Bukan saja menjadi penciri Indonesia di mata dunia, akan tetapi juga menjadi kewibawaan dan kehormatan bangsa dan negara. Ia ungkapkan dalam sebuah tulisan yang berjudul Real Paradise Not Just A Story. Saya sungguh tidak mengerti ketika ada orang yang masih belum percaya bahwa Indonesia itu serpihan sorga. Bersambung... Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua.
Para mahasiswa yang Budiman, selamat datang dalam perkuliahan online mata kuliah umum pendidikan kewarganegaraan bersama Profesor Budiman Syah. Beliau merupakan guru besar pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. Pada kesempatan kali ini, topik yang akan disampaikan adalah identitas nasional. Tidak berlama-lama lagi, langsung saja kita sambung.
Setiap negara yang berdeka dan berdaulat sudah dapat dipastikan berupaya memiliki identitas nasional. Mengapa? Jawabannya agar negara tersebut dapat dikenali oleh negara dan bangsa lain.
Identitas nasional mampu menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup negara bangsa. Dimilikinya identitas nasional, sebuah negara bangsa akan memiliki kewibawaan dan kehormatan. Damping itu juga akan dapat menyatukan bangsa yang bersangkutan.
Profesor Bunimansyah, kita menjadi ingin segera mengetahuinya. Apa saja identitas nasional negara bangsa Indonesia itu, Prof? Pada hakikatnya, identitas nasional suatu negara bangsa ada dua jenis.
Identitas nasional yang primer dan sekunder. Identitas primer dinamakan juga identitas etnis yakni identitas yang mengawali terjadinya identitas sekunder Adapun identitas sekunder adalah identitas yang dibentuk atau direkonstruksi berdasarkan hasil kesepakatan bersama Mari kita perhatikan tayangan berikut ini Terima kasih tel Terima kasih. Wow, sangat mengagumkan ternyata.
Tayangan video tersebut menggambarkan identitas nasional primer negara bangsa Indonesia. Betulkah demikian, Prof? Ya benar, Mbak Mutiara.
Tampak kepada kita betapa identitas... nasional primer tersebut bukan saja menjadi penciri Indonesia di mata dunia akan tetapi juga menjadi kewibawaan dan kehormatan bangsa dan negara Prof Budi Dimansyah, saya dengar ada seorang bangsa asing yang pernah menyampaikan suatu kekagumannya terhadap Indonesia. Ungkapan kekagumannya itu ia berjudul Real Paradise, Not Just a Story.
Bagaimana ceritanya ini Prof? Memang sangat kagum dengan orang itu Mbak Mutiara. Begini ceritanya, dia itu orang yang jatuh cinta pada Indonesia. Saking seringnya ia berkunjung ke Indonesia.
Beberapa kali berwisata dan tinggal di Pulau Dewata Bali. Dia juga sering pergi ke Lombok, ke Jakarta, ke Bandung. Bahkan beberapa kali berwisata ke Danau Toba, Pulau Komodo, ke Bunaken. Tentu saja ke Jakarta sebagai ibu kota negara.
Dan banyak lagi tempat-tempat yang indah lainnya. Saking mendalamnya pengetahuannya tentang Indonesia. Dan dari pengetahuannya yang mendalam itu akhirnya melahirkan kekaguman.
Kemudian ia ungkapkan dalam sebuah tulisan yang berjudul Real Paradise Not Just A Story. Lalu bagaimana cerita The Real Paradise itu Prof? Ini ceritanya itu.
Musim dingin. ketika salju turun di Eropa atau di Amerika Utara suhu bisa mencapai minus 40 derajat Selsius artinya kulkasmu masih lebih hangat ujarnya dalam memulai tulisan itu itulah saat semua tumbuhan mati kecuali pohon cemara itulah saatnya darahmu bisa berhenti menjadi es ketika kamu keluar rumah tanpa pakaian khusus Hai Musim salju adalah ketika manusia bertahan hidup dan beraktivitas yang mungkin tanpa bisa berjalan jika tak ada bantuan peralatan dan teknologi. Tanpa itu mati kedinginan. Dan ada satu periode di mana salju berbentuk badai. Badai salju namanya.
Terbayang apa yang bisa dilakukan selain bertahan hidup di ruangan berpemanas. Pada pasir, begitu keringnya sampai-sampai manusia yang berdian di sana membayangkan sungai-sungai yang mengalir sebagai surga. Hanya ada beberapa jenis pohon yang bisa hidup. Dalam suhu bisa di atas 40 derajat celcius.
Keringatmu bisa langsung menguap bersama cairan tunggumu. Dan keberadaan air adalah persoalan hidup mati. Sungguh bukan minyak.
Saya sungguh tidak mengerti ketika ada orang yang masih belum percaya bahwa Indonesia itu serpihan sorga. Coba kamu berjalanan pendek, pakai kaos dan sandal jepit jalan-jalan di Kanada ketika musim dingin atau jalan-jalan di padang pasir dijamin mati. Di sini ungkap dia, di negaramu kapan saja, mau siang, mau malam, kamu bisa jalan-jalan kaosan tanpa alas kaki. Mau hujan, mau panas, selamat!
