Transcript for:
Memahami Metode Ilmiah dalam penelitian

Selamat datang dan selamat berjumpa kembali dengan saya, Inengah Kertabesung, kembali menyajikan pembelajaran jarak jauh pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar di Universitas Budayana. Ada pun topik yang kami angkat, atau topik yang kami sampaikan pada kesempatan kali ini adalah Mitode Ilmiah sebagai dasar ilmu pengetahuan alam. Nah, sebelum kita membahas tentang metode ilmiah sebagai dasar ilmu pengetahuan, maka alangkah baiknya saya sedikit mengungkapkan apa sih hubungan antara alam dan ilmu pengetahuan.

Apa kaitannya? Apakah ada hubungan antara alam dan ilmu pengetahuan? Pada dasarnya, antara alam dan ilmu pengetahuan itu sangat berkaitan erat. Bahkan, metode-metode ilmiah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan alam itu berdasarkan atau berasal dari alam itu sendiri.

Karena apa? Karena alam itu sebagai sumber ilmu peketahuan. Banyak hal-hal yang kita pelajari dari alam. Hampir semua ilmu peketahuan itu berasal dari sumber dari alam.

Bersumber dari alam. Baik fisika, kimia, biologi, maupun ilmu yang lainnya. Dalam memecahkan alam.

itu berkaitan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan berasal dari alam karena alamlah sebagai sumber dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Kemudian alam juga sebagai sumber kehidupan manusia. Ini tidak bisa dipungkiri bahwa tanpa alam manusia tidak bisa hidup.

Manusia tidak bisa bernapas kalau tanpa oksigen. Manusia tidak bisa maksimal. makan kalau tidak mendapatkan sumber-sumber makanan yang berasal dari alam artinya alamlah memberi kehidupan kepada umat manusia maupun makhluk hidup lainnya alam juga mempengaruhi cara berpikir dan cara bekerja dari manusia adanya perubahan di alam seperti adanya siang dan malam maka akan mempengaruhi cara bekerja dari manusia. Mungkin ada manusia yang bekerja siang hari, kemudian malamnya tidur, atau mungkin sebaliknya, ada yang beberapa orang yang siangnya tidur, tetapi malamnya dipakai untuk bekerja.

Jadi, alamlah yang mempengaruhi cara berpikir dan cara bekerja dari manusia. Alam juga memberikan atau mendorong kita untuk mengembangkan terhadap teknologi-teknologi, untuk mengembangkan teknologi maupun pendaya gunaannya, agar berguna bagi kesejahteraan umat manusia. Banyak hal-hal yang ada di alam dipakai untuk penelitian, untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.

Misalnya adanya sumber alam seperti air, bisa dikembangkan teknologi untuk listrik dan lain sebagainya. Ada mungkin mineral-mineral tertentu yang dipakai untuk penelitian maupun untuk pengembangan-pengembangan teknologi itu sendiri. Juga alam juga mempengaruhi budaya manusia.

Jadi secara tidak langsung alam mempengaruhi budaya manusia. Misalnya manusia yang Berada di suatu daerah, misalnya di Afrika, tentu budayanya akan berbeda sesuai dengan alam di sana. Begitu juga orang yang ada di Indonesia mengembangkan budayanya sesuai dengan alam yang ada di Indonesia. Namun demikian manusia juga mempengaruhi perubahan alam.

Nah ini yang sangat penting adalah penekanan dari Mada kuliah ilmu kealaman dasar bahwa manusia mampu mempengaruhi perubahan alam. Makanya mata kuliah ini dikembangkan agar para mahasiswa nanti setelah menyelesaikan studinya akan bekerja atau menjadi orang-orang penting sehingga mengeluarkan kebijakan atau melakukan kerindakan-tindakan yang tidak merusak alam. Bagaimana orang-orang itu mampu melestarikan alam.

karena manusia mempengaruhi perubahan alam. Salah satu contoh mungkin perubahan-perubahan alam yang diakibatkan oleh manusia adalah penggundulan hutan. Dengan adanya penggundulan hutan, maka alam pun akan berubah.

Lama-lama menjadi kering sehingga menjadi terperduklah gurun pasir. Ataukah juga adanya penggundulan hutan maka Satwa-satwa yang ada di hutan itu akan keluar karena lingkungannya itu sudah habis. Maka macan kadang-kadang masuk kampung, ataukah wajah mungkin masuk kampung merusak perkampungan. Nah itu adalah akibat dari ulah manusia yang melakukan perubahan-perubahan terhadap alam itu sendiri.

Nah ini yang kita tidak inginkan, harus manusia itu memberikan keseimbangan terhadap alam. keseimbangan terhadap kehidupan yang lain, sehingga tidak merusak alam itu sendiri. Nah, alam sebagai sumber ilmu pengetahuan, itu sebagai kontrak daripada manusia yang pada dasarnya rasa ingin tahu. Jadi, semenjak manusia itu dilahirkan, maka rasa ingin tahu itu sudah melekat. Rasa ingin tahulah inilah yang nanti akan memunculkan pengetahuan.

Rasa ingin tahulah ini yang menyebabkan manusia menjadi tahu, sehingga dengan adanya tahu, maka akan muncul pengetahuan. Belum muncul ilmu. Nah, kelahiran ilmu pengetahuan alam itu melalui pendekatan-pendekatan ilmiah.

Kalau cuma tahu saja, itu baru setahap pengetahuan, belum sebagai ilmu. Kalau pengetahuan itu sudah didekati atau melakukan pendekatan-pendekatan secara ilmiah, maka memunculkan ilmu pengetahuan atau ilmu. Nah, pendekatan ilmiah yang dimaksud di sini ada dua, ada diduktif, ada induktif. Yang deduktif ini artinya adalah kita melakukan pengamatan secara umum terhadap alam, tetapi menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus. Tetapi kalau yang induktif, melakukan pendekatan-pendekatan ilmiah secara khusus, tetapi menghasilkan kesimpulan secara umum.

Nah contoh yang diduktif misalnya, manusia hidup harus bernapas, tumbuh-tumbuhan hidup harus bernapas, hewan hidup harus bernapas. Dengan demikian kesimpulannya manusia maupun alam yang hidup itu harus bernapas. Nah itu contoh diduktif. Tetapi kalau contoh induktif dari yang spesifik menjadi Kesimpulan yang umum, misalnya kita lakukan pengamatan terhadap sel, sel manusia, maka didapatkanlah suatu sel manusia dengan karakteristik tertentu, kemudian juga diamati sel hewan, maka didapatkan karakteristik tertentu, kemudian sel tumbuhan, maka dibuat kesimpulan bahwa sel tumbuhan dan sel hewan itu berbeda karena karakteristiknya tertentu. Tetapi antara manusia dengan selewan ada pendekatan yang sama.

Nah itu bedanya antara deduktif dan induktif. Nah begitu juga dengan polanya atau cara pendekatan yang deduktif. Kalau pendekatan yang deduktif itu dimulai dengan membaca atau mempelajari teori-teori yang sudah ada untuk memecahkan masalah yang ada di alam. Jadi dibaca teori-teori sebelumnya, misalnya ada satu masalah yang ada di alam, kita ambil buku kemudian baca.

Sehingga didapatkanlah dengan membaca maupun mempelajari buku-buku yang ada atau teori yang ada, maka didapatkanlah suatu hipotesis. Hipotesis itu adalah dugaan sementara. Jadi bukan sembarang dugaan.

Hipotesis itu harus berupa dugaan yang berdasarkan atas teori ataukah mungkin penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah ada. Dengan demikian memunculkan dugaan yang sudah dianggap benar walaupun semacam dugaan. Nah untuk menguji dugaan itu tentu melakukan pendekatan ilmiah, yaitu mengumpulkan data. Data-data yang terkumpul kemudian diuji, kemudian danyalisis, maka baru nanti dihasilkan kesimpulan. Apakah kesimpulan itu sama dengan dugaan ataukah mungkin bertentangan Jadi disini analisis ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang sudah tadi dirumuskan Ini seperti dilakukan oleh para ilmuwan yang di bidang biologi maupun kimia Itu melakukan pendekatan-pendekatan diduktif Jadi hasilnya itu dipakai menguji.

Kalau memang hasilnya sesuai dengan dugaan, maka hipotesis diterima. Tapi kalau hasilnya tidak sesuai, bisa saja memang tidak sesuai. Mungkin teorinya sudah berbeda, sehingga hipotesisnya ditolak. Nah itu pendekatan secara deduktif. Kemudian pendekatan secara induktif.

Itu melakukan observasi terhadap hal-hal tertentu, ataukah pengamatan-kepengamatan terhadap hal-hal tertentu, dengan mengembangkan teori-teori yang ada, misalnya kita mengamati suatu sel hewan misalnya, maka ditemukan, diamati-diamati dulu, maka ditemukan laku bahwa sel hewan itu ada, misalnya bentukannya harus ada inti sel. ada mungkin sitoplasma sel. Maka, dia bersimpulan secara umum bahwa sel yang hidup itu harus ada inti dan sitoplasma sel. Nah, itulah pendekatan secara induktif dari rangri yang khusus, kemudian dipakai untuk menyimpulkan kesimpulan yang bersifat umum.

