Puji Tuhan, selamat hari minggu shalom. Belum semuanya, saya yakin saudara bisa lebih keras dari itu. Selamat hari minggu shalom. Tuhan Yesus baik, amin.
Coba segol kanan saudara katakan Tuhan Yesus baik. Segol kirinya katakan Tuhan Yesus dasyat. Coba tanya kanan kiri kok, kamu tambah seger hari ini ya. Wuh, haleluya.
Kita sudah selesai liburannya, sekarang kita semua sudah kembali di Surabaya. Dan kita tetap menikmati berkat Tuhan, apapun yang terjadi Tuhan kita baik yang setuju katakan amin. Sudara siap mendengarkan firman Tuhan hari ini?
Kita buka Alkitab kita bersama-sama dalam Efesus pasalnya yang ke-6, ayatnya yang ke-12. Saya menyapa setiap saudara yang mengikuti secara online. Saya percaya saudara yang di rumah juga diberkati, disertai Tuhan.
Saudara selalu melihat kemenangan terjadi dalam hidupmu. Yang di rumah tulis di live chat, Tuhan Yesus baik. Sebanyak-banyak yang saudara boleh tulis.
Saya mau kita yang di sini baca dengan suara yang keras. Hari ini kita mau belajar firman Tuhan dari Efesus 6 ayatnya yang ke-12. Baca sama-sama 1, 2, 3. Karena, belum semuanya. 1, 2, 3. Karena...
Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging. Tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini. Baca sama-sama, melawan roh-roh jahat di udara. Hari ini saya akan membawakan satu firman Tuhan, saya beri judul yaitu peperangan dalam pikiran.
Ulangin sama-sama, satu, dua, tiga. PEPERANGAN atau DEBAK. battlefield of the mind.
Saya percaya orang Kristen dalam peperangan apapun yang dia hadapi, dia pasti lihat kebenangan dalam hidupnya. Kok gak ada yang amin? Sekali lagi saya ulangin, orang Kristen menghadapi peperangan apapun, dia pasti melihat kebenangan dalam kehidupannya. Firman Tuhan berkata bahwa hidup ini adalah sebuah peperangan. Tetapi diperjelas di dalam Ephesus 6 ayat 12 dikatakan apa?
Tampilkan lagi ayatnya. Dikatakan bahwa peperangan atau perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging. Nah banyak orang Kristen gagal fokus. Banyak orang Kristen menganggap bahwa manusia adalah musuhnya.
No, no, no. Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan itu. Bapak Ibu dan Tuhan berkata, musuh kita bukan darah dan daging, tetapi musuh kita adalah setan. Siapa Bapak Ibu dan Saudara? Setan.
Jangan gagal fokus Pak Bu, jangan cari musuh manusia. Karena itu saya mau ingatkan Bapak-Bapak di sini, suami-suami. Pak, istrimu bukan musuhmu. Gak ada yang amin Bapak-Bapak. Kenapa?
Merasa musuh bebuyutan saudara. Sekali lagi saya ulangin. Pak, istrimu bukan musuhmu.
Kenapa gak rela aminnya saudara? Bu, mertuamu bukan musuhmu. Gak rela banget itu saudara ya.
Pak Pendeta belum ketemu mertua saya. Jilmaan iblis dia pak. Aduh bu.
Saya mau katakan kepada anak-anak muda, orang tuamu bukan musuh. Orang tuamu adalah wakil Tuhan yang membawa engkau ke dalam dunia ini karena itu hormati orang tuamu. Tetapi firman Tuhan berkata, musuh kita bukan darah dan daging, tetapi musuh kita adalah iblis.
Tetapi saya memberi saudara hari ini satu kabar baik. Musuh kita memang iblis yang besar dan kuat. Tetapi di atas kayu salib Tuhan sudah memberikan kemenangan yang kekal.
Sehingga iblis lari daripada kita dan dia sudah kalah di dalam nama Tuhan Yesus. Saya mau katakan kepada orang Kristen, kita gak perlu takut setan. Yang setuju katakan amin. Karena itu orang Kristen terutama jemaat GSI Spak War Mall gak usah takut setan. Jangan takut ke toilet sendirian, amin.
Jangan kalau lewat kuburan permisi, gimana kalau disambut monggo. Jadi gak perlu takut sama setan, apalagi suster ngesot, ngapain takut? Dia ngesot kita lari aja, dia pasti kalah saudara ya kan? Iblis di bawah kaki kita pak, bu.
Dan Tuhan sudah memberikan kemenangan besar di dalam kehidupan kita, percayalah orang Kristen gak bisa disantet. Orang Kristen gak bisa diserang sama setan, orang Kristen gak bisa dibunuh sama setan. Ingat kisah Ayub, satu hari Iblis datang kepada Tuhan dan berkata, Hei itu ada Ayub, aku gak bisa nyentuh dia karena kamu, karena engkau memagari dia.
Saya mau beritahu kepada saudara semua yang percaya kepada Tuhan Yesus. Setiap kita semua dipagari dan dilindungi oleh Tuhan. Nggak ada setan-setan bisa nyentuh kita. Nggak ada setan bisa nyantet kita. Nggak ada setan bisa membunuh kita.
Kenapa? Karena perlindungan kita ada di tempat maha tinggi. Di dalam darah Yesus Kristus yang luar biasa.
Tepuk tangan buat darah Yesus yang dasyat. Tapi saya mau beritahu kepada saudara, setan itu licik. Setan hidupnya lebih lama dari kita, Pak.
Dia lebih tua. Dia akhirnya sadar, iya aku gak bisa nyentuh manusia ini fisiknya. Aku gak bisa bunuh, aku gak bisa menyerang secara fisik.
Tetapi iblis yang penuh dengan berbagai macam tipu muslihat, dia menemukan cara yang baru akhir-akhir ini. Terutama di hadapan orang-orang Kristen, aduh dia menemukan rahasianya untuk menyerang kita. Dia tidak akan menyerang tubuh saudara. Tetapi dia hari-hari ini menyerang apa Bapak Ibu Saudara?
Pikiran kita. Karena itu saya catat sesungguhnya bagi setiap kita berapapun usia kita. Apapun pekerjaan saudara.
Sebenarnya sebagai orang Kristen kita harus sadar bahwa medan perang sesungguhnya adalah pikiran kita. Medan peperangan kita bukan kita pukul-pukulan, bukan kita bentak-bentakan. No, no, no.
Tetapi medan peperangan kita semua ada di dalam pikiran. Hari ini Tuhan taruh firman ini dalam hati saya. Karena saya tahu ada dari saudara hari ini lagi diserang pikirannya. Saudara hari-hari ini lagi diserang, saudara diberikan pikiran-pikiran yang negatif.
Saudara diberi pikiran-pikiran dari iblis yang seharusnya tidak sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Dan Bapak Ibu Saudara, peperangan dalam pikiran ini terjadi setiap hari saat kita bangun. Saat kita bangun tidur, peperangan sudah dimulai.
