Poinnya itu sebenarnya adalah disitu Jadi bagaimana kita itu kalau Apa namanya istilahnya reconnect tadi Itu pada poin bagaimana kita itu bisa menghadirkan Makna pemikiran itu kemudian menghujankan Berarti tujuan reconnect itu sebenarnya adalah Bukan hanya membaca Bukan hanya mengetahui artinya Bukan hanya menghafal Tapi sebenarnya adalah pada Apa yang menjadi maksud daripada Al-Quran itu untuk kita wujudkan dalam kehidupan kita. Karena kan Al-Quran itu kan kitab untuk diamalkan. Oh iya, bukan kitab untuk dibaca.
Bukan hanya sekedar diapal. Betul. Bismillah.
Alhamdulillah teman-teman sekalian saudara mati Allah Ini adalah sebuah kejutan yang sangat luar biasa. Di penghujung Ramadan. Kita kedatangan gurunya Yoke Ngaji. Jadi kalau selama ini teman-teman sekalian bertanya-tanya siapa sih gurunya orang-orang Yoke Ngaji?
Itu kalau ilmunya kita pelajari dari Ustadz Hafiz. Tapi kalau yang jelek-jeleknya enggak. Jadi kalau jelek-jeleknya itu berasal dari, itu improvisasi Ustadz. Kalau bahasa Arabnya itu bid'ah.
Improvisasi kita masing-masing. Dan Alhamdulillah teman-teman sekalian kenapa kita datangin Ustadz Hafiz. Karena kita pengen untuk teman-teman itu mendapatkan minimal apa yang kita rasakan ketika kita itu mempelajari Al-Quran dengan Ustadz Hafiz. Jadi ketika kita mempelajari Al-Quran bersama Ustadz Hafiz tentu aja ada beberapa insight-insight yang kita dapat.
Daripada teman-teman misalnya dua kali Ustadz Hafiz ngajarin kita dan kemudian kita ngajarin ke teman-teman sekalian. Mendingan kita langsung belajar pada Ustadz Hafiz Abdullah. Jadi Ustadz Hafiz Abdullah ini punya Instagram at...
Har 030324 Kalau teman-teman mau follow Nanti insya Allah juga akan ada channel Youtubenya Untuk bisa belajar bareng-bareng Ustadz Hafiz insya Allah hari ini kita coba untuk Apa ya Konklusikan reconnect with Al-Quran Karena sebenarnya dari awal itu Kita udah mulai saat bahwasannya bulan Al-Quran Sorry bulan Ramadan ini adalah Bulan Al-Quran Allah sampaikan bahwasannya Ramadan itu Allah mention kan Al-Quran Kalau saya secara pribadi Ustadz, saya merasa sangat merugi ketika saya datang ke bulan Ramadan, kemudian saya menjalani ibadah-ibadah, tapi saya nggak dapat inti daripada bulan Ramadan. Yaitu adalah bisa untuk terhubungkan kembali dengan Al-Quran. Bukan berarti kita nggak terhubungkan kemarin Ustadz, tapi kita menginginkan bahwa kita tuh senantiasa memperbarui hubungan kita dengan Al-Quran.
Karena kalau andaikan kita... semacam kayak lalai daripada terus-menerus memperbaiki hubungan kita dengan Al-Quran kita khawatir Al-Quran itu kayak meninggalkan kita. Nah kalau itu yang kita bahas kemarin saat kita mau terhubung mulai dari apa?
Kita terhubung dalam kisah-kisah di dalam Al-Quran kita terhubung dari fungsi-fungsi aturan misalnya di dalam Al-Quran kita juga terhubung dari misalnya kesehatan di dalam Al-Quran, bagaimana cara berkeluarga di dalam Al-Quran, bahkan kalau mas Hussein itu bahasanya random, dia semuanya, bahkan katanya musik juga ada di dalam Al-Quran. Tapi saya nggak tahu, jadi dia bilang bahwa semuanya ada seni, Al-Quran itu juga mencakup seni dan segala macam. Nah kalau bagi Ustadz Hafiz yang merupakan, yang mengajarkan Al-Quran, Ustadz Hafiz juga termasuk pengasuh di Ma'ahad Syaroful Haromain, Ma'ahad yang saya juga ikut berkontribusi untuk membantu di dalamnya, beliau juga benar-benar... Harus mengawasi seluruh murid-murid Ya ma'ahat itu adalah ma'ahat Ya mengajarkan Quran juga Menurut Ustadz, apa Ustadz mungkin Makna reconnect with Al-Quran Ya, pertama Bahwa Ya, Quran itu kan diturunkan Allah sebagai hudan Petunjuk Kemudian yang kedua Disitu juga disebutkan sebagai Bayinat Penjelasan Dan Al-Quran itu suka menjadi furqan Pembeda antara hak dan batil Tapi inti dari semuanya itu Kapan kita bisa mendapatkan hudan Nah makanya di dalam Al-Quran itu kan Sebut saja misalnya dalam surat Al-Baqarah Ketika Allah menyebutkan ذَلِقَ الْجِتَابُ لَا رَبَّفِهِ هُدَلِلْمُتَكِنَ Nah disitu Allah menyebutkan hudan lil mutakin Jadi Al-Quran itu memang bisa memberikan petunjuk kepada orang yang bertakwa.
Nah itu nanti kayaknya dengan pembahasan hidayah dan dalalah. Dimana memang di dalam pembahasan Hidayat dan Jalalain Lamim itu banyak sekali ayat-ayat yang tampaknya itu sudah memblok. Jadi misalnya, Inallallah yahdil kumadzolimin, inallallah yahdil kumalfasikin, dan seterusnya. Dan kafirin, satu lagi. Jadi intinya bahwa hidayah itu tidak akan atau hudan dalam hal ini petunjuk itu tidak akan diberikan kepada orang yang dolim, orang yang fasik, orang yang kafir.
Tidak berarti kemudian mereka tidak bisa mendapatkan Tetapi Maksudnya itu adalah Mereka itu mencari hudan Itu tidak melalui jalan yang semestinya Sehingga akhirnya mereka tidak ketemu Jadi orang-orang kafir ini Bukan berarti mereka itu ditutup dari Al-Qur'an Iya enggak Tapi mereka cari di jalan yang salah Cari di jalan yang salah Mungkin gurunya salah Oh ya bisa jadi Ya mungkin apa namanya tafsirnya salah Katanya orang kafir gak ada gurunya kayaknya Nah itu dia masalahnya Jadi contoh ya misalnya seperti kemarin waktu kasus di Gaza itu kan banyak sekali Ya mereka kemudian berlumba-lumba mencari Al-Qur'an Kemudian mereka mempelajari Al-Qur'an Dan tidak sedikit di antara mereka yang kemudian mendapatkan hidayah Betul Ustadz Artinya Mereka itu kafir, tapi kemudian mereka mencari daya dengan belajar Al-Quran. Tinggal satu step lagi, ada gak yang bisa membimbing atau menjelaskan kepada mereka sehingga mereka menemukan interpretasi yang benar. Jadi sebenarnya gini Sat, sebenarnya orang kafir itu, orang kafir kan secara hukum dia kafir.
Tapi orang kafir kan juga punya sifat, yaitu adalah kufur kepada Allah Ketika dia berhenti dari sikap kufurnya itu Dan dia mau mencari Sebenarnya dia bisa mendapatkan Al-Quran Dia bisa mendapatkan Umar itu Di dalam Sejarah masuk Islamnya Itu kan mendengar bagaimana Surat Maryam dibacakan Di rumahnya Al-Fatihah adiknya Dan waktu itu ada Halko Al-Quran di rumah adiknya Dimana Khubba bin Al-Art yang ketika itu diutus oleh Nabi untuk membina keluarga ini, Said bin Said. Sehingga akhirnya di situ Umar itu ketika mendengar lalu kemudian apa yang dia dengarkan tadi itu menyentak perhatian dia lalu kemudian dia ingin tahu. Jadi kuncinya tadi makanya bahwa Quran itu pertama memang dia menjadi hudan. Kalau di dalam Al-Quran itu disebutkan hudan nil mutakin tentu bagi orang yang bertakwa itu otomatis Al-Quran itu connectingnya kuat.
Bagi orang di luar mutakin tadi, nah itu kembali kepada apakah ada jalan yang mereka lalui dengan benar untuk sampai kepada hudan tadi atau tidak. Jadi ketika mereka jalannya benar, ketemu guru yang benar, kemudian bisa mendapatkan penjelasan yang benar, insya Allah mereka sampai kepada. Hidayah Al-Quran. Karena interpretasinya itu bisa memberikan mereka kepuasan mungkin.
Ya bahkan begini ada satu pernyatanya menarik ya. Ya disampaikan oleh Al-Alam Al-Qadis Syafi di dalam kitab Tafkir itu. Itu beliau mengatakan begini. Kenapa hari ini itu banyak penghafal orang yang punya hafalan Al-Quran, hafalan hadis bahkan melebihi mamalik. Tapi kenapa mereka tidak bisa.
Seperti Imam Malik Ini pertanyaan menarik Betul, bahkan gak jarang ada yang murtad Jadi hari ini kita menemukan Banyak anak-anak orang Islam Termasuk ulama-ulama kemuslim Memiliki hafal yang luar biasa Bahkan bisa mengalahkan mungkin Imam Bukhari, Imam Malik Imam Muslim, hafalannya itu Tapi kenapa mereka tidak seperti mereka Nah jawaban beliau apa? Beliau mengatakan begini Masyaalahnya itu adalah Mereka tidak bisa memahami nas, sebagaimana Imam Malik memahami nas. Mereka tidak bisa memahami nas, sebagaimana Imam Bukhari memahami nas.
Mereka tidak bisa memahami nas, sebagaimana Imam Syafi dahulu memahami nas. Nah, terus pertanyaan berikutnya, seperti apa yang menyebabkan Imam Malik, Imam Syafi bisa begitu rupa gitu? Siapanya itu, beliau ringkas pada satu kalimat. Jadi, ada yang namanya wakil afkar. Fakta pemikirannya ada dalam nas itu Itu yang tidak bisa ditangkap oleh orang sekarang Sebagaimana oleh generasi dulu Berarti ngafal itu cuma bagian awal Ngafal itu cuma satu step Satu step di awal gitu Nah tapi kemudian bagaimana memahami Waki afkar fakta pemikiran yang ada di dalam teks tadi Itu yang kemudian membuat orang itu berbeda Itu Dan disitulah yang kemudian membuat orang itu Akhirnya nanti berreaksi seperti apa Terhadap ayat-ayat Al-Quran Ya dihafal itu Ya misalnya contoh lah gitu ya, contoh ya kalau kita bicara sederhana saja misalnya.
Kita sekarang membuat gambaran misalnya seperti ketika Al-Qurtubi menjelaskan Ini jahilun fil ardi khalifah. Jadi kata ini jahilun fil ardi khalifah dalam surat Al-Baqarah 30 itu kan makna harfihnya aku menjadikan di muka bumi ini seorang khalifah. Kita khalifah itu, itu Maknanya kan memang luas ya.
Bisa mengganti. Khalifah itu artinya penggantinya Allah, wakilnya Allah di muka bumi. Tetapi Al-Qurtubi sekali lagi dengan kedalaman ilmunya. Itu Al-Qurtubi itu bisa menyimpulkan.
Ini contoh ya. Artinya ya itulah gambaran tentang bagaimana. wakil afkar tadi, fakta pemikiran di dalam setiap tag itu, itu berpengaruh gitu, makanya jangan heran Al-Qurtubi itu di dalam satu ayat kadang-kadang belum menyebutkan fiha ishrilna masail, di dalam ayat ini ada 20 masalah yang kemudian di eksplor, hukumnya macam-macam itu, luar biasa guru kami pernah bercerita tentang Misalnya Imam Syafi, ada satu kisah dimana Imam Syafi itu suatu malam tidur di rumahnya Imam Ahmad. Imam Ahmad itu kalau dalam satu malam belia itu Masyaya Allah yang mulelnya luar biasa. Nah putranya Imam Ahmad itu heran gitu, apa yang dikagumi dari Imam Syafi.
Semalam kan kelihatan gak keluar dari kamar gitu kan. Gak ambil wudhu. Gak ambil wudhu ya. Kelihatan tidur terbareng di kamarnya gitu.
Lalu kemudian besok paginya setelah jamuan makan gitu. Kemudian Imam Syafi cerita. Jadi tadi malam aku merenungkan firman Allah SWT dalam Al-Quran.
Dan aku menemukan ada 20 sedian hukum. Dalam satu ayat itu Nah kemudian Imam Ahmad mengatakan pada putranya Ini yang ayahmu tidak bisa Mengalahkan Imam Syafi Karena pemahaman wakiknya tadi Jadi bagaimana Imam Syafi itu Dan nanti kita bisa bedah di dalam kitab Al-Um Bagaimana kedalaman Apa namanya ilmunya Imam Syafi sehingga Hal-hal yang kadang-kadang kita gak terpikir Terpikir oleh beliau Nah itu yang tadi dikatakan oleh Syed Hafiz Bahwa Kenapa Imam Malik dahulu itu begitu rupa? Kenapa Imam Syafi itu begitu rupa?
