Transcript for:
Hikmah Al-Imam Ibn At-Ta'illah Al-Sekandari

Al-Hikmatul Ula, hikmah yang pertama kata beliau Min alamatil i'timadi ala al-amali Nuksonul rojai inda wujudis zalali Termasuk tanda-tanda Mengandalkan amalan Adalah nuksonul rojai Tipisnya harapan inda wujudis zalali Ketika terjadi kesalahan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Wassalatu wassalamu ala rasulillah wa ala alihi wa sahbihi wa maw'ala wa ba'du Subhanaka la ilmalana illa ma'allamtana innaka antara alimul hakim wa tuba ala inna inna kanta tawabur rahim aram bishrah li sodari wa yasirli amri wa halul okadatamillisani ya fukawu qawli baik ahbabanaikvillah bapak ibu sekalian dan juga rakan santri dimana saja berada untuk yang pertama kalinya ya atas permintaan sebagian daripada kawan-kawan untuk membahas salah satu kitab fenomenal karangan al-imam hai hai Ibnu At-Ta'ilah As-Sekandari dengan syarahan oleh al-imam Ash-Syarkawi Rahimahumallah dan menurut kami saran itu cukup bagus karena memang ini salah satu kitab juga yang lama sekali ingin al-fakir mengetahui kandungannya seperti apa Yang jelasnya di pondok ini dulu tidak pernah dipelajari oleh kami. Hanya sering terdengar kurang lebih seperti itu. Jadi semoga dengan pengajian ini Al-Fakir berharap kita bisa mengambil manfaat. Beristifadah, bertabarruk. kepada al-imam Ibnu Ata'illah Al-Sekandari begitu juga musyarahnya al-imam Al-Syarqawi Rahimahullah Ta'ala Amin Ya Allah Ya Rabbul Alamin nah disini sampul dari kitab yang akan kita baca dimana judulnya adalah Al-Minahul Qudasiyah Al-Hikamil Ata'iyah ya anugerah yang suci ya kalau mau diartikan seperti itu anugerah yang suci alal hikamil atau ia atas hikamnya al-imam Ibnu Atau Allah atau penjelasan terkait dengan kata-kata bijaknya al-imam Ibnu Atau Allah nah ah ah Matanya ini adalah karya daripada Sayyidi Ibni Atau'illah Al-Sekandari Kemudian ta'lib daripada kitab ini pengarannya Susunannya itu disusun oleh Sheikh Al-Islam Abdullah Ibni Hijazi Al-Syarkawi Kemudian dita'lib oleh Sheikh Ahmad Faridul Mazidi Hai cetakan Darul Qutub al-ilmiyah Libanon ya Beirut baik ahbabana fillah Bapak Ibu sekalian dan juga rekan santri dimana saja berada langsung saja kola al-imam Abdullah bin hijazi asyarqawi rahimahullah ta'ala syarhu hikami bunyi atau Allah Ibni atoi asekendari syarah ikamnya kitab yang membahas tentang masalah hikmah yang mana merupakan milik daripada Ibnu Ibnu atau as sekandari al-hikmatul Ula hikmah yang pertama jadi disini alimam asyarkawi tidak mencantumkan seperti umumnya ya para penulis kitab atau pengarang kitab yang didahului dengan mukaddimah dan seterusnya beliau langsung kepada hikmah yang pertama di dalam kitab hikamnya Ibnu Atauillah sekandari akhir al-hikmatul ula hikmah yang pertama kata beliau min alamatil i'timadi alal amali nuksonul rojai indah wujudis zalali termasuk tanda-tanda mengandalkan amalan ya adalah nuksonurrojai tipisnya harapan indaujudi zalali ketika terjadi kesalahan maksudnya apa?