Nah, pada dasarnya, pendekatan deduktif menciptakan mengetahukan pengetahuan-pengetahuan baru dan memproduksi teori-teori baru. Tetapi yang dilakukan secara induktif itu menguji teori, kemudian melakukan verifikasi apakah teori itu sudah sesuai dengan situasi yang sekarang. Jadi itu beda antara pendekatan ilmiah, baik secara induktif maupun hidup.

Namun pada dasarnya, penelitian-penelitian sekarang ini itu menggunakan kedua pendekatan itu. Kadang-kadang menggunakan pendekatan adiktif, kemudian melakukan, di pihak lain juga dia melakukan pendekatan secara adiktif. Kedua cara pendekatan ilmiah itu saling mendukung, saling diperlukan.

Tidak ada yang lebih baik atau tidak ada yang lebih jelek. Semuanya saling mendukung. Nah metode ilmiah, apa yang dimaksud dengan metode ilmiah? Prosedur untuk mendapatkan pengetahuan atau prosedur untuk mendapatkan ilmu, itulah namanya metode ilmiah. Jadi hanya tahu saja ataukah hanya tahu apa yang kita masalahkan, itu belum termasuk ilmu.

Harus melalui... Pendekatan-pendekatan secara ilmiah baru disebut dengan ilmu. Ilmu pengetahuan ataukah ilmu pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Tanpa pendekatan secara ilmiah tentu mustahil kita mendapatkan suatu ilmu. Karena definisi ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Nah, untuk mendapatkan metode secara ilmiah, ada kriteria-kriteria tertentu yang harus terpenuhi. Kapan suatu metode itu dikatakan ilmiah? harus mengikuti ataukah harus berdasarkan syarat-syarat ataukah sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriterian dari ilmu pengetahuan itu ada yang pertama bersifat logis, ada objektif, kemudian syarat yang lain itu adalah metodik, sistematik. universal, dan kumulatif.

Nah inilah syarat-syarat atau kriteria-kriteria dari metode ilmiah. Logis, objektif, metodik, sistematik, universal, dan kumulatif. Apa yang dimaksud dengan logis?

Logis itu masuk akal. Apakah? metode yang dipakai masuk akal tidak?

Kadang-kadang metodenya itu memang tidak masuk akal. Nah, logis atau tidak logis. Kemudian objektif, bahwa ilmu metode yang digunakan dikatakan sebagai metode ilmiah jika bersifat objektif, sesuai dengan fakta yang ada, tidak boleh dibuat-buat. Tidak boleh berbohong Ataukah mungkin datanya dibuat mengada-ada Maka itu tidak metode ilmiah Harus sesuai dengan fakta yang ada Apa yang ada itulah disampaikan Tidak boleh dicurangi Mungkin pada satu saat Mahasiswa melakukan penelitian Tidak sesuai dengan keinginannya Atau tidak sesuai dengan dugaannya Tidak sesuai dengan hipotesisnya, datanya dirubah. Nah inilah menyalahi dari kaedah-kaedah metode ilmiah.

Tidak boleh. Sesuaikan hasil itu sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Kemudian metodik. Metodik itu dalam pendekatan-pendekatan ilmiah menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara tertentu.

Ada cara-cara. yang terstruktur yang harus dilakukan dan itu harus dijelaskan dan tersusun secara sistematis sehingga metode yang digunakan bisa dilakukan oleh orang lain, bisa dikerjakan oleh orang lain. Entah nanti orang lain itu melakukan dengan metode yang sama tetapi hasilnya berbeda itu tidak masalah. Yang jelas, kriteria ilmu pengetahuan itu harus metodik, sistematik, cara-cara tertentu yang diorekan secara jelas, kemudian dilakukan secara sistematik atau tersusun secara sistematis.

Sehingga orang mudah untuk mengikuti dan orang paham terhadap metode yang dipakai. Kemudian hasil dari. Ilmu yang didapatkan itu bersifat universal, itu berlaku umum, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi berlaku untuk umum.

Tidak hanya di suatu daerah saja, tetapi untuk semua di lapisan masyarakat, ataukah mungkin di semua daerah, asal sesuai dengan metode yang digunakan. Memang ada pembatasan-pembatasan nanti dalam melakukan penelitian. Kadang-kadang ada faktor-faktor lain penyebab sehingga hasilnya tidak sesuai. Dengan demikian, dalam suatu penelitian itu ada batasan-batasan.