Itu karena kemampuan mereka di dalam memahami wakil afkar. Fakta pemikiran yang ada di dalam nas tadi. Nah sehingga memang betul Al-Quran itu sudah memberikan semuanya kepada kita. Masyaalahnya adalah kita sendiri yang kapasitasnya tidak bisa menjangkau. Apa yang diberikan oleh Al-Quran.
Nah itu problem yang kita hadapi hari ini. Jadi. Hafal itu satu sisi Memahami Bisa bahasa Arab itu sisi yang lain Tetapi bisa menggali Lebih dalam Konten yang ada Di dalam Al-Quran Atau Nasnadi Itu sisi lain yang mungkin Jarang diperhatikan Itu panjang berarti sebuah bahasanya Memang betul, nah jadi karena itu Sampai Imam Syafi itu Jadi beliau itu kan Untuk bisa pada level itu, perlu belajar 25 tahun. Hanya untuk memahami bahasa?
Bahasa. Jadi beliau itu sampai ada kalimat itu Imam Syafi. Makanya ulama kemudian mengatakan al-Nahu jadi al-I'rabu ni sul-ma'na.
Jadi I'rabu itu kan bagian dari Nahu ya. Nah, jadi kan kalau tadi Imam Syafi mengatakan, Jadi kalau orang itu ilmu nahunya itu seperti lautan, maka dia akan bisa mendapatkan petunjuk dalam banyak hal. Dan siapa yang menguasai Arab berarti dia menguasai sebagian dari makna.
Oh, sebagian dari makna. Nah, karena itu tadi kita sebutkan Imam Syafi perlu waktu 25 tahun belajar bahasa itu. Dengan 12 sabangnya. Gurunya Imam Syafi itu bahkan lebih dahsyat lagi 30 tahun Al-Hasan Al-Syaibani Sampai kemudian Imam Syafi itu mengatakan Ka'an al-Quran nuzila Bilisani Al-Hasan Al-Syaibani Jadi seolah-olah Quran itu turunkan dengan bahasanya Al-Hasan Al-Syaibani Karena begitu menguasainya dia Karena begitu dalamnya begitu hebatnya gurunya Kalau zaman sekarang udah di luar kepala Ya itu lah Jadi makanya Poinnya itu sebenarnya adalah disitu Jadi bagaimana kita itu Kalau apa namanya Istilahnya reconnect tadi Itu Pada poin Bagaimana kita itu bisa menghadirkan Makna pemikiran itu Kemudian menghujankan Berarti tujuan reconnect itu sebenarnya adalah Bukan hanya membaca Bukan hanya mengetahui artinya Bukan hanya menghafal Tapi sebenarnya adalah pada Apa Apa yang menjadi maksud daripada Al-Quran itu untuk kita wujudkan dalam kehidupan kita. Karena kan Al-Quran itu kan kitab untuk diamalkan.
Oh iya, bukan kitab untuk dibaca. Bukan hanya sekedar diapal. Betul. Itu bahkan kemarin lagi viral tuh saat di Instagram. Ada seorang sheikh yang dia stres ketika ngeliat kok Al-Quran itu cuma jadi.
Semacam kayak nyanyian. Terus katanya padahal ini adalah dustur. Ini adalah aturan mendekatkan kepada Allah dan segala macam. Nah masalahnya.
Nah ini nanti nyambung. Dengan penjelasan saya lagi. Jadi yang namanya suluk perilaku. Ya namanya muyul kecenderungan. Itu dibentuk oleh mafahim.
Oke kecenderungan perbuatan itu dipengaruhi oleh pemahaman. Masya. Iya kan. Nah mafahim itu dibentuk oleh apa?
Pemikiran. Jadi ketika seseorang itu dia membaca Quran terus dia bisa memahami wakil afkarnya tadi dan dia meyakini itu mafum. Ketika itu terbentuk itulah yang menyebabkan pengaruh Quran itu begitu dahsyat di dalam dirinya. Itulah mengapa seorang sahabat Nabi dalam sekali pertemuan langsung berubah dan dia menjadi pengbandawa yang hebat.
Jadi kisah misalnya seperti Siapa namanya Sahabat Tufail bin Amr Ad-Dawsi Tufail bin Amr Ad-Dawsi ini Punya kapasitas intelektual yang luar biasa Ketika ketemu dengan Orang-orang kafir Quresh Dia dinasihati kalau kamu ketemu Muhammad Kamu sumbat telingamu Supaya kamu tidak terpengaruh dengan Karena dia itu syahirul bayan Dia itu penjelasannya bisa menghipnotis Betul Akhirnya kemudian ketemu itu, tapi Allah maha kuasa, menghadirkan suara Nabi itu ke telinganya Tufail sehingga akhirnya apa yang dibaca oleh Nabi itu, betul-betul tembus nah ketika tembus itu, karena dia orang cerdas, orang pintar, menghapal berapa ratus ribu syair, dan dia ngerti syair yang dingin, macam-macam dia langsung, ini bukan kata-kata sembarangan, ini bukan kata-kata manusia biasa, akhirnya kemudian dia ingin tahu dan ketika diberitahu itu Apa yang disampaikan Nabi itu betul-betul langsung dia bisa tangkap. Kalau bahasanya itu ya ini ada proses yang kita sebut sebagai talakian fikrian. Nabi menyampaikan itu, pemikiran disampaikan Nabi dalam konteks Al-Quran tadi itu bisa ditangkap dengan sempurna.
Dan tadi itu dia gini membentuk mafum dia, sampailah kemudian mengubah sikap dia yang asalnya kafir langsung masuk Islam. Begitu masuk Islam, dia langsung... Punya komitmen yang kuat untuk menjadi pengbandak lah. Dan akhirnya dia kembali kepada sukunya.
Dan dari tangan beliau lah. Abu Darda. Iya betul.
Itu satu kampung masuk Islam. Jadi sebenarnya kalau kita lihat. Quran ini kan ada dua.
Ada mesejnya. Ada kontennya. Dan ada konteksnya.
Yaitu kalau misalnya kita umpamakan dengan nabi-nabi yang lain. Itu kayak seolah-olah gini. Nabi yang lain tuh kayak bikin waro-waro. Ini mujizatnya yang super keren. Terus akhirnya orang memperhatikan dia terus.
Orang bilang, yaudah kalau gitu kami harus apa? Nah ini, ini mesejnya. Tapi kalau Al-Quran ini mesej sama waro-waronya di tempat yang sama, itu adalah Al-Quran sebenarnya. Nah berarti orang itu selama ini yang mungkin mereka dapat adalah misalnya hanya Al-Quran yang fungsinya sebagai keindahan.
Tapi mereka tidak dapat. Untuk apa sih sebenarnya Al-Qur'an ini diturunkan? Atau bahasanya tadi adalah waki afkarnya itu, Sat.
Jadi pemahaman atas pemikirannya. Nah pertanyaannya, Sat, kalau gitu. Ini kan yang nonton ini biasanya newbie nih, Masya Musa. Ini kan kalau mereka dengar Imam Syafi belajar 25 tahun kayaknya stres, Masya. Saya aja stres, Masya.
Kita belajar bertahun-tahun gak stres-stres, Masya. Saya udah 40 tahun, Sat. Berarti 22 tahun saya berada di dalam Islam, Sat. Itu aja...
Belum 25 tahunnya udah gak ada bandingnya dengan Imam Syafi. Apalagi mungkin yang selain saya nih Ustadz kayaknya ya. Atau yang mungkin mereka juga lebih pintar daripada saya sih Ustadz. Tapi yang jelas adalah kalau andaikan Imam Syafi itu 25 tahun.
Imam Asyuti Bani tadi 30 tahun. Nah ini kalau ini newbie-newbie yang kerjanya di kantor. Ini nontonnya nih mereka pas lagi di jalan nih Ustadz.
Jadi mereka gak kepikir bisa bahas harap. Tapi mereka pengen banget mau reconnect dengan Al-Quran. Khususnya kalau... Tidak hanya menghafal Tidak hanya membaca Kalau mereka mau masuk kepada Tadi waki afkar yang bisa mengubah Ini menarik Ustadz Karena sahabat itu dengar Al-Quran langsung berubah Sementara kita itu kayaknya Susah Ustadz Gimana caranya Ustadz Ya harus kita lakukan Jadi memang Memang menguasai fakta pemikiran dalam Al-Quran Itu tidak bisa dilepaskan dari bahasa Oke Tetap aja harus Memang Nah masalahnya kemudian Bahasa ini Ya kan ada terjemahan Misalnya gitu ya Terjemahan itu hanya mendekatkan Tapi tidak bisa Sampai kepada Kesempurnaan makna itu Betul Ya kan Contoh begini ya Ini kalau kita bicara nih ya sekarang Misalnya nih kita tulis ya Bismillah itu ya Kita kan sudah sering baca surat al-fatihah Ini sekaligus Untuk apa namanya Untuk pembelajaran Untuk pembelajaran ya Nah ini bisa dilihat.
Nah. Luar biasa. Jadi kalau kita perhatikan ya, di dalam permulaan surat al-Fatihah, Bismillah itu, ya, itu ketika menjelaskan, kan kita itu membaca begini, Dengan menyebut asma Allah Ya maha pengasih dan maha penyayang Itu apa yang Anda merasakan ketika membaca itu?
Iya saja Iya kan tiap hari saat bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang gitu Iya kan? Jadi kayak ritual, rutin Nah coba sekarang kalau kita jelaskan begini Tadi ya, mantabah horo tadi ya Iya, jadi kita jelaskan begini Mantabah horo Jadi Hai eh ini menarik diantaranya misalnya Imam Zama Syafi Masya itu alibala ya Imam Zama Syafi alibala nah beliau ketika menjelaskan apa namanya Bismillah kenapa ketika Allah memulai surat al-fatihah kan disitu dimulai dengan Bismillah ya jadi banyak itu maksudnya artinya tadi itu dengan ya jadi baikannya dengan jadi dengan nama Allah ya ampun Nah tapi di dalam surat Al-Alak itu Allah memulai dengan kata ikhra'Ya? Ya ikhra'Jadi ini kalau di dalam teori Nahu itu ada pertanyaan begini Kenapa ini Bismillahnya didahulukan Padahal maksudnya itu Bismillahi akra'u Dengan menyebut asma'Allah aku membaca Tapi ternyata ikro'bismi Tapi dalam surat al-alak itu kenapa Allah dahulukan ikro'dulu Ikro'baru bismi'rabi'Dan gak pake bismillah depannya Artinya gini, maksudnya Ikro'nya itu didahulukan Kalau tadi kan bismillahi akro'Itu penjelasannya Jadi dengan menyebut asma'allah aku membaca Ya satunya, bacalah dengan menyebut asma'allah Belum menjelaskan begini Kenapa kok ini Ini berbeda Gitu Kenapa kau gak menggunakan cara yang sama saja? Misalnya bismillahirrahmanirrahim. Nah beliau mengatakan begini, karena ikhraq itu adalah ayat yang pertama kali turun.
Dan Al-Quran itu bacaan. Maka sangat masuk akal perintahnya baca dulu. Baru bismillah. Jadi ikhraq bacalah dengan menyebut nama Tuhan. Bukan dengan menyebut nama Tuhan Bacalah bukan begitu Karena dengan menyebut nama Tuhan Itu juga sudah mau baca Berarti ikhro itu bacalah dulu Karena ini ayat pertama Beli sampai menjelaskan begitu Nah ketika menjelaskan Bismillah tadi itu Bukan hanya sekedar dengan menyebut asma Allah Tapi beli menjelaskan begini Jadi Bismillah itu Itu bukan hanya sekedar dengan menyebut asma Allah tetapi saya ini membaca karena kemampuan yang Allah berikan.
Seandainya Allah itu tidak memberikan kekuatan pada saya, saya gak bisa membaca. Makanya disitu dimulai dengan kata Bismillah. Jadi dengan Allah berikan pada saya menyebut asma Allah Dimana Allah itu kita sudah tahu.
Maka kemudian saya punya kekuatan, saya punya kemampuan. Sehingga saya bisa membaca. Makanya beliau menjelaskan Bismillah.
Itu kan berbeda maknanya, rasanya ketika dijelaskan begitu dengan misalnya tadi. Satu kali membaca hanya sekedar Dengan menyebut asma Allah Ya pengasih lagi Jadi kayak mantra aja Ya biasa saja gak ada rasa Nah itu yang tadi kita katakan Ketika bahasa Al-Quran itu Dipahami dengan fakta seperti tadi Itu pasti rasanya lain Iya karena dia merasa bahwa Ketika dia memulai sesuatu itu adalah Ini kalau gak Allah mampukan. Aku gak akan bisa untuk memulai. Dan kalau gak Allah mampukan.