salah satu petanda kalau seorang hamba itu tidak mengandalkan malah amalannya adalah ketika terjadi satu kesalahan ketika dia melakukan satu dosa ketika dia melakukan satu kemaksiatan misalnya maka pada saat itu seakan-akan akan dia putus harapan Nah itu yang dimaksud dari hikam atau hikmah yang pertama ini Bismillahirrahmanirrahim ya Alhamdulillahirobbilalamin abarulah beliau memulai di sini ya Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirobbilalamin dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam fayaqulul murtaji Hai gufrol Masawi ya berkata orang yang mengharapkan ampunan dosa dalam arti yang beliau sendiri al-imam al-sharkawi Abdullah bin hijazi al-khaluki yang mana beliau namanya adalah Abdullah bin hijaz al-khaluki al-mashuul Syarqawi yang lebih terkenal, yang lebih masyur dengan Imam Asyarqawi. Apa kata beliau? هذه تقيدات لطيفة على حكم العارف بالله سيد أحمد بن عطو الله Ini merupakan taqidat, merupakan kaitan-kaitan, merupakan penjabaran-penjabaran latifah yang halus ala hikami ke atas hikamnya al-arif billah sayyid ahmad bin ato'illah asyikandari kudas asir rohu semoga Allah mensucikan sirnya Wa qasduhu biha al-ghalibu khitabul muridina sadikina Wa qasduhu ada pun tujuan beliau Bihak dengannya dengan mengarang kitab ini bahasa mapumnya seperti itu Al-ghalibu ya umumnya ya Atau ghalibnya khitabul muridina sadikina Yaitu mengarahkan orang-orang al-murid Orang-orang murid atau orang-orang salik ilallah Yang menuju ke Allah subhanahu wa ta'ala as-sodikina yang mana mereka adalah orang-orang yang sodik orang-orang yang jujur watarqihim dan mengangkat mereka ila makamil irfani kepada makam ma'rifat. Itu tujuan daripada alimah ibn Atta'illah asyikandari mengarang kitab ini, yaitu tujuan utamanya adalah mengarahkan orang-orang yang salik ilallah, orang-orang yang murid, orang-orang yang sedang belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala, yang mana mereka adalah orang-orang sadik.

Selain itu, tujuan, adalah untuk mengangkat mereka kepada derajat-derajat atau makam-makam ma'rifat. Faya bagi lana an naqtansiru ala bayani maqsudihi. Maka sepatutnya bagi kita untuk meringkas atas penjelasan maksud daripada kitab ini daripada hikam Ibn At-Ta'illah bihasbil imkani sesuai dengan kemampuan. Jadi beliau disini akan membahas tidak terlalu... banyak atau tidak terlalu panjang jadi sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau maksud dibalik hikam daripada Imam Ibn Atta'illah berkata Rahimahullah Ta'ala Imam Ibn Atta'illah Min alamatil itimadi alal amal Termasuk tanda-tanda berpegang pada amalan Mengandalkan amalan Maksud daripada amalan disini kata beliau Artinya aljawarihi Artinya amalan-amalan jawari anggota tubuh atau amalan-amalan Zuhriyah ibadah Zuhriyah min sholawatin berupa sholat wa'urodin dan wirid-wirit wa'adkarin dan zikir-zikir yang selain daripada yang Yang tiga yang disebutkan di sini.

Itulah yang dimaksud dengan al-amal di sini. Nah, wal-mu'tamidu ala zalika al-ubbad wal-muriduna. Nah, adapun orang yang berpegang, mengandalkan ala zalika atas yang demikian itu.

Artinya atas amalan itu adalah al-ubbad orang-orang ahli ibadah. Ubbad wal-muriduna dan orang-orang murid. Orang-orang salik.

