauh lebih teringgi gajatnya dibanding pria. Jangan mau disuruh-suruh, jangan mau masakin, jangan mau bantu urusan rumah. Kalau suami lu gak effort gede-gedean buat lu untuk ngasih-ngasih kejutan berarti ada yang salah sama suami lu. Tinggalin sekarang sebelum nyeso dan opini-opini tolo lain di TikTok ini banyak sekali. Berisik banget mereka yang tolo. Dan keberisikan cewek-cewek tolol ini akhirnya memancing cewek-cewek tolol yang lain untuk menerapkan standar yang sama. Menuntut cowoknya dengan tuntutan yang merepotkan, memperkeruh suasana rumah tangga, dan akhirnya perceraianlah solusinya. Dan dengan maraknya konten-konten normalisasi perceraian sebagai bentuk self-love, dimana orang-orang yang barusan bercerai ini kelihatan bahagia sekali, ini yang membuat... para cewek-cewek tolol ini menganggap bahwa perceraian adalah jalan terbaik untuk bisa kemudian menemukan pasangan yang sempurna dan mencapai kebahagiaan. Akhirnya si cewek ini menuntut untuk minta diceraikan sama suaminya. Suaminya yang udah capek menghadapi cewek tolol ini akhirnya gak punya pilihan lain. Dikambulkanlah pemintaannya, diketoklah palu pengadilan, dan disitulah cewek tolol ini baru sadar bahwa pasangan yang sempurna itu tidak. pernah ada. Istri gue juga pernah, Pak, hampir terpengaruh dengan konten-konten seperti ini. Nggak separah minta cerai, sih, dan nggak separah patriarki tol juga. Tapi pernah lah ada masanya dia menuntut gue untuk melakukan apa yang dia tonton di sosial media, gitu. Apa yang gue lakukan, gue turutin. Semua yang bisa gue lakukan, gue turutin. Semuanya. Hampir semuanya, sih. Tapi, setiap gue nurut, setiap gue melakukan aksi yang diharapkan, gue selalu nanya, kok gak di-posting, kok gak di-upload sih effortku? Ini bisa lho bikin orang lain iri juga. Kamu juga pengen kan kelihatan bahagia kayak orang-orang yang kamu tonton? Tamerin lho. Gitu, terus gue tanya itu, terus setiap gue lakukan. Akhirnya apa? Kita berdua capek sendiri. Dan akhirnya ada satu titik dimana kita berdua, gue sama istri gue menyadari bahwa kebahagiaan itu bukan ditunjukkan tapi dirasakan. Kita gak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya kalau kita masih berpikir bahwa semua kebahagiaan yang kita alami harus ditunjukkan di sosial media. Memang gak ada yang salah ketika lo membagikan momen bahagia lo di sosial media. Orang bebas lah ngupload apapun di sosial media mereka. Termasuk di TikTok. Tapi ketika itu sudah menjadi habit yang berlebihan, ketika lo merasa harus ngeluarin kamera setiap ada momen-momen kecil yang membahagiakan, maka lama-lama letak bahagia lo bukan pada momen itu lagi, tapi pada respon orang-orang di postingan lo. Berapa yang like, berapa yang view, berapa yang komen, berapa yang ngeset bahkan. Dan betapa menyedihkannya hidup seseorang kalau kebahagiaannya bergantung pada respon orang lain. Dan kebahagiaan dalam rumah tangga atau pasangan yang harmonis itu bukan hal yang ujuk-ujuk ada gitu aja. Tapi kebahagiaan rumah tangga, pasangan yang harmonis itu adalah hal yang butuh diperjuangkan. Ada suka duka yang dilewati, ada konflik-konflik yang membuat kita mengerti sifat satu sama lain. Ada kedewasaan yang bikin kita bisa memaklumi kekurangan satu sama lain. Sampai akhirnya kita bisa bener-bener kolek sama pasangan kita. Bener-bener nyambung, bener-bener klik. Disitulah kebahagiaan itu muncul. Disitulah rumah tangga yang harmonis itu dimulai. Jadi kebahagiaan itu butuh perjuangan, Pak. Bukan terus lu nyari, gak cocok, liat post TikTok. Oh ternyata orang lain cerai, gue juga cerai. Akhirnya lo nyesel sendiri, karena kalau lo ngikutin standar TikTok berharap dapat pasangan yang sempurna, berharap mendapatkan kehidupan yang bahagia, tanpa mau melakukan effort apapun, maka sampai tuapun, sesusah payah apapun lo berusaha, maka lo nggak akan pernah menemukan kebahagiaan yang selama ini lo cari. Karena pasangan yang sempurna itu dibentuk, bukan ditemukan. Oke teman-teman mungkin sekitu aja dari gue semoga bermanfaat dan sampai ketemu di video selanjutnya. See ya!