Aku gak akan bisa selesaikan. Makanya ulama-ulama itu meskipun ilmunya sudah hebat. Itu mereka tetap gak berani sombong.
Tawaduk. Karena tadi. Karena mereka tahu bahwa gak akan bisa.
Karena ilmu itu bisa kebanyakan cabut oleh Allah Disitu maknanya yang luar biasa. Ya kan mendalamnya. Ketika kita membaca itu.
Berarti ketika dia memulai. Dia udah mentawadukkan dirinya. Bahwa ini semua adalah karena Allah yang memampukan Dan kalau selesai juga karena Allah Berarti tidak ada urusan sama dia Jadi bukan karena kehebatan dia Jadi kalau seandainya bukan karena ilmunya Allah Kalau bukan seandainya karena pertolongan Allah Kalau bukan seandainya karena kekuatan Allah Ya kan kita bisa berbicara Ini kan karena Allah yang ngasih kekuatan Masyauk akal kalau gitu Orang yang benar-benar memahami Bismillah Itu tersinggung ketika ada peningisan agama Ya pakai Bismillah terus kemudian makan Sesuatu yang haram Memang betul Dan itu dibahas oleh para ulama. Tidak, bahkan hukumnya haram membaca bismillah ketika melakukan perkara yang haram.
Gak boleh. Karena itu pelecehan. Ketika dia judi, itu gak boleh ya Sat?
Gak boleh. Tapi orang zaman sekarang tuh udah kelepasan. Jadi kayak apa ya?
Bismillah tuh kayak sesuatu kayak cuman, apa ya Sat ya? Cuman kayak, yaudahlah cuman kayak mantra Sat. Jadi kayak apa ya? Kata kita misalnya kalau orang kaget. Asma padahal kan dari astaghfirullah saat misalnya Karena orang astaga Jadi cuma kayak gitu aja saat Nah itu contoh ya Itu baru-baru kita bicara soal bismillah saja Rasanya udah lain Dan ini saat menarik tentang bahasa Arab ini saat Dan terjemahan Saya tuh pernah ketemu orang kafir saat tiba-tiba bilang gini Kamu tuh yang salah Ya kitab yang bener tuh ada alkitab dia bilang Lo kok gitu alkitab injil Saya bilang tentu saja apa alasannya Coba kamu baca surat al-Baqarah katanya Alkitab Saya bilang, iya saya hafal surat Al-Baqarah yang awal-awal.
Terus dia bilang, coba ayat pertama apa? Ali, Lamim, yaudah. Ayat kedua apa?
Malikl kitabu laroi bafi hudalil mutakin. Apa artinya? Kitab ini tidak ada keraguan di dalamnya. Enggak, bukan itu artinya. Saya bilang, iya juga ya.
Kenapa saya baru ngerti ya? Karena selama ini kalau kita lihat translation-nya, terjemahnya zalikal kitab itu artinya kitab ini. Tapi kan kita belajar bahasa Arab kita jadi tau.
Malik itu adalah kata penunjuk untuk sesuatu yang jauh. Bukan yang deket. Setelah itu saya bilang. Berarti saya harus belajar. Karena tadi kalau diartikan cuma itu aja kita jadi bingung.
Terus mereka bilang, nah yang dimaksud itu bukan kitab ini. Tapi kitab itu. Kitab itu. Itu adalah kitab kita.
Kitab Injil. Bukan Al-Quran. Itu fatal sih Ustadz kalau gak ngerti Ustadz.
Jadi kalau cuma berdasarkan translation gitu Ustadz. Ya jadi itu contoh. Belum lagi kalau kita misalnya ini ya. Misalnya bicara tentang Ar-Ar-Rahman, Ar-Rahim.
Itu kan kalau tadi kita terjemahkan hanya. Ya maha pengasih dan maha penyayang Padahal dibalik ar-Ar-Rahman dan ar-Rahim itu ada sesuatu yang lebih dari itu Karena ar-Ar-Rahman dan ar-Rahim itu dari akar kata yang sama Rahima Dari kata Rahima Ya kan Rahima ya Rahamu Ya artinya Menyayangi Nah kenapa ada perbedaan antara ar-Ar-Rahman dan ar-Rahim Nah disitu dijelaskan ar-Ar-Rahman itu lebih luas Kasih sayangnya Allah disitu lebih luas. Karena itu para ahli tafsir itu ketika menjelaskan Ar-Ar-Rahman.
Itu mereka mengatakan Ar-Ar-Rahman itu kasih sayang Allah yang meliputi orang kafir dan orang mu'min. Makanya di dunia ini orang kafir dapat nikmat. Orang kafir bisa kaya.
Coba seandainya Allah itu tidak punya kasih sayang. Enggak dikasih. Enggak dikasih mereka. Miskin semua kan. Tapi ternyata mereka tetap dikasih makan.
Iya dikasih makan. Semuanya diberi. Bahkan bisa jadi lebih kaya daripada orang mu'min.
Itu karena Allah punya sifat. Nah itu menunjukkan, nah ini kan jelas maknanya luar biasa ya. Nah sedangkan ar-Rahim itu adalah kasih sayang yang lebih sempit.
Dan dikhususkan oleh Allah untuk siapa orang mu'min. Karena itu nanti di akhirat orang kafir gak dapat kasih sayang lagi. Gitu loh. Orang kafir gak dapat lagi. Nah contoh seperti ini.
Ini kan gak bisa diterjemahkan. Atau misalnya kalau kita membaca terjemahnya seperti tadi. Itu kan gak dapat feelnya.
Iya. Gitu Ya kan? Nah ini contoh ya.
Belum lagi kalau kita misalnya. Padahal kan ayat ini sudah sering kita baca. Betul.
Bahkan setiap kali. Ya. Jadi pada saat kita mau sholat macam-macam kan.
Itu kita baca. Belum lagi. Kalau kita masuk di.
Al-Fatihah nanti ya. Nah itu kalau kita jabarkan Masyaya Allah Itu ada yang nanya, kenapa Ar-Ar-Rahman Ar-Rahim itu diulang dua kali? Karena Bismillah. Alhamdulillah.
Kenapa ada Ar-Ar-Rahman Ar-Rahim, dibawahnya ada Ar-Ar-Rahman Ar-Rahim lagi? Apa kurang yang di atas? Jadi pertama tentu pengulangan di dalam Al-Quran itu ada maksud. Nah diantaranya itu untuk penegasan, penguatan gitu. Jadi kadang-kadang ada orang yang Iseng memang seperti tadi Ini buang-buang saja gitu ya Apa namanya yang sini sudah Sudah ada disini masih diulangi lagi Padahal tidak ada yang sia-sia Dalam Al-Quran Apalagi ketika kita membaca Al-Quran itu kan tadi Jadi Al-Quran itu misalnya begini ya Orang membaca dengan Menghadirkan makna misalnya ya Kita itu ketika menghadirkan Maknanya tadi dalam kondisi Kita itu hati kita itu betul-betul-betul sandaran.
Maka ketika dibaca Bismillah sekali itu mungkin getarannya kurang. Diulang lagi dengan Alhamdulillah Rabbilbil Alamin. Alhamdulillah. Kita hadirkan lagi maknanya.
Kita hadirkan lagi fakta pemikirannya. Itu pasti rasanya akan berbeda. Nah jadi fungsi Quran untuk memberikan penguatan-penguatan.
Seperti tadi termasuk getaran yang semakin kuat ketika itu diulang-ulang. Itu yang tidak bisa dibaca oleh orang yang tidak bisa memahami konteks tadi. Sama seperti dalika tadi. Nah ini contoh begini.
Misalnya. Kalau kita lanjutkan ya ini gambaran misalnya Alhamdulillah ya Jadi ketika Allah itu menggunakan kata Alhamdulillah Lillahi Rabbilbil Alamin misalnya ya Nah Kalau kita hanya membaca segala puji. Hanya bagi Allah Hanya bagi Allah Mencipta alam semesta.
Itu kan gimana gitu ya rasanya. Coba kemudian dijelaskan. Ini di dalam ilmu bahasa.
Itu nanti di dalam pembahasan misalnya tentang al itu apa maknanya. Ketika kita membaca itu langsung connect. Kalau ilmu itu sudah menjadi salikoh. Malik itu sendiri menjadi darah daging dalam diri. Begitu kita membaca itu langsung kita connect.
Masyaya Allah Alhamdulillah. Alhamdulillah itu, alnya itu kalau dalam bahasa Arab itu disebut al-istighrak. Istighrak itu dari kata gharika. Gharika artinya tenggelam.
Istighrak itu maksudnya menenggelamkan. Jadi artinya al itu berfungsi untuk menenggelamkan. Menenggelamkan apa?
Semua puji-pujian, semua puja-puja itu. Semua yang ada di kolong langit dan bumi itu semuanya ditenggelamkan kepada siapa? Kepada Alhamdulillah di situ itu diberikan kepada siapa?
Lillah untuk Allah Semuanya ditenggelamkan untuk Allah Coba artinya apa? Enggak ada lagi yang berhak mendapatkan. Jadi Allah itu seperti samudera yang bisa menerlan semuanya.
Semuanya. Itu kan dasar sekali. Saya kira cuma al itu cuma awalan.
Itu untuk ma'rifat gitu. Hanya sekedar tanda bahwa ini isim. Muftada misalnya gitu. Atau isim gitu. Enggak.
Itu yang disebut dengan al-istigharak li khasaisil afrat. Kalau dalam bahasa Arab. Jadi al itu bisa menarik. Bisa menyedot semua hamdu tadi. Semua puji.
As-sana'a syukru dan sebagainya itu. Tarik semua diberikan. Ya gelap. Diberikan pada siapa? Lillah Nah lillah.
Disitu Allah menggunakan kata li. Itu untuk menunjukkan taksis. Bahwa ini memang hanya milihnya Allah, gak ada yang lain.
Itu saya bayangin kalau Ustadz bilang istighrak tadi itu. Istighrak itu kayak ini Ustadz, kayak saya bawa sebanyak apapun batu di kapal, terus lagi di samudera, terus saya lemparin batu ke laut. Terus saya berharap bahwa ada gunanya itu batu untuk lautan. Terus setelah kita lemparin batu sebanyak apapun ya kita tahu bahwa saya gak ada selainnya lautan itu aja. Gitu kayak gitu.
Cuma Allah gitu ada. Jadi. Nah itu.
Kedalaman-kedalaman makna seperti itu. Gak bisa kita dapatkan dari terjemah. Iya kan? Gak bisa.
Kecuali belajar bahasa Arab. Iya artinya. Terjemah itu menjadi. Jembatan.
Jembatan. Tapi kita tidak boleh berhenti disitu. Karena nanti kalau ditulis semua jadinya tafsir.
Gak bisa. Gak bisa. Itu nanti jadi penjelasan.
Nanti jadi tafsir. Iya. Berarti memang harus di kepala. Iya. Tapi kita itu tidak akan bisa menemukan nikmat.
Iya. Makanya kenapa Abu Darda itu ketika mendengarkan ayat Al-Quran itu bisa pingsan Karena connectingnya itu luar biasa Karena di kepalanya bayangin segala macam itu Abdullahlah Ibn Rawaha itu ketika mendengarkan Nabi menyampaikan Nangis dia Dan tidak ada siapapun diantarakan Pasti menjadi bahan bakar neraka Dia itu merasa ya Allah berarti saya sudah menjadi bahan bakar neraka. Itu nangis dia.
Pulang itu ke rumah. Dia nangis terseduh-seduh. Masyauk ke kamar istrinya ngikuti.
Ikut nangis dia. Ketika ditanya kamu ngapain ikut nangis? Karena abangmu nangis.
Aku menangis karena Rasulullahullah tadi membaca. Dan aku merasa aku tidak selamat dari situ. Coba bayangkan. Nah sahabat itu bisa seperti itu imannya itu karena connectingnya kepada Al-Quran tadi itu sudah luar biasa.
Maka apapun itu disentuh, tersentuh dengan Al-Quran. Nah itu. Nah coba bayangkan kalau kita itu bisa, misalnya tadi itu ya. Jadi kalau kita kembali kepada Al-Fatihah tadi.
Termasuk ketika Allah memilih, kenapa ayat ini menggunakan, kalau ini kan misalnya kalau dalam jumlah atau kalimat itu kan termasuk kalimat nominal atau jumlah ismiah. Jumlah ismiah itu kan beda dengan jumlah fi'liyah, kalimat verbal. Kalau dalam bahasa Arab itu jumlah fi'liyah atau kalimat verbal itu menggunakan fi'il. Nah fi'il itu jadinya ada zaman, ada waktu.
Keterangan waktu. Keterangan waktu. Bisa madi. Kemarin apalah lampau Sekarang dan akan datang Tapi itu juga punya konsekuensi makna Konsekuensi maknanya apa? Konsekuensi maknanya itu kalau Allah misalnya begini Nah misalnya Nahllah Rabbilbul Alamin itu beda maknanya Dengan Alhamdulillah Rabbilbul Alamin Karena tidak ada batasan zaman Tidak ada batasan zaman Jadi kalimat Alhamdulillah itu kalimat Dengan menggunakan kalimat nominal Tidak ada waktu berarti apa?
Dari dulu sekarang dan akan datang Itu hanya milik Allah Tenggelam selama-lamanya. Itulah bedanya kalimat Alhamdulillah dengan Nahllahirrahmanirrahim. Ya karena dipakainya bukan jumlah fi'liyah tapi jumlah ismi untuk menghilangkan zaman.
Bahwa tidak ada bahasan tentang past tense, present and future. Ya. Nah jadi itu kan menunjukkan subhanallah. Luar biasa.
Sehingga kita itu kapanpun dimanapun. Kita harus selalu memuji Allah Iya kan? Dan Allah itu syakur. Allah itu senang sekali kalau kita puji.
Sekecil apapun pujian kita berikan kepada Allah itu senang. Dan Allah itu sangat marah ketika kita gak tau terima kasih. Iya.
Kufur namanya. Iya kan? Jadi kadang Allah menggunakan kata syakiran alima. Kadang Allah menggunakan kata syakura. Dan sebagainya Itu menunjukkan tadi Jadi memang kita itu memang Nothing Kita itu gak punya apa-apa Kita ini bukan siapa-siapa Kalau seandainya ini bukan karena Allah kita gak bisa apa-apa Karena itu sudah sepantasnya kita puji Allah Betul Kita berikan semua Untuk Allah Itu poinnya Karena luar biasa ini Itu saya belajar dulu gak dapet gini Pas awal belajar Al-Fatihah Hahaha Terus berarti cuma alhamdulillah itu aja Itu sudah banyak sekali Kalau robbul alaminya Ya kata rob itu di dalam bahasa Arab Itu maknanya bisa mendidik Memelihara Bisa mengatur, bisa mengurus Itu rob Nah karena itu rob itu menjadi sifat dari lillah Ya kan Rabbil itu menjadi sifat dari Lillah Nah yang menarik adalah ketika sifat itu dinisbatkan pada alamin.
Alamin itu, itu kalau di dalam konteks ini itu dia jama'kan bentuknya. Betul. Meskipun ini nanti istilahnya itu disebut sebagai mulhak jama'mutakar salim.
Bukan jama'mutakar salim, tapi mulhak jama'mutakar salim. Ini istilah teknis ya. Kalau arti bahasa Indonesia ya Gak Sadiq Jadi mulhak itu disamakan Disamakan Jadi disamakan dengan jamah mutakar salim Dia bukan jamah mutakar salim Tapi bukan jamah mutakar salim Karena untuk menjadi jamah mutakar salim itu ada syaratnya Nah sementara ini bukan Tidak memenuhi syarat itu Jamah khusus lah Gak Sadiq Jadi karena dia bukan jamah mutakar salim Tapi disamakan dengan jamah mutakar salim Karena itu tandanya sama Ya Alamin itu kan Apa namanya Dia nanti ketemunya jer Nah karena itu dia ditandai dengan ya Muslimin Nah Bukan disitu supaya nanti gak terjebak dalam isilah tahanis yang mungkin merumitkan ya. Iya betul.
Nah tapi yang menarik adalah kenapa Allah menggunakan jama'alam? Kenapa kok tidak misalnya robbil alami saja tapi robbil alamin gitu. Nah para mufasir itu menjelaskan karena alamin itu ini penjelasannya Imam Asyuti ya. Atau Jalalain ya. Jalalain itu ditulis oleh Imam Jalaluddin Al-Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin Asyuti.
Nah dalam penjelasan ini Imam Jalaluddin Al Al-Mahalli itu menjelaskan tentang alamin itu adalah kuluma siwallah. Jadi pokoknya semua yang Allah ciptakan alam ini semua selain Allah itu disebut alamin. Ada malaikat, ada jin, ada manusia, ada alam semesta itu semuanya masuk alamin.
Selain Allah Selain Allah Kuluma siwallah. Itu tafsiran yang paling gampang, paling mudah. Paling tepat, kullu masih wallah, jadi semua selain Allah itu alamin. Berarti ada konsep creator sama creation, kholik dan makhluk gitu saatnya. Berarti selain kholik pokoknya adalah alamin gitu.
Semua makhluk apapun mau kelihatan, mau gak kelihatan, mau kita tau, mau kita gak tau, itu alamin semuanya. Iya itu alamin. Nah jadi karena itu Allah memilih lafat tadi.
Untuk menjelaskan, itu kan satu kata tapi maknanya kan luar biasa. Dan Allah tidak perlu menggunakan banyak kata untuk menjelaskan itu. Cukup dengan kata alamin saja. Kemudian ditafsirkan kulumasi Allah sudah selesai. Sehingga disitu menjelaskan bahwa segala puji-puji yang tadi dihimpun.
Dari berbagai macam tadi itu. Diberikan pada Allah That yang memang mengurus. That yang memang apa namanya.
Istilahnya itu. mengatur semua melihara mengatur semua ya selain Allah tadi pantas ya kan kita memberikan pujian disini coba bayangkan ketika ayat ini kita baca pada saat kita dalam posisi sedang sholat itu kalau masih pakai teori itu kayaknya imamnya udah kemana-mana saat kayaknya kita baru mikir saat berarti memang ini harus mendara daging tadi itu makanya Imam Ghazali ketika bicara khusus khusus itu Harus menghadirkan ma'amah. Kalau andai kan kita sholat nih, saat kita kan, contoh misalnya kita berpikir tentang tadi, Alhamdulillah Ya Rabbilbil Alam.
Terus kita terpaku pada satu ayat itu aja. Terus kan imamnya udah baca kemana-mana saat itu gimana? Ya harus cepat memang ya. Jadi karena kecuali kalau misalnya kita disitu nanti kita mungkin perlu punya waktu untuk berhalwat.
Sholat malam, kemudian kita melamakan bacaan kita dengan penghayatan tadi. Tapi memang betul kata Nabi itu. Nah ini nanti katanya dengan kenapa kemudian kita juga kadang-kadang tidak menemukan kenikmatan pada saat sholat itu. Karena kita tidak bisa mengajarkan makna. Iya.
Jadi kayak orang terawih itu kayak ini dia misuh kalau bacanya lama. Ya kan? Jadi akhirnya hambar.
Itu makanya kata Nabi dalam hadis dari Muhammad itu. Seorang hamba itu tidak mendapatkan dari sholatnya. Itu kecuali sepersimbilan. Atau kalau lebih baik lagi, sumunuhah. Kita siapa?
Ini Rasulullahullah. Hadis Nabi. Hadis Nabi Muhammad.
Hadis Nabi Muhammad. Itu kata Nabi sepersimbilan. Itu Rasulullahullah mengatakan, lai salila abdi min salati ilatu su'uha.
Luar biasa. Jadi manusia itu tidak mendapatkan dari salatnya itu kecuali sepersimbilan. Karena kita gak jelas tadi. Ya itu tadi. Dan itu nanti dalam hadis Muhammad yang lain.
Itu Nabi mengatakan. Kecuali lebih sedikit lagi. Jadi orang itu tidak mendapatkan dari sholatnya itu. Kecuali apa yang dia pahami. Nah kenapa dia mendapatkan sebar sembilan tadi.
Ya boleh jadi begitu takbiratul khairul Allah Ilang Karena gak ada nyangkut tadi kan Antara bacaan mulut dengan hati Itu gak connect Itu Rasulullah ngomong pada para sahabat Itu berarti sahabat-sahabat Nanggepin itu stres dong Kita lebih stres lagi Kita seperberapa berarti Karena kita baca ilang semua Tapi itu ada lanjutannya ya Ada harapan Naik itu Seperlapan Awal subuh Sepertujuh Sepernam Seperlima Seperempat Sepertiga Setengah Itu paling mentok Itu yang dia pahami tadi ya Jadi kata guru saya Beliau mengatakan begini, untuk bisa mencapai niswah, niswah itu ada levelnya para wali. Kalau orang-orang biasa jangan berharap dapat niswah. Gak jadi wali saya.
Setengah itu level para wali. Setengah itu levelnya para wali. Nah jadi untuk meningkatkan capaian kita supaya kita sholatnya bisa mendekati tadi. Ya memang harus mengerti yang dibaca itu kata Allah SWT begitu. Nah disitu lah makanya kenapa?
investasi kita untuk memahami ya kan belajar untuk memahami Al-Quran, untuk memahami bacaan yang kita baca itu sangat penting fix berarti harus belajar bahasa Arab saat ya sedikit atau banyak wajib karena dari itu jadi terjemah itu bisa tapi untuk menjadi jembatan setelah itu untuk mendalami sampai istilahnya kita mendapatkan ladahnya nikmatnya itu gak bisa harus Kalau orang, kalau terjemahan itu Bisa Ustadz, itu kayaknya Indonesia Nggak ancur kayak gini Ustadz Kalau terjemahan itu bisa membantu Ustadz Katanya mungkin gara-gara terjemahan itu Mungkin juga akhirnya orang Jadi kalau pengalaman saya Ustadz ya Orang, orang Quran aja nggak baca Ustadz Apalagi baca terjemahan nih Ustadz Nah apalagi balik lagi ke bahasa Arab itu saat maksudnya. Nah kalau misalnya ada orang benar-benar baru berkenalan gitu dengan Al-Quran saat. Ada gak saat yang bisa mereka lakukan untuk bisa dapat minimal.
Kalau tadi seperlapan eh sepersembilan saat. Minimal kenalan dulu saat dengan Quran saat. Ya itu jembatan berikutnya itu ya tafsir.
Jadi karena tafsir itu kan sudah rangkuman ya Dari ilmu Karena begini Asyuti dalam kitabnya Al-Itkhan Itu menjelaskan Al-Itkhan fi'ul umil Quran itu Adalah kitab yang ditulis Al-Asyuti Untuk membedal Quran Kita Asyuti ada 80 cabang ilmu Ya kalau kamu pelajari satu-satu Satunya itu belum tentu umur kita habis Ilmunya habis Itu kata Asyuti ya Kita Azhar Qasih dalam kitabnya Al-Burhan Itu sama, itu belum menyebutkan 40 sekian. Nah asli itu kembangkan lagi menjadi 80. Dua kali lipat. Nah jadi artinya untuk menjadi seorang mufassir itu kita membutuhkan alat. Nah sekarang kita bisa misalnya untuk mendapatkan gambaran tadi.
Kalau kita tidak punya alat ya sudah ambil tafsir yang ditulis oleh para mufassir tadi. Tentu harabannya adalah para mufassir yang istilahnya itu credible. Ya ibu kasir. Jadi sehingga dengan tafsir tadi itu betul-betul bisa mengantarkan kita untuk mendapatkan doku rasa. Kalau kita bisa mencapai level itu, itu setidaknya kita sudah terbantu dengan karya mereka tadi.
Untuk bisa reconnect dengan Al-Quran tadi. Upgrade lah kalau selama ini masih terjemahan upgrade jadi tafsir. Nah setelah belajar tafsir mudah-mudahan menemukan keinginan untuk belajar bahasa Arab. Kalau misalnya di Ustadz, rekomendasi Ustadz apa Ustadz bagi teman-teman untuk belajar bahasa Arab?
Ya kita sebenarnya ada program ya jadi di maat itu juga ada program untuk orang dewasa ya jadi yang kita sebut sebagai maat tali itu mulai dari dasar sampai kemudian nanti bisa baca kitab, kitab gundul maksudnya ya. Nah terus kemudian nanti ya tapi kan kemampuan bahasa itu tidak instan ya jadi bertahap gitu. Nah istilahnya interaksi kita dengan Al-Quran. Itu akan mendekatkan kita Semakin kita intens Selama-lama nanti ada rasa Ketika sudah ada dog Ada rasa itu disitulah nanti kita akan Menemukan ladah, kenikmatan Sebagai mana tadi para sahabat itu Sehingga Quran itu nanti Seperti apa namanya Kalau para ulama itu mengatakan Kita itu merasa kurang, kurang, kurang dan kurang Karena sudah ada ladah tadi Ada kenikmatan tadi Tapi Untuk bisa mencapai ladai itu kan ternyata butuh waktu.
Betul. Karena itu kalau kita hanya sekedar ngafal, hanya sekedar baca itu istilahnya itu moodnya itu swing. Ya naik turun-naik turun. Pas Ramadan mau.
Pas gak Ramadan balik lagi. Kalau ini Sat ada orang juga sering nanya nih Sat ini kan praktikal dalam kehidupan mereka. Ramadan ini kan orang sering kali ini Sat mau untuk apa ya kejar-kejaran Sat.
Misalnya mereka di kantor, mereka bilang udah berapa jus gitu kan ya. Oh ini 15, wah ini hari ke 30 kok udah, eh ini hari 27 kok masih 15 jus. Aku dong udah 28. Ya lain bilang aku udah 2 kali nih, hatam. Ini kayak jadi apa saatnya, jadi kayak kebiasaan.
Bahkan anak-anak saya juga sama saatnya. Dia bilang ke saya tiba-tiba, ini temanku sudah 17 gitu kan ya. Aku masih, terus saya tanya kamu berapa? Kamu, aku masih 14 gitu.
Nah terus ini menurut Ustadz kira-kira ya memang baik Ustadz. Namanya baca Quran kan pasti baik. Nah tapi kalau kita harus pilih nih Ustadz.
Apakah kita tentuin gitu Ustadz. Maksudnya berapa yang harus kita baca. Atau kita tentuin apa namanya kualitasnya Ustadz.
Kata tadi misalnya. Kata gini Ustadz kalau kita bacanya kayak gini tadi Ustadz. Itu saya yakin Ustadz.
Katanya selesai Ramadan. Katanya al-Bakoro juga gak selesai nih Ustadz. Nah itu kira-kira gimana Ustadz? Supaya ini orang-orang punya panduan juga Ustadz. Jadi memang ada yang membaca kuantitatif.
Berarti dia mengejar jumlah. Tapi itu bagus kalau dia sudah punya kemampuan bahasa. Seperti Masya Syafi itu satu hari bisa khatam tiga kali. Selama Ramadan.
Itu agak mustahil bagi orang Indonesia kayaknya Ustadz. Tapi karena orang punya karoma ya. Ya itu. Levelnya level wali ya kan?
Iya tadi itu saat yang dapet setengah. Jadi Masyaya Allah itu bukan sesuatu yang mustahil. Dan itu bisa. Secara logis kita juga bisa buktikan.
Di pesantren itu kalau tasmi yang dia sudah mutkin. Itu mulai jam 6 ya subuh. Itu jam 8 malam.
Itu dia bisa khatam 30 juz. Subuh? Subuh sampai jam. Sampai jam 8 Itu setingkat orang ma'had Itu biasa santri yang sudah memetkin Artinya kalau misalnya 1 hari 24 jam Itu dia misalnya ngejar 2 kali itu bisa Bayangkan seperti mam Shafi'i Ya sudah di luar kepala Ya sudah istilahnya hafalannya saat itu Menjadi salikau dalam dirinya Jadi orang mengatakan Ah mustahil, mustahil itu kan karena dia Bukan pelaku Kalau ukurannya dia mustahil Bukan pelaku Kalau dia pelaku akan berbeda. Nah itu contoh.
Nah itu bagus pada level orang-orang seperti Masya Syafi. Ya notabene sudah bahasanya itu sudah menjadi darah daging. Jadi membaca itu istilahnya secepat apapun itu masuk. Ada manfaatnya. Ada manfaatnya.
Tapi ketika orang itu tidak punya kemampuan bahasa, maka Al-Quran itu hanya sekedar bacaan lesan saja. Dan azhar di dalam hatinya tidak. Tidak ada Kecuali hanya Al-Mahalli untuk membaca Nah pada konteks yang kedua ini Itu bagus dengan dikombinasi Dengan tadi Kalau kita bicara kualitas Berarti kualitas yang misalnya dia harus kejar Karena dengan begitu maka dia akan bisa lebih kuat lagi nanti pengaruhnya.
Karena hudan. Linas Wabayinati. Menal hudawal. Quran tadi. Justru itu akan dia dapat.
Bukan karena kuantitasnya. Tetapi karena kualitas bacaannya tadi. Dengan menghadirkan maknanya atau tafsirnya dan sebagainya. Oh berarti tinggal dikombinasikan aja. Iya.
Artinya kalau kamu memang mau baca yaudah bacalah. Kejarlah targetmu. Tapi jangan lupa setiap Quran juga harus kamu pahami sebenarnya. Karena Quran itu. Bertujuan untuk memberikan kamu petunjuk dalam kehidupan Bukan bacaan Bukan yang sekedar dibaca Begitu saja Kalau dibaca begitu saja terus gak dapet petunjuk Ya berarti dia cuma dapet pahala bacaan Tapi sebenarnya pahala tujuan Quran Ya tadi apa Yahudah dan Linas Yahudah dan Linas gak dapet Gak dapet Dan itu hanya bisa didapatkan Kalau dia melakukan pendalaman Menyelami tadi Dan ini menarik Saya coba ingin mengaitkan Sat dengan keadaan saudara-saudara kita di Palestina Sat.
Karena kan ada yang ada pernah satu apa semacam info itu di Instagram Sat itu dikatakan gini. Kalau kalian kira selama ini dibentuk oleh media bahwa orang-orang Gaza itu bodoh malah tidak seperti itu. Terus dikasih tau datanya Sat bahwa tingkat literasi mereka itu di atas 90% dan rata-rata itu lulusannya di atas S1 semua Sat. Ada S2 ada S3 dan segala macem.
Dan ternyata yang menarik adalah tingkat penghafal Quran disitu 50% Jadi 50% pendulunya tuh hafiz Itu saya pikir Wah itu kayaknya saya gak bisa relate dengan itu Karena tadi kan kita bukan pelakunya mungkin Kita kayak gak bisa relate 50% orang hafiz Jadi kayak kita kalau kemana-mana tuh mungkin kita dibully orang kalau gak hafiz Berapa lu 28? Wah cemen misalnya 28 Karena setengahnya tuh udah 37 semuanya Nah lu mulai ketika kita lihat Nah ternyata yang gak masuk akal ini saat data atau statistik yang gak masuk akal bagi saya ini ini juga ternyata berpengaruh pada perbuatan-perbuatan dan amal-amal mereka juga gak masuk akal saat jadi kayak mereka itu ketika ada seorang ibu-ibu diwancarai bukan diwancarai dia lagi ngendong anaknya terus dia bilang ya Allah sampai engkori doh, ya Allah sampai engkori doh udah biarin dunia itu bagi orang-orang pemimpin-pemimpin Arab biarin dunia itu bagi orang-orang kafir semua dan orang-orang zulim Kami cukup punya Allah, kami cukup punya Quran, iman itu cukup bagi kami asal Allah Ridho. Terus ada kakek-kakek yang kemudian senantiasa bersolawat ketika dia diruntuhkan rumahnya. Anak-anak kecil yang senantiasa muji Allah, bahkan kemudian mereka sholat di reruntuhan.
Ya baru-baru ini yang itu keluarga buka puasa di tengah reruntuhan. Mereka ketika Ramadan, saya pikir ini mental mereka tuh kayak... Ya.
Kata gak apa ya Ustadz ya? Gak ada abisnya. Iya kayak kebel gitu Ustadz. Ya sudah.
Tahan banting. Tahan banting. Nah ini kira-kira relate-nya Quran sama sikap-sikap gak masuk akal ini gimana?
Itu justru karena hidayah Quran. Karena hidayah Quran. Jadi kalau kita sudah menyatakan Quran itu kan shifa.
Iya kan? Quran itu sebagai ubat. Kalau kita galau. Obat terbaik itu Quran.
Karena Quran itu semua problem yang dialami oleh kita itu kan pernah dialami oleh orang di masa lalu. Masyauk akal saat problem yang kita alami itu bukan problem baru. Bukan problem baru. Artinya orang di masa lalu sudah mengalami itu. Nah karena itu kan persoalannya tinggal yakin apa tidak.
Nah menariknya adalah mereka itu orang Arab. Menguasai bahasa Arab. Al-Quran itu mereka hafal Itu tadi yang kita sebutkan Connectingnya itu kuat sekali Karena connectingnya itu kuat sekali Maka kemudian ibaratnya itu Al-Quran itu sudah mendarah daging dalam diri mereka Ya kan?
Ketika Al-Quran itu sudah mendarah daging dalam diri mereka Mereka punya perbelongan apa saja Seperti tadi, itu dengan mudah mereka kembali Manusia itu tidak maksum Ya kecuali Nabi Tapi karena Al-Quran itu Mereka hafal, seperti kata Nabi Nasihat Nabi kepada Ibn Abbas Kita Nabi apa? Ikhfadillah, yakfadukallah Kamu jaga Allah Maka Allah akan jaga kamu Oh itu maksudnya menjaga Al-Quran? Itu diantaranya Jadi bagaimana kita menjaga Allah dengan menghafal Al-Quran Menghadirkan hafal Al-Quran dalam hati kita Karena Al-Quran itu kalamnya Allah Ketika Al-Quran itu kalamnya Allah Coba kemudian itu dihafal Lalu kemudian istilahnya itu di telinga kita Di ingatan kita, di hati kita Semua isinya itu Dikir terbaik itu adalah dengan Menghadirkan Al-Quran tadi Baca Al-Quran tadi Dalam kitabnya Madariyat Shaligin Nah karena itu masuk akal sebenarnya bukan-bukan sesuatu yang gak masuk akal.
Kalau kita memahami. Iya balik lagi waki afkar tadi dipahami. Jadi kalau kita memahami oh ini memang pengaruh Al-Quran. Kenapa mereka itu bisa sekuat itu karena mereka bukan hanya hafal Al-Quran. Gitu Iya kan?
Jadi kalau misalnya di Indonesia mungkin ada fenomena orang yang. hafal Al-Quran murtad atau orang yang hafal Al-Quran kemudian melakukan hal yang macam-macam tadi, itu karena hanya sekedar hafal tadi karena wakil afkarnya tidak menghujam sebagaimana penduduk Gaza tadi itu sebenarnya jawabannya jadi kalau kemudian penduduk Gaza tadi bisa seperti itu, itu karena tadi sudah menghujam di dalam dirinya keimanan mereka kepada Allah coba ya, nanti kita baca dalam surat Al-Baqarah tadi itu kan Apa namanya, ini bisa melanjutkan Al-Fatihah tadi atau bisa Al-Baqarah. Jadi dalam serat Al-Baqarah itu ketika Allah menjelaskan Siapa Al-Muttakin itu? Sifat Itu didahulukan oleh Allah Karena itu inti.
Ketika Orang itu mengimani kepada yang gaib itu begitu luar biasa. Maka dia tertutup daripada kenyataan. Jadi dia itu bisa melihat sesuatu yang orang lain gak bisa lihat.
Iya betul. Iya kan? Itu kan gaib. Termasuk ngomong sesuatu yang kita gak kepikiran.
Termasuk keyakinan kepada janjinya Allah Iya. Iya kan? Karena Allah itu di dalam Al-Quran kan mengatakan, فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرَ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرَ Kita Nabi apa? لَيَّغْلِبَ Sekali-kali tidak akan bisa mengalahkan Di situ Al-Ausroh Yusra'in Jadi kan al-usru itu menggunakan ma'rifat. Ya al.
Fa'inna ma'al usri yusro. Qurannya nakiro. Nakiro. Gak pake al.
Gak pake al. Ya kan. Meskipun sama-sama diulang. Fa'inna ma'al usri yusro. Ibn ma'al usri yusro.
Tapi karena pake alnya itu. Ma'rifat. Ma'rifat.
Maka ditunggu satu. Betul. Itu sudah kesulitan yang sudah diketahui itu-itu aja. Ya.
Apa artinya? Mereka yakin dengan ayat ini. Bahwa semua kesulitan mereka alami ini ada akhirnya.
Iya kan? Tapi yang pasti mereka sumut. Sumut itu gak bahasa Arab.
Artinya mereka itu teguh dengan pendirian itu tidak terguyahkan. Iya kan? Jadi seperti kalau bahasa Nabi membahasakan Abdullahlah bin Masyaih itu.
Kakinya itu seperti gunung uhud. Uh. Gitu kan?
Kakinya itu seperti gunung uhud. Gak terguyahkan. Iya.
Nah itulah yang sekarang kita bisa lihat pada kasus penduduk Gaza. Iya gak bisa dipindah kak. Gak bisa dipindah gitu. Pertanyaannya kenapa Abdullahlah bin Masyaud bisa begitu? Kenapa orang Gaza bisa begitu?
Karena akidahnya. Akidah kepada apa? Ya ho'e pred. Dan itu semua Al-Quran provide mereka.
Al-Quran gitu loh. Karena Al-Quran itu kan kita pernah ceritakan. Akidah itu bukan hanya perintah aminu. Tapi di dalam akidah itu juga ada kasus.
Juga ada akhbar. Kostos itu cerita masa lalu. Akhbar itu cerita akan datang.
Apa yang akan dikabarkan akan datang. Betul. Ini kan semuanya gaib. Ya.
Tapi karena orang mutakin tadi. Maka mereka bisa menyebab semuanya itu. Ya kan?
Dan karena mereka yakin. Dengan apa yang diceritakan dalam kostos. Dalam akhbar tadi. Mereka fan-fan saja.
Oh makanya quotes-quotes mereka yang sangat terkenal itu. Tidak pernah soalan yang. kelihatan Ustadz ya, gak pernah soalnya contoh misalnya mereka bikin di dinding mereka umat Muhammad tidak akan pernah di kalahkan, itu kan pandangan jauh ke depan ya, mereka gak pernah bahas sekarang kita lagi sedih, kita lagi sulit, tapi senantiasa optimisme, mereka bilang bukan kami yang terpenjara, kalian yang terpenjara mereka juga bilang misalnya bukan kami tidak mati, tapi kami selamat Ya mati adalah kalian. Iya yang mati adalah kalian.
Jadi mereka selamat. Jadi yang mati itu yang selamat Ustadz. Ya masih hidup itu yang gak selamat. Itu kan kayak kita lihat. Kok kalian bisa ngelihat yang kayak gini.
Jadi semuanya tidak terbayangkan itu Ustadz. Ya seperti yang ada yang masuk buat seorang gadis masuk Islam itu. Dia bilang ada seorang ibu gendong anaknya.
Terus kemudian dia bilang. Padahal itu meninggal anaknya. Itu gak.
Relate bagi dia sehingga dia buka Al-Quran Dan dia dapat jawabannya Sama seperti ada juga saya pernah lihat juga Video ibu-ibu yang ketika dia Ditanya berapa anak yang syahid Dibilang 4 yang syahid Terus kemudian dia bilang sedih gak Ibunya tadi bilang sesuatu gak kita bayangkan Kalau saya punya satu lagi saya akan kirimkan lagi untuk syahid Itu artinya bukan sesuatu yang di depan mata Ya mereka pikirin tapi Ya goib tadi yang mereka pikirin Jadi kekuatan orang mu'min itu Karena dia meyakini Sesuatu yang tidak tampak Kalau itu hilang berarti sebenarnya mereka hilang juga kekuatannya Makanya orang-orang itu Berusaha untuk memisahkan kita dengan yang goib Jadi makanya Ayat tadi itu kan mengatakan Ketika imannya Kepada yang goib itu baru nanti bicara Karena yuki munas sholat Tidak akan bisa mereka lakukan Kalau iman pada yang goibnya gak kuat Orang mau sholat Ya kan? Apa mendorong dia? Imam pada yang goib.
Soal pahala, kita sholat jamaah di masjid, jalan, itu rontok dosa kita, datang kebaikan kita. Itu goib semua. Dan sebenarnya sulit saat ya? Sulit tetapi itulah keyakinan.
Saya kan diskusi sering sekarang, diskusi sama orang-orang yang mau masuk Islam saat. Mereka ada salah satu komplain mereka adalah sholat subuh saat. Kita mereka sulit. Itu mereka gak kebayang bisa bangun sholat subuh Terus mereka yang kedua adalah Mereka bayangin tentang puasa Itu gak mungkin katanya bisa puasa 30 hari Kitanya bisa mati katanya Jadi bagi mereka itu berat banget Itu kalau mereka belum yakin Dengan perkara goib Nah jadi percaya atau tidak Keyakinan di dalam diri kita Ya kalau dalam bahasanya Ibn Qayyim itu kita sebut sebagai ladda ruhani.
Kenikmatan spiritual. Itu ternyata powerful. Coba bayangkan ya misalnya kalau kita lihat apa yang membuat para sahabat di dalam perang itu bisa-bisa.
Seperti dari penduduk Gaza hari ini bisa-bisa. Itu kan karena tadi. Mereka itu sebab apa? Mereka kehilangan anak. Betul.
Mereka kehilangan rumah. Semua mereka kehilangan. Tapi mereka bisa tersenyum. Kenapa? Karena mereka mendapatkan laddah yang ketiga.
Ya. Yaitu kenikmatan ruhani. Ya. Karena ketika mereka melihat laddah, ketika mereka lapar sekarang ini, tapi mereka bisa tersenyum.
Karena itu Allah ridho. Ya. Ya kan? Justru yang mestinya menangis itu adalah para penguasa yang mereka seharusnya bisa membantu mereka tidak melakukan apa-apa.
Dan apa ya Sat ya dan menurut saya sih dan beberapa aktivis juga mengirim makanan lewat udara itu kan kayak penghinaan Sat. Betul. Dan menunjukkan kelemahan mereka yang gak bisa berbuat apapun lewat rafah itu. Betul. Ya dan jadi.
Ini saya sudah menggambarkan ya, nah kenapa mereka seperti itu? Karena takut dengan Amerika, karena takut dengan Israel, ya kan? Nah Allah sendiri di Maluku kan mengatakan, Walillahil Izzatu, walil rasul, walil mu'minin. Izzah itu bukan milik Amerika, Izzah itu bukan milik Israel, Izzah itu bukan milik Inggris, Izzah itu bukan, tapi miliknya Allah, miliknya rasul, miliknya orang mu'min.
Jadi kalau orang itu meyakini itu, maka mereka gak akan peduli, ya kan? Nah ini contoh ya bagaimana Al-Quran itu Wakeknya tadi ditanamkan Betul Bahwa saya kalau mereka yakin ini adalah untuk Allah Mereka pasti dimenangkan Allah sebenarnya Apalagi sebenarnya itu cuma tinggal pemantik aja menurut saya Jadi kalau ada orang yang berani Misalnya ada satu negara yang berani Itu negara yang pasti ikut-ikutan Seperti ya yang lucunya gini Amerika ngirimin 4.000 triliun Kepada Israel Dalam bentuk bantuan militer Sedangkan kita itu kalau dikumpul-kumpul Cuma 40 triliun Satu Itu aja bantuan kemanusiaan Itu kan sangat menyedihkan Makanya kalau Sebenernya kalau kita lihat Penduduk Gaza dan Quran Saya pikir Kita kan disini terheran-heran saatnya Karena itu kayak gak ada logika Mereka tuh kayak di luar logika kita Dan di luar logika semua orang Berarti sebenernya Kita itu cuma belum nyampe Kepada level pemahaman goibnya mereka Betul, betul Berarti untuk sampe pada level itu Kita jangan mikirin fisiknya Kalau kita misalnya mau nyamain fisiknya doang padahal kita gak punya pemahaman goib kayak gitu. Stres pasti kita. Iya pasti. Apa namanya.
Punya anak meninggal kita senyum-senyum. Lamim-lama stres. Kalau gak punya pemahaman.
Pemahaman seperti itu. Iya. Jadi itu tadi. Misalnya contoh lah soal riski.
Iya. Coba bayangkan mereka itu dalam kondisi di boykot kayak begitu. Tapi mereka tetap tenang gitu.
Karena mereka yakin. Di dalam surat ad-dariyat itu Allah sudah mengatakan Wa fis sama'i rizqu kum Rizkimu itu bukan di bumi Rizkimu itu di langit Apa yang dimaksud rizki itu di langit? Tangan Allah Bagi Allah itu gampang kamu datangkan rizki Wa fis sama'i rizqu kum Dan apa yang dijanjikan pada kamu Bahkan Allah kemudian bersumpah Demi Tuhan langit dan bumi Sesungguhnya rizki yang ada di langit Dan apa yang dijanjikan kamu itu sudah pasti Seperti kamu Berbicara dengan mulutmu Dokter Ali Al-Hassan Di dalam tafsirnya itu belum menjelaskan Makna ayat ini Jadi pertama Bahwa orang itu Masyaing-masing sudah punya Jata Rizki Gak ada yang bisa ngambil Rizkinya orang lain Makanya Allah itu juga mengecam ketika orang membunuh anak ini nanti termasuk isu child free macam-macam.
Itu sebenarnya karena dia gak yakin. Bahwa orang punya rezeki masing-masing. Makanya Allah mengatakan, Nahnu narzukukum wa iyahum. Karena ayatnya mengatakan, La taktulu awlatukum min imlakin la taktulu awlatukum khoshyata imlakin.
Nahnu narzukukum wa iyahum. Jadi Allah ketika mengatakan, Aku yang memberi rezeki kepada kamu dan mereka. Bukan kamu.
Ngapain kamu takut punya anak? Ya kan? Karena bukan kamu yang ngasih makan.
Bukan kamu yang ngasih makan. Ya ngasih makan itu aku. Iya.
Ini kan luar biasa. Nah orang Gaza itu memahami begitu. Rezeki itu dari Allah Betul.
Ya kan? Makanya sampai Allah bersumpah. Untuk apa?
Meyakinkan kita. Kenapa Allah perlu bersumpah? Sampai ada kisah alas semai. Ini cerita alas semai.
Mungkin pernah kita ceritakan. Jadi al-hasma ini al-iluha. Al-hasma ini al-ibahasa, sangat terkenal.
Lalu kemudian beliau itu keluar dari masjid. Ada orang badwi, orang biasa lainnya. Orang badwi, orang Arab perdalaman. Dia bertanya kepada al-hasma ini, man anta al-hasma?
Kita orang itu, al-hasma. Hai karena asma ini nama terkenal ya gitu namanya semuanya Hai atas kemudian ditanya minain antara semuanya min bayatirrohman jutrafiyatirrohman aku dari rumahnya Allah yang disitu bacakan suratnya Allah ya ayatnya Allah lalu kemudian Idan Ya bacalah ya itu bacalah ikhraq ya bacalah ya kemudian setelah itu asma ini membacakan surat ad-dariyat itu dari awal sampai ayat 22 23 begitu sampai ayat itu orang ini beriaksi yang reaksinya itu nggak dibayangkan adalah semai ketika sampai ayat wafi sama iris kukuma matu adun yang tadi warabbi sama iwal ardi inna wulah haqqu mislam anakum Orang ini Kemudian dia punya harta. Dibelanjakan dibagi-bagi.
Harta nyaris. Kita semai matah taf aliyarujul. Ngapain kamu?
Kamu ini ngapain? Terus kata dia. Allah kan sudah mengatakan.
Rizki bukan di langit. Bukan di bumi. Jadi ini tuh gak ada apa-apanya. Kita dia itu. Apapun yang aku belanjakan habis ini.
Gak ada apa-apanya. Karena rizkiku ada di langit. Bukan disini.
Asma itu geleng-geleng. Ini orang Badu baru ketemu sekali. Dia bisa memahami ayatnya begitu dalam.
Padahal baru dibacakan. Baru dibacakan sekali. Betul. Kita Asma. Malu sebagai aliluhoy.
Iya betul. Tidak sedasat orang itu memahami ayat tadi. Memahami ayat tadi betul.
Sampai kemudian akhirnya. Itu sebenarnya ayatnya itu sampai di ayat. Sampai disitu.
Lalu kemudian. Berhenti dia. Suatu ketika Asma ini naik haji bersama Arun Arashud. Iya. Ketemu orang ini ternyata waktu tawaf itu.
Kaya dia berarti. Ketemu orang ini. Lalu ditanya, Atas mainan.
Wah antarocula. Kamu orang yang pernah dulu ketemu. Iya.
Kemudian orang itu, kalau begitu kamu baca lagi lanjutan ayat itu. Baca ayat berikutnya tadi. Warabis sama'i wal ardi innahu lahakkun mislamanakum tanteekun. Demi Tuhan langit dan bumi katanya.
Ibnhu lahakkun mislamanakum tanteekun. Orang batu itu bilang. Ya, ma'abalullah. Asma bihadal qasam Apa gerangan Allah ini sampai bersumpah kayak begini nih? Warab bisama'i Itu kan disitu pertama ya Warab bisama'i Itu sumpahnya itu menggunakan Apa namanya?
Tuhan, langit, bumi Sampai kemudian menggunakan takkit innahu lahakkun. Terus ditambah mislamakum tante kun. Kita orang Badu ini.
Apa gerangannya membuat Allah ini? Orang Badu itu merasa terpukul. Karena seolah-olah ketika dia sudah membelanjakan hartanya tadi yang pertama tadi itu.
Belum cukup. Sehingga ketika ayat itu turun itu seolah-olah untuk dia. Nampar dia gitu.
Allah bersumpah. Allah bersumpah sedemikian rupa. Dan seolah-olah dia itu terkena tamparan gitu. Karena kenapa Allah sampai sumpah kayak gini. Apa Allah itu gak percaya dengan yang kemarin aku lakukan.
Akhirnya orang itu pingsan. Orang badu ini. Dan akhirnya meninggal seketika.
Luar biasa. Berarti itu yang dijanjikan Allah berarti. Jadi itu menunjukkan betapa dahsyatnya pemahaman orang tadi terhadap ayat itu. Nah jadi kalau kita membayangkan orang gajah itu bisa seperti tadi ya kayak begitulah kira-kira. Mereka itu bisa memahami ayat itu sehingga kemudian akhirnya mereka merasa fine ketika mereka menghadapi situasi itu.
Karena mereka yakin atas janji Allah seperti mereka berbicara dengan apa namanya lisanya sendiri. Jadi mereka merasa Quran itu seperti diturunkan untuk mereka. Berarti orang Badu ini pintar sekali. pemahaman.
