Transcript for:
Panduan Lengkap Digital Marketing

Digital marketing, pekerjaan yang sangat booming, udah banyak banget orang bikin konten tentang digital marketing, udah banyak banget day in my life tentang digital marketing, tapi masih banyak banget orang yang nanya ke aku, Jadi pada video kali ini, aku mau break down sebenarnya seorang digital marketing itu ngapain aja, dan skill-skill apa sih yang diperlukan untuk menjadi seorang digital marketer yang baik. Sesuai namanya, digital marketing itu berarti kita marketing tapi digital. Jadi kita memasarkan sebuah barang atau jasa lewat internet. Nggak lagi bagi-bagi rosur, nggak lagi pasang billboard yang besar di jalan tol, tapi kita melakukan promosi lewat layar kaca.

Gimana cara promosiinnya? Ada banyak banget cara yang bisa dilakukan. Bisa lewat sosmed, bisa juga masang ads di sosmed, ataupun search engine seperti Google.

Bisa juga endorse influencer, dan masih banyak cara lainnya. Nah, misalnya kalau perusahaan kalian besar dan banyak budgetnya, mungkin tim digital marketing bisa kensis of banyak banget personelnya. Tapi kalau misalnya perusahaannya kecil atau masih startup, mungkin seorang digital marketer lah yang akan handle semuanya. Seperti lowangan kerja yang aku temuin di LinkedIn, ini cakupan pekerjaannya cukup luas ya bagi seorang digital marketer.

Kebayang ya, bisa se-diverse apa pekerjaan seorang digital marketing itu. Oke, jadi sampai sini kita tarik balik lagi, jadi sebenarnya seorang digital marketing itu ngapain? Nah, jadi untuk menjelaskan kerjaan digital marketing, kita akan breakdown, tapi sebelum itu disclaimer dulu, karena Digmar itu luas banget, banyak banget strategi yang bisa kita lakuin, bisa highly customizable dan adaptable sesuai dengan industri perusahaannya, tapi general framework dari digital marketing itu bisa seperti ini. Define, implement, analyze, and optimize. Tangka pertama di define itu kita harus menentuin dulu beberapa hal, yaitu yang pertama target audience kita, dan yang kedua tujuan dari campaign kita.

Target audience kita inilah yang kemungkinan besar akan menggunakan produk kita. Jadi kita harus paham dulu nih demografis mereka itu seperti apa, cara mereka belanja itu gimana, dan konten-konten seperti apa sih yang mereka suka. Memahami semua ini tuh akan membantu kita untuk bisa menentuin channel marketing yang tepat, dan juga menentuin gimana cara kita bisa nyampein kontennya sehingga audience kita itu suka. Next, yang kedua kita juga harus tentuin tujuan campaign kita. Jadi pada akhirnya kita mau target audiens kita ini ngapain sih?

Apakah misalnya kita mau mereka beli produk kita, atau misalnya mau mereka subscribe ke newsletter, atau kita cuma mau supaya nama produk kita itu dikenal aja gitu di masyarakat luas. Dengan kita nentuin tujuan campaign kita dari awal, kita bisa lebih fokus terhadap tujuan kita, kenapa kita ngelakuin marketing campaign ini, dan kita juga bisa mengukur keberhasilan campaign kita di akhir dengan lebih baik. Yang kedua dalam framework kita ini ada implement. Jadi implement ini bagian yang paling seru ya di mana kita akan melakukan kegiatan marketing di berbagai channel. Jadi sesuai dengan target audiens kita dan tujuan campaign di awal, sekarang kita nentuin nih channel marketing apa yang mau kita pakai.

Udah banyak banget ya channel marketing. Ada paid advertising, content marketing, email marketing, social media marketing, ada juga whatsapp marketing, podcast marketing, affiliate marketing, dan... listnya goes on, dan setelah kita tentuin, barulah role-role di kemarketer yang tadi udah sebut di atas mulai beraksi.

Si social media specialist mulai buat konten di platform sosmed, lalu si content marketing specialist ini mulai nulis blog yang sesuai dengan standar SEO, lalu si QL marketing specialist juga udah mulai ngontek-ngontekin influencer dan ngajak kerja sama, ada juga paid marketing specialist yang udah nyusun-nyusun budget untuk ngaruh ads di sosmed, ataupun di search engine, dan lain sebagainya. Nah ketika persiapan campaign ataupun ketika campaignnya berlangsung, semua role ini biasanya akan kerja sama bareng. Misalnya si performance marketing specialist ketika influencer yang mau nge-post konten, pastinya kan tanggalnya akan disesuaikan dengan konten kalendernya si social media specialist. Contoh lainnya si performance marketing specialist memasang ads karena dia kan butuh konten visual.

Nah itu kan harus dibantu oleh tim sosmed. Jadi day-to-day tasknya emang tim marketing ini kerjasama dengan lumayan erat supaya memastikan setiap effort yang dilakukan oleh setiap role ini. emang udah align dengan tujuan akhir yang udah ditetapkan.

Next, kita masuk ke tahap ketiga yaitu analyze. Tahap inilah yang mungkin lebih sering diabaikan sama orang-orang, tapi sebenarnya penting banget. Karena inilah yang membedakan traditional marketing dan digital marketing.

Di traditional marketing ketika kita ngelakuin promosi, kita tuh nggak bisa tahu hasil promosinya itu performanya gimana. Misalnya ketika kita bagi-bagi brosur, kita nggak bisa baca behavior orang ketika mereka terima brosur itu. Misalnya apakah mereka baca, apakah mereka buang, berapa lama sih mereka baca browser itu.

Tapi di disiang marketing kita bisa tahu tuh performa-performa itu gimana. Misalnya ketika kita nulis artikel di blog, kita bisa kelihatan average time spent orang baca artikel itu tuh berapa lama. Atau misalnya ketika kita kirim email ke user, kita bisa tahu berapa banyak orang yang open, berapa banyak orang yang buka linknya. Itu matrix-matrixnya bisa di-track.

Setelah kita melakukan berbagai promosi di berbagai channel dan kita dapat hasil performanya, kita bisa tahu nih. Channel marketing apa sih yang ternyata paling efektif buat kita? Apakah dengan kita naruh ads atau apakah dengan kita endorse influencer sih yang lebih banyak bawa user ke platform kita.

Terakhir dalam frameworknya adalah optimize. Nah jadi setelah kita analisa performanya kan nggak mungkin yang kita ngapa-ngapain. Jadi di langkah terakhir ini kita akan nyesuaiin lagi strategi di sumber rinta berdasarkan data-data yang kita udah analisa tadi.

Misalnya kita harus ganti tipe konten yang kita buat biar lebih menarik. atau misalnya kita harus nambahin budget ad supaya lebih efektif ataupun kita nyari influencer yang beda niche gitu jadi ada banyak banget cara ya untuk kita nyesuaiin strategi kita untuk ke hasil yang lebih efektif biar enak kita langsung aja pakai contohnya ada satu aplikasi edukasi namanya instigo instigo adalah aplikasi podcast pengembangan diri Kalau kita pakai framework digital marketing tadi, pertama untuk define, target audiensi Spigo mungkin adalah millennial sampai gen Z yang mungkin tertarik dengan hal-hal tentang personal development atau professional development. Mungkin mereka nggak gitu punya banyak waktu untuk belajar hal-hal baru, jadi podcast ini bisa menjadi sumber ilmu buat mereka yang lagi commuting atau mungkin lagi melakukan hal-hal lain. Lalu untuk tujuan campaign Inspigo mungkin adalah untuk let's say meningkatkan jumlah download aplikasi dan jumlah orang yang dengerin podcastnya.

Kedua, pada fase implement, Inspigo punya website landing page yang didesain buat menarik orang untuk download aplikasinya. Di sini kita lihat ada copywriting menarik, tertuju buat orang-orang yang nggak punya banyak waktu dan ada call to action yang mengarahkan mereka untuk download aplikasinya di Play Store maupun App Store. Kedua, pada fase implement, Inspigo punya social media Instagram di mana mereka nge-post berbagai tipe konten.

Ada yang buat hiburan, skill development, sampai ngejelasin specific industry knowledge. Namun, seperti tujuan campaign yang udah dijelasin tadi, yaitu untuk meningkatin downloads dan user, Inspigo punya konten informatif yang punya call to action yang mengarahkan audience untuk dengerin podcastnya. Sama halnya dengan konten marketing, Inspigo nulis blog di Medium dan memberikan wawasan dan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya, yang mana diakhiri dengan call to action yang mengarahkan user untuk dengerin podcastnya. Ketiga, pada fase analyze, Inspigo ini lewat backend aplikasinya pasti bisa nge-track user behavior atau seberapa aktif sih user-user ini menggunakan aplikasi Inspigo.

Misalnya, mereka bisa nge-track episode mana yang paling banyak didengar, atau kapan waktu teramai orang-orang menyuruhin podcast, atau misalnya orang rata-rata spend berapa lama sih di platform Inspigo. Lalu, lewat Instagram analytics, mereka juga bisa tahu nih. Tipe-tipe posting seperti apa sih yang membawa paling banyak likes atau followers?

Kapan sih jam posting yang paling baik? Dan berapa banyak sih orang-orang yang nge-click link yang ada di story-nya? Dan kalau misalnya dibandingin dengan TikTok, platform mana nih yang lebih efektif untuk narik user untuk download aplikasinya?

Terus misalnya lewat email-email yang udah dikirim, sebenernya efektif nggak sih buat ningkatin user engagement, alias ngajakin orang untuk balik ke podcasting Vigo dan dengerin episode-episodenya? Keempat dan yang terakhir, yaitu kita optimize. Untuk sosmed misalnya dari hasil analisa tadi apa sih yang bisa kita improve?

Misalnya kita ganti waktu postingnya atau misalnya copywritingnya kita ganti jadi lebih menarik atau misalnya kontennya sendiri harus lebih engaging, lebih dugging atau misalnya lebih sesuai dengan tren yang ada sekarang. Dan misalnya untuk email ternyata kirim-kirim kata-kata ajakan itu nggak cukup ataukah baiknya kita bisa kirim kode diskon atau misalnya kita kirim rekomendasi podcast mingguan gitu yang bisa menarik-menariknya untuk kembali ke aplikasinya. Jadi cara kita optimasi itu endless and it's always a continuous process di mana memerlukan constant monitoring dan adaptasi sesuai dengan preferensi target audience kita. Itu aja video untuk hari ini.

Thank you guys for watching and I hope you enjoyed it. And I'll see you guys in the next video. Bye!