Dimana ada kompetisi, ada perperangan diantara pikiran negatif dan pikiran iman. Dimana setiap hari di pikiran kita ini selalu berkompetisi dua ini. Tampilin apa?
Pikiran negatif dan pikiran iman. Di satu sisi kita ingin memikirkan secara iman. Tetapi kita gak bisa berhentikan pikiran negatif untuk masuk.
Setuju gak dengan saya? Saya sebagai hamba Tuhan pun, saya juga mengalami peperangan ini di dalam pikiran saya. Soalnya jangan pikir jadi pendeta tuh enak semua, Anda tuh santai gitu.
Saya pun sebelum naik di atas mimbar, kenapa seringkali saya berdiri dulu, saya nafas dulu, saya berdoa. Karena ada yang bilang, Pastor enak ya, kodbay itu santai, udah gak deg-degan. Siapa bilang, Saudara. Pendeta naik di atas mimbar juga masih deg-degan, apalagi lihat wajah mengintimidasi seperti Saudara. Aduh.
Ampuni mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka berbuat. Eh deg-degan sudah. Kenapa?
Karena di satu sisi saya mau berpikir iman. Hari ini firman Tuhan saya percaya akan memberkati jemaat Tuhan. Saya percaya firman Tuhan hari ini akan menjadi jawaban bagi jemaat. Tetapi pikiran negatif juga masuk.
Bahwa mungkin you're not good enough. Kamu mungkin kurang baik dalam menyampaikan firman. Mungkin kamu salah dalam mempersiapkan firman. Saya yakin saudara semua bisa relate dengan perasaan itu. Dimana dalam pikiran kita selalu entah dari mana bisa-bisa munculnya yang negatif.
Nah itulah peperangan sesungguhnya. Saya pernah tanya kepada Tuhan, Tuhan kok gak pegang kendali sih? Tuhan kok gak langsung mengubah pikiran kita? Tuhan kok gak langsung tiba-tiba merubah cara kita berpikir secara otomatis?
Saudara saya menemukan seperti ini, saya catat, tampilkan bahwa Tuhan itu selalu memegang kendali. Tuhan selalu pegang kendali, tapi dia tidak selalu memegang kendali. Kita percaya Tuhan bagi dia tidak ada perkara yang apa?
Mus, dia maha kuasa. Tetapi ada beberapa hal dalam kehidupan kita, dia sengaja tidak. Memegang kendali, kenapa?
Karena dia memberikan saudara dan saya kehendak bebas. Dia bisa aja mengubah pikiran kita langsung berubah. Tetapi karena dia mengasihi saudara dan saya, kita semua diberikan kehendak bebas. Sehingga pikiran kita ini the free zone.
Namanya pikiran kita ini zona bebas. Dimana kita bebas berpikir, kita bebas memilih, kita bebas berimajinasi. Dan itulah yang hari-hari ini diserang sama iblis. Dia lihat, oh manusia ini paling gampang dipengaruhi pikirannya. Dia masuk dalam pikiran saudara, dia menanam, menabur pikiran-pikiran yang negatif.
Karena disitulah satu-satunya tempat dimana Tuhan sengaja tidak memegang kendali. Sebab itu saya tulis, ya bertanggung jawab atas pikiran kita. Ya bertanggung jawab untuk mengendalikan pikiran kita. Adalah diri kita sendiri.
Ulangin. Siapa saudara? Diri kita.
Yang bertanggung jawab untuk mengendalikan pikiran kita. Itu bukan pendeta, bukan saya. Yang bertanggung jawab untuk mengendalikan pikiran saudara bukan suamimu atau istrimu. Tetapi bertanggung jawab, tepuk dada saudara katakan, saya sendiri. Iya.
Kalau saudara hari ini tidak berhasil, atau saudara tidak memegang kendali pikiran saudara sendiri, sesuai dengan firman Tuhan, percayalah. Hidupmu akan sengsara sekali. Saya catat apa akibatnya orang yang gak bisa ngendalikan pikirannya.
Yang kalah dalam peperangan pikiran. Yang pertama, hidupnya akan menjadi negatif. Pernah ketemu sama orang-orang negatif? Saya paling gak suka kumpul sama orang negatif, saudara. Selalu apapun topiknya bisa diubah jadi negatif.
Coba baca Amsal 23 ayat 7. Sumbernya dari mana? Orang itu kok bisa ada yang negatif ya? Kok bisa ada yang...
rasanya gimana itu? Seperti aurannya itu selalu gak enak gitu, selalu negatif gitu, selalu yang buruk, selalu ngomongin orang gitu. Kenapa?
Ayat 7, dikatakan apa? Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri. Demikianlah, apa?
Iya. Dalam bahasa Inggris lebih keren, dikatakan as one thing he is. Seperti seseorang berpikir, jadilah seperti dia. Kalau dalam pikiran kita penuh dengan hal-hal yang negatif. Kau gak bisa kendalikan hal-hal negatif dalam pikiranmu.
Jadilah engkau orang yang negatif. Saya berdoa di tempat ini tidak ada orang-orang yang negatif yang setuju sama-sama katakan amin. Tes PCR boleh negatif, tetapi hidup saudara harus positif, segol kanan kiri kita harus positif. Ya dong.
Yang kedua, orang yang tidak bisa mengendalikan pikirannya, dia akan menyakiti orang-orang terdekatnya. Setuju gak sama saya? Orang-orang yang gak bisa mengendalikan pikirannya yang negatif, dia akan jadi orang-orang yang suka nyakitin orang lain. Terutama dengan cara apa? Biasanya orang yang seperti ini, orang pemarah.
Di sini ada gak pemarah-pemarah? Pak, di sini ada gak bapak-bapak yang tukang marah angkat tangannya? Maju ke depan kita foto bareng pak.
Aduh, ada yang anak kecil bilang papi, jangan ya, jangan spoil the secret saudara ya. Anak-anak ini lucu-lucu kadang-kadang saudara ya. Pak, kau kadang-kadang suka marah, pantesan darah tinggi pak. Ya, ada orang kesaksian, Bapak Ibu saya percaya meskipun saya darah tinggi, darah Yesus lebih tinggi.
Loh, darah Yesus lebih tinggi berarti Yesus marahan saudara berarti. Ya kan? Pak! Kalau engkau gak bisa mengendalikan pikiranmu, engkau akan jadi suami yang suka marah. Istrimu tertekan.
Bu, kalau engkau gak bisa mengendalikan pikiran, engkau akan jadi istri yang selalu suka marah sama suami. Saya mau tanya, lebih ngeri mana? Istri atau suami kalau marah?
Istri kalau marah, setan itu minder. Setan bilang aku setan kalau marah gak seperti dia. Iya kan? Lalu yang jadi pelampiasannya siapa biasanya?
Anak. Iya gak? Akhirnya anak-anak jadi ribut gitu. Anak-anak muda-muda depresi udah hari-hari ini.