Sepanjang batasan-batasan dikerjakan, ataukah sepanjang batasan-batasan itu dipakai sebagai acuan, maka hasilnya selayaknya itu sama. Nah, kalau mungkin batasannya berbeda, tentu nanti hasilnya akan berbeda. Inilah yang bersifat, dikatakan bersifat universal, berlaku untuk umum.

Suatu penelitian tidak hanya berlaku untuk Bali, untuk Jawa, ataukah untuk Indonesia, tapi berlaku untuk semua daerah di dunia. Kemudian penelitian yang dilakukan, itu kriterianya kumulatif, bisa diuji ulang. orang lain boleh melakukan pengujian terhadap hasil yang kita lakukan. Jadi bisa diuji ulang.

Karena tadi sudah dijelaskan itu metodenya cara tertentu, sistematis, kemudian bersifat universal, maka bisa diuji ulang. Para peneliti mungkin karena tidak percaya dengan hasil penelitian kita, maka diuji ulang. Tidak masalah. Nah, dalam melakukan metode ilmiah, tentu yang melakukan itu adalah orang. atau yang disebut mungkin lebih kerennya dengan ilmuwan.

Kapan seorang itu harus bisa dikatakan sebagai ilmuwan? Seorang ilmuwan itu harus memiliki syarat-syarat yang tertentu, yaitu mempunyai sikap ilmiah. Syarat ilmuwan harus memiliki sifat sikap ilmiah. Apa sikap ilmiah? Jujur.

Apa yang didapatkan itu yang disampaikan. Jadi tidak dibuat-buat. Jujur.

Mungkin nanti bertentangan dengan kewenangan, bertentangan dengan kebijakan pemerintah, Anda merubah ataukah berbohong. Itu salah. Sampaikan apa yang merupakan hasil dari pendekatan ilmiah yang Anda lakukan secara jujur. Kemudian terbuka.

Orang lain itu boleh tahu hasil yang Anda dapatkan. Tidak boleh disembunyikan. Itulah sikap ilmiah.

Terbuka. Makanya setiap hasil-hasil penelitian itu wajib dilakukan publikasi secara ilmiah. Baik publikasi secara nasional maupun secara internasional.

Harus dipublikasikan. Sikap ilmiah itu harus jujur dan terbuka. Kemudian toleran.

Mengakui kalau ada pendapat lain. Jadi tidak beranggapan apa yang dihasilkan itu selalu paling benar. Tidak.

Jadi mengakui hasil-hasil penelitian lain yang mungkin didapatkan hasil yang berbeda. Itulah toleran. Captive. Sikap. skeptis atau meragukan.

Jadi seorang ilmuwan itu harus kritis. Setiap ada kejadian-kejadian tertentu harus skeptis. Harus mempunyai rasa apakah itu benar? Apakah masalah yang ada saat ini bagaimana?

Apakah sudah sesuai enggak? Nah itulah skeptis. Jadi ada rasa skeptis. Jadi rasa ingin menguji atau meragukan apa yang terjadi. Sehingga selalu bersikap ilmiah melakukan penelitian-penelitian.

Kemudian optimis. Jadi tidak boleh putus asa. Memang dalam hal melakukan penelitian banyak tantangan, banyak hambatan. Tidak saja hambatan terhadap materi, tapi juga terhadap waktu.

Kemudian hambatan terhadap... kemampuan, kemudian kembatan terhadap peralatan dengan demikian kita membutuhkan rasa optimis yang tinggi bahwa kita akan mampu melakukan pendekatan ilmiah atau melakukan penelitian itu di samping juga optimis juga dimiliki rasa pemberani, berani mengungkapkan apa yang terjadi walau pun mungkin bertentangan dengan kebijakan pemerintah di saat itu. Tapi berani mengungkapkan apa adanya secara jujur dan kreatif. Jadi seorang peneliti atau seorang ilmuwan itu tidak boleh loyo, tidak boleh apatis, harus kreatif, harus berusaha dan berusaha dan berusaha lagi untuk memecahkan suatu permasalahan. Yang terakhir, sikap ilmiah itu harus inovatif.

Ada berusaha untuk mencari hal-hal baru dari masalah yang timbul. Hal-hal baru ini yang bersifat inovasi ini yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sekarang, dalam pendekatan-pendekatan ilmiah, maka akan dia dapatkan suatu simpulan. Nah simpulan-simpulan itu tentu yang kita dapatkan atau simpulan yang sudah kita dapatkan tentu sudah dianggap benar secara ilmiah. Maka orang pun itu akan menguji.