Nah, kedua jenis orang inilah yang beliau maksud disini mereka berpegang atau bahasa kasarnya mengandalkan amalan mereka mengandalkan ibadah mereka falawaluna Adapun orang yang pertama itu maksudnya itu adalah al-abbad adalah orang-orang ahli ibadah ya atami Duna mereka berpegang alaihah keatasnya hidup ulil jannati untuk masuk ke surga watana ummi fihak dan juga merasakan kenikmatan pihak pada surga itu dikata beliau kata beliau disini bahwa ya orang-orang ahli ibadah itu mereka berpegang kepada ibadah yang mereka lakukan dengan maksud tertentu yaitu tujuannya yang masuk ke dalam surga dan juga menikmati kenikmatan yang ada di dalam surga wanajati min azabillahi ta'ala dan bebas dari azab Allah subhanahu wa ta'ala itu salah satu faktor atau motivasi yang menjadi dasar utama mereka untuk beribadah dan ibadah itu yang kemudian mereka jadikan sebagai sesuatu yang bisa kemudian merealisasikan apa yang mereka inginkan dari yang disebutkan disini yaitu masuk surga menikmati keindahan surga dan juga terlepas daripada azab Allah subhanahu subhanahu wa ta'ala nah ini kan bentuk al-iktibad mengandalkan amalan Ya, wal-akharuna, kemudian yang lainnya dalam arti al-muridun, murid itu, ya'atamiduna alaiha, mereka berpegang keatasnya, keatas amal itu, fil-wusuli ilallah ta'ala, ya untuk wusul, ya untuk sampai kepada Allah Subhanahu wa ta'ala wa kashfil ustadi anil kulub dan menyingkapnya ustad itu atau guru itu bahasa mafumnya mursyid itu anil kulubi daripada hati Dalam artian guru mereka itu menyingkap dapat mengetahui hati dan keadaan mereka sebagai orang yang rajin beribadah. Kurang lebih seperti itu. Sebagai orang yang taat kepada Allah SWT. Jadi tujuan mereka beribadah ini para murid adalah agar supaya bahasa mafurnya gurunya itu, mursidnya itu kemudian mengakui mereka sebagai orang yang hebat. sebagai murid yang sangat luar biasa nah itu tujuannya agar supaya guru mereka mengetahui keadaan hati mereka agar tercipta suatu uslah ya, suatu hubungan antara guru dengan murid itu dan juga Hasilnya al-ahwal keadaan-keadaan atau makam-makam al-qa'imati biha yang berdiri atau yang ada padanya pada amalan tersebut.

Jadi tujuan mereka yang selanjutnya adalah agar supaya bahasa maupunnya sama. sampai kepada makom kepada ahwal yang menjadi tuntutan daripada ibadah tersebut di setiap ibadah Zohiriyah yang kita amalkan itu akan ada asarnya akan ada dampaknya akan ada pengaruhnya yang spiritualis kurang lebih seperti itu ada situasi dan kondisi ini dimaksud dengan awal ya ada situasi dan kondisi spiritual yang akan dialami oleh orang-orang yang sudah sampai atau yang sudah bisa menggampai satu-satu makam tertentu Nah itu tujuan mereka wal-muqashafatih dan juga tujuan lainnya adalah agar supaya kasyab wal asrari dan juga tujuan mereka itu dapat menghasilkan mengambilkan asrar sirya wakilahumma'ad mumut nah keduanya itu tercelah kata beliau baik itu ubat begitu juga murid wa nasi'u minru'iyatin nafsi dan ini muncul kata beliau minru'iyatin nafsi karena melihat diri wanis batil amali ilaiha dan mengaitkan amalan-amalan yang dilakukan oleh diri itu oleh raga itu ilaiha kepada diri itu kepada raga itu artinya yang membuat kemudian muncul keinginan-keinginan untuk masuk surga lah untuk mereka orang ubat ini ada keinginan-keinginan untuk usul kepada Allah subhanahu wa ta'ala ini untuk mereka orang murid munculnya ini keinginan-keinginan ini karena adanya pandangan terhadap diri, adanya fokus kepada diri dan mengaitkan amalan-amalan yang bisa membuat mereka begitu kepada diri tersebut, tidak disandarkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala nah, hatta yang tijamadukira, sehinggalah muncullah madukira, apa yang disebutkan tadi di atas dalam artian ya muncullah keinginan-keinginan dan untuk masuk surga menikmati kemewahan surga lepas dari azab Allah ingin musul kepada Allah ingin dikagumi oleh mursyidnya ingin sampai kepada makam tertentu mukashabah asrar dan seterusnya nah amal arifuna adapun orang-orang yang arif billah falaya rauna li anfusihim syai'an ya'atami yuna alaihi ya mereka tidak melihat liampus him bagi diri-diri mereka sya'an sesuatu pun ya'atami duna alaihi yang bisa mereka andalkan alihi atasnya baliusyahiduna akan tetapi mereka menyaksikan annal fa'ila bahwasanya pelaku al-hakikiya yang hakiki huwallahu ta'ala yaitu Allah subhanahu wa ta'ala Wa'annahum dan bahwasanya mereka itu mahalun li zuhuri zalika faqad adalah tempat bagi zuhirnya, munculnya, tampaknya yang demikian itu. Artinya amalan tersebut.

