Transcript for:
Refleksi dalam Pembelajaran Murid PAUD

Salam dan bahagia Ibu dan Bapak Guru. Halo, selamat datang di modul refleksi dalam pembelajaran. Pada materi kali ini kita akan belajar bagaimana kita bisa memfasilitasi murid untuk melakukan refleksi terhadap pembelajarannya. Kegiatan refleksi erat kaitannya dengan dimensi mandiri pada profil pelajar Pancasila.

Murid melakukan refleksi sebagaimana yang sudah direncanakan di modul ajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui, mengevaluasi, dan mendapat wawasan dari kegiatan bermain, belajar yang sudah dilakukan. Sering kali kita meragukan kemampuan murid paut, mungkin pernah terlintas di pikiran kita. Apa bisa murid paut melakukan refleksi?

Ibu dan Bapak Guru, percayalah murid paut juga bisa melakukan refleksi. Tentunya dengan cara yang tepat dan sesuai dengan tahap percaya. perkembangannya.

Kegiatan refleksi anak usia dini tidak hanya dilakukan secara verbal seperti bercerita, menyebutkan hal yang ia senangi dan tidak senangi, tetapi juga dengan cara non-verbal seperti menunjuk, membuat jurnal, menggambar, mengangkat papan gambar, dan lainnya. Membiasakan kegiatan refleksi bersama anak usia dini akan membuat ia belajar dari pengalaman sebelumnya untuk menjaga keamanan. Untuk pembelajaran selanjutnya, mari kita ingat kembali bahwa fase paut ini adalah fase fondasi.

Maka kita sesuaikan pertanyaan refleksi dengan tahap perkembangan murid. Tetapi sebelum itu, kita lihat yuk beberapa prinsip dalam membuat pertanyaan refleksi. Berikanlah pertanyaan lebih dalam daripada sekedar menanyakan agenda atau rutinitas. Seperti misalnya, ibu dan bapak bertanya, apa yang telah dipelajari hari ini? Kemudian murid menjawab, bermain membuat kasur dan kamar tidur.

Lalu setelah itu selesai. Hindarilah bentuk pertanyaan seperti ini. Ajukanlah pertanyaan terbuka.

Sesuaikan ekspektasi kita sesuai dengan tahapan perkembangan murid. Hindarilah ekspektasi seperti, saya ingin murid bisa menjawab dengan kalimat panjang atau saya ingin murid bisa menjawab langsung dengan tanpa arahan. di tahap awal murid melakukan refleksi.

Karena ini fase fondasi, maka kita perlu membantu murid dengan memberikan pertanyaan secara bertahap, lalu memberikan waktu untuk mereka berpikir. Misalnya, apa yang paling kamu sukai dari bermain mendesain kamar di hari ini? Beri jeda, biarkan murid berpikir dahulu. Jika murid bisa menjawab, maka kita bisa lanjutkan dengan pertanyaan lainnya.

Jika murid tidak menjawab, maka tidak apa-apa. Yang terpenting adalah mengajak berdialog secara rutin. Dengan menyadari dan memahami prinsip di atas, maka kita bisa lebih rileks untuk menciptakan situasi refleksi yang menyenangkan.

Lalu bagaimana contoh pertanyaan yang tepat? Ibu dan Bapak Guru dapat kembali melihat tujuan kegiatan bermain yang sudah dirancang di modul ajar. Hal ini dilakukan agar kita bisa mengerucutkan jenis pertanyaan untuk disesuaikan dengan kegiatan bermainnya.

Mari kita lihat tujuan kegiatan bermain yang sudah pernah kita rancang. Pertanyaan di atas dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kegiatan bermain murid. Lalu, kapan refleksi dapat dilakukan?

Ibu dan Bapak Guru dapat mengajak murid melakukan refleksi pada beberapa waktu. Misalnya, selama dan setelah kegiatan bermain belajar dilaksanakan. Berikut adalah dua contoh waktu untuk melakukan refleksi. Saat kegiatan bermain berlangsung.