Di Eropa, Amerika paling banter kamu akan bertemu buah-buahan yang sering kamu pamer-pamerkan Apel, Anggur, Sankis, Bir dan semacamnya Di Timur Tengah paling kamu ketemu Urma, Kismis, Kasar Arab, Buah Jaitun, Buah Tin Di Indonesia, kamu tak akan sanggup menyebut semua jenis buah dan sayuran. Umbi-umbian, kacang-kacangan. bunga-bungaan, repah-rempah, saking banyaknya di Amerika, Eropa, kamu akan ketemu makanan itu-itu saja sandwich, hotdog Hamburger, itu-itu saja yang diparyasikan paling panter steak, es krim, keju.
Di Jepur Tengah, roti, daging, dan daging, dan daging lagi. Di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke mungkin ada ratusan ribu varian makanan. Ada puluhan jenis soto, parian sambal, olahan daging, ikan, dan ayam, tak terhitung macamnya.
Setiap wilayah ada jenisnya, kue basah, kue kering, ada ribuan jenis. Parian bakso saja, sudah sedemikian banyak, belum lagi singkong, ketan, gula, kelapa bisa menjadi puluhan jenis nama makanan. Dan tepian jalan dari Sabang sampai Merauke adalah garis penjualan makanan terpanjang di dunia.
Saya tidak berhasil menghitung penjual makanan bahkan hanya dari kemayoran ke cempaka putih katanya. Di Indonesia kamu bebas mendengar pengajian, solawatan, lonceng gereja, dangdut koplo, konsero, jazz, gambelan, dan ekstrak-ekstrak orang amin. Di Eropa, Amerika, Timur Tengah, belum tentu kamu bisa menikmatinya. Kecuali pakai headset.
Saya ingin menulis betapa surganya Indonesia dari segala sisi. Katanya dengan bersemangat. Hasil bumi, cuaca, orang-orangnya yang cerdas-cerdas, kreatif, dan bersahabat.
Budayanya, tol. toleransinya, guyonannya, keindahan tempat wisatanya, dan seterusnya. Namun, selanjutnya dia berkata, saya tidak mungkin mampu menulis itu semua, meskipun jika air laut menjadi tintas. Demikianlah sepilihan kata-kata seorang asing akan identitas nasional primer negara kita Indonesia Jika dipikir-pikir demikian tak terhingganya kenikmatan anugerah Allah pada bangsa Indonesia ya Prof Kita patut bersyukur bahwa bangsa Indonesia negeri kita ini benar-benar merupakan negara kesayangan Tuhan Tapi mengapa banyak orang kita yang tidak mensyukurinya Prof? Memang sangat berbeda bisa disayangkan jika seperti itu.
Hakikatnya, jika kita tidak bisa mensyukuri itu semua, jangan-jangan jiwa kita sudah mati. Sekarang, bagaimana halnya dengan identitas nasional sekunder, Profesor Budi Mansyah? Seperti sudah disebutkan di buka, bahwa identitas sekunder merupakan identitas yang dibentuk atau direkonstruksi berdasarkan hasil kesepakatan bersama.
Secara historis, khususnya pada tahap embryonik, identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa kebangkitan nasional. Usaha mewujudkannya terus berlangsung melalui perjuangan merebut kemerdekaan. Puncak kulminasinya tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika kita memproklamasikan kemerdekaan. Perjuangan tidak berhenti di situ, karena pihak asing masih menginginkan kembali menjajah.
Maka perjuangan mempertahankan kemerdekaan terus menggelora hingga Hingga akhirnya Indonesia menjadi negara berdaulat sempurna, baik ke dalam maupun keluar. Saya memperoleh informasi dari beberapa sumber bahwa sebagai negara yang berdaulat, Indonesia memiliki dua jenis identitas nasional sekunder. Apakah Profesor Budi Mansyah bisa menjelaskannya dengan rinci? Betul Mbak Mutiara.
Para mahasiswa yang beriman, sebagai negara bangsa yang berdaulat sempurna, baik ke dalam maupun ke luar, Indonesia mempunyai dua jenis identitas, tepatnya identitas sekunder. Jenis yang pertama, identitas nasional dalam arti fisik atau simbol. Yang kedua, identitas nasional secara non-fisik.
Identitas nasional secara fisik atau simbol meliputi bendera, saksa kamera putih, bahasa persatuan, bahasa Indonesia, lambang negara, burung Garuda, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Keempat identitas tersebut diatur dalam Undang-Undang No.24 tahun 2009. tentang bendera, bahasa, dan lamang negara serta lagu kebangsaan. Bagaimana halnya dengan identitas nasional non-fisik itu, Prof? Identitas nasional non-fisik sering disebut jatid di bangsa, yaitu nilai-nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik, yang memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia, yakni Pancasila.
Jadi, identitas nasional non-fisik itu menjadi jati diri bangsa kita ya Prof, yaitu Pancasila. Benar Mbak Mutiara, perihal Pancasila ini para mahasiswa dapat mempelajarinya lebih mendalam pada perkuliahan pendidikan Pancasila. Profesor Budi Mansya, kita sudah sampai pada penghujung pertemuan kita kali ini, karena waktu sudah mencukupi. Kepada para mahasiswa atau siapapun yang ingin bertanya, silahkan tulis pertanyaannya di dalam kolom komentar tayangan video ini Pertanyaan-pertanyaan tersebut insyaallah akan dibahas dalam pertemuan perkuliahan selanjutnya.
Sampai jumpa pada pertemuan yang akan datang yang akan membahas topik integrasi nasional Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih.