Melihat daya tarik begitu ya, bagi pasar keuangan kita di mata para investor, sebetulnya apakah jauh lebih baik ketimbang negara-negara lain dan kiranya faktor apa yang juga melingkupi hal tersebut? Karena melihat begitu ya, untuk capital inflow juga sudah mulai terlihat di pasar SBN kita, Pak Dimas. Ya, mungkin untuk pertimbangan-pertimbangan yang dilihat oleh para investor di pasar modal, terutama untuk Fixed income investors atau dari sisi kredit itu cukup banyak tapi ada beberapa highlight yang mungkin kita perlu menelisik, kita perlu mengingat bahwa inflasi Indonesia itu lajunya relatif rendah malah mungkin beberapa pihak termasuk kita juga menganggap inflasi kita itu bisa dikatakan sangat rendah dibandingkan dengan banyak negara lain. Kemudian kalau kita bandingkan dengan level imbalan hasil atau yield yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah kita. Kita misal bicara hanya obligasi pemerintah gitu ya.
Kita kurangkan level yield obligasi kita dengan level inflasi kita gitu ya. Ada beberapa yang menganggap hal tersebut biasa dihitung sebagai real yield gitu ya. Memang oversimplified tapi secara core. perhitungan real yield mungkin kurang lebih seperti itu. Level real yield yang ditawarkan Indonesia itu bisa dikatakan sangat tinggi dibandingkan dengan banyak negara lain.
Kalau kita bicara dibandingkan dengan negara-negara tetangga di lingkup ASEAN, mungkin real yield Indonesia salah satu yang paling tinggi. Namun, Mungkin yang lebih apple to apple adalah kalau kita bandingkan dengan negara-negara yang punya silver brain rating yang sama dengan Indonesia. Namun itu pun Indonesia masih menawarkan level real yield yang sangat menarik, terutama kalau kita bandingkan, kalau kita compare lagi dengan stabilitas pergerakan data-data makroekonomi kita. Mungkin sebelumnya ada yang argue bahwa rupiah kita kemarin cukup.
melemah cukup signifikan. Namun, kalau kita bandingkan dengan mata uang-mata uang lain, di saat trendnya itu masih higher for longer, itu sebenarnya rupiah kita bukan yang paling buruk. Masih ada sangat banyak, masih cukup banyak mata uang lain yang pelemahannya itu malah lebih signifikan.
Kembali lagi, kalau kita lihat sebenarnya pasar keuangan kita, terutama untuk bond market kita itu sebenarnya tadi dengan level real yield yang masih tinggi sekarang, gitu ya. Apalagi kalau kita kelesik lebih dalam, misal kemungkinan, gitu ya, kemungkinan adanya kenaikan sovereign rating Indonesia di kemudian hari, gitu ya, mungkin masih butuh, masih agak butuh waktu, gitu ya, tidak dalam waktu yang sangat dekat. Namun sebenarnya di kebanyakan matrix, gitu, di kebanyakan matrix Indonesia itu sudah cukup berhak, gitu ya, cukup berhak untuk mendapatkan. Atau paling tidak dipertimbangkan untuk mendapatkan sovereign rating upgrade.
Karena untuk matrix-matrix yang sifatnya itu quantifiable, Indonesia itu sudah bahkan sudah lebih baik dibandingkan dengan negara-negara yang punya sovereign rating lebih tinggi atau di atas dari Indonesia. Namun ada beberapa matrix yang Indonesia masih harus menjawab, kita tahu. Salah satu yang kita masih perlu catch up dibandingkan dengan negara yang punya sovereign rating lebih tinggi dari Indonesia adalah level income ya pendapatan negara dibandingkan dengan peers kita masih agak tinggalan.
Untungnya kita sampai saat ini mendengar kedepannya ada rencana dari bentuk kementerian akan ada kementerian yang fokus untuk mengenai penerimaan gitu ya. Itu mungkin bisa menjadi salah satu pertimbangan dari lembaga rating. Kemudian di sisi lain juga biasanya lembaga rating itu ingin kita punya kestabilan politik.
Biasanya ini sifatnya perbandingan dibandingkan dengan negara lain. Dan hopefully setelah adanya perpindahan kekuasaan dari pemerintahan sekarang ke pemerintahan berikutnya, hopefully jika transisinya itu smooth. Tidak ada isu yang terlalu besar, itu bisa dianggap sebagai hal yang positif bagi sovereign rating.
Dan, sorry maksud saya, lembaga penilai atau lembaga rating sehingga ke depannya justru menambahkan potensi, justru meningkatkan potensi untuk kita naik rating.