Ya kan karena bahasanya kan masih murni. Karena orang Arab pedalaman itu kan bahasanya masih murni sehingga penguasaan dia terhadap bahasa itu kan tinggi. Wah biasa.
Berarti orang-orang Gaza itu ketika mereka memahami Al-Quran itu sangat membantu kehidupan mereka. Ya. Jadi itu yang membuat mereka kemudian seolah-olah itu menghibur mereka ya. Itu bisa menghibur.
Jadi kalau kita bicara secara fisik mereka menderita. Kalau kita bicara secara emosional mereka menderita, pasti itu. Tetapi mereka punya kekuatan yang tadi kita sebut aladar ruhania.
Itu yang membuat mereka bisa kuat, membuat mereka bisa bertahan. Kalau bahkan ada yang kita lihat satu keluarga itu mereka itu masak yang dimasak itu apa? Ya dimasak itu rumput, yang dimasak itu daun.
Itu mengingatkan kita pada zaman Nabi pada saat di Mukotoa. Pada di Syib Abu Talib itu kan 3 tahun. Iya kan? Sampai ada yang merebus.
Tulang, macem-macem termasuk Apa namanya daun macem-macem Itu kan fakta yang sama, tapi pertanyaannya Kenapa Rasulullahullah dan para sahabat dulu bisa Sekuat itu, mungkin mereka juga Begini, dulu Nabi aja kuat 3 tahun Kita ini baru berapa bulan Itu ada satu anak kecil Sebelum, padahal ini sebelum mereka Kelaparan kayak ini, itu ada satu anak kecil ketika Ditanya, bagaimana hidup di Tanah Nabi, eh sorry, bagaimana hidup Di dalam Eh Kepungan orang-orang ini, maksudnya mereka kan ditahan dimana-mana, air gak ada yang bersih dan segala macem. Mereka bilang gini, kami hidup di tanah Nabi dia bilang. Bahwasanya debu-debu disini menyucikan daripada dosa-dosa. Dia bilang bahwasanya disini adalah tanah tempat Nabi, Nabi pernah jalan-jalan dan segala macem. Dan dia bilang gini saat, padahal waktu itu belum kondisi pacekli kayak sekarang ketika mereka gak ada makan.
Dia bilang kulit-kulit pohon dan daun-daun pohon tuh bisa jadi makanan kami. Kalau kalian gak percaya, kalian datang kesini. Mereka bilang gitu. Artinya sekarang kayak bener-bener mereka lakukan.
Kalau di zaman Rasulullah itu ada hadis, maaf ada riwayat bahwasannya sahabat pernah bilang kami mengeluarkan makanan seperti yang kami telan. Itu berarti kan mereka sedang mengalami itu pada zaman sekarang. Jadi kayak apa ya kalau mereka makan kulit pohon ya seperti itu pula keluarnya gitu maksudnya. Cuma untuk supaya pencernaannya ada yang digiling gitu maksudnya Ustadz.
Tapi ya kita lihat ya. Ya kita bingung tuh ini Ustadz, kenapa sih ada orang yang dikasih pemahaman yang begitu sempurna Ustadz, maksudnya dengan ini. Tapi ada orang-orang yang lain yang di luar sana, itu kan kalau andaikan Quran bisa memberikan hiburan bagi mereka.
Tapi kalau kita Ustadz yang di luar sana, ada gak sih Ustadz ayat-ayat yang bisa menghibur kita Ustadz? Bahwa kalau kita stres ngeliatin kondisi mereka dan kita gak bisa apa-apa. Ini banyak sekali Ustadz followers-followers kita nih Ustadz.
Jadi yang stres, bener-bener stres yang gak bisa apa-apa ini ada gak sih hiburan buat kita? Ya intinya tidak boleh putus harapan. Makanya termasuk diantaranya ayat Itu ayat yang memotivasi kita Agar kita itu tidak boleh putus harapan Jadi kan pada dasarnya tidak ada Apapun yang terjadi di muka bumi ini Kecuali semuanya itu di dalam ilmu Allah Dan tidak ada semua yang di muka bumi ini Ya kemudian tidak ada akhirnya Termasuk kalau kita bicara soal pertolongan Nah ketika kita meyakini seperti itu Maka selain kita ikhtiar semampu yang kita bisa lakukan Di sisi lain itu skenario Allah sedang berjalan Nah ketika kita memahami bahwa ini ada skenario Allah yang sedang berjalan Maka yakinlah bahwa nanti pasti akan happy ending Hanya persoalannya berapa lama Kemudian melalui siapa Itu kan kita tidak tahu Itu yang harus kita usahakan Itu yang harus kita usahakan Sebagaimana Rasulullahullah itu sampai pada kondisi mentok yang pada akhirnya kemudian Rasulullahullah sendiri gak tau Tapi kemudian wakil datang menunjukkan pada Nabi tentang tempat hijrahnya Itu pun waktu itu kan gambarannya di tengah lembah kan disini ada gunung Jadi dari sini kita memahami bahwa wahyu itu bukan hanya petunjuk bagi Nabi Tapi wahyu itu juga petunjuk bagi kita. Ya kan?
Kalau Nabi itu yang ngajari langsung Allah, yang ngajari langsung Malaikat Jibril ya. Nah kita ini kan dengan wahyu yang sudah ada tadi, dengan pengalaman yang tadi sudah kita ceritakan, dengan ilmu-ilmunya para mufassir, fukwa ulama-ulama di masa lalu. Itu sebenarnya bisa memberikan panduan pada kita, sehingga pada akhirnya kita gak kehilangan. Gak kehilangan arah, kemudian kita itu akhirnya seperti hopeless gitu.
Akhirnya stress tadi. Gak akan seperti itu. Kalau kita betul-betul memegang tadi.
Jadi serius pada balik lagi meyakini yang goib sebenarnya. Jadi kalau ibaratnya itu kalau tadi pas dengerin Ustadz itu saya mikir begini Ustadz. Ini kayak Musa dan Nabi Khidir.
Musa dan Khidir ketika mereka berdua berjalan itu kayak kan Khidir seolah-olah menyingkap tabir. Apa tadi yang Ustadz bilang tadi skenario nya Allah yang sebenarnya bahkan Nabi Musa pun juga tidak diberikan Tidak diberitahu Tidak diberitahu tentang ilmu Allah itu tapi kan diberikan pada khidir pada saat itu Maka kayak misalnya kalau andaikan itu divisualisasikan Ustadz kita jadi kayak gini Kita ngeliat loh kok kayak gini, loh kok kayak gini terus kita mau buka contekan oh ya memang kayak gitu Ini lagi maju Ketika Musa itu belum tau kan dia selalu bertanya Kenapa anda begitu Begitu dijelaskan Oh ini masih skenario Jadi yang harus kita yakini Ini skenario tetap berjalan maju Dan ada ujungnya Dan kita semakin mendekati Jadi kita mendekati ujung itu Hanya jalannya Jalannya seperti ini Ya itulah mungkin pentingnya pemahaman atas takdir kali ya Ustadz ya. Karena kalau kita gak meyakini takdir ini sulit untuk meyakini kayak gini Ustadz. Karena kita akan selalu akan menyalahkan diri kita kalau ada sesuatu yang kayak gak sesuai dengan kita.
Nah jadi makanya itu tadi lagi-lagi keimanan pada yang baik itu. Pertama ya, selain mengimani Allah yang istilahnya itu ada, dimana that-nya tadi itu gak bisa kita jangkau, tetapi keberadanya itu bisa kita yakini, bisa kita rasakan. Kemudian mengimani bagaimana sifat-sifatnya Allah, sehingga kita bisa merasakan kasih sayangnya Allah, sehingga kita merasa bahwa Allah itu selalu bersama kita, Allah itu selalu menolong kita.
Itu kan. Luar biasa. Itu kan loib semua. Kemudian berikutnya kita bicara tentang ilmunya Allah Itu juga bagian.
Ketika kita bicara tentang ilmunya Allah Dimana ilmunya Allah itu. Sudah tahu apa yang telah sedang dan akan. Al-Muhyid.
Tahu apa yang telah sedang dan akan. Itu artinya. Berarti tidak ada satupun. Ya sedang terjadi sekarang ini. Ya luput.
Ya luput dari ilmunya Allah Nah tinggal persoalannya adalah bagaimana. Kemudian kita itu. Meyakini Disitu nanti kita bicara tentang Tawakal Dimana kita itu menyerahkan Semuanya itu kepada Allah Pada sesuatu yang kita belum ditunjukkan ilmunya tadi Kita itu kan baru tau setelah terjadi Dan ketika Belum tau itu seringkali stres Nah pertanyaannya bagaimana Caranya supaya gak stres?
Ada dua Obatnya itu, tawakal tadi Dan yang kedua artinya menjadikan Allah sebagai wakil Sehingga sudah kita Serahkan sama Allah Jangan ngambil bebannya Allah Ya kedua keimanan pada kodat dan kodar Jadi ketika kita mengimani Kodat dan kodar itu Kita siap dengan apapun keadaan Karena kodat dan kodar itu kan Pada dasarnya sesuatu yang menimpa kita Ya kita gak bisa pilih Nah ketika kita memahami bahwa apa yang tidak bisa kita pilih dan menimpa kita itu bagian dari keputusan Allah dan Allah itu pasti baik. Gak mungkin keputusan Allah itu tidak baik. Berarti kan sebenarnya yang kita harus tata, yang harus kita benar itu kan persepsi kita. Benar.
Bukan kemudian kita nyalakan Allah kan. Benar. Sama seperti tadi yang menimpa saudara kita di Gaza. Bagi mereka itu bagian dari kodok dan kodar. Meskipun bagi Israel itu tidak, bagi Amerika tidak.
Bagi penguasa-penguasa kemusyumin itu berbeda. Karena mereka bisa melakukan sesuatu. Iya kan?
Nah karena itu disini mereka gak pernah menyalahkan Allah Iya. Mereka gak pernah menyalahkan Allah Nah sikap itu yang kemudian membuat mereka itu tetap khusnudon. Iya. Kepada Allah Karena mereka itu khusnudon pada Allah Kita Allah Dalam hadisku seingat begitu. Aku itu mengikuti persangkaan hamba aku.
kepada aku. Sehingga karena mereka itu husudan pada Allah semua itu mereka anggap baik. Betul. Itu yang dikatakan dalam hadis muslim. Jadi ajaban di abril muslimi Jadi menakjubkan ini.
Keadaannya menimpa orang Islam itu menakjubkan. Karena ketika ditimpa kebaikan dia bersyukur. Ketika ditimpa musibah dia bersabar.
Iya kan? Dan Nabi di dalam riwayat yang lain mengatakan Al-imanu nisfan. Imam itu ada dua bagian.
An-nisfu as-sobru an-nisfu as-syukru. Separuhnya itu sabar, separuhnya syukur. Dan itu yang sekarang mereka lakukan, mereka buktikan.
Jadi kalau seperti itu pertanyaannya kemudian apa yang membuat kemudian mereka itu tidak menikmati atau apa yang membuat mereka itu kemudian akhirnya? Gak ada. Nah justru yang stress adalah penontonnya tadi karena level mereka tidak sampai disitu. Iya berarti kita harus naik level supaya kita minimal tidak stress sampai gak berbuat apa-apa gitu. Iya disitulah makanya tadi perlunya reconnect dengan Al-Quran tuh supaya kita bisa sampai pada level mereka.
Iya jadi justru sebenarnya kalau kita itu stress berarti kita tuh belum sampai pada beriman pada yang goib. Karena kalau kita beriman pada yang goib, walaupun kita ini sekarang penuh dengan keterbatasan, tapi kita punya pandangan yang tidak terbatas, yang untuk menuju ke sisi situ. Jadi gak salah saat ya kalau ada orang bilang, kalau kamu tidak bisa mengubah dunia, kamu bisa mengubah dirimu sendiri dulu.
Kalau kamu mengubah dirimu sendiri, baru dunianya bakal berubah. Karena persepsinya berubah, dia jadi lebih siap untuk menghadapi apapun yang ada di depan. Pengaruh iman ya termasuk kalau kita bicara dalam konteks menjadikan Allah sebagai wakil. Itu yang menjadikan umat Islam dahulu mereka itu belum menemukan pesawat, mereka belum menemukan teknologi.
Tapi mereka bisa menaklukkan dunia. Nah iya juga. Apa itu?
Kuncinya adalah iman pada Allah sebagai al-wakil. Mereka itu bisa menaklukkan samudera loh. Sementara mereka belum menemukan ilmu navigasi.
Menarik itu Ustadz, benar. Iya kan? Pertanyaannya apakah bukan karena tawakal mereka pada Allah? Orang kafir itu gak punya iman pada Allah sebagai alwakil, tidak punya iman pada tawakal tadi, tapi mereka bisa menaklukkan bulan.