Orang pun akan melakukan penelitian yang sama mungkin di obyek yang sama tapi di tempat yang berbeda. Kadang-kadang mungkin hasilnya sama. Kalau kontang mungkin hasilnya berbeda, tidak masalah. Tapi itulah nanti kebenaran ilmiah.

Kenapa demikian? Karena kebenaran menurut hemat kami itu kami bagi menjadi tiga. Ada kebenaran ilmiah, ada kebenaran agama, ada kebenaran seni. Dan ini berbeda.

Yang kebenaran ilmiah, kalau kebenaran ilmiah itu bersifat tidak mutlak. Masih bisa diuji ulang, masih bisa dipirifikasi ulang, ataukah mungkin orang tidak percaya dengan hasil yang kita dapatkan, boleh. Kemudian lakukan ujian, menguji ulang, boleh.

Karena kebenaran ilmiah itu tidak mutlak. Dan juga ada kebenaran... kebenaran ilmiah yang dihasilkan sekarang belum tentu nanti di masa yang mendatang itu akan sama bisa juga karena temuan-temuan baru akan lahir kebenaran yang berbeda banyak sudah penelitian penelitian yang berubah atau hasilnya mungkin sudah out of date kemudian muncul temuan-temuan baru.

Tidak masalah karena itulah kebenaran ilmiah. Kemudian yang kedua, kebenaran ilmiah itu terbuka untuk verifikasi. Jadi orang itu bebas untuk melakukan verifikasi terhadap penelitian yang Anda lakukan. Begitu Anda nanti selesai melakukan penelitian, kemudian lakukan publikasi.

baik secara nasional maupun internasional, maka dibaca oleh orang, dan orang itu akan skeptis atau mempertanyakan apakah benar. Nah, kalau mungkin merasa ragu, maka dia akan menguji apa yang kita dapatkan. Nah, menguji apa yang kita dapatkan adalah nanti dibenarkan. Karena ini adalah kebenaran ilmiah yang terbuka untuk diperifikasi oleh orang. Kemudian kebenaran ilmiah itu bebas dari nilai, bebas dari tafsir.

Ini tidak ada tafsir-tafsir mimpi. Tidak ada. Semua berdasarkan atas fakta.

Semua itu harus objektif. Dan semua itu harus terukur. Jadi objektif dan bisa ditunjukkan dan terukur. Dan itu ada satuannya. atau bisa diamati, itulah kebenaran ilmiah itu ada lima.

Bisa terukur, objektif, bebas dari nilai tafsir, terbuka untuk verifikasi, dan kebenarannya tidak mutlak. Masih bisa dikaji orang. Berbeda dengan kebenaran agama. Kalau kebenaran agama itu mutlak, siapa yang bisa? membuktikan bukti tidak ada tapi harus anda percaya bahwa itu mutlak misalnya kalau anda berbuat baik maka suatu saat katanya itu menemukan sorga kalau berbuat tidak baik akan masuk ke neraka adakah orang yang membuktikan bahwa itu ada sorga dan neraka pada saat ini tentu tidak ada tetapi kenapa ya karena ini kebenaran agama mutlak Tidak perlu dipertoong jawab, di verifikasi lagi.

Nah salah satu contoh yang lain mungkin, pada agama tertentu makan daging babi itu haram. Tapi kepercayaan yang lain, makan daging babi itu dibenarkan. Misalnya pada agama Hindu ataukah Kristen dibenarkan. Bagi umat Muslim itu haram.

Dan itu tidak boleh dipertentangkan karena Masing-masing agama itu punya kebenarannya. Yang muslim tidak boleh makan daging babi, ya silakan. Itu dari kebenaran agamanya.

Begitu juga yang Hindu maupun Kristen memakan daging babi, nah itu juga kebenaran agamanya. Jangan dipertentangkan. Dan jangan kebenaran itu diuji dengan agama yang lain. Tidak boleh. Tidak usah dipertentangkan, tapi kalau yang baik-baik bolehlah disamakan Tapi kalau yang tidak sesuai, tidak usah Karena itu kebenaran masing-masing agama itu bersifat utlak Kemudian kebenaran seni Kebenaran seni itu bersifat relatif Salah satu contoh mungkin, kalau saya melihat lukisan dari Apandi Bagi orang yang Penikmat seni, mungkin lukisan pandi bernilai miliaran, tetapi bagi orang lain mungkin itu tidak bagus dan tidak bermanfaat, ataukah mungkin tidak bernilai bagi orang lain, dan itu sah-sah saja.