Pada saat murid bermain, kita bisa membuat dialog dengan murid. Penutup. Sediakanlah waktu untuk kegiatan refleksi sebelum murid pulang. Tanyakanlah beberapa pertanyaan yang sudah disusun. Catat hasil refleksi murid untuk evaluasi kegiatan bermain belajarnya.

Ibu dan Bapak, terkadang di saat kita sudah menyiapkan pertanyaan, ternyata murid belum tentu dapat berefleksi. Karena itu, kita perlu tahu ragam cara untuk memfasilitasi murid agar dapat berefleksi. Ragam caranya adalah Ibu dan Bapak Guru, mari kita ingat kembali materi posisi kontrol yang pernah kita pelajari.

Ciptakan interaksi yang positif antara guru dan murid dengan berada di posisi manajer. Contohnya pada saat murid berada di posisi manajer, Kita tunjukkan sikap antusias, mendengarkan, merespon dengan ramah, dan tidak menghakimi ceritanya. Selain pemosisian diri sebagai manajer, jalinlah emosi yang kuat.

dengan melakukan pendekatan ke murid, terutama saat bermain. Ambillah peran sebagai teman bermainnya. Secara tidak langsung, kita menyesuaikan diri dengan level bermain murid.

Kita bukan hanya menjadi guru, tetapi juga temannya. Jika ikatan emosi sudah kuat, maka murid dapat bebas dan percaya diri dalam mengungkapkan hasil refleksinya. Pada jenjang paut, terkadang kita akan menemukan di mana murid tidak menjawab sama sekali semua pertanyaan kita. Mungkin saja hal ini disebabkan bahwa murid sedang berkonsentrasi saat bermain.

Karena kegiatan bermain buat murid merupakan kegiatan yang sangat serius dan kita dianggap sebagai gangguan karena menginterupsi, pada kondisi seperti ini, sebaiknya kita tidak memaksa mereka untuk mengeluarkan hasil refleksi. Jika dipaksa, murid tertekan dan tidak mau menjawab lagi. Jika murid pada hari itu belum bisa mengeluarkan refleksinya, tidak apa-apa. Kita bisa mencoba lagi di hari berikutnya. Pada praktiknya, saat kelas sudah berjalan, kita akan mengenal kemampuan dan minat murid satu per satu.

Jika pada saat refleksi ada murid yang malu, takut, tidak yakin menjawab, dan lain-lain, kita bisa memberikan pilihan lain agar murid dapat berefleksi. Beberapa caranya adalah guru bisa menyediakan beberapa gambar perasaan. Jadi pada saat guru menanyakan akan satu kegiatan bermain, murid dapat mengangkat gambar perasaan yang sesuai.

Untuk murid yang senang menggambar, ajak mereka untuk menuangkan hasil refleksinya melalui gambar. Contohnya, ajak murid untuk menggambar satu mainan yang dia suka atau menggambar aktivitas atau kejadian yang dia sukai saat bermain tadi. Guru juga bisa menyediakan potongan-potongan gambar yang berkaitan dengan kegiatan bermain di hari ini. Sehingga setiap murid bisa memilih potongan gambar yang ia sukai dan ia tempel di jurnalnya.

Ragam cara di atas pada pelaksanaannya bisa digabung. Misalnya, saat murid sudah memilih gambar yang melambangkan perasaan, kita ajukan pertanyaan. Beberapa cara di atas boleh dimodifikasi atau diubah sesuai dengan kebutuhan ibu dan bapak.

Jika kita sudah berusaha, tetapi murid belum ada yang bisa berefleksi, kita bisa membantu dengan menceritakan salah satu hal. salah satu bentuk refleksi kita sendiri. Dengan memberikan contoh refleksi guru, murid mendapatkan gambaran sebenarnya kegiatan refleksi ini seperti apa. Apa yang harus mereka utarakan dan situasi menjadi lebih rileks. Mari kita kembali mengingat apakah kegiatan refleksi pada pembelajaran sudah biasa kita lakukan?

Jika belum, di bagian manakah kita bisa memperbaiki? Dan tantangan apa yang kita hadapi dalam praktek refleksi murid? Semangat terus untuk belajar ya, Ibu dan Bapak Guru hebat! Salam dan bahagia!