Kenapa? Karena di rumah itu selalu semuanya negatif. Kenapa?
Dari pikiran akhirnya saling menyakiti. Suami marahin istri, istri marahin anak. Wah semua nomor.
Suami marahin istri, istri marahin anak. Anak marahin pembantu, pembantu marahin Blackie. Blackie ikut depresi bunuh diri dia. Gak, gak.
Iya kan? Kadang-kadang kita coba renungin. Empat orang stres kumpul di rumah. Jadi rumah sakit.
Sudah ngomong pengalaman ya saudara ya. Ribut rumah itu. Kenapa?
Ya karena ini. Pikirannya gak bisa dikendalikan. Anda juga gak bisa kendalikan pikiran. Orang tua gak bisa. Ini ketiga.
Orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran. Dia pasti imannya suka. goyah. Eh Tuhan itu mana sih?
Tuhan itu kok gak ada bersama dengan saya sih? Nah ini nih. Kalau saudara imannya lagi lemah, coba periksa. Mungkin pikiran negatif saudara yang membuat iman itu goyah. Karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.
Orang yang negatif tidak pernah berharap, otomatis tidak punya iman. Hari ini saya berdoa, hari ini pikiran kita, kita bisa kendalikan. Yang mau katakan amin.
Karena ingat, saya catat, kita tidak akan pernah bisa lihat mujizat yang baru dengan pikiran yang lama. Kalau kita masih dengan cara pandang kita, dengan cara kita yang negatif, engkau gak akan pernah lihat mujizat. Saya yakin saudara yang datang ingin mengalami mujizat dalam hidup saudara.
Jangan kembali dengan pikiran-pikiran negatif itu. Hari ini kita mau belajar sama-sama gimana kita bisa menang atas pikiran-pikiran yang tidak benar itu. Hari ini saya mau tutup khutbah saya dengan menunjukkan kepada saudara bagaimana seorang hakim di dalam Alkitab.
Dia berhasil melawan pikiran-pikiran yang negatif di dalam dirinya. Dan saya berdoa saudara juga mengalami hal yang sama. Kita akan belajar dari Hakim-Hakim 6 ayat pertama sampai ayat yang ke-7.
Nah mungkin saudara bertanya, Pastor Hakim itu apa sih? Judges kenapa kok perlu ada Hakim? Nah saya kasih historinya sedikit. Jadi pada zaman itu gak ada Raja di Israel. Rajanya itu Tuhan sendiri.
Tetapi sebagai Raja dia perlu wakil. Karena itu sistem pemerintahnya Tuhan zaman dulu. Itu dibagi dua.
Ada Imam-Imam. Itu pendeta-pendetanya, nabi-nabinya. Di satu sisi ada hakim. Yaitu seperti presidennya. Untuk apa?
Untuk memimpin bangsa ini. Untuk kalau perang dia yang memimpin perangnya. Kalau ada keputusan politik dan lain-lainnya, hakim yang akan menentukan. Nah, kesuksesan hakim akan menentukan kesuksesan bangsa. Kalau hakimnya gagal, bangsanya juga gagal.
Nah, kita mau belajar dari seseorang yang hampir gagal. Tapi akhirnya... Dia menjadi pemenang.
Hakim-hakim 6 ayat pertama sampai ayat yang ke-6. Secara cepat saya akan bacakan buat saudara ikuti saya. Dikatakan seperti ini, tetapi orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Sebab itu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam... Tangan orang Midian 7 tahun lamanya. Dan selama itu orang Midian berkuasa atas orang Israel.
Karena takutnya mereka kepada orang Midian itu. Maka orang Israel membuat tempat-tempat perlindungan di pegunungan. Yakni gua-gua dan kubu-kubu.
Setiap kali orang Israel... selesai menabur, datanglah orang Midian Amalek dan orang di sebelah timur mendatangi mereka. Berkemalah orang-orang itu di daerah mereka, memusnahkan hasil tanah itu sampai dekat Gaza dan tidak meninggalkan bahan makanan apapun di Israel.
Juga domba atau lembu atau keledai pun, tidak. Sebab orang-orang itu datang maju dengan ternaknya dan kemahnya. Baca sama-sama.
Dan datangnya itu berbanyak-banyak seperti apa saudara? Belalang. Like Lucas. Orang-orangnya dan untang-untangnya tidak terhitung banyaknya.
Sekalian datang ke negeri itu untuk memusnahkannya. Sehingga orang Israel, Aitnam, menjadi sangat melarat oleh perbuatan orang Midian itu. Lalu berserulah orang Israel kepada Tuhan.
Kita lompat ke ayatnya yang ke-11. Dikatakan kemudian datanglah malaikat Tuhan dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezar itu. Sedang Gideon anaknya mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Ayat 12 baca sama-sama, 1, 2, 3. Malaikat Tuhan, belum semuanya. Malaikat Tuhan apa?
Menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya. Apa saudara? Demikian, Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan. Coba katakan ayat itu ke sebelah saudara. Katakan apa?
Tuhan menyertai engkau ya. Nah. Jadi hari ini kita mau belajar dari Gideon.
Anak Yoas orang Abiazer. Bagaimana Tuhan mengubah dia dari seseorang yang tidak bisa apa-apa, sembunyi, takut. Tuhan merubah cara dia berpikir dan apa yang terjadi. Hanya dengan 300 orang dia mengalahkan tentara yang seperti belalang. Dengan rahang keledai dia menghabiskan orang-orang median.
Dia menghancurkan Israel dan dia menelamatkan bangsa Israel. Padahal yang dia punya hanya 300 orang. Saya mau beritahu kepada saudara semua. Meskipun hari ini saudara punyanya sedikit. Mungkin saudara berkata dengan saya, Pastor saya itu cuma punya sedikit.
Saya hanya punya sedikit. Saya mau katakan kalau bersama dengan Tuhan, yang dikit Tuhan bisa pakai untuk melakukan perkara yang besar. Kasih tepuk tangan dong ya, paling luar biasa buat Tuhan. Ya itu Tuhan kita.
Tapi harus diubah pikirannya dulu. Gideon hampir tidak dipakai Tuhan. Kenapa?
Karena pikirannya. Yang pertama kita baca ayatnya yang ke-13 sampai ke-15. Dua langkah, lalu saya selesai. Jawab Gideon kepadanya, ah Tuanku jika Tuhan menyertai kami, kenapa semua ini menimpakan?
Di mana? Apakah segala perbuatan ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami? Ketika mereka berkata, bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir?
Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkraman orang Midian. 14. Lalu berpalinglah. Baca sama-sama, berpaling siapa sedara? Bayangin, ini awalnya tadi malaikat Tuhan. Tiba-tiba Tuhan datang sendiri.
Karena Tuhan lihat Gideon mempertanyakan, pikirannya udah mulai negatif. Tuhan datang sendiri, berfirman. Pergilah dengan kekuatanmu ini, dan selamatkanlah orang Israel dari cengkraman orang Midian. Bukankah aku, apa saudara?
Tuhan sendiri yang ngomong. Tapi lihat ayat 15. Ini yang hampir membuat Gideon gak dipakai Tuhan. Baca sama-sama. Satu, dua, tiga.
Tetapi jawab kepadanya. Apa saudara? Ah Tuhanku, dengan apakah akan... Oke, stop disitu. Ini yang pertama.
Bagaimana kita bisa menang di dalam peperangan pikiran kita. Menang atas pikiran-pikiran yang negatif, yang buruk. Yang pertama.
Catat. Kita harus mulai hari ini berhenti berasumsi. Ulangin 1, 2, 3. Berhenti apa saudara? Berasumsi. Lihat tadi di ayat 15, tampilin lagi.
Ayat 15, dikatakan apa? Tuhan berfirman, aku akan pakai kamu. Tuhan sendiri berfirman, pergi dengan kekuatan. Eliezer bilang, ah Tuhanku. Kita kan juga sering gitu, ah Tuhan, Tuhan.
Dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Dia berkata, gimana mungkin Tuhan. How can I save them?
Dia sudah berkata, gak mungkin Tuhan. Inilah yang saya sebut dengan kata, Asum. Senggol kanan kiri, jangan berasumsi. Manusia tuh kebiasaannya suka asumsi. Setuju gak sama saya?
Oh manusia tuh paling gampang berasumsi. Kita lihat itu di dalam kisahnya Gideon. Belum apa-apa.
Belum perang. Belum ngelawan Midian, belum ngadepin Midian. Dia sudah berkata, ah dengan apa aku akan lakukan. Saya catat gini, tanpa dia sadari sebelum perang, dia sudah berasumsi bahwa dia tidak bisa.
Jadi posisinya ini Gideon lagi sembunyi. Tuhan datang, Tuhan bilang, aku kasih kamu kekuatan. Dia otomatis new normal di otaknya. Normal di otaknya apa? Nggak bisa.
Aku ini siapa? I cannot do this. Aku nggak mungkin bisa.
Hati-hati loh. Banyak orang hari-hari ini nggak sadar kita. Tapi kita punya normal di dalam pikiran kita. Apa normal kita?
Otomatis berasumsi saya tidak bisa. Karena itu saya catat gini. Karena itu banyak kemenangan dan kekalahan selalu terjadi terlebih dahulu di dalam pikiran. Banyak kekalahan terjadi bukan di medan perang.
Tetapi kekalahan pertama kali dulu terjadi di dalam pikiran. Lebih banyak orang gugur di dalam pikirannya daripada di dalam medan perang. Kenapa? Karena banyak orang berasumsi sebelum melangkah, sebelum melakukan, sebelum memulai sesuatu. Dia udah bilang gak bisa.
Ada gak orang-orang yang kayak gitu disini? Otomatis berasumsi saya gak bisa. Sedara saya pernah membaca satu buku ditulis seperti ini.
Dalam buku ini ditanyakan seperti ini. Dimanakah real estate yang paling mahal di dunia? Coba ada yang bisa bantu saya jawab. Ada yang bilang New York pak. Ada yang bilang LA.
LA itu Los Angeles atau Lebarum sedara? Wah, Pak, di sini satu meter berapa miliar. Tetapi buku ini menulis seperti ini.
Real estate yang paling mahal itu di mana? Di kuburan. Loh, kok bisa? Karena di kuburan adalah tempat di mana banyak impian-impian, cita-cita, potensi-potensi, kemampuan-kemampuan semuanya terbuang.
Dan saya setuju dengan itu. Berapa banyak orang meninggal dunia sebelum dia mencapai potensi yang Tuhan taruh di dalam dirinya. Berapa banyak orang yang saat dia meninggal, dia belum melangkah dalam hidupnya.
Hanya karena dia berasumsi dia tidak bisa. Saya catatnya gini ya. Ini buat semua usia yang muda juga dengar baik.
Banyak orang dalam hidup tidak bisa maju. Saudara mau maju dalam hidup, yang mau katakan amin. Banyak orang tidak bisa maju dalam hidup bukan karena tidak bisa.
Tetapi karena dia berasumsi, dia tidak kayak Gideon. Loh, belum maju, belum perang. Dia udah bilang, I cannot do this. Saya gak bisa.
Semua dimulai dari satu kata, asumsi. Saudara saya mau beritahu banyak masalah dalam hidup terjadi karena asumsi. Semua karena asumsi.
Suami dan istri bisa ribut karena apa? Asumsi. Suami pulang telat dikit. Kamu dari mana? Habis dari mana?
Akhirnya ribut jadi panjang. Kenapa? Karena asumsi. Mertua sama menantu bisa ribut karena asumsi.
Kenapa? Mertuanya datang sama suami. Kenapa istrimu mukanya gak enak sama amama? Muka-muka dia, yang facial ya juga dia sendiri yang bayar.
Gak enak emangnya kenapa? Tapi ributan di rumah tangga bisa terjadi hanya dimulai dari satu kata apa? Asumsi. Banyak anak-anak muda sekarang jatuh di dalam dosa homoseks.
Lesbian kenapa? Asumsi. Lihat orang tuanya jahat, berasumsi.
Cewek-cewek pada bilang, semua laki-laki sama. Ih tersinggung saya. Udah gak mau aku sama laki-laki, akhirnya sama cewek.
Laki-laki juga lihat itu. Mamanya kalau ngomel mulutnya sampai bebusa. Akhirnya apa yang terjadi? Udah gak mau sama cewek, maunya sama cowok. Saya mau beritahu ya anak-anak muda, denger baik Tuhan ciptakan Adam dan Hawa, bukan Adam dan Edi.
Jangan kau main-main dengan dosa. Tapi semua terjadi, semua karena apa? Asumsi. Nah asumsi kapan terjadi? Saat kita gak tahu kebenaran.
Orang yang tidak tahu kebenaran, pasti berasumsi dan membuat kesimpulan sementara. Ya gak? Akhirnya asumsi level berikutnya apa? Dari asumsi jadi apa?
Gosip. Akhirnya jadi gibah. Jangan pura-pura gak ngerti saudara. Iya gak sih?
Kita suka berasumsi, kita lihat orang kita udah buat asumsi. Lihat nih, taci itu. Tasi baru, pasti simpenan.
Apa urusan saudara dengan tasnya orang lain? Saudara lihat, lihat ini. Idungnya kok tambah lancip ya? Loh, kadang-kadang kita berasumsi-asumsi yang aneh-aneh gitu tentang orang. Padahal asumsi itu sesuatu yang belum tentu benar.
Kita lihat orang berduka. Di grup biasanya kan kabar duka biasanya diumumin di mana? WA group. Sampai di WA group masuk kabar duka.
Selalu responnya apa semuanya? Mosok. Emang orang berita duka mau prank? Terus oh berita duka oh gak jadi cuaks gitu? Kan gak mungkin.
Tapi kita wah udah mulai baca. Oh asumsinya luar biasa. Ini mati ya opo-opo.
Rasanya jantung ya. Jantung. Terus akhirnya pendeta paling banyak ditanyain.
Pastor, kira-kira orang ini mati masuk surga atau neraka? Kalau saudara mau tahu silahkan nanti malam disusul orangnya. Saudara lihat sendiri.
Iya kalau saudara masuk surga. Iya gak? Kita ini kadang-kadang suka asumsi. Aduh. Kita selalu asumsi orang ini jahat, mati pasti masuk neraka.
Saya mau kasih tau, ada gak orang Kristen juga masuk neraka? Lo kok gak berani jawab? Saya tanya lagi, ada gak orang Kristen masuk neraka? Banyak gak orang Kristen masuk neraka? Banyak gak pendeta masuk neraka?
Eh jangan jawabnya keras-keras bu, kenapa? Kepahitan sama saya? Banyak gitu kalau pendeta, haleluya. Ampuni dia sebab dia tidak tahu apa yang dia berbuat.
Ada. Ada gak orang jahat masuk surga? Ada sebelahnya Yesus penjahat, tapi saat dia percaya Yesus masuk surga. Jadi hari ini dalam segala sesuatu jangan ber-A, senggol kanan kiri, jangan asumsi.
Asumsi itu buat kita salah langkah. Asumsi buat kita gagal fokus. Gideon hampir tidak maju perang karena asumsi. Dengan apa saya maju?
Dengan apa saya menang? Nah gini, saya menemukan seperti ini. Saya catat. Asumsi seringkali terjadi, kapan? Saat kita mulai percaya dengan kebohongan iblis.
Yohanes 8 ayat 44 dikatakan bahwa iblis itu bapak segala dusta. Iblis itu selalu bohong. Dan saat dia masuk dalam pikiran saudara, yang dia tabur, yang dia tanam selalu kebohongan, yaitu dusta. Dia akan taruh di dalam pikiran saudara, kau gak akan pernah berhasil, kau gak akan pernah bisa melihat kesebuan, kau gak akan pernah sembuh, kau gak akan bisa beli rumah, utangmu gak akan pernah lunas, suamimu gak akan pernah berubah. Saya mau katakan kepada saudara, hari ini jangan percaya dengan kebohongan iblis.
Yang setuju sama-sama katakan amin. Banyak dari kita kenapa kita gak punya iman? Karena seringkali yang kita dengar itu perkataan iblis, kebohongan iblis dan bukan kebenaran firman Tuhan. Saya mau beritahu kepada saudara, saya catat kebohongan yang diulang-ulang.
Lama-lama bisa menjadi kebenaran palsu yang kita percayai. Coba renungkan, benarnya? Kadang-kadang kalau sesuatu itu kita ulang-ulang meskipun itu kebohongan. Meskipun itu gak benar, bisa jadi benar loh, bisa jadi percaya loh kita. Saya waktu kecil selalu dikasih tahu.
Kalau bulan itu berakhirnya dengan ber-ber-ber, itu pasti turun hujan. Setelah itu udah enggak. Dari dulu saya percaya, saya tungguin ber-ber-ber.
Tapi sekarang, ini bulan apa? Bukan amber kan? Ini April. April hujan enggak? Tapi kenapa banyak orang percaya dengan mitos itu?
Kenapa? Karena sesuatu kebohongan yang diulang-ulang. Lama-lama menjadi sesuatu yang kita bisa percayai.
Padahal itu gak benar. Kalau hari ini saudara mengulang-ulang terus kebohongan iblis dalam pikiran saudara. Bahkan lama-kelamaan kau mulai percaya loh pak, bu. Sama kebohongan itu. Iya ya memang nasibku seperti ini ya.
Iya memang suamiku gak akan pernah berubah ya. Semua laki itu sama aja. Iya kan? Kita mulai ngomong seperti itu. Oh iya ya anakku gak akan pernah berubah ya.
Kalau memang sudah seperti itu yaudah no, no, no. Hari ini jangan kita mau dengar kebohongan iblis. Hari ini saya ingin katakan solusi dari asumsi, solusi dari kita tidak dikalahkan lewat kebohongan iblis, adalah kita harus mengetahui kebenaran. Ulangin sama-sama, mengetahui apa saudara?
Kebenaran yang memerdekahkan. Firman Tuhan berkata Yonah 8.32 Dan kamu akan mengetahui kebenaran. Dan kebenaran itu akan memerdekahkan kamu.
Yang memberdekakan saudara dari pikiran yang negatif adalah kebenaran firman Tuhan. Kalau iblis bohong dalam pikiran saudara berkata, engkau tidak bisa sembuh. Lawan itu dengan kebenaran, katakan oleh bilur-bilur Yesus, aku bisa sembuh.
Kalau iblis menaruh kebohongan dalam pikiran saudara, ia berkata, engkau gak akan pernah bisa melakukan sesuatu yang besar. Katakan kepada iblis. katakan kepada diri saudara, segala perkara dapat aku tanggung di dalam Tuhan yang memberikan kemenangan kepada aku, kasih tepuk tangan yang paling dasar, tepuk tangan yang paling meriah, dengar baik-baik Bapak Ibu terimalah semua yang Tuhan katakan tentang dirimu dan jangan terima yang lain, jangan dengar omongan orang Bapak Ibu kalau kita hidup menurut omongan orang kita pasti menderita Kenapa?
Karena kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Saya sadar itu. Saya gak bisa nyenangin semua orang. Kalau saya mau denger omongannya orang, saya udah berhenti jadi pendeta. Kenapa?
Selalu ada aja yang kritik. Iya gak sedara? Kemarin ada yang tulis di komen Youtube. Pastor ini kotbannya biasa tapi penampilan keren.
Ih haleluya. Gak apa-apa saya terima aja saudara ya. Ada yang bilang pastor Michael ini dulu gak pakai berewok.
Sekarang pakai berewok. Persis monyet. Emang mirip saudara?
Pendeta kotba lama. Pendeta kok bertili-tili. Kotbannya pendek. Dibilang apa? Gak ada persiapan.
Kodba lucu, kodba kok lucu. Kayak stand up comedy. Kodba serius.
Kenapa gak lucu? Lah kan repot. Sedara, dalam hidup ini gak perlu kita dengerin omongan orang yang setuju katakan amin.
Orang akan kritik, orang akan ngomongin. Pake satu prinsip, emang gue pikirin. Ya?
Yang kita terima gak usah perkataan orang, karena yang menentukan hidup saudara bukan manusia. Yang menentukan hidup saudara itu Tuhan. Kalau saya mau mendengarkan perkataan orang, saya udah gak jadi pendeta, karena dulu banyak orang yang bilang saya gak bakal jadi pendeta yang dipakai Tuhan. Banyak sekali saya bisa hitung orang-orang yang bilang, kamu gak akan pernah bisa jadi pendeta yang dipakai Tuhan.