Faqad saja. Jadi, fokus mereka, musyahadah mereka itu adalah Allah subhanahu wa ta'ala sebagai pelaku hakiki. dalam setiap aktivitas ibadah mereka mereka hanyalah satu mahal satu objek atau bahasa lainnya disebut dengan satu media amal nah, sementara amal itu ya pelakunya adalah Allah SWT nah, itu orang-orang yang arifillah Hai wasyarul musnifur rahimahullah ta'ala dan mengisyaratkan musnifur rahimahullah ta'ala al-imam al sekandari ila alamatin kepada satu tanda ya'rifu bihal abdu nafsahu yang dapat mengetahui karena tanda tersebut seorang hamba akan diri jadi disini beliau akan menunjukkan kita kepada satu tanda yang kemudian membuat kita tahu kemudian membuat kita sadar kita sedang berada di yang mana kira-kira kurang lebih seperti itu nah Al-Qismain al-Awwalain Nah termasuk tanda adanya dia Al-Qismain al-Awwalain itu termasuk daripada dua bagian yang pertama maksudnya termasuk tanda orang ubat dan termasuk tanda orang murid ini yang dimaksud adalah sedikitnya harapan tipisnya harapan artinya harapan dia kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk Allah masukkan ia ke dalam surga dan Allah elakkan dia dari azab Allah subhanahu wa ta'ala termasuk bagian daripada orang-orang yang ahli ibadah seorang abid dan sedikit harapan dia untuk sampai dapat menyampaikan dia kepada apa yang dia inginkan untuk terdepan misalnya ingin Inqana minal muridina jika dia adalah seorang murid, indawjudi zalal ketika terjadinya kesalahan. Nah, ini tanpa yang bisa membuat kita menyadari diri kita apakah termasuk seorang ubatkah ataukah kita termasuk seorang murid.

Dalam artian, Tanda orang ubat dan orang murid itu adalah tipisnya harapan ketika terjadi kesalahan yang ia lakukan kurang lebih seperti itu. Maksudnya harapan apa yang tipis? di sini tiba-tiba dia merasa bahwa Allah subhanahuwata'ala itu tidak akan memasukkan dia kepada surga tidak akan membebaskan dia dari azab Allah kalau dia melakukan kesalahan melakukan dosa melakukan kemaksiatan nah ini untuk mereka orang-orang yang ahli ibadah Nah, kalau untuk orang-orang murid, maka yang muncul ketika terjadi kesalahan, mereka melakukan kemaksiatan, maka dia tipis harapan untuk kemudian sampai kepada apa yang dia inginkan, sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala, terdepan dari segala sisi.

