Selamat datang di channel Jejak Prasejarah. Sebuah channel yang akan terus mengungkap sejarah-sejarah yang ada di Nusantara ini. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam hingga runtuh. Silahkan simak pembahasannya sampai selesai, supaya faham. Awal terbentuknya Kerajaan Mataram Islam diketahui berdiri sekitar abad ke-16.
Tepatnya pada tahun 1582 di Pulau Jawa. Kesultanan ini merupakan kerajaan berbasis pertanian, dengan menerapkan ajaran Islam dalam perjalanan kejayaannya. Kerajaan Mataram Islam pernah mempersatukan Tanah Jawa dan Madura. Kesultanan ini juga pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah penyebaran kekuasaan VOC. Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram Islam terletak di wilayah Kuta Gede, yang berada di kota Yogyakarta sekarang.
Dalam perjalanannya, Kesultanan ini meninggalkan beberapa jejak sejarah yang masih terlihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Jakarta, sistem persawahan di Jawa Barat yaitu Pantura, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih diberlakukan hingga kini. Berikut perjalanan sejarah Kerajaan Matram Islam dari masa awal berdiri hingga runtuhnya Kesultanan tersebut. Masa awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam ini dimulai dari perebutan wilayah Pajang oleh Suta Wijaya.
Lalu Kerajaan Mataram menjadi salah satu Kesultanan Islam yang dinilai berkembang di Tanah Jawa. Kerajaan Mataram Islam rutin menerjemahkan naskah Arab dan menerjemahkan Al-Quran ke bahasa Jawa. Mulai saat itu, Kesultanan ini mendirikan pesantren yang menjadikan wilayahnya sebagai pusat agama Islam. Selain membangun pesantren, ada bermacam cara dilakukan para penguasa untuk menjadikan wilayah Kesultanan Mataram sebagai pusat agama Islam, diantaranya dengan mendirikan rumah ibadah.
Kejayaan Kesultanan Mataram terjadi pada saat Raden Mas Rangsang, atau biasa dikenal dengan Sultan Agung memimpin Kerajaan Mataram Islam, pada tahun 1613 sampai tahun 1645. Pada masa kepemimpinannya, ia diklaim sebagai raja terbesar dari semua pemimpin Kerajaan Mataram. Pada masa kejayaannya, Sultan Agung Hanyuk Rokusumo berhasil melakukan ekspansi ke sebagian pulau Jawa dengan cara menundukkan raja-raja lainnya. Cakupan wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian wilayah di Jawa Barat.
Sultan Agung Hanyuk Rokusumo juga melakukan perlawanan kepada VOC dengan memboyong beberapa kerajaan untuk disatukan, meliputi Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Namun sayangnya, kejayaan itu harus berakhir karena ia wafat saat menyerang VOC di Batavia, pada tahun 1628 hingga tahun 1629 Masehi. Setelah Sultan Agung wafat, tahta kesultanan diserahkan pada putranya, Susuhunan Amangkurat I. Di bawah kepemimpinan Amangkurat I, ia memindahkan lokasi keraton ke Pleret.
Sejak saat itu gelar Sultan diganti menjadi Sunan. Berbeda dengan ayahnya, Amangkurat I justru bukan sosok anti-VOC. Melainkan ia justru berteman dengan VOC. Pada tahun 1645 hingga tahun 1677, terjadi pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram Islam.
Lantas momen ini dimanfaatkan VOC untuk menguasai kesultanan tersebut. Kemudian pada tahun 1677, Susuhunan Amangkurat I meninggal. Kemudian Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II.
Di masa kepemimpinan itu, Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintah. pemerintahan ke Kertasura Belanda pun mulai menguasai sebagian besar wilayah kerajaan Mataram saat Raja Amangkurat dua memimpin hal ini kemudian membuat rakyat menderita karena kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Belanda kepemimpinan Kesultanan Mataram terus berganti tahta kerajaan diwariskan kepada Amangkurat 3 Pakubuwana 1 Amangkurat 4 dan Pakubuwana 2 hai hai Pandera pemimpinan Paku Buwana II merupakan akhir dari kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Hal ini ditandai dengan penanda tanganan penyerahan kedaulatan Mataram kepada VOC pada 11 Desember 1749. Namun secara de facto, Mataram ditundukkan sepenuhnya pada tahun 1830. 30. Sampai akhirnya pada 13 Februari tahun 1755, menjadi puncak perpecahan Kerajaan Mataram Islam. Hal ini ditandai dengan perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Yogyakarta. Kusai dibagi menjadi dua wilayah, perpecahan kembali melanda Kerajaan Mataram, sehingga pada tahun 1757 terjadi perjanjian Salatiga.
Namun perpecahan ini berakhir pada tahun 1830 saat perang di Ponegoro selesai. Seluruh daerah kekuasaan Surakarta dan Yogyakarta dirampas oleh Belanda. Akhirnya pada 27 September tahun 1830 terjadi perjanjian Klaten yang menentukan wilayah kekuasaan Belanda.
Akhirnya secara permanen Kerajaan Mataram diserahkan kepada Belanda lewat perjanjian tersebut. Ada banyak peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam yang masih bisa disaksikan hingga kini. Yaitu seperti Pasar Kota Gede, Masjid Agung Negara di Yogyakarta, Kompleks Makam Kerajaan Imogiri di Bantul Yogyakarta, hingga Masjid Agung Surakarta di Solo.
Selain itu, ada juga Kitab Sastra Gending yang menjadi sumber sejarah Kerajaan Mataram Islam. Begitulah perjalanan panjang berdirinya dan masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam hingga runtuh, yaitu salah satu kesultanan terbesar Kerajaan Islam di Nusantara.