Tapi hari ini, saya menjadi satu saksi. Hidup saya gak ditentuin sama omongannya orang atau prediksinya orang. Tapi hidup kita semua ditentukan oleh perkataan Tuhan. Sebab itu terimalah apa yang Tuhan katakan tentang dirimu. Karena itu setiap kali kita berdoa, berdoalah dari posisi kebenaran.
Bukan posisi kekalahan. Coba buka Masmur 31 E 22 dengan jelas Daud menjelaskan ini. Dia berkata, aku menyangka dalam kebingunganku.
Orang kalau hidupnya bingung, pasti suka asumsi. Menyangka itu asumsi. Dikatakan aku menyangka, aku berasumsi aku telah dibuang dari hadapan Tuhan.
Ada gak yang merasa saudara hari ini berasumsi saudara dibuang sama Tuhan. Saudara terlalu kotor, Tuhan gak mau deket-deket sama saudara. Dengar baik, Tuhan tidak pernah sekalipun meninggalkan saudara dan saya.
Dikatakan, tetapi sesungguhnya engkau mendengarkan suara permohonanku ketika Jika aku berteriak kepada meminta tolong. Iblis akan membuat saudara berpikir. Tuhan buang saudara. Tuhan gak suka sama saudara.
Tuhan marah dengan saudara. Tapi kebenaran firman Tuhan berkata. Saat engkau berdoa berseru kepadanya. Dia mendengar dan dia turun tangan. Bertidak dalam hidupmu.
Melakukan perkara yang dahsyat dalam hidupmu. Berikan sorak-sorai yang lebih dahsyat buat Tuhan. Jangan berasumsi. Senggol kanan kiri. Jangan berasumsi.
Tetapi hari ini hiduplah dari kebenaran dan bukan asumsimu. Pemain musik silahkan naik yang terakhir. Hakim-hakim 6 ayat 15. Kita baca ayat terakhir.
1, 2, 3. Apa sedara? Tetapi jawabnya kepadanya. Baca sama-sama. Ah Tuhanku, dengan apakah akanku selamatkan? Nah ini asumsinya dia.
Nah baca sama-sama. 1, 2, 3. Ketahuilah. Kaungku adalah yang paling kecil diantara suku manusia. Dan aku pun seorang yang paling muda diantara kaum.
Nah yang pertama bagaimana kita melawan peperangan dalam pikiran. Yang pertama berhenti berasumsi. Yang kedua berhenti rendah diri. Ulangin 1, 2, 3. Berhenti apa?
Berhenti merendahkan diri sendiri. Coba lihat ayatnya. Hakim-hakim 6.15.
Tampilin ayatnya. Dikatakan, katawilah kaumku adalah yang paling kecil diantara suku Manasih. Dan aku pun yang paling muda diantara keluarga ku.
Apa yang dia lakukan? Dia lagi ngerendahin dirinya sendiri. Di depan Tuhan.
Saudara gini, kita harus tahu bedanya rendah hati dan rendah diri. Karena ada orang salah doa, Tuhan aku merendahkan diriku di hadapanmu. Salah. Aku merendahkan, ha? Diberkatilah orang yang rendah hati, bukan rendah diri.
Apa bedanya rendah hati dan rendah diri? Satat. Rendah hati itu tidak sombong atas kelebihannya. Oh saya ini punya kemampuan ini. Oh saya terkenal.
Oh saya kaya. Tapi kita tetap gak sombong. Nah itu rendah hati. Orang yang rendah hati pasti diangkat sama Tuhan. Saya tahu di antara saudara ada orang-orang sukses.
Dari wajah saudara kelihatan penghasilannya satu bulan 5M. Nah gini amin ya, tadi gak ada yang amin saudara. Tapi dengar baik, kelebihan saudara, jangan membuat saudara jadi sombong, tetap rendah hati, Tuhan angkat makin lebih.
Saya tahu saudara yang sukses, kalau saudara tetap rendah hati, dengar baik, nanti Tuhan angkat lebih, lebih daripada yang saudara pikirkan. Nah, tapi rendah diri, itu selalu merasa dirinya kurang. Bahasa sehari-harinya minder, tanda kanan kiri, kamu minder gak?
Ya kan? Hidup dengan orang yang rendah diri, selalu merasa kurang. Itu penderitaan, itu sebuah penderitaan.
Apa ciri-cirinya orang yang rendah diri? Selalu merasa dirinya kurang dan berfokus dengan yang kurang. Selalu. Saudara kalau punya suami yang rendah diri, atau punya istri yang rendah diri, itu aduh kasian saudara.
Saudara menderita, kenapa? Karena pasti ada, ada aja yang membuat dia rendah diri. Ya kan suami bilang sama istri, aduh hari ini kamu kok cantik ya. Istrinya jawab, emang biasanya gak cantik.
Suami dipuji, Pak kamu kok ganteng banget hari ini kayak Lee Min Ho. Suaminya ngomong, oh kamu suka Lee Min Ho, yaudah kawin aja sama Lee Min Ho. Lu gitu. Orang yang rendah diri, minder. Mau dipuji kayak gimana pun, pasti ada cara untuk membuatnya negatif.
Mau berita baik seperti apapun, ujung-ujungnya pasti dia ngomongin tentang kekurangan dirinya. Pernah ketemu orang kayak gitu? Waduh, saudara ini berbahaya sekali. Orang bisa menjadi rendah diri juga bukan kesalahannya.
Saya catat kenapa seseorang bisa jadi rendah diri. Karena yang pertama, karena mungkin situasi berat yang dia hadap. Apa sedara, situasi apa? Mungkin dia ngadepin situasi yang berat. Orang kalau ngadepin situasi berat kadang-kadang sensi, sensitif.
Dan suka bete. Tahu apa itu bete? Butuh tatitayang. Suka ribut. Yang kedua mungkin karena trauma masa lalu.
Saya ini orangnya rendah diri banget ya dulu. Saya orangnya ini rendah diri, minder banget. Kenapa?
Waktu kecil saya dulu dibully. Itu trauma masa lalu saya. Saya dulu kelas 4 SD di Singapura.
Berat saya 95 kilo. Saya dibully sama anak-anak beratnya 45 kilo. Waduh saya dulu diomongin.
Wah dipanggilin apa aja. Panggilan saya fatso. Panggilan Chinese-nya cupaci ya. Yang tertawa kelihatan usianya saudara ya. Mudah-mudah tahunnya cuma koko melon saudara.
Saya selalu dipanggil gitu, eh cupa aja. How are you? Isi fun lemak?
Emang ngapain ditanya udah makan atau belum? Saya direndakan dulu. Bahkan kalau saya ceritain semua gak selesai ibadah ini. Wah orang rendahin saya, ngomongin saya. Tentang khutbah saya juga, wah udah puas saya dikritik orang.
Karena itu kalau sekarang dikritik saya udah mati rasa saudara. Sudah sering makan ati, makan rempulau, makan jantung. Semuanya dimakan. Kalau di ronsen udah habis ini saudara. Jadi santai aja saya.
Tapi orang bisa rendah diri karena trauma masa lalu. Dan yang ketiga gak ada yang nguatin. Kita perlu loh pelayanan penguatan. Karena itu tiga kali malaikat menguatkan Gideon. Ayat 12, 14, 16. Ayat tampilin.
Hakim 6, 12, 14, 16. Ayat-ayat terakhir. Maka Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya demikian. Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang apa?
Ayat 14. Dia bilang, aduh kenapa ini semua terjadi? Tuhan telah meninggalkan kami. Tuhan telah membuang kami. Tuhan berpaling kepadanya. Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkraman orang Midian.
Bukankah aku menguntus engkau. Ayat 15, aduh aku yang paling kecil, aku gak bisa apa-apa. Dia rendah diri banget. Lalu ayat 16 dikatakan apa?
Berfirmanlah Tuhan, tetapi akulah yang menyertai engkau. Sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai. Tetapi nanti ayat 17 dikatakan, aduh aku gak bisa.
Tolong kasih aku tanda kalau ini benar dari Tuhan. Pelayanan penguatan itu penting. Karena itu saya berharap di tempat ini, di keluarga kita, kita punya pelayanan penguatan.
Artinya apa? Suami nguatin istri, istri nguatin suami yang mau katakan amin. Orang tua nguatin anak, jangan diomelin terus, jangan di... Ya jangan, aduh suami tuh jangan diomelin terus, jangan dimarahin terus. Ya, dikuatin.
Yang setuju katakan amin bu, ya. Jadi dikuatin. Biasanya kalau suami tuh gagal, kalau suami misalnya ditipu, uangnya ditipu.
Biasanya istrinya nguatin atau marahin. Kira-kira reaksinya gimana? Suami uangnya ditipu, uangnya hilang. Diambil orang.
Aduh, istrinya ngomong apa? Sayang gak, papa ya. Kita percaya Tuhan pasti buka jalan. I love you so much, gitu. Enggak.
Ngomongnya apa? Bisa omong gitu. Nggak ngurung-ngurung aku. Aku sedulur buat cahaya. Gue gak boleh nak.
Uduh. Ibu-ibu Surabaya nomor satu kalau disuruh gitu. Terakhirnya suami tuh sama kayaknya dia udah jatuh ketiba tangga dijigit. Ya saudara ngomong bukan saya loh saudara ya.
Anak-anak sekolahnya nilainya 4. Oh ibu-ibu omelin. Aduh ngomelnya tuh kata-kata semua di keluar. Kamu ini bodoh. Kamu ini anaknya siapa?
Emang saudara omelin nilainya bisa jadi 4 jadi 8? Kan gak bisa. Kita kadang-kadang perlu menguatkan.
Kuatkan anak saudara, kuatkan istri saudara, kuatkan suami saudara yang setuju sama-sama katakan amin. Tapi saya nemukan gini, pelayanan penguatan itu percuma jika kita tidak menguatkan diri kita sendiri. Saya ulangin sekali lagi, penguatan itu penting, ada orang yang menguatkan saudara itu penting.
Saya setiap hari di doa pagi ya, saya menguatkan jemaat, saudara pasti Tuhan Yesus baik, Tuhan Yesus dasyat, saya selalu ngomong. Saudara lihat saya khotbah terus sepanjang hari. Setiap hari muka saudara Michael Gunawan, Michael Gunawan terus. Percuma kalau saudara gak nguatin diri saudara sendiri. Karena saya hanya terbatas satu jam saya bisa ngomong sama saudara.
Tapi yang lebih banyak bicara kepada diri saudara sendiri siapa? Ya diri saudara sendiri. Yang paling banyak ngobrol dengan diri sendiri itu diri saudara sendiri. Berapa banyak? Berapa kali sehari kita ngobrol sama diri kita sendiri?
Coba renungkan, berapa kali kita ngutukin dan rendahin diri kita sendiri. Dasar aku ini memang bodoh. Dasar aku memang gak ada gunanya.
Saudara boleh dikuatin gimana pun. Tapi kalau diri saudara tetap rendah diri, kau gak akan pernah bisa kuat. Kau akan terus berperang di dalam pikiran. Saudara yang menentukan jalan hidup saudara bukan kotba yang saudara dengerin aja. Tetapi kotba yang saudara kotbakan kepada diri saudara sendiri.
Saya catat gini, bukan khutbah yang kudengarkan saja, tetapi khutbah yang kukutbahkan untuk diriku sendiri yang akan menentukan jalan hidupku. Hari ini kita semuanya harus belajar jadi pengkutbah yang mau katakan amin. Bukan berarti khutbah diatas mimbar, kalau saudara semua diatas mimbar, siapa yang dibawah? Tapi artinya saudara harus belajar menjadi pengkutbah buat dirimu sendiri. Kuatkan dirimu, jangan rendahkan dirimu.
Katakan aku ini anak Allah. Aku dikasihi Tuhan. Segala perkara dapat aku tanggung.
Dan saat engkau bisa mengkotbai dirimu sendiri. Saat engkau mulai tidak jadi orang yang rendah diri. Tapi engkau lihat apa yang Tuhan lihat dalam dirimu. Seperti Gideon.
Maka seperti Gideon Tuhan akan pakai saudara. Melakukan perkara-perkara yang besar. Musuh-musuh besar pun saudara bisa hadapi. Bersama dengan Tuhan. Kasih tepuk tangan yang lebih dahsyat buat Tuhan.
Kita bagi berdiri bersama-sama. Kita bagi berdiri. Saya orangnya. sangat minder saya orangnya suka berasumsi saya orangnya rendah diri jadi ini sebenarnya kodbah buat saya dulu nah sekarang saya udah berubah baru saya ajarkan kepada saudara 2020 saya masih suka berasumsi dan 2020 saya masih suka minder dan rendah diri karena itu yang saya gak pernah ceritakan kepada jemaat September 2020 gereja ini sudah mau saya tutup September 2020, minggu kedua saya masih ingat.
Ini gereja sudah tidak ada karena saya sudah membuat keputusan. Bukan saya rencana. Hari itu saya sudah memutuskan. Gereja ini akan saya tutup.
Saya akan berhenti khutbah. Bayangin, 2020 September saya udah ngomong sama istri saya, keputusan bulat. Saya udah mau berhenti khotbah, saya gak akan selah lagi, saya gak akan ibadah online streaming 5 kali lagi, saya berhenti.
GCS biar nanti pembicara tamu semua saya gak akan khotbah. Kenapa? Karena saya berasumsi, pikiran saya, saya kalah di dalam pebarangan pikiran saya. Saya merasa diri saya tidak mampu, iblis taruh kebohongan di dalam pikiran saya. Wah Michael, buat apa kamu ngelakuin gini, kamu gak bisa ngelakuin gini.