Nah, ini untuk orang-orang murid. Harapan begitu yang tiba-tiba hilang ketika terjadi kesalahan. di antas dura minhu yang dimaksud dengan kesalahan disini yang terjadi pada mereka di antas dura minhu sekiranya ada tampil minhu dari mereka ma'asyiatun satu kema'asyiatan artinya mereka melakukan satu kema'asyiatan kezinah seperti misalnya berzinah dan lupa terhadap Allah subhanahu wa ta'ala dan meninggalkan wirid-wirit misalnya yang sudah diistekomakan selama ini nah ini kesalahan-kesalahan yang seperti ini kalau terjadi di diri mereka nah pada saat itulah kemudian mereka tipis harapan dan ini biasanya paling sering menimpa orang-orang abid dan orang-orang murid, nah untuk kita mau menyadari apakah kita termasuk daripada dua kelompok ini ya seperti inilah caranya apa dia, jika ada kesalahan tiba-tiba harapan itu menjadi tipis oke nah termasuk tanda adanya termasuk daripada orang-orang yang aribillah fana'uhu an-nafsihi yaitu fananya dia ya tidak adanya dia sirnanya dia an-nafsihi dari dirinya dalam artian segala sesuatu itu tidak ada hubungannya dengan dirinya hatta amalan yang dia lakukan itu dimaksud dengan fana'uhu inafsihi waidha waq'afi zallatinna apabila ia terjerumus Fizal latim pada satu kesalahan atau menimpak kepada dia satu kelalaian Syahidah tasrifal hakki fihi, maka dia menyaksikan pelaksanaan al-hakki yang mahhak fihi padanya. Artinya yang melakukan, yang melaksanakan itu adalah Allah subhanahu wa ta'ala. Jadi inilah orang-orang Arbilah.

Seperti itu cara mereka bersikap ketika terjadi suatu kesalahan atau kelalaian. Ya. Wajiriani fadha ilhi alihi. Ya. Hai dan berlakunya kemuliaan Allah subhanahuwata'ala alaihi keatasnya kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan itu merupakan suatu jirian merupakan satu perbentangan dari kemuliaan fadlullahi subhanahu wa ta'ala nah begitu mereka bersikap kama'annahu idha sadurat minhu ta'atun sebagaimana juga bahwasanya ia apabila muncul darinya satu ketaatan awla halahu musyahadatu kalbiatun atau tiba-tiba menjadi terang bagi dia bersih bagi dia tampak bagi dia musyahadatun qalbiah ya musyahadah penyaksian hati jernih hati itu tersingkap segala sesuatu sebuahnya misalnya kasyaf dia bahasa kasarnya seperti itu maka lam ya rofi dalika haulahu wa kuatahu maka dia tidak melihat pada yang demikian itu upaya dia dan kekuatan dia arti Artinya dia menganggap apa yang mereka gapai, apa yang mereka capai berupa ketaatan, ataukah makom musyahadah yang mereka dapatkan.

Nah semua itu bukan karena diri mereka, bukan karena kekuatan mereka, bukan karena upaya dan usaha mereka. Mereka tidak melihat seperti itu atau menganggap seperti itu. Jadi tidak ada perbedaan di sisinya antara hal ini dan hal itu. antara dua keadaan itu mau keadaan yang negatif dalam arti yang melakukan kesalahan kemaksiatan lupa lalai dan seterusnya begitu juga ketaatan rajin kemudian mukasyafah dan seterusnya jadi mereka tidak ada perbedaan antara kedua itu tidak ada dampak yang kemudian menjadikan mereka bersikap beda dari ke kedua situasi dan kondisi itu liannahu karena sesungguhnya dia gori kumfi biharit Tauhid itu tenggelam di lautan ketauhidan kodis tawa khawfu huwaru jauhu ya telah sama ya rasa takut dia waru jauhu dan rasa berharap dia falayung tisu laisi anu kaufahu tidak akan mengurangi kemaksiatan itu takutnya kepada Allah walaiya zidul ihsanu roja'ahu, dan tidak akan menambahkan kebaikan, itu harapan dia kepada Allah s.w.t. Nah, ini orang-orang aridbillah.