Misalnya, contoh lain, misalnya pertunjukan, seni tari, mungkin pada orang tertentu dia akan tertarik, Tetapi pada orang lain mungkin tidak tertarik dengan pertunjukan itu. Dan itulah kebenaran seni, sangat relatif. Jadi kebenarannya sangat relatif. Bagus, baiknya itu juga relatif. Nah, keunggulan dari metode ilmiah, kalau kita selalu melakukan pendekatan-pendekatan secara ilmiah, maka suatu saat kita akan terbiasa dengan berpikir sistematis, logis, dan analitis.

Nanti para mahasiswa pasti memastikan akan membuat skripsi, itu akan kelihatan siapa yang sebelumnya sudah melakukan kajian-kajian ilmiah, ataukah mungkin pendekatan-pendekatan ilmiah sudah dilakukan sebelumnya. Pada orang atau mahasiswa yang sudah melakukan pendekatan-pendekatan ilmiah sebelumnya, sudah biasa menulis ilmiah baik di majalah baik di jurnal-jurnal tentu dalam melakukan atau pembuatan skripsi sangat-sangat mudah berbeda dengan orang yang tidak biasa menulis ilmiah atau melakukan penelitian ilmiah maka itu kesusahan yang sangat bisa Dilihat dari hasil karyanya. Begitu disetorkan ke pemimping, orang yang tidak pernah menulis, maka bahasanya itu seperti obat nyamuk melingkar.

Jadi kadang-kadang sudah di alinia 1, kemudian di alinia 5 lagi ditulis. Jadi tidak sistematis dan analogisnya juga kurang. Dengan demikian kami harapkan para mahasiswa itu belajar sejak dini untuk menulis ilmiah.

Sehingga suatu saat kalau sudah terbiasa sehingga menjadi kebiasaan dan otomatis akan berpikir secara sistematis, logis, dan analitis. Nah keunggulan yang lain dari metode ilmiah adalah itu menciptakan sikap yang baik, jujur, objektif, terbuka, disiplin, dan toleran. Jadi, mengakui pendapat orang lain, ataukah menerima pendapat orang lain.

Kemudian pendapatnya sendiri tidak disembunyikan, tapi diungkapkan dari hasil-hasil dia mungkin melakukan penelitian itu bersifat terbuka, itu diungkapkan ke orang lain, tidak untuk dirinya sendiri. Kemudian keunggulan dari metode ilmiah adalah menolak paham tahyul dan pendapat a priori atau menolak suatu pendapat tanpa adanya bukti nyata. Ini akan otomatis muncul jika kita biasa melakukan pendekatan-pendekatan atau melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah.

Terima kasih. Metode ilmiah itu akan diperoleh jika sudah melakukan seperti biasanya. Namun demikian dalam beberapa hal dalam pemecahan-pemecahan secara ilmiah ada beberapa keterpatasan-keterpatasan yang dialami Yaitu kelemahan dari panca indera Kadang-kadang walaupun kita panca indera itu punya 5 indera Jadi bisa membawa, bisa mengecap, bisa melihat, bisa merasakan dan lain sebagainya Tetapi itu juga merasa kurang ada mungkin yang tidak mampu kita tangkap dari panca indra kita misalnya kelelawar sebelum terbang ataukah setelah terbang pasti dia mengeluarkan suara nah suara itulah yang didengar olehnya kemudian dia mengeluarkan suara kemudian memantulkan ke benda di sekitarnya kemudian Hasil panturan itulah ditangkap oleh kelelawar sehingga dia tidak nabrak walaupun terbang di malam hari.

Tapi manusia tidak bisa seperti itu. Tidak bisa mengukur panjang gelombang dengan indranya sendiri sehingga tidak mampu seperti kelelawar. Jadi ada kelemahan dari panca indra yang kita miliki.

Kemudian dalam memecahkan masalah-masalah ilmiah juga Ada keterbatasan, misalnya alat yang digunakan. Kadang-kadang kita memerlukan alat yang canggih, ataukah mungkin kita melakukan pelatihan di suatu daerah terpelosok misalnya, kita memerlukan alat transportasi yang sesuai. Tentu juga itu menimbulkan masalah kalau kita tidak punya. Atau mungkin pengamatan-pengamatan yang kecil.

yang sangat kecil tidak bisa dilihat oleh mata sendiri tentu memerlukan alat. Kalau kita tidak punya, nah itulah keterbatasan. Seperti mikroskop misalnya. Itu kan merupakan keterbatasan dari kita dalam melakukan metode ilmiah.

Begitu juga nanti kalau mengamati itu sel-sel yang terkecil. Lebih kecil kalau dengan mikroskop biasa mungkin tidak bisa terlihat. harus dengan mikroskop elektron.

Nah itu juga, kalau di udayana kan tidak memiliki mikroskop elektron. Dengan demikian, kalau ingin melakukan pendekatan ilmiah untuk melihat susunan sel yang lebih detil, tentu ada keterbatasan, karena tidak mempunyai mikroskop elektron. Kemudian kebenarannya hanya bersifat tentatif atau sementara. Nah tadi sudah dikatakan bahwa kebenaran yang kita hasilkan itu sementara.

Dan bisa diuji ulang. Dan nanti kalau di suatu saat mungkin 10 tahun atau kemudian 20 tahun ke depan, hasil penelitian tidak sesuai karena ada temuan-temuan baru. Jadi kebenaran yang kita hasilkan bersifat sementara. Karena jarang sekali kita mendapatkan temuan-temuan yang bersifat permanen, seperti hukum gravitasi, arsimedes dan lain sebagainya, itu adalah penelitian-penelitian yang sudah hampir permanen, sehingga bukan teori, dikatakan sebagai teori, tapi sudah dalil lebih tinggi tingkatannya karena sudah diakui kebenarannya sulit memilih fakta-fakta Fakta yang benar berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.

Jadi, kadang-kadang, kadang-kadang memecahkan suatu kejadian-kejadian di alam tentu tidak disebabkan oleh satu faktor. Kadang-kadang, banyak faktor yang menyebabkan. Nah, faktor-faktor inilah yang kadang-kadang sulit memilih.

Faktor-faktor apa saja. Kadang-kadang, semua faktor itu bekerja secara... Terintegrasi, begitu dihilangkan faktor yang satu, mungkin hasilnya beda. Nah itu yang sulit dipilih, faktor apa saja yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan, karena saling terkaitan satu sama lain.

Dua fakta yang tampak belum tentu berkaitan menunjukkan hubungan sebab-akibat. Belum tentu. Kadang-kadang juga, Fakta-fakta itu saling menguatkan, atau mungkin saling meniadakan, atau mungkin saling bersifat sebagai sebab dari akibat.

Jadi belum tentu menunjukkan sebab-bab. Misalnya adanya hujan, itu disebabkan oleh penguapan dari air laut. Apakah cukup dengan pengamatan air laut saja sehingga menimbulkan hujan? Belum tentu.

Apakah cukup dengan mengamati penguapan dari air daun saja? Tidak perlu. Tidak mesti.

Tidak mesti faktor itu saja, pasti ada faktor-faktor lain Mungkin kelembaban, mungkin suhu, mungkin arah angin, dan lain sebagainya Sehingga dua fakta yang tampak belum tentu berkaitan sebagai suatu sebab dan akibat Jadi ada faktor-faktor lain Nah, filsafat ilmu secara alamnya itu Karena pendekatan-pendekatan secara ilmiah kadang-kadang orang beranggapan bahwa pendekatan ilmu yang bersifat alamnya itu bersifat vitalisme. Vitalisme itu merupakan suatu doktrin yang menyatakan adanya kekuatan di luar alam. Nah, mungkin lebih gambelannya bisa, oh itu takdir Tuhan.

Jadi sudah kehendak Tuhan. Nah, kekuatan itu memiliki peranan yang esensial mengatasi. mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini. Jadi misalnya kita hidup, kenapa kita bisa hidup? Ya karena Tuhan.

Nah itu yang pisapat ilmu secara alaminya. Jadi karena Tuhan. Kalau sudah Tuhan ya kita tidak bisa lagi mempertanyakan.

Nah kemudian yang kedua, pendapat ini ditentang oleh beberapa orang. Pendekatan secara ilmiah harus bisa dianalisis secara eksperimen. Kalau mungkin kehendak Tuhan kan tidak bisa dianalisis.

Nah inilah yang dipertentangkan, dia tidak menerima vitalisme ini. Kemudian ada mekanisme, pendekatan filsafat ilmu dengan pendekatan mekanisme. Jadi penyebab segala kegerakan di alam semesta ini dikarenakan hukum alam. Semuanya berhubungan dengan fisika dan kimia.

Semuanya. Jadi karena fisika dan kimia. Misalnya hujan, pasti faktor fisika dan kimia yang berperan di sana.

Kemudian ada barang yang jatuh, kenapa jatuh juga faktor fisika dan kimia. Kemudian pergerakan saat-saat makanan di dalam tubuh, kalau kita makan, kemudian bisa mengalir di dalam tubuh, itu karena faktor fisika dan kimia. Tidak ada faktor Tuhannya.

Semua dijelaskan dengan fisika, kimia, atau biologi. Jadi faktor-faktor Tuhannya disingkirkan. Jadi paham ini menganggap bahwa gejala pada mahluk hidup secara otomatis terjadi hanya berdasarkan peristiwa fisika, kimia, belaka.

Jadi karena faktor fisika dan kimia belaka. Dan pandangan ini adalah sodok. seolah-olah sebagai ateis atau meniadekan kehendak Tuhan semua itu karena ilmiah kan kenapa kita berjalan?

karena kehendak syaraf, syaraflah yang menyuruh kemudian kenapa syarafnya bisa menyuruh? nah itu karena fisika dan kimia, jadi karena faktor ini menyebabkan syarafnya begini sehingga menurutkan reaksi seperti ini, nah itulah bisa dijelaskan Nah, paham-paham seperti ini menemukan pandangan patrialisme ataukah ateisme. Jadi tidak percaya, meniadakan aspek Tuhan.

Kemudian ada agenotisme. Nah, agenotisme ini adalah menjembatani antara kedua pandangan tadi. Jadi menghindari pertentangan antara vitalisme dan mekanisme.

Jadi melepaskan atau memperhatikan sisi-sisi dari sang percipta. Nah, ini adalah... Pendapat yang menjebatani pendapat tadi. Dan ini merupakan ilmuwan-ilmuwan yang dilakukan oleh Barat. Ilmuwan dari Barat itu filsafatnya memakai filsafat agnotisme.

Jadi mereka yang mengikuti aliran hanya mempelajari gejala-gejalaan saja. Aliran ini banyak dianut oleh ilmuwan-ilmuwan Barat. merupakan jembatan. Jadi faktor manusia, faktor Tuhan juga berperan di sana.

Nah, kemudian terakhir adalah klasifikasi ilmu. Secara umum, ilmu itu dibagi menjadi dua. Ilmu sain dan ilmu sosial.

Jadi ilmu sain dan ilmu sosial. Namun, ilmu sain itu dibagi menjadi dua lagi. Ada sain fisik, ada sain hayati.

dengan demikian ada tiga yang fisik, sains fisik itu ada fisika, kimia, astronomi geologi, geografi, geofisika meteorologi, oseanologi itu tentang kelautan, kemudian sains hayati ada botani tentang tumbuh-tumbuhan, ilmu tentang tumbuh-tumbuhan, ada zoologi, ilmu tentang hewan, ada mikrobiologi ilmu tentang jasad renik ada ilmu kesehatan Ada paleontologi, ada fisiologi yaitu fungsi tubuh, ada struktusonomi, ilmu yang mengklasifikasikan makhluk hidup. Misalnya makhluk hidup manusia digolongkan ke dalam komosapien, berbeda dengan monyet. Nah itu ilmu fisik dan sain hayati.

Namun juga ada ilmu sosial, di sini ada sosiologi, seni dan budaya, kemudian ada bahasa, ada sejarah, pendidikan, antropologi, psikologi, dan ekonomi. Nah, di samping ketiga ilmu ini juga ada ilmu yang lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi ini. Ia tidak masuk dalam sain maupun ilmu sosial.

Tapi ilmu ini masuk digunakan oleh ilmu sain maupun ilmu sosial. Misalnya matematik. Sosial juga memakai penjumlahan.

Walaupun tidak terlalu banyak tapi memakai penjumlahan. Berapa sih bahasa yang ada di Indonesia? Nah itu sudah ilmu matematik dipakai untuk menghitung 1, 2, 3, 4. Kemudian statistika juga dipakai baik dalam sosial maupun dalam ilmu.

Jadi biasanya data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistika sehingga menghasilkan kesimpulan yang dipakai untuk menguji hipotesis. Nah sekarang juga ada ilmu informatika. Kedua ilmu ini, baik sain maupun ilmu sosial, itu menggunakan ilmu informatika.

Nah dengan demikian. Matematika, Statistika, dan Informatika tidak masuk ke dalam rumpun sain maupun ke dalam ilmu sosial. Tetapi ilmu ini dipakai oleh ilmu sain dan ilmu sosial. Baik, para mahasiswa, itulah yang dapat kami sampaikan terhadap materi kali ini.

Kemudian kalau ingin nanti, ingin...