Tuhan taruh di dalam pikiran saya, gak ada yang bakal mau dengerin kamu, ngapain dengerin kamu, siapa yang kenal kamu. Setiap malam iblis taruh di dalam pikiran saya, kebohongan-kebohongan, gak ada yang diberkati sama pelayananmu. Percuma kamu nyanyi, gak ada yang ngurus.
Ditambahin dengan fakta, di covid, saya harus khotbah di depan kamera saja, saudara tau betapa susahnya. Cuma di depan kamera berdua, terus tertawa sendiri, nangis sendiri, ngobrol sendiri, jawab sendiri, tertawa. Itu sulit.
Dan saya mulai rendah diri. Saya merasa diri saya kotbas. Saya ini paling buruk dari semua orang. Saya ngerasa kayak gitu loh.
Setelah ini juga kadang-kadang bisa masuk. Sedara pikiran seperti itu. Dan saya September 2020. Minggu kedua saya udah bilang sama istri saya. Kita udah selesai gerejain. Biar nanti kita kembali ke Green City.
Kita ibadah bersama-sama di sana. Saya udah gagal jadi gembala. Tapi saudara pada saat itu saya bertemu dengan seorang hamba Tuhan.
Hari itu saya undangkan seorang hamba Tuhan yang saya belum pernah undang. Dia dari Surabaya. Dan saya gak kotbah, karena saya memutuskan saya gak mau kotbah lagi. Jam siangnya saya ajak beliau makan.
Iba-iba saya belum pernah kenal beliau, saya gak pernah ketemu beliau, gak pernah ngobrol dengan beliau, apalagi cerita dengan beliau. Hanya istri saya yang tahu saya mau berhenti. Waktu kami makan di bawah, saudara, hamba Tuhan ini datang dengan saya dan berkata, ngapain kamu mau berhenti?
Oh dari situ saya tahu ini pasti Tuhan. Nggak mungkin. Karena nggak ada yang tahu. Jemaat pun nggak ada satupun yang tahu. Buktinya saudara nggak ada yang tahu.
Dia berkata, ngapain kamu biarkan pikiranmu menang? Ngapain kamu biarkan iblis menang? Nggak perlu asumsi.
Nggak perlu mikirin itu. Gak perlu mikirin apa yang orang lain pikirin. Audience-mu tuh siapa? Dia tanya. Dia katakan, audience-mu tuh Tuhan.
Yang lihat itu Tuhan. Ngapain kamu minder? Kamu gak cukup, kamu gak bisa. Lu yang lihat Tuhan, Tuhan tahu kamu gak bisa. Tuhan tahu kamu tuh gak mampu.
Tuhan tahu kamu gak punya nama. Tapi audiensmu tuh Tuhan bukan manusia. Saudara pada saat itu saya nangis.
Karena saya sadar semua rendah diri saya. Semua asumsi saya, semua berdasarkan apa yang orang pikir tentang saya. Terserah kali kita juga gitu, kenapa kita mau berhenti?
Kenapa kita malu? Kenapa kita stres? Kenapa kita khawatir?
Kenapa kita takut? Karena kita khawatir dengan apa yang orang lain pikir tentang kita. Kita membuktikan diri kita sama orang, kita membuktikan diri kita sama ipar kita, mertua kita, orang tua kita.
Tapi dari situ saya belajar kebenaran, iya ya. Yang lihat saya itu Tuhan. Audience saya itu Tuhan. Dari situ semua asumsi saya, saya buang.
Rendah diri saya, saya buang. Karena saya gak punya waktu untuk memikirkan itu. Karena pikiran saya hanya satu, mau nyenengin Tuhan. Minggu ketiga September 2020, saya mulai khotbah lagi.
Saya mulai khotbah lagi, dari minggu ke minggu 2020, 2021, 2022. Hari ini pelayanan GSJS yang semestinya berhenti 2020. Tuhan pakai untuk menjangkau dunia, sampai seluruh dunia hari ini bisa beribadah. Kasih tepuk tangan yang lebih dasyat buat Tuhan. Saya khotbah di Jakarta minggu lalu, saya khotbah di gereja-gereja di Jakarta. Mereka semua berkata, thank you pastor.
2020 saya hampir menyerah, saya hampir bunuh diri, tapi karena GSJS. Karena firman, saya gak jadi bunuh diri. Saya berasumsi saya tidak jadi berkat.
Saya berasumsi saya gagal. Tapi sebenarnya kebenarannya adalah Tuhan bisa pakai cara apapun. Karena firman Tuhan berkata, dalam kelemahanmu pun kuasa Tuhan menjadi sempurna.
Boleh gak tepuk tangan sekali lagi buat Tuhan? Gak perlu minder, gak perlu takut. Kau adalah anak karya dikasih Tuhan, turunkan kepala saudara, penjempan mata saudara. Berapa banyak dari saudara hari ini sedang mengalami peperangan dalam pikiran.
Mungkin engkau selalu berpikir yang negatif. Kau lagi melawan itu, boleh angkat tangan kanan, taruh tangan kiri di dada. Saya mau berdoa buat saudara Tuhan, abamu berdoa buat semua tangan-tangan yang diangkat. Abamu hari ini berdoa, biar setiap jemaah Tuhan pulang dengan sebuah...
mindset yang baru. Seperti Roma berkata, bahwa kami percaya Tuhan mengubah kami, merubah akal budi kami. Mulai hari ini kami pulang bukan dengan kepala yang tertunduk, tetapi dengan kepala yang terangkat tinggi.
Karena kami tahu kebenaran firman. Kami bukan orang yang kalah, kami bukan pecundang, tapi kami lebih dari pemenang. Kami tahu kami orang-orang yang dihargai oleh Tuhan. Kami tahu Tuhan memperhatikan kami.
Meskipun seringkali manusia tidak memperhatikan, mungkin seringkali manusia tidak mendengar. Tetapi kami tahu Tuhan memperhatikan kami. berdengar.
Mulai hari ini kami tidak mau rendah diri karena kami tahu siapa diri kami di dalam Tuhan. Kami palawan-palawan Tuhan yang gagah berkasah. Habamu berdoa di dalam nama Tuhan Yesus. Roh Kudus kuatkan hati mereka.
Roh Kudus jamaah mereka. Roh Kudus bantu kami dalam keseharian kami. Supaya dalam setiap peperangan kami, dalam pikiran kami, melawan kuasa apapun di dunia ini, kami akan muncul sebagai lebih dari pemenang. Turunkan tangan saudara. Habamu sudah selesai menyampaikan pesanmu Tuhan.
Dan hambamu percaya engkau pakai kotba yang tidak sempurna ini, yang banyak kekurangan ini. Untuk engkau menjamah, memberkati setiap jemaatmu, mengubahkan mereka. Menjadikan kami jadi pribadi yang lebih baik dan diberkati oleh Tuhan.
Dalam nama Tuhan Yesus. Mari ya setiap jemaat Tuhan yang sudah diberkati oleh firman Tuhan hari ini. Mari bersama-sama kita mau katakan. Amin.