فَمَنْ لَمْ يَجِدْ هَذِهِ الْعَلَامَةَ فِهِ Nah, siapa orang yang tidak menemukan tanda ini, pihi pada dirinya, dalam artian dia masih labil, dia masih bersikap beda antara dua situasi ini, kondisi ini, satunya buruk, waktunya baik masih berbeda sikap dia reaksi dia ekspresi dia maka value jahit nafsahu hendaklah dia memaksakan dirinya bermujahadah dia beriwad birriyadoti dengan riadoh riadoh latihan-latihan wal adhkarik dan zikir-zikir Hatta yasila ilama qomil Irfan hingga dia sampai kepada makam tarifah itu saran daripada al-imam asyarqawi rohim dalam menafsirkan dalam menjabarkan hikmah al-imam ibn Atta'illah yang pertama ini Ada pun maksud atau keinginan musonib Ibn Atau'illah S.A.W. dengan hikmah ini adalah Tansyidus saliki yaitu menyemangati orang-orang yang salik ilallah waraf'u himmatihi dan mengangkat dalam arti yang melepaskan himmatuhu semangatnya anil i'timadi daripada berpegang ala shay'in ke atas sesuatu siwal siwa maulahu yang selain daripada Tuhannya itu kata beliau jadi ada dua kata beliau disini sebagai tujuan daripada al-imam Ibnu Atau adalah dibalik hikmah kata hikmah beliau yang pertama ini satu adalah menyemangati seorang yang salib yang kedua menghilangkan perasaan-perasaan mengandalkan sesuatu yang selain daripada Allah subhanahuwata'ala laat tazhidah fil amal laat tazhidu fil amal bukan ya tazhidu zuhud meninggalkan fil amali pada amalan bukan itu tujuannya jadikan ini hikmah seakan-akan menyinggung ya bahasa kasarnya seperti itu orang-orang yang tipis harapan ketika yang kecewa lah bahasa sederhananya seperti itu ketika mereka melakukan kesalahan nah ini kan bahasa-bahasa menyindir dalam artian seakan-akan bahasa membuat drop orang-orang yang seperti ini jadi beliau mau klarifikasi disini bahwa bukan tujuannya atas hit membuat orang kemudian ya zuhud menjauh dari kemahalan tidak tapi justru sebaliknya yaitu menyemangati tadi li'annaha karena sesungguhnya dia sababun adiyun adalah sebab-sebab adat fiwusuli ila Allahi ta'ala untuk sampai kepada Allah subhanahu wa ta'ala wa la tahkiru matan tijuhu al-ahwalu wa gairuha ya bukan juga tujuannya untuk menghinakan apa yang dimunculkan oleh ahwal, oleh keadaan, oleh makam, wa gairuha dan yang seterusnya selainnya, ya bukan juga tujuannya, karena hikmah ini terkesan juga sebagai sesuatu yang merendahkan situasi keadaan atau ahwal atau makom yang dimana makom itu atau ahwal ini kalau menjadi fokus kita, maka kita termasuk orang yang masih berpegang sama amalan nah ini kan seakan-akan konotasinya merendahkan yang akhwal ini merendahkan makam ini ternyata makam yang mulia ini itu digapai dengan sesuatu yang tidak lillahi ta'ala Quran lebihlah seperti itu nah akhirnya kesannya seakan-akan makam ini hinakan cerita yang sebut jadi disini beliau mau klarifikasi juga bahwa tidak seperti itu maksud daripada muslim disini lianna dhalika karena sesungguhnya yang demikian itu akhwal itu makamat itu adalah minnatu minallohi itu adalah anugerah dari Allah subhanahu wa ta'ala, layam bagi raduha, tidak layak untuk ditolak tidak layak untuk ditahkir tidak layak untuk dihinakan nah itu klarifikasi dari beliau, penegasan dari beliau terkait dengan maksud dan tujuan hikmah ini ada, statement seperti ini ada, untuk apa sebenarnya nah inilah dia saya rasa itu saja dulu yang bisa kita kaji untuk pertemuan yang kali ini nanti kita sambung pada pertemuan yang berikutnya terkait dengan hikmah yang kedua lebih dan kurangnya mohon dimaafkan kalau ada yang kurang jelas bisa kita diskusikan kalau ada yang salah tegur saja di akhir majelis ini kita berdoa kepada Allah kita berharap kepada Allah semoga kita termasuk daripada orang-orang yang tidak mengandalkan amalannya dalam segala aktivitas-aktivitas ibadahnya Wallahualam bisawab kita tutup dengan kafaratul majelis subhanakallahumma bihamdika asyadu an la ilaha illa anta astagfirullah wa atubu ilaih