Karena mereka percaya miracle. Sedangkan orang Islam harusnya lebih hebat lagi kan? Betul.
Dan itu yang dibuktikan generasi dulu. Sampai kata mereka Jadi kalau seandainya Di balik lautan ini Itu masih ada daratan kami akan kesana Karena dia mau mendakwakan Islam Itu menarik Itu persis saya baru nonton Ada satu Cerama dari Doktor politik Jadi dia Doktor ilmu politik Dia jelasin tentang sejarah Jadi dia membahas sejarah itu dari sudut pandang politik, Sat. Dan judul ceramahnya bagus, Sat. Dia bilang kenapa Barat harus berterima kasih kepada Islam.
Dia ceritain dan pada satu titik itu dia ceritain dengan cara yang lucu, Sat. Nah ini dia bilang gak tau dari mana ceritanya ini tiba-tiba ada orang Arab di tengah-tengah konflik antara Persia dan Roma yang sudah beratus-ratus tahun yang mereka ini tidak unggul dalam jumlah. Tidak unggul dalam teknologi, tidak unggul dalam apapun, tidak pernah dikenal dan diperhitungkan, tiba-tiba malah ngabisin dua peradaban itu.
Nah terus kita juga, terus mereka, dan dia gak ngasih tau secara spesifik Ustadz. Dia gak ngasih tau secara spesifik, cuma dibilang aja yaudah ini murni keberuntungan. Dia bilang gitu, jadi ini murni sesuatu yang gak bisa dijelaskan.
Tapi kita orang muslim semuanya tau, bahwasannya yang dicari mereka justru bukan kekuasaan, sebagaimana yang dicari Persia dan Romawi. Ya dicari mereka adalah keimanan itu Ya akhirnya mereka memandang kekuasaan itu adalah Bagaimana melihat iman ini bisa disebar gitu maksudnya Dan kalau itu dikatakan keberuntungan juga tidak tepat ya Ya betul Karena mereka itu bisa begitu karena pegang Al-Quran tadi Kalau bahasanya itu Al-Quran di tangan kanan Bahasa Arab di tangan kiri Dan itu yang menjadikan mereka bisa menguasai dunia Iya betul Jadi kalau dikatakan keberuntungan berarti Dua-duanya apes banget tuh Sudah beratus-ratusan Saya pikir memang orang Barat gak ada alasan sih Karena kalau mereka bilang kita gak hebat Berarti mereka yang jelek sendiri kan Masyaa peradaban Romawi dikalahkan oleh peradaban Secara keberuntungan kan gitu Atau Persia ditutup oleh peradaban Karena keberuntungan Justru yang menarik itu pernyataan Heraklius Ketika dialog dengan Abu Sofyan Iya Iya kan? Jadi kalau yang kamu ceritakan itu benar.
Iya. Maka perut bumi. Kekuasaan akan sampai.
Perut bumi. Ya kekuasaan akan sampai. Perut bumi ini lebih baik daripada menghadapi mereka. Pasukan itu.
Betul. Iya kan? Jadi artinya Heraklius itu bisa membaca apa yang belum terjadi kan? Iya. Berarti dia punya pandangan, wah ini dahsat sekali.
Iya. Dan saya jadi yakin kenapa orang-orang yang gak suka sama Islam itu senantiasa mereka menahan pemahaman-pemahaman Al-Quran ini dari orang-orang. Iya.
Karena begitu dapat, itu saya pikir wah ini kan semuanya apa ya Sat ya, jadi orang-orang barat pun sekarang gak masuk akal ya orang muslim Sat. Karena kasus Palestina ya Sat. Mereka bilang kalian tuh gak masuk akal, dia bilang.
Bener-bener gak masuk akal, kenapa? Kalian sebanyak itu loh. Mereka bilang kok kalian bisa sih, maksudnya bener-bener gak peduli sama orang-orang kalian sendiri.
Tapi ya entah sebudek apa pemimpin-pemimpin kaum muslim ini itu, sehingga mereka tuh tetap... Ya mungkin diantara mereka supaya gak terlalu bersalah Kalau Ustadz itu ngirimin bantuan Kata gitu-gitu Ternyata juga kemarin kita dapat beberapa laporan Ternyata yang diturun-turunin dari atas itu Ustadz Gak semuanya makanan Ustadz Ada yang popok, ada yang segala macem Ya ya mereka mohon maaf Mereka mungkin lebih perlu yang lain gitu Ustadz Jadi Ustadz Kalau andaikan ada nasihat nih Ustadz Kepada teman-teman di YNTV nih Ustadz Untuk terakhir ini adalah hari-hari terakhir di bulan Ramadan. Mungkin sajian Allah di waktu-waktu ini akan segera berakhir.
Dan settingnya akan kembali lagi Ustadz ke settingan awal. Dimana mungkin mereka agak lebih sulit untuk lebih menghususkan waktu untuk Al-Quran. Apa kira-kira Ustadz untuk bulan-bulan berikutnya setelah Ramadan.
Kalau misalnya kita pernah mulai acara ini dengan kata-kata. 11 bulan itu adalah persiapan menuju Ramadan dan 1 bulan Ramadan harusnya bisa cukup untuk 11 bulan ke depan. Nasihat apa Ustadz? Nasihat yang terbaik adalah pegang Al-Quran, dalami Al-Quran, kuasa Al-Quran karena disitu ada semua kenikmatan. Dunia akhirat.
Dunia akhirat. Jadi ketika kita menggenggam Al-Quran ya sebagaimana dahulu generasi di masa lalu. Tidak hanya sekedar membaca tadi, tapi mereka betul-betul bisa merasakan hidangan Allah Bahkan Al-Hasan, cucu Rasulullahullah SAW itu pernah menunturkan begini, jadi Al-Quran itu adalah surat cinta.
Jadi beliau mengatakan Al-Quran, Risalatul khub minallah, ya minal habib. Jadi Al-Quran itu adalah surat cinta dari Allah Maka kalau kita merasa bahwa kita ini kekasihnya Allah, seperti kalau kita sedang kasmaran. Maka kita akan membaca Al-Quran di saat kita duduk, kita membaca Al-Quran ketika terbaring, kita membaca Al-Quran ketika kita berjalan, berdiri. Seperti kalau kita sedang bercinta.
Nah begitu lama-lama dulu, generasi-generasi dahulu mereka mendudukkan Al-Quran sebagai surat cinta. Dan ketika Al-Quran itu... menyapa misalnya itu bukan menyapa orang lain tapi menyapa kita nah kalau itu kemudian kita hadirkan semua ya seperti yang tadi kita sebut apalagi kemudian makna pemikirannya itu bisa kita hadirkan maka itu akan memperbaiki hidup kita sholat kita kemudian interaksi kita dengan keluarga kita interaksi kita dengan masyarakat kita ya termasuk kalau kita lihat Kalau penguasa misalnya dengan rakyatnya. Bagaimana Umar bin Abdullahaziz dalam waktu 2 tahun bisa mengubah semua kedoliman Bani Umayyah itu kemudian menjadi keberkahan.
Itu dengan Al-Quran. Karena intensitas beliau berinteraksi dengan Al-Quran. Jadi itulah pesan yang paling penting kalau itu kita dapatkan artinya sebagai agenda untuk memperbaiki diri kita, hidup kita.
Termasuk juga tadi kesadaran-kesadaran kita ke depan. Bahkan ketika kita menghadapi kesulitan. Seperti yang tadi kita sudah bicarakan penduduk Gaza. Kalau Al-Quran itu bersama kita insya Allah Jadi ketika Al-Quran bersama kita itu artinya kita itu bersama Allah Jagalah Al-Quran maka Allah akan menjaga. Maka ketika kita itu bersama Allah Maka kita itu akan selalu dalam petunjuk.
Kita akan selalu dalam petunjuk. Dan sadar atau tidak nanti kita itu ditata sama Allah Jadi jangan dibalik. Kita itu seolah-olah belajar banyak teori, belajar banyak konsep. Lalu kemudian kita meninggalkan Al-Quran.
Ya seolah-olah dengan teori dan konsep tadi itu bisa memperbagi hidup kita. Ternyata gak bisa. Kenapa?
Karena yang kita hadirkan bukan Allah dalam hidup kita. Ketika yang kita hadirkan itu bukan Allah, Allah akhirnya gak terlibat di dalam urusan-urusan kita. Nah pada saat itu ilmu kita itu ujung-ujungnya nanti loh perasaan saya sudah belajar ini, belajar ini, belajar ini kok gak beres?
Bisa jadi punya duit tapi gak tenang. Gak beres semua. Kenapa bisa begitu?
Karena Allah gak pernah kita libat. Di dalam persoalan kita. Nah itulah kuncinya sebenarnya.
Jadi karena itu siapa yang menjadikan Al-Quran menjadi imamnya maka dia akan selamat. Ya dan sebaliknya maka kata Nabi dalam pesan terakhir yang beliau sampaikan Tarok tukum fi mahajatil bayat Aku itu sudah meninggalkan kalian itu fi mahajatil bayat Lailuhakana haria Jadi sudah terang beneran Makanya dalam hadis Bukhari itu disebutkan Rasulullahullah itu ketika wafat itu tersenyum Karena beliau merasa sudah selesai Semuanya sudah clear gak ada yang tidak jelas Istilahnya penerus beliau itu juga baginda s.a.w. itu juga sudah siap semua gitu ya. Jadi ibaratnya gak ada yang perlu dikhawatirkan. Malam sama dengan siangnya.
Sudah clear sekali. Kemudian kata nabi apa? Kita Rasulullahullah. Tidak akan ada yang menyimpang dari situ. Kecuali orang yang celaka.
Iya. Jadi. Kalau kita tidak mengambil mahajatil bedak tadi, Quran, sunnah tadi, maka kita pasti masuk dihalik. Dan itu lalu terjadi mau punya ilmu berapapun, mau punya gelar berapapun, punya harta berapapun, gak ada. Gak ada gunanya ketika kita sudah keluar dari mahajatil bedak.
Bisa jadi dia dapat dunia tapi dia tidak dapat kehidupan. Itu ada hadis juga yang ini Ustadz ya, yang siapa yang menjadikan Quran di depan maka akan dituntun ke surga. Siapa yang menjadikan Quran di belakang maka Quran itu jadi mendorong dia ke neraka.
Jadi mau ditarik atau mau didorong. Jadi kesimpulannya adalah sederhana teman-teman sekalian. Ayat pertama itu adalah ikhrok.
Artinya Quran itu mendahului daripada semua yang lain. Maka semua yang lain itu. Bisa jadi itu adalah sholat Bisa jadi itu adalah puasa Bisa jadi itu adalah nikah Bisa jadi itu adalah kehidupan kita Atau pertolongan Allah Itu semua diawali interaksi dengan Al-Quran Kalau kita memperbaiki interaksi itu Maka itu kayak membuka jalan tol Kepada segala sesuatu yang lain Maka pesannya sederhana Jagalah Al-Quran Maka insya Allah Al-Quran akan menjagamu Atau jagalah Allah Maka Allah akan menjagamu Demikian teman-teman sekalian.
Makasih banyak Ustadz Hafiz Abdullah Ar-Rahman. Mudah-mudahan Allah memberikan kebaikan pada Ustadz dan keluarga. Dan juga memberikan kelancaran dan kemudahan pada aktivitas-aktivitas Ustadz. Insya Allah nanti kita sambung dalam program-program yang berikutnya yang lebih menarik.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bener-bener nangis setelah itu. Indahnya Islam dan rahmatnya Islam. Ini saya kejar manis, kayak sedih banget mengingat perjalanan Rasulullahullah gitu ya.
Gemukter banget gitu. Perasaan saya tuh berada di zaman Rasulullahullah banget. Sebetulnya ini saya...
Saya ikuti tiba yang kedua kali yang masih terharu birut, rasa mau nangis, rasa malu luar biasa gitu. Kata, aduh kita layak-layak disebut umat Rasulullahullah gitu. Ternyata mengikuti itu gak sekedar nge-following trend doang. Ternyata untuk mengikuti sesuatu seutuhnya, kamu harus melihat visi besar grand design-nya.
Dibuat ingat sama perjuangan Rasulullah, buat kita gitu, jadi pengen nangis lagi. Jadi benar-benar apa ya, nggak, nggak nyangka gitu, dan dua jam ya, dari kena-mengena jam itu nggak kerasa, tiba-tiba, oh udah selesai aja, kayak gitu. Moga-moga bisa keliling seluruh Indonesia. Karena ITBATU salah satu bucket list aku di 2024. Worth it banget, kalau bisa diadain tiap tahun sih sebenarnya. Terima kasih.
bahkan tiap bulan kalau bisa diadain pokoknya worth it banget harga berapapun harus banget ikutan yang belum ikutan harus banget ikutan pokoknya nangis bareng-bareng kita rindu sama Rasulullahullah bareng-